You are on page 1of 96

akuntansi

Ka/db
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian,
penggolongan, pengukuran, pencatatan dan
penyajian informasi ekonomi mengenai transaksi
keuangan yang terjadi selama periode waktu
tertentu serta penafsiran terhadap hasilnya.
Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi
diharapkan berguna untuk penilaian dan
pengambilan keputusan bagi pihak yang
memerlukan.
MANFAAT
Akuntansi dilengkapi dengan tehnik untuk menghimpun dan
diutamakan untuk menghubungkan data ekonomi ke dalam
bermacam-macam bentuk perusahaan, baik perorangan maupun
lembaga.
mengetahui status dan kondisi keuangan perusahaannya serta
bagaimana kemungkinannya pada masa mendatang (bagi pemilik
dan calon investor)
menetapkan tingkat resiko yang berkaitan dengan pinjaman atau
kredit yang akan diberikan (bagi bankers dan kreditor)
dasar menentukan pajak dan peraturan-peraturan (bagi badan
pemerintah)
mendapatkan gambaran kemantapan dan tingkat laba dari
perusahan (bagi pekerja dan wakil serikat buruh)
Bentuk Persamaan Dasar Akuntansi (PDA) adalah sebagai berikut.
HARTA = MODAL
Unsur unsur Persamaan Dasar Akuntansi
1. Harta atau Aktiva (Assets)
Harta (aktiva) adalah semua kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan digunakan dalam operasi perusahaan.
Harta terdiri dari:
a. Harta lancar (current assets) adalah semua harta yang diharapkan dapat dicairkan
(diuangkan) tidak lebih dari satu tahun/satu siklus akuntansi. Harta lancar antara lain terdiri dari:
1) Kas (cash), adalah semua harta yang tersedia dalam kas perusahaan maupun yang disimpan di
bank, yang dapat diambil setiap saat.
2) Surat berharga (marketable securities), adalah kepemilikan saham atau obligasi perusahaan
lain yang bersifat sementara, yang sewaktu-waktu dapat dijual kembali.
3) Piutang dagang (accounts receivable), adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain (debitur)
yang terjadi karena melakukan transaksi penjualan secara kredit.
4) Piutang wesel (notes receivable), adalah surat perintah membayar kepada seseorang atau
badan untuk membayar sejumlah uang pada tanggal yang telah ditentukan pada orang yang
namanya disebut dalam surat.
5) Piutang pendapatan atau pendapatan yang masih harus diterima (accrued
receivable), adalah pendapatan yang telah menjadi hak perusahaan, tetapi belum diterima
pembayarannya.
6) Persekot beban atau beban yang dibayar di muka (prepaid expense), adalah pembayaran
beban yang dibayar di muka, tetapi belum menjadi kewajiban pada periode yang bersangkutan.
7) Perlengkapan (supplies), adalah seluruh perlengkapan yang dipakai demi kelancaran usaha,
yang sifatnya habis dipakai.
8) Persediaan barang dagangan (merchandise inventory), adalah barang yang dibeli dengan
tujuan dijual kembali, dengan harapan mendapat laba.
b. Investasi jangka panjang (long term investment), adalah penanaman modal pada perusahaan
lain dalam jangka waktu yang panjang. Selain untuk memperoleh laba, investasi ini juga untuk
mengontrol perusahaan tersebut.
c. Harta tetap berwujud (fixed asset), adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
pemakaiannya (umur ekonomisnya) lebih dari satu tahun, digunakan untuk operasi dan tidak untuk
dijual. Harta tetap berwujud antara lain terdiri dari:
1) Tanah,
2) Gedung/bangunan,
3) Mesin,
4) Peralatan toko, dan
5) Alat angkut.
d. Harta tetap tak berwujud (intangible fixed assets), adalah hak istimewa yang
dimiliki perusahaan dan mempunyai nilai namun tidak mempunyai bentuk fisik.
Harta tidak berwujud antara lain terdiri dari:
1) Goodwill, adalah nilai lebih yang dimiliki suatu perusahaan karena
keistimewaan tertentu.
2) Hak paten, adalah hak tunggal yang diberikan pemerintah kepada seseorang
atau badan karena penemuan tertentu.
3) Hak cipta, adalah hak tunggal yang diberikan pemerintah kepada seseorang
atau badan karena hasil karya seni atau tulisan/karya intelektual.
4) Merek dagang, adalah hak yang diberikan pemerintah kepada suatu badan
untuk menggunakan nama atau lambang bagi usahanya.
5) Hak sewa, adalah hak untuk menggunakan harta tetap pihak lain dalam
jangka waktu yang panjang sesuai dengan kesepakatan.
6) Franchise, adalah hak istimewa yang diterima oleh seseorang atau badan dari
pihak lain untuk mengomersialkan formula, teknik atau produk tertentu.
2. Utang atau Kewajiban (Liabilities)
Utang (kewajiban) adalah keharusan membayar kepada pihak lain yang disebabkan adanya
transaksi pembelian barang atau jasa secara kredit. Utang harus diselesaikan dengan menyerahkan
harta/aktiva atau sumber daya perusahaan (berupa pelunasan). Berdasarkan jangka waktu
pelunasan, utang dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Utang lancar (current liabilities) adalah utang yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih
dari satu tahun. Utang lancar antara lain terdiri dari:
1) Utang dagang/utang usaha (account payable), adalah utang yang muncul akibat adanya
transaksi pembelian barang/jasa secara kredit yang tidak disertai perjanjian tertulis.
2) Utang wesel/wesel bayar (notes payable), adalah janji tertulis untuk membayar kepada pihak
lain dalam jumlah tertentu yang ditetapkan.
3) Utang pendapatan/pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue),adalah
pendapatan yang belum menjadi hak tetapi uangnya sudah diterima.
4) Utang beban/beban terutang/beban yang harus dibayar (accrued expense),adalah utang
karena perusahaan sudah mendapatkan manfaat tetapi perusahaan belum membayar.
b. Utang jangka panjang (long term liabilities), adalah utang yang
jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun. Utang jangka panjang
antara lain terdiri dari:
1) Utang hipotek (mortgage payable), adalah utang jangka panjang
dengan jaminan harta tetap/tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan.
2) Utang obligasi (bonds payable), adalah utang jangka panjang yang
timbul akibat perusahaan menjual surat obligasi kepada masyarakat.
3) Kredit investasi, adalah utang dari lembaga keuangan yang
digunakan untuk pelunasan usaha.
c. Utang lain-lain, adalah utang yang tidak termasuk ke dalam kedua
utang tersebut di atas. Contoh: uang pinjaman yang diterima dari
pelanggan.
3. Modal atau Ekuitas (Equity)
Modal adalah hak pemilikan atas harta perusahaan yang merupakan
kekayaan bersih, yaitu selisih harta dengan utang. Pemberian nama akun
modal atau modal tergantung jenis perusahaannya
4. Pendapatan (Revenue)
Adalah aliran masuk atau peningkatan lain atas aktiva atau penurunan
kewajiban perusahaan sebagai akibat dari aktivitas penyerahan/penjualan
atau pembuatan barang, jasa atau aktivitas lain yang merupakan kegiatan
utama perusahaan yang dilakukan secara terus-menerus.
5. Beban (Expenses)
Adalah arus keluar atau penggunaan lain atas aktiva atau peningkatan
kewajiban karena adanya penyerahan atau pembuatan barang, jasa atau
melakukan aktivitas lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan
yang dilakukan secara terus-menerus.
6. Prive (Drawing)
Adalah pengambilan aset (kas) perusahaan oleh pemilik untuk
kepentingan pribadinya

