You are on page 1of 30

Kasus 3 Pajak

Penghasilan
Mutia Aulia R.
Raudah Iftitah M.
Wildan
Winta Manalu
Yusuf Darmawan
1.
Menyangkut staf karyawan pajak,
menurut Anda apakah ada yang
perlu diperbaiki terkait dengan
pembagian tugas dan pekerjaan
mereka?
Menurut kelompok kami, pembagian tugas dan pekerjaan
dari staf pajak PT. Tani Maju sudah cukup baik dan
memadai.

Hanya saja, jika ada staf pajak yang berhalangan (cuti),


sebaiknya ia sudah mencari pengganti yang kompeten untuk
mendelegasikan tugasnya untuk sementara waktu tersebut,
serta memberikan penjelasan atas tugas dan pekerjaannya
dari jauh-jauh hari. Dokumen dan data-data terkait juga
sebaiknya diserahkan kepada penggantinya sebelum
diminta.

Dokumen perpajakan juga sebaiknya disimpan di kantor


saja (tidak di rumah, atau sesuai cara yang memudahkan
masing-masing staf dalam bekerja) agar terpusat dan ketika
dibutuhkan mudah untuk mengaksesnya, dan disimpan
dengan pengawasan manajer pajaknya.
2. Menyangkut omset
perusahaan:
a. Apakah diperlukan koreksi
fiskal atas penghasilan usaha
yang dilaporkan dalam laporan
laba rugi perusahaan? Jelaskan
jawaban Anda!
Menurut kelompok kami, untuk poin 1 dimana Pada
bulan Desember 2009 Perusahaan melakukan penjualan
alat pertanian senilai Rp 450 juta yang sampai dengan
akhir Desember 2009 belum diterima pembayarannya.
Faktur pajak dibuat Perusahaan pada bulan Januari
2010. Yang berarti bahwa pendapatan dari penjualan
alat pertanian tersebut menambah laba perusahaan di
tahun 2010. Berarti harus dilakukan adanya koreksi
positif karena menambah Penghasilan Kena Pajak
Perusahaan di tahun 2010.
Hal ini sesuai yang tertulis di UU PPh Pasal 4 ayat 1,
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun merupakan objek pajak
Untuk poin 2 dimana keadaan yang berlaku adalah
Pada bulan Desember 2010 Perusahaan melakukan
penjualan produk pertanian yang PPNnya
dibebaskan senilai Rp 200 juta yang sampai dengan
akhir Desember 2010 belum diterima
pembayarannya. Maka yang dapat dilakukan adalah
melakukan koreksi negatif. Mengapa demikian?
Karea pendapatan tersebut belum diterima sampai
dengan akhir 2010. Maka akan mengurang nilai
PKPnya itu sendiri.
Hal ini sesuai yang tertulis di UU PPh Pasal 4 ayat
1, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
dengan nama dan dalam bentuk apapun merupakan
objek pajak
Untuk poin 3 dimana kondisi yang terjadi Pada
bulan Juli 2010 Perusahaan menggunakan sebagian
persediaan produk pertanian yang dimilikinya senilai
Rp 50 juta untuk ditanam di area kantor dan gudang
Perusahaan. Maka karena di dalam kondisi tersebut
tidak dinyatakan penggunaan persediaan produk
pertanian itu untuk kepentingan operasi
perusahaan maka dianggap sebagai non-deductible
expense. Yang berarti harus dilakukan adanya koreksi
positif yang berarti akan mengurangi biaya dan
meningkatkan PKP dari perusahaan itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan UU PPH Pasal 9 ayat 1 huruf i
yang berbunyi biaya yang dibebankan atau
dikeluarkan untuk kepentingan wajib pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya.
Untuk kondisi 4 dimana yang terjadi adalah Pada tahun
2010 Perusahaan berperan serta mensukseskan Hari
Lingkungan Hidup dengan menyumbangkan produk
pertanian senilai Rp 100 juta kepada Pemerintah
Daerah.Maka yang harus dilakukan adalah koreksi positif
yang berarti akan mengurangi biaya dan menambah PKP dari
perusahaan. Mengapa demikian ? karena pengeluaran yang
dilakukan berupa sumbangan.
Hal ini seperti yang tertulis dalam UU PPh Pasal 9
ayat 1 huruf g dimana bunyinya harta yang
dihibahkan, bantuan,atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a
dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dilakukan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf
k, huruf l, dan huruf m serta zakat yang diterima oleh
badan akmil zakat atau lembaga akmil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yg diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk/disahkan oleh
pemerintah,yg ketentuannya duatur dengan
berdasarkan PP
2b. Jelaskan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya
perbedaan omset usaha
perusahaan dalam laporan laba
rugi dengan yang terdapat di
dalam spt ppn