Rekening Riil
Rekening riil adalah rekening yang saldo nya
berakumulasi dari periode-periode
sebelumnya. Rekening-rekening neraca
merupakan rekening riil.
Rekening Nominal
Rekening-rekening laba/rugi yakni pendapatan
dan beban adalah merupakan rekening
nominal.
jenis/Macam-macam Laporan Keuangan
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi, adalah laporan keuangan yang menyajikan detail atau rincian pendapatan yang diperoleh dan beban yang terjadi selama
satu periode akuntansi di suatu perusahaan atau mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian pada periode
tersebut.

2. Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)


Laporan perubahan modal, adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi
selama satu periode akuntansi, berfungsi untuk mengetahui apakah modal perusahaan bertambah atau berkurang.
3. Neraca (Balance Sheet)

Neraca, adalah laporan keuangan yang menunjukkan jumlah harta, utang, dan modal dari sebuah perusahaan selama satu periode akuntansi
di perusahaan tersebut.

4. Laporan Arus Kas (Cash Flow)


Laporan arus kas, adalah laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui arus kas masuk dan kas keluar, dan juga melihat pengaruhnya
terhadap saldo kas akhir periode. Arus kas masuk seperti pendapatan atau pinjaman dari pihak lain sedangkan arus kas keluar seperti biaya-
biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan.

5. Catatan atas laporan keuangan


Catatan atas laporan keuangan, adalah laporan keuangan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan lain yang disajikan. Laporan ini
memberikan informasi atau penjelasan secara rinci atau detail yang dianggap perlu terhadap laporan keuangan yang ada. Tujuannya agar
pengguna laporan keuangan menjadi jelas dengan data yang disajikan.
Jurnal
Jurnal adalah suatu buku harian tempat mencatat semua transaksi
yang terjadi dalam perusahaan secara sistematis dan kronologis,
pencatatan dilakukan berdasarkan bukti-bukti dengan
menyebutkanrekening yang didebet dan dikredit.
Penjelasan kolom-kolom jurnal :
a.Kolom tanggal diisi tanggal, bulan dan tahun.
b.Kolom No. bukti diisi nomor bukti transaksi. Adakalanya kolom ini
ditiadakan.
c.Kolom Keterangan diisi nama perkiraan atau akun yang dijurnal.
d.Kolom Ref (referensi) diisi nomor kode akun.
e.Kolom Debet diisi jumlah atau nilai perkiraan yang akan didebet.
f. Kolom Kredit diisi jumlah atau nilai perkiraan yang akan dikredit.
ari penjelasan di atas, jurnal mempunyai beberapa fungsi:
1. Fungsi Historis
Artinya, setiap bukti transaksi dilakukan secara kronologis,urut, sesuai dengan tanggal terjadinya
transaksi.
2. Fungsi Mencatat
Artinya, semua transaksi jangan sampai ada yang tertinggal dicatat dalam buku jurnal.

3. Fungsi Analisis
Artnya, pencatatan pada jurnal adalah hasil analisis yang berwujud pendebitan dan pengkreditan
akun-akun yang terpengaruh beserta jumlahnya.

4. Fungsi Instruktif
Artinya, catatan yang terdapat pada jurnal adalah perintah untuk melakukan pendebitan dan
pengkreditan akun buku besar sesuai dengan catatan yang terdapat pada jurnal.
5. Fungsi Informatif
Artinya, fungsi dari jurnal adalah memberikan informasi atau penjelasan mengenai transaksi yang
terjadi untuk dilakukan pencatatan.
Manfaat Jurnal Umum
Ada beberapa hal yang akan kita ketahui dalam proses pencatatan
pada buku jurnal, diantaranya:
- Dianalisa untuk mengetahui apakah akan menimbulkan
bertambah atau berkurangnya satu atau lebih suatu perkiraan.
- Dilakukan analisa untuk mengetahui jumlah yang akan dicatat
pada satu atau lebih perkiraan.
- Dilakukan analisa untuk mengetahui berapa perkiraan yang akan di
debet dan di kredit.
- Dilakukan analisa untuk mengetahui jumlah yang di debet dan di
kredit harus sama.
- Dibuat referensi (tanda) untuk mengetahui suatu jumlah sudah
dilakukan posting ke perkiraan yang tepat pada buku besar, sesuai
nomor perkiraannya.
Buku Besar
Pengertian Buku Besar
Buku besar adalah himpunan rekening-rekening
yang saling berhubungan yang menggambarkan
pengaruh transaksi terhadap perubahan harta,
utang dan modal. Pemindahbukuan semua pos-
pos jurnal ke buku besar disebut posting. Nama
akun yang dipakai pada ayat-ayat jurnal harus
sama dengan nama akun di buku besar.
Neraca Saldo (Trial Balance)
Adalah daftar seluruh akun dengan mencatat di debet dan kredit
untuk melihat apakah saldonya sudah seimbang.
Jurnal Penyesuaian (Adjusment)
Anggaran mengenai kebenaran jumlah-jumlah dalam neraca saldo
tidak berlaku untuk semua perkiraan. Ada beberapa perkiraan tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. salah satu penyebabnya
ialah belum dibuatnya dokumen pada akhir periode sehingga
transaksi belum dicatat.
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat karena :

1.suatu transaksi sudah terjadi tetapi belum dicatat dalam perkiraan


2. transaksi sudah dicatat, tetapi saldonya perlu dikoreksi
Pengertian Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat dalam proses
pencatatan perubahan saldo dalam akun sehingga saldo
mencerminkan jumlah yang sebenarnya.Dari informasi di
atas, dapat ditarik kesimpulan fungsi jurnal penyesuaian
adalah sebagai berikut.
a. Menetapkan saldo catatan akun buku besar pada akhir
periode sehingga sesuai dengan saldo riil (yang
sesungguhnya).
b. Menghitung pendapatan dan beban selama periode yang
bersangkutan. Perhatikan catatan berikut ini!
Akun yang biasa memerlukan penyesuaian pada akhir periode, yaitu
a. akun perlengkapan, yang memerlukan penyesuaian karena ada pemakaian;
b. akun beban dibayar di muka, yang memerlukan penyesuaian karena waktu
telah dijalani/jatuh tempo;
c. akun aktiva tetap, yang memerlukan penyesuaian karena ada penyusutan
aktiva;
d. akun pendapatan, yaitu memerlukan penyesuaian karena ada pendapatan yang
belum diperhitungkan atau penerimaan yang belum menjadi pendapatan;
e. akun beban, yang memerlukan penyesuaian karena ada beban yang belum
diperhitungkan atau pembayaran yang belum menjadi beban;
f. akun pendapatan diterima di muka, yang memerlukan penyesuaian karena
berjalannya waktu atau diserahkannya prestasi pada pelanggan.
JURNAL KHUSUS

Di dalam perusahaan dagang , transaksi penjualan dan pembelian barang dagangan akan sering terjadi, baik yang dilakukan dengan pembayaran
tunai maupun pebelian kredit, oleh karena itu diperlukan buku yg berfungsi khusus sebagai tempat mencatat transaksi yg sejenis. Buku-buku jurnal
yg dimaksud disebut jurnal khusus.
Buku jurnal khusus umumnya digunakan dalam perusahaan yg melaksanakan akuntansi secara manual. Beberapa buku jurnal yg digunakan dalam
perusahaan dagang terdiri dari empat jenis buku jurnal khusus dan satu buku jurnal umum. Jenis-jenis dan fungsi masing-masing sbb :

1. JURNAL PEMBELIAN( PUCHASES JOURNAL)


Adalah jurnal yg berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi pebelian barrang secara kredit.

2. JURNAL PENGELUARAN KAS(CASH PAYMENT JOURNAL)


Adalah jurnal yg berfungsi sebagai tempat mencatat semua transaksi pengeluaran kas misalnya pembayaran hutang dan pembayaran beban-beban

3. JURNAL PENJUALAN( SALES JOURNAL)


Adalah jurnal yg berfungsi untuk mencatat penjualan barang dagangan yg dilakukan dengan pembayaran kredit

4. JURNAL PENERIMAAN KAS(CASH RECEIPT JOURNAL)


Adalah jurnal yg berfungsi sebagai tempat mencatat semua transaksi penerimaan kas. Misalnya penerimaan piutang.

5. JURNAL UMUM(GENERAL JOURNAL)


Adalah jurnal yg berfungsi mencatat semua transaksi yg tidak dapat dicatat dalam buku jurnal khusus tersebut di atas.
Penyesuaian untuk Kas
Contoh: Toko Agusta memiliki rekening Koran di
Bank BRI. Pada tanggal 31 Desember 2014, Bank
BRI memberikan bunga sebesar Rp 300.000, dan
mengenakan beban administrasi sebesar Rp
10.000, yang belum dicatat Toko Agusta.
Maka jurnal penyesuaiannya adalah: Menambah
Pendapatan Bunga sebesar Rp 300.000 (K),
menambah Beban Administrasi Bank sebesar Rp
10.000 (D), dan menambah Kas di bank sebesar
Rp 290.000 (D).
Penyesuaian untuk Perlengkapan
Contoh: Dalam neraca saldo per tanggal 31 Desember
2014, jumlah perlengkapan Toko Agusta Rp 2.000.000,
dan setelah di stock opname, perlengkapan yang
tersisa sebesar Rp 1.400.000.
Maka jurnal penyesuaiannya adalah: pemakaian
perlengkapan (beban) adalah Rp 2.000.000 Rp
1.400.000 = Rp 600.000, sehingga dijurnal menambah
Beban Perlengkapan (D) dan mengurangi Perlengkapan
(K) sebesar Rp 600.000.
Penyesuaian untuk Nilai Buku Aktiva
Contoh: Dalam Neraca Desember 2014, harga
perolehan kendaraan milik Agusta Rp 80.000.000,
jika kendaraan telah dimiliki setahun dan disusut
sebesar 10% per tahun, berapa beban
penyusutan tahun 2014?
Jurnal penyesuaiannya adalah: penyusutan
tahun 2014 = 10% x 80.000.000 = 8.000.000,
sehingga dijurnal menambah Beban Penyusutan
Kendaraan (D) dan menambah Akumulasi
Penyusutan Kendaraan (K) sebesar Rp 8.000.000.
Penyesuaian untuk Beban Dibayar Dimuka (Prepaid
Expense)
Contoh: Pada awal Januari 2014 Toko Agusta
memasang iklan di majalah untuk 1 tahun (12x
terbitan) dengan biaya Rp 6.000.000, buatlah jurnal
penyesuaiannya pada akhir bulan Juni 2014?
Penyelesaian: Rp 6.000.000/12 = 500.000, Beban
sudah terjadi selama Januari-Juni (6 bulan), sehingga
beban iklannya 6 x 500.000 = 3.000.000. Jurnalnya:
menambah Beban Iklan (D) dan mengurangi Iklan
Dibayar Dimuka (K) sebesar Rp 3.000.000.
Penyesuaian untuk Pendapatan yang Harus Diterima
(Piutang)
Contoh: Agusta membeli obligasi Rp 50.000.000, bunga
obligasi dibayarkan setiap tanggal 1 Maret dan 1
September. Bunga yang diterima sebesar Rp 600.000.
Bagaimana jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Maret?
Penyelesaian: Bunga obligasi yang diterima adalah hanya 1
bulan (1 Maret 31 Maret), besar bunga (1/6 x 600.000) =
100.000, jurnal penyesuaiannya adalah menambah Piutang
Bunga Obligasi (D) dan menambah Pendapatan Bunga
Obligasi (K) sebesar Rp 100.000.