Terjadi di awal tahun dimana


terdapat faktur pajak SPT Masa PPN
atas penjualan BKP/JKP, tetapi
penghasilan sudah diakui pada
periode sebelumnya di SPT Tahunan
PPh
Terdapat penghasilan yang merupakan objek PPh
tetapi bukan merupakan objek PPN atau fasilitas PPN
Contoh fasilitas PPN: dibebaskan atau tidak
dipungut, misalnya ekspor dikenal PPN tarif 0%,
penjualan makanan dan minuman disajikan di hotel
yang merupakan objek PPh akan tetapi bukan
merupakan objek PPN tetapi objek pajak daerah.

Terdapat penghasilan yang dikenakan PPh final


tetapi dipungut PPN dan dilaporkan di SPT masa
PPN
Contoh: pendapatan sewa tanah dan atau bangunan
merupakan objek PPh final sehingga tidak
diperhitungkan dalam SPT PPh Badan. Padahal
penyerahannya adalah objek PPN
2c. Apakah tindakan yang harus
dilakukan pt. Tani maju
Sebaiknya perusahaan membandingkan
peredaran usaha di SPT Masa PPN selama satu
tahun dengan peredaran usaha di laporan laba
rugi akuntansi atau Pajak. Peredaran usaha di
SPT tahunan dengan penyerahan BKP/JKP di
SPT Masa PPN tersebut pasti ada perbedaan,
dimana perbeaan tersebut bisa diketahui dengan
melakukan analisis equalisasi.
Analisis ekualisasi digunakan untuk
memastikan dalam satu tahun pajak apakah
omzet di SPT Tahunan PPh Badan atau OP sama
dengan penyerahan BKP/JKP di SPT Masa PPN.
Analisis ekualisasi omzet SPT Tahunan PPh
dengan penyerahan SPT Masa PPN dilakukan
dalam kondisi omzet atau peredaran bruto yang
dilaporkan di SPT Tahunan PPh berbeda dengan
total nilai penyerahan kumulatif yang
dilaporkan di SPT Masa PPN selama 1 tahun
buku.
3a. Apakah perusahaan
melakukan kesalahan dalam
pengakuan beban karyawan
untuk menghitung laba fiskal?
Jelaskan jawaban Anda!
Ya, ada sebagian kesalahan perusahaan dalam
mengakui beban karyawan untuk menghitung laba
fiskal:
1. Terkait dengan seragam Satpam, walaupun
merupakan natura, namun pemberian tersebut
merupakan kewajiban untuk menunjang pekerjaan
sebagai satpam (deductible expanse). Hal ini diatur
dalam UU PPh Pasal 9 ayat 1e: pajak tidak boleh
dikurangkan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian
atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2. Penyediaan makan hanya untuk karyawan
gudang merupakan non deductible expense karena
bentuknya hanya diberika kepada sebagian pekerja
saja. Hal ini diatur dalam UU PPh Pasal 9 ayat 1e:
pajak tidak boleh dikurangkan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
3. Jika PPh yang dibayarkan
perusahaan merupakan PPh
21ditanggung perusahaan, maka
termasuk non deductible expense karena
tidak menambah penghasilan karyawan.

4. Biaya pengobatan merupakan biaya


yang ditanggung langsung oleh
perusahaan me Rumah Sakit dan tidak
menambah penghasilan karyawan,
sehingga hal ini termasuk non
deductible expense.
3b. Berikan masukan Anda
kepada perusahaan mengenai
kewajiban perpajakan yang
terkait dengan beban
karyawan!
1. Sebaiknya perusahaan menyediakan makanan
untuk seluruh karyawan agar dapat menjadi
deductible expense seperti yang telah dijelaskan pada
pasal 9 ayat 1e UU PPh.
2. Sebaiknya perusahaan menggunakan tunjangan
PPh 21 agar terhitung sebagai menambah penghasilan
karyawan dan hal tersebut termasuk biaya yang dapat
dibebankan (deductible expense).
3. Sebaiknya perusahaan menggunakan sistem
reimburse dalam membebankan biaya pengobatan
agar menjadi deductible expense.
4.
Terkait beban bunga, apakah
perusahaan melakukan
kesalahan dalam pengakuan
beban bunga untuk
menghitung laba fiskal?
Jelaskan jawaban Anda!
Bunga Pinjaman dan Deposito