Penyesuaian untuk Beban yang Masih Harus Dibayar (Utang)


Contoh: Toko Agusta masih harus membayar beban gaji
karyawannya sebesar Rp 1.000.000, bagaimana jurnal
penyesuaiannya?
Maka jurnal penyesuaiannya adalah: menambah Beban Gaji (D)
dan menambah Utang Gaji (K) sebesar Rp 1.000.000.
Penyesuaian untuk Pendapatan Diterima Dimuka
Contoh: Pada tanggal 1 Desember 2014 Toko Agusta menyewakan
halaman tokonya untuk pameran buku selama 7 hari sebesar Rp
700.000 mulai tanggal 1 Desember 2014. Buatlah jurnal tanggal 1
Desember 2014?
Jurnal penyesuaiannya: menambah Kas (D) dan menambah
Pendapatan Sewa (K) sebesar Rp 700.000.
Berikut adalah Jurnal Penyesuaian yang digambarkan dalam tabel sesuai contoh di atas.

Tgl. Akun Debet Kredit


31 Des Kas di BankSumber Pustaka: Jarot Tri Bowo Santoso. 2013. Pengantar Akuntansi. Surabaya:
290.000
Beban Adm Bank 10.000
Pendapatan Bunga

300.000
31 Des Beban Perlengkapan 600.000
Perlengkapan

600.000
31 Des Beban Penyusutan Kendaraan 8.000.000
Akum Penyusutan Kendaraan

8.000.000
30 Juni Beban Iklan 3.000.000
Iklan Dibayar Dimuka

3.000.000
31 Mar Piutang Bunga Obligasi 100.000
Pendapatan Bunga Obligasi

100.000
31 Des Beban Gaji 1.000.000
Utang Gaji

1.000.000
1 Des Kas 700.000
Pendapatan Sewa

700.000
Neraca lajur atau kertas kerja adalah suatu
kertas berkolom-kolom atau berlajur-lajur
yang direncanakan secara khusus untuk
menghimpun semua data akuntansi yang
dibutuhkan pada saat perusahaan akan
menyusun laporan keuangan secara
sistematis.
Tujuan penyusunan neraca lajur di antaranya sebagai
berikut.
1. Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan.
2. Untuk menggolongkan dan meringkas informasi dari
neraca saldo dan data penyesuaian, sehingga
merupakan persiapan sebelum disusun laporan
keuangan yang formal.
3. Untuk mempermudah menemukan kesalahan yang
mungkin dilakukan dalam membuat jurnal
penyesuaian.
Data penyesuaian per 31 Desember 2005 sebagai berikut.
a. Persediaan perlengkapan kantor yang masih ada akhir tahun
2005 sebesar Rp 800.000,00
b. Sewa tersebut dibayar tanggal 2 Desember 2005 untuk
jangka waktu 1 tahun mulai dari Desember 2005 sampai
dengan November 2006.
c. Penyusutan atas peralatan kantor tahun 2005 sebesar
Rp500.000,00.
d. Gaji yang masih harus dibayar sebesar Rp1.000.000,00.
e. Pendapatan jasa yang masih harus diterima sebesar
Rp1.000.000,00.
Akun yang masih harus dibuka adalah:
506 Beban perlengkapan kantor
507 Beban sewa
508 Beban penyusutan peralatan kantor
122 Akumulasi penyusutan peralatan kantor
202 Utang gaji
PENUTUPAN REKENING DAN PENYESUAIAN KEMBALI
(AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA)

1. JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup yaitu jurnal yang dibuat untuk memindahkan rekening yang
sifatnya sementara.

Fungsinya :
1. Agar dapat memisahkan antara pendapatan dan biaya periode sekarang
dengan periode yang akan datang.
2. Agar rekening modal menunjukkan jumlah yang sesuai dengan keadaan
pada akhir periode akuntansi
3. Agar buku besar telah seimbang sebelum memulai kembali pencatatan
pada periode berikutnya.
Jurnal Penutup Perkiraan pembersih (clearing account)
karena pada akhir proses penutupan, saldo-saldo perkiraan yang
dibuat Jurnal Penutupnya akan kembali menjadi nol (0)
Jurnal penutup dibuat apabila proses pembukuan dilakukan secara manual !

Tahapan dalam melakukan penutupan buku :


1.semua rekening pendapatan di debit sebesar masing masing saldo akhirnya.
Rekening r atau l dikredit dengan jumlah saldo akhir rekening rekning tersebut
2. semua rekening biaya di kredit sebesar masing masing saldo akhirnya dan
rekening r atau r di debit sebesar sejumlah saldi akhir rekening rekening tersebut
3. selisih antara jumlah sisi debit dan sisi kredit rekening rugi / laba di debit dan di
kredit rekening modal. Apabila perusahaan mengalami kerugian rekening rugi/laba
di kredit dan rekening modal di debit
- See more at: http://myridhosatria.blogspot.co.id/2015/11/penutupan-rekening-
dan-penyesuaian.html#sthash.tWZDgEjC.dpuf
4. rekening prive di kredit sebesar saldo akhirnya dan
rekening modal didebit dengan jumlah yang sama
Ayat Jurnal Penutup :
a. Penutupan Perkiraan Pendapatan
b. Penutupan Perkiraan Biaya atau Beban
c. Penutupan Perkiraan Ikhtisar L/R
d. Penutupan Perkiraan Prive
- See more at:
http://myridhosatria.blogspot.co.id/2015/11/penutupa
n-rekening-dan-
penyesuaian.html#sthash.tWZDgEjC.dpuf
a) Menutup Perkiraan Pendapatan
Pendapatan xxx
Ikhtisar L/R xxx

b) Menutup Perkiraan Biaya


Ikhtisar L/R xxx
Biaya A xxx
Biaya B xxx
dsb
c) Menutup Perkiraan Ikhtisar L/R
Ikhtisar L/R xxx LABA
Modal xxx

Modal xxx RUGI


Ikhtisar L/R xxx
d) Menutup Perkiraan Prive
Modal xxx
Prive xxx
JURNAL PENYESUAIAN KEMBALI
Pada awal periode akuntansi, biasanya perusahaan perlu melakukan
penyesuaian kembali terhadap jurnal penyesuaian yang telah dilakukan pada akhir
periode sebelumnya.
Jurnal tersebut sering disebut sebagai jurnal penyesuaian kembali atau
jurnal pembalikan, sebab jurnal yang dibuat dengan cara membalik pendebitan
dan pengkreditan dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya.
Jurnal penyesuaian kembali bukan merupakan suatu keharusan bagi
perusahaan.
Tujuan pembalik diperlukan untuk menghindari pengakuan pendapatan dan
beban berganda karena penyusunan ayat jurnal penyesuaian untuk transaksi
akrual dan transaksi deferral tertentu. Disamping itu pembuatan ayat jurnal
pembalik ini bukan suatu keharusan tergantung sistem pencatatan akuntansi
perusahaan dalam hal pengakuan harta atau beban dan utang atau pendapatan.
- See more at: http://myridhosatria.blogspot.co.id/2015/11/penutupan-rekening-
dan-penyesuaian.html#sthash.tWZDgEjC.dpuf
Sekali perusahaan menggunakan pendekatan beban dan pendapatan
maka perusahaan harus konsisten (tidak bolah berubah-ubah) harus tetap
dipertahankan.
Dasar penyusunan ayat jurnal pembalik adalah dari jurnal
penyesuaian, indikator suatu ayat jurnal penyesuaian memerlukan jurnal
pembalik adalah jika suatu ayat jurnal penyesuaian memunculkan akun riil
yang baru (belum muncul di neraca saldonya). Bentuk tabel Jurnal
Pembalik sama dengan bentuk table Jurnal Umum.
Hal-hal yang memerlukan Jurnal Pembalik, antara lain:
1. Beban-beban yang masih harus dibayar.
2. Beban dibayar di muka (bila dicatat sebagai beban).
3. Pendapatan yang masih harus diterima.
4. Pendapatan diterima di muka (bila dicatat sebagai pendapatan).
5. Pemakaian Perlengkapan (jika dicatat sebagai beban)
a. Penyesuaian kembali terhadap hutang gaji
contoh :
ngan :
Jurnal sebelumnya Biaya Sewa xxx
Utang Sewa xxx

Jurnal Pembalik Utang Sewa xxx


Biaya Sewa xxx

Sehingga pada saat utang sewa sudah dibayar :


Biaya Sewa xxx
Kas xxx
AYAT JURNAL PEMBALIK (REVERSING ENTRIES)
Setelah berakhirnya satu periode akuntansi, maka langkah awal memasuki periode
akuntansi berikutnya adalah membuat ayat jurnal pembalik. Jurnal pembalik pada
hakekatnya adalah jurnal untuk membalikan ayat jurnal penyesuaian, namun tidak
semua ayat jurnal penyesuaian harus dibalikan. Disamping itu pembuatan ayat
jurnal pembalik ini bukan suatu keharusan tergantung sistem pencatatan akuntansi
perusahaan dalam hal pengakuan harta atau beban dan utang atau pendapatan.
Sekali perusahaan menggunakan pendekatan beban dan pendapatan maka
perusahaan harus konsisten (tidak bolah berubah-ubah) harus tetap
dipertahankan.
Dasar penyusunan ayat jurnal pembalik adalah dari jurnal penyesuaian, indikator
suatu ayat jurnal penyesuaian memerlukan jurnal pembalik adalah jika suatu ayat
jurnal penyesuaian memunculkan akun riil yang baru (belum muncul di neraca
saldonya)
Peristiwa-peristiwa secara kronologis yang memerlukan ayat jurnal pembalik
adalah sebagai berikut :
- See more at: http://myridhosatria.blogspot.co.id/2015/11/penutupan-rekening-
dan-penyesuaian.html#sthash.tWZDgEjC.dpuf
1. Pencatatan dengan pendekatan pengakuan beban dan pendapatan
a. Pembayaran beban yang dibayar dimuka diakui sebagai beban, contoh
pembayaran sewa untuk masa yang akan datang tetapi dibayar di awal
masa sewa, perusahaan mencatat sebagai Beban Sewa.
Jurnal Umumnya :
Pada akhir periode akan muncul jurnal penyesuaian untuk mengkoreksi
pengakuan beban sewa di atas, yaitu :
Dari awal transaksi pembayaran sewa diakui sebagai beban sewa (terlihat
di jurnal umumnya) maka dalam neraca saldo yang muncul juga akun
beban sewa, sehingga akun sewa dibayar dimuka (golongan akun harta)
dalam jurnal penyesuian adalah akun riil yang baru. Oleh karena itu jurnal
penyesuian ini memerlukan jurnal pembalik, yaitu :
b. Penerimaan pendapatan yang diterima dimuka diakui sebagai
pendapatan, contoh pendapatan sewa untuk masa yang akan datang
tetapi diterima pembayarannya di awal masa sewa, perusahaan mencatat
sebagai Pendapatan Sewa.
Jurnal Umumnya :
Pada akhir periode akan muncul jurnal penyesuaian untuk mengkoreksi pengakuan
pendapatan sewa di atas, yaitu :
Dari awal transaksi pendapatan sewa diakui sebagai pendapatan sewa (terlihat di
jurnal umumnya) maka dalam neraca saldo yang muncul juga akun pendapatan
sewa, sehingga akun pendapatan sewa diterima dimuka (golongan akun utang)
dalam jurnal penyesuian adalah akun riil yang baru. Oleh karena itu jurnal
penyesuian ini memerlukan jurnal pembalik, yaitu :
2. Pengakuan terhadap pendapatan yang masih harus diterima (piutang
pendapatan ....) dan beban yang masih harus dibayar (utang beban .....).
a. Jika pada akhir periode akuntansi diakui pendapatan bunga dari bank yang
masih harus diterima maka akan terlihat dalam jurnal penyesuaiannya yaitu :
Piutang bunga dalam jurnal penyesuaian di atas tidak akan nampak pada neraca
saldonya sehingga akun piutang bunga tergolong akun riil yang baru yang
memerlukan ayat jurnal pembalik yaitu :
b. Jika pada akhir periode akuntansi diakui terdapat beban gaji yang masih yang
masih harus dibayar (Utang gaji) maka akan terlihat dalam jurnal penyesuaiannya
yaitu :
Pengertian Perusahaan Dagang, Jenis, & Ciri-
Cirinya| Secara umum, perusahaan dagang
adalah perusahaan yang kegiatan utamanya
membeli, menyimpan dan menjual kembali
barang dagang tanpa memberikan nilai tambah
terhadapnya. Nilai tambah berupa mengolah atau
mengubah bentuk atau sifat barang, sedemikian
rupa sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.

Jenis-Jenis Perusahaan Dagang - Perusahaan dagang


dikelompokkan menjadi dua yaitu berdasarkan produk yang
diberdayakan, dan macam konsumen yang terlibat. Berikut macam-
macam perusahaan dagang...
1. Jenis-Jenis Perusahaan Dagang Berdasarkan Produk Yang
Diperdayakan
Perusahaan Dagang Barang Produksi, adalah perusahaan yang
memperdagangkan produk bahan-bahan baku (raw material)
sebagai bahan dasar pembuatan produk atau alat-alat produksi
untuk menghasilkan produk lain. Seperti kayu gelondongan dan
mesin gergaji.
Perusahaan Dagang Barang Jad, adalah perusahaan yang
memperdagangkan produk final atau dalam bentuk akhir yang siap
untuk dikonsumsi manusia. Seperti buku,sepatul, televisi dan lain-
2. Jenis-Jenis Perusahaan Dagang Berdasarkan Macam Konsumen Yang
Terlibat
Perusahaan Dagang Besar (Wholesaler),adala perusahaan yang secara
langsung membeli produk dari pabrik dalam jumlah yang besar.
Perusahaan kemudian menjual barannya ke sebagian pedagang dengan
perantara yang volume penjualan yang cukup besar. Contohnya
perusahaan dagang besar adalah grosir.
Perusahaan Dagang Perantara (Middleman), adalah perusahaan yang
membeli dalam partai besar untuk dijual kembali ke pengecer dalam
jumlah sedang. Contoh perusahaan dagang besar adalah subgrosir.
Perusahaan Dagang Pengecer (Retailer), adalah perusahaan yang langsung
berhubungan dengan konsumen. Konsumen dapat membeli secara eceran
atau produk yang ditawarkan. Retailer sering kita dapati di lingkungan kita.
Contoh perusahaan dagang pengecer adalah warung, kios dan swalayan.
Ciri-Ciri/Karakteristik Perusahaan Dagang - Perusahaan
dagang dibedakan dari jenis lain dengan melihat ciri khusus
yang melekat dalam perusahaan dagang. Ciri-ciri
perusahaan dagang adalah sebagai berikut...
1. Bentuk Produk yang Diperjuabelikan,
Dalam perusahaan dagang, produk yang diperjualbelikan
adlaah barang yang berujud (tangible) sehingga dapat
diindra. Contohnya adalah mebel, pesawat radio, beras dan
sebagianya. Sedangkan perusahaan jasa produk yang
diperjualbelikan adalah jasa dengan karakteristik dari jasa
adalah tidak berwujud (intangilble).
2.Tidak Adanya Perubahan Bentuk atau Sifat dari Produk
Yang Diperdagangkan
Aktivitas utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang
dagang tanpa mengubah atau menambah bentuk dan sifatnya.
3. Akun-Akun Khusus
Terdapat akun-akun khusus yang didapati perusahaan dagang, misalnya
akun harga pokok penjualan, persediaan barang dagang, potongan dan
retur penjualan dan sebagainya.
4. Penghitungan Laba/Rugi
Pola penghitungan laba/rugi perusahaan dagang berbeda dengan
perusahaan jasa, karena terdapat akun-akun khusus. Dalam perusahaan
jasa, laba didapatkan dengan cara mengurangi pendapatan dengan beban.
Tetapi, dalam perusahaan dagang, laba yang diperoleh dengan cara
berikut...
Pendapatan xxx
Harga Pokok Penjualan (xxx)
Laba Kotor xxx
Beban-Beban (xxx)
Laba Bersih xxx
AKUNTANSI UNTUK PENJULAN BARANG
DAGANGAN
PENJUALAN TUNAI
Penjualan tunai biasanya dicatat pada Register
Kas dan pada akhir hari kerja dijumlah.
Penjualan tunai seperti ini dapat dicatat
sebagai berikut :
Kas Rp 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
PENJUALAN KREDIT
Suatu perusahaan sering juga menjual barang
dagangan secara kredit yaitu bilamana
pembayaran baru diterima bebarapa waktu
kemudian. Penjualan semacam ini dibukukan
debet pada rekening Piutang dagang dan kredit
rekening penjualan, jurnalnya adalah :
Piutang Dagang Rp 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
(Untuk mencatat transaksi penjualan kredit)
Penjualan dengan kartu kredit yang bukan dikeluarkan oleh bank misalnya
American Express umumnya harus dilaporkan secara berkala kepada perusahaan
yang mengelolah kartu kredit tersebut sebelum dapat dicairkan menjadi uang
tunai.Penjualan seperti ini menimbulkan piutang pada perusahaan pengelolah
kartu kredit tersebut. Pengelolah kartu kredit akan memungut ongkos jasa
pengurusan sebelum mengirimkan uang tunai pencairan kartu kredit tersebut.
Misalkan penjualan dengan menggunakan kartu kredit bukan bank Rp 5.000.000
dan dilaporkan kepada perusahaan pengelolah kartu kredit pada tanggal 10
Januari. Pada Tanggal 15 Januari perusahaan pengelolah kartu kredit memotong
ongkos sebesar Rp 125.000 dan mengirim uang sebesar Rp 4.875.000. Transaksi
tersebut dapat dicatat :
10 Januari Piutang Dagang Rp 5.000.000
Penjualan Rp 5.000.000
( Penjualan dgn menggunakan American Express)
15 Janauri Kas Rp 4.875.000
Beban Penagihan Kartu Kredit Rp 125.000
Piutang dagang Rp 5.000.000
( Penerimaan kas dari American Express untuk penjualan
yang dilaporkan tanggal 10 Januari)
RETUR DAN POTONGAN PENJUALAN
Misalnya diterima pengembalian barang karena rusak
dari salah seorang pelanggan senilai Rp 250.000 yang
berasal dari transaksi penjualan kredit. maka pencatatn
yang dilakukan untuk pengembalian barang tersebut
adalah :
Retur dan Potongan Penjualan Rp 250.000
Piutang Dagang Rp 250.000
( Berdasarkan nota kredit no. 234)
Jika uang tunai yang dikembalikan karena barang yang
dikembalikan ataupun karena potongan harga, maka
retur dan potongan penjualan didebet dank as dikredit
POTONGAN PENJUALAN
Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka syarat pembayaran dimasa
akan datang harus ditetapkan dengan jelas, sehingga kedua pihak
mengetahui berapa jumlah yang harus dibayar dan kapan pembayaran
dilakukan. Syarat penjualan biasanya dicantumkan dalam faktur penjualan
dan merupakan bagian dari perjanjian penjualan. Syarat perjanjian disebut
juga dengan termin yang biasa ditulis 2/10, n/30, artinya adalah akan
diberikan potongan 2% jika pembayaran dilakukan 10 hari sesudah tanggal
faktur, tapi tidak melewati 30 hari sejak tanggal faktur.
Syarat penjualan kadang kala juga ditulis dengan symbol n/30 (n adalah
singkatan dari netto) yang artinya harga faktur neto atau keseluruhan
harga faktur harus dibayar dalam waktu 30 hari sesudah tanggal faktur,
cara lain menyatakan syarat penjualan adalah misal n,10/EOM (End of
Month) atau akhir bulan. Ini berarti faktur harus dibayar dalam waktu 10
hari sesudah akhir bulan, dihitung dari bulan yang tertulis pada faktur.
Pada saat transaksi penjualan penjual belum mengetahui apakah pembeli akan memanfaatkan
potongan atau tidak. Biasanya perusahaan mencatat penjualan sebesar harga faktur bruto.
Contoh :
Pada tanggal 20 Januari perusahaan Amazon menjual barang dagangan kepada seorang pembeli
seharga Rp 10.000.000 secara kredit, dengan syarat 2/10,n/30. Jurnal untuk mencatat transaksi
penjualan ini adalah :
20 Januari Piutang dagang Rp 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
(Pencatatan penjualan barang dagangan dengan
syarat 2/10,n/30)
Syarat penjualan diatas mempunyai arti bahwa perusahaan Amazon akan memberikan potongan
2% ( 2% x 10.000.000 = 200.000) jika pembeli melakukan pembayaran tidak melewati tanggal 30
Januari atau jika melewati tanggal 30 Januari tapi tidak lebih dari tanggal 19 Februari pembeli harus
membayar penuh yaitu 10.000.000. Jurnal pencatatan transaksi tanggal 30 Januari adalah :
30 Januari Kas Rp 9.800.000
Potongan penjualan Rp 200.000
Piutang Dagang Rp 10.000.000
( Pencatatan penerimaan piutang dikurangi potongan
2%)
Seandainya pembeli melakukan pengembalian barang (retur) sebelum
pembayaran dilakukan, maka potongan hanya dikenakan pada harga
barang yang jadi dijual (tidak dikembalikan). Sebagai contoh seandainya
konsumen yang melakukan pembelian pada tanggal 10 Januari seharga Rp
10.000.000 dengan syarat 2/10,n/30, pada tanggal 15 Januari
mengembalikan barang yang rusak seharga Rp 2.000.000, maka harga
faktur brutoatas barang yang jadi dibeli adalah Rp 8.000.000 (Rp
10.000.000 Rp 2.000.000). Dengan demikian potongan tunai harus
dihitung atas dasar harga Rp 8.000.000. Misalkan pembeli melakukan
pembayaran tanggal 19 Januari maka ia akan mendapat potongan sebesar
Rp 160.000 (2% x Rp 8.000.000). Jurnal yang dicatat adalah :
19 Januari Kas Rp 7.840.000
Potongan tunai penjualan Rp 160.000
Piutang dagang Rp 8.000.000
(untuk mencatat penerimaan piutang dengan
potongan 2%)
Seandainya pembayaran piutang diterima tanggal 21 Januari, maka perusahaan, maka pembeli
tidak memanfaatkan potongan, maka ia harus membayar penuh sebeesar Rp 8.000.000. Jurnal yang
dilakukan adalah :
21 Januari Kas Rp 8.000.000
Piutang Dagang Rp 8.000.000
(Untuk mencatat penerimaan piutang dagang)
Contoh penyajian rekening-rekening tersebut dalam laporan rugi laba adalah :
PT Amazon
Laporan Rugi-Laba (sebagian)
Penjualan Rp 10.000.000
Kurangi : Retur dan Potongan penjualan Rp 250.000
Potongan Penjualan Rp 160.000
Rp 410.000
Penjualan bersih . Rp 9.590.000
HARGA POKOK PENJUALAN
Harga pokok barang yang telah laku dijual biasa disebut juga Harga Pokok Penjualan (HPP). Untuk
mendapat memahami cara menentukan harga pokok penjualan pada suatu periode, kita harus
memahami dahulu pengertian persediaan dagangan dan harga pembelian bersih.
PERSEDIAAN BARANG DAGANG (INVENTORY)
Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para
konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan.
Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal periode akuntansi, disebut persediaan awal.
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir periode akuntansi disebut dengan persediaan
akhir dan akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar yaitu pada rekening persediaan dan
dipihak lain dicantumkan dalam laporan rugi-laba sebagai salah satu elemen yang akan
berpengaruh pada penentuan laba bersih perusahaan.
Ada dua system pencatatan persediaan yakni metode persediaan periodik dan metode persediaan
perpetual.
Metode Persediaan Periodik
Dalam metode periodik, adanya transaksi peembelian tidak didebet pada rekening persediaan tapi
didebet pada rekening pembelian begitu juga dengan transaksi penjualan tidak dikredit pada
reeking persediaan tapi pada reeking penjualan.
Informasi mengenai persediaan yang ada pada suatu saat tertentu, tidak didapat dari rekening
persediaan tapi melalui perhitungan fisik atas persediaan yang ada digudang. Perhitungan fisik
biasa dilakukan pada saat perusahaan akan menyusun laporan keuangan. Dalam metode ini
perhitungan fisik mempunyai peranan penting, karena tanpa perhitungan fisik laporan keuangan
tidak dapat disusun. Dalam pembahasan ini kita akan menggunakan metode pisik atau periodik.
Metode Persediaan Perpetual
Dalam metode perpetual, baik jumlah penjualan maupun harga pokok penjualan dan dicatat pada
setiap saat barang dijual. Dengan cara ini catatan akuntansi akan secara terus menerus
mengungkapkan besarnya persediaan yang ada.
Contoh perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah :
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan barang, 1 Januari Rp 10.000
Pembelian Rp 530.000
Dikurangi : Retur dan Potongan pembelian Rp 20.000
Potongan pembelian Rp 10.600
Pembelian bersih Rp 499.400
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 509.400
Dikurangi : Persediaan barang, 31 Desember Rp 60.000
Harga Pokok Penjualan Rp 449.400
PERSEDIAAN AWAL
Persediaan awal sebesar Rp 10.000 diperoleh dari perhitungan fisik periode yang lalu
PEMBELIAN
Apabila perusahaan menggunbakan metode persediaan periodic, maka pembelian barang
dagangan dicatat dengan mendebet rekening pembelian. Rekening pembelian merupakan sebuah
rekening sementara yang digunakan untuk mengumpulkan seluruh harga pokok barang yang dibeli
selama periode, sehingga pada tiap akhir peeriode rekening ini harus ditutup.
Misalkan pada tanggal 5 Januari perusahaan membeli barang dagangan secara
kredit (2/10, n/30) seharga Rp 530.000. Transaksi ini dicatat :
5 Januari Pembelia Rp 530.000
Hutang Dagang Rp 530.000
( untuk mencatat pembelian barang dagangan
dengan termin (2/10,n/30)
Rekening pembelian hanya digunakan untuk mencatat pembelian barang
dagangan, apabila perusahaan membeli barang yang digunakan untuk keperluan
sendiri misalnya membeli lemari untuk dipakai sendiri, maka yang didebet adalah
rekening aktiva yang bersangkutan.
RETUR DAN POTONGAN PEMBELIAN
Seperti halnya transaksi penjualan, dalam transaksi pembelian terdapat juga retur
pembelian. Apabila barang yang dibeli dari pemasok ternyata rusak atau tidak
memuaskan, maka biasa pembeli mengembalikan barang tersebut dan utang
kepada pemasok menjadi berkurang. Kemungkinan lain adalah barang tersebut
tidak dikembalikan oleh pembeli tapi ia meminta potongan harga. Untuk mencatat
kejadian ini biasanya digunakan rekening Retur dan Potongan pembelian.
Misal Pada tanggal 6 Januari dikembalikan barang sebesar Rp 20.000 yang dibeli
pada tanggal 5 Januari. Maka jurnalnya adalah :
6 Januari Hutang Dagang Rp 20.000
Retur Pembelian Rp 20.000
(untuk mencatat pengembalian barang )
Transaksi retur pembelian sebenarnya dapat dicatat dengan mengkredit rekening
pembelian. Namun banyak perusahaan menyukai rekening retur dan potongan
pembelian, karena dari rekening ini dapat diketahui jumlah retur pembelian yang
terjadi selama periode.
Rekening retur dan potongan peembelian merupakan rekening lawan terhadap
rekening pembelian. Saldo reking retur dan potongan pembelian harus
dikurangkan terhadap jumlah pembelian kotor, sehingga dapat diketuhi
pembeelian bersih.
POTONGAN TUNAI PEMBELIAN
Apabila barang dagangan dibeli secara kredit maka syarat pembayarannya ditulis
pada faktur peembelian. Pemasok biasanya memberikan potongan kepada
pembeli yang membayar dalam waktu yang telah ditentukan. Jika penjual
memberikan potongan tunai, maka potongan tersebut oleh pembeli dinamakan
potongan tunai pembelian.
Sehubungan dengan contoh sebelumnya yaitu pada tanggal 5 Januari perusahaan membeli barang
dagangan secara kredit (2/10, n/30) seharga Rp 530.000 Kemudian tanggal 6 Januari dikembalikan
barang sebesar Rp 20.000 yang dibeli pada tanggal 5 Januari. Seandainya tanggal 14 Januari
perusahaan melunasi semua hutangnya. Maka jurnalnya adalah :
14 Januari Hutang dagang Rp 530.000
Potongan pembelian Rp 10.600
Kas Rp 519.400
(Jurnal untuk mencatat saat pembayaran atas pembelian
barang tanggal 5 Januari, dengan potongan 2%)
POTONGAN RABAT
Biasanya pembelian dalam jumlah yang besar bisanya mendapat potongan khusus dari harga resmi
yang tercantum. Potongan semacam ini disebut RABAT. Rabat tidak dama dengan potongan tunai.
Potongan tunai adalah potongan yang diterima karena perusahaan membayar dalam waktu yang
telah ditentukan dalam syarat pembelian, sedangkan rabat adalah potongan yang diterima berupa
pengurang harga dari harga resmi. Rabat biasanya ditentukan dalam tarif. Misalnya Barang dengan
harga menurut daftar sebesar Rp100.000 dijual dengan rabat 30% . Harga jual sesungguhnya
menjadi Rp 70.000 ( 100.000- (30% x Rp 100.000). Rabat tidak dicatat dalam pembukuan, baik
dalam pembukuan pembeli maupun penjual.
BIAYA ANGKUT
Perjanjian antara penjual dan pembeli mencakup ketentuan mengenai pihak manakah yang harus
menanggung biaya angkut