Ya, perusahaan melakukan kesalahan terkait


pembebanan bunga pinjaman.
Seharusnya bunga pinjaman tidak dapat
dibebankan (undeductible expense), karena rata-rata
deposito (2 milyar) lebih besar dari rata-rata
pinjaman (1.75 milyar).
Maka, harus dilakukan koreksi fiskal positif sebesar
200 juta atas beban bunga pinjaman tersebut.
Bunga Pinjaman dan Deposito

Karena berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal


Pajak (Nomor SE - 46/PJ.4/1995):

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, dengan ini diberikan


penegasan sebagai berikut : a. Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama
besarnya dengan atau lebih kecil dari jumlah rata-rata dana yang
ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya, maka
bunga yang dibayar atau terutang atas pinjaman tersebut seluruhnya
tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Pembayaran Bunga dan PPh 23

Sudah benar terkait pembayaran bunga


kepada Bank ABC tidak dilakukan
pemotongan PPh Pasal 23.
Karena, berdasarkan UU PPh Pasal 23 ayat
4:
Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak dilakukan atas: penghasilan yang dibayar
atau terutang kepada bank.
5.
Sehubungan dengan beban
konsultasi manajemen,
jelaskan apakah diperlukan
koreksi atas beban konsultasi
manajemen yang diakui
perusahaan? Jelaskan
jawaban Anda!
Ya, diperlukan koreksi fiskal positif sebesar 25 juta atas
beban jasa konsultasi manajemen yang melebihi kewajaran
serta adanya hubungan istimewa (sesuai penjelasan Pasal 9
ayat 1f) karena PT. Jaya Utama merupakan pemegang saham
dan jumlah sebesar 25 juta tersebut dimaksud dianggap
sebagai dividen bagi PT. Jaya Utama
Karena, berdasarkan UU PPh Pasal 9 ayat 1 (f):
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: jumlah yang melebihi
kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan.
6. Sehubungan dengan beban-beban
yang sering dikoreksi :
a) menurut pendapat anda, apakah
yang menyebabkan beban-beban
tersebut dikoreksi oleh pemeriksa
pajak selama ini?
b) jelaskan tindakan dan kebijakan
apa yang harus diubah/dilakukan PT
TANI MAJU untuk menjamin koreksi
semacam itu tidak terjadi lagi?
a) Menurut kami PT TANI MAJU
belum mengupdate peraturan
perpajakan untuk tahun berjalan
dan hanya mengacu pada
ketentuan tahun-tahun
sebelumnya. Sehingga dalam
penerapannya sudah tidak relevan
lagi

Beban perjalanan dinas yang diberikan untuk


pimpinan dan staf karyawan, menurut pasal 6
ayat (1) huruf a UU PPh hal tersebut termasuk
deductible expense
Beban sumbangan yang diberikan perusahaan
kepada perorangan atau institusi yang
memberikan proposal atau datang langsung ke
perusahaan, menurut UU PPh pasal 6 ayat 1
huruf i sampai m, beban sumbangan termasuk
dalam deductible expense

b) Menurut kami PT TANI MAJU


seharunya menjelaskan lebih
lanjut mengenai bukti-bukti yang
sah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Misalkan hal-hal terkait beban
perjalanan dinas.
ada bukti sah (deductible expense)
Lum sum, tidak ada bukti sah (non deductible
expense)
Lum sum, dianggap sebagai honor karyawan
deductible expense

Perlakuan mengenai sumbangan


tergantung pada PP, apabila
memang diatur maka dapat
dikategorikan sebagai deductible
expense
Agar tidak terjadi hal-hal serupa,
sebaiknya staf dan manajer pajak
harus teliti dalam perlakuan item-
item yang berhubungan dengan
pajak, dan mengumpulkan bukti-
bukti normatif terkait transaksi
perusahaan serta terus
mengupdate peraturan pajak
dalam tahun pajak bersangkutan
Terima Kasih

You might also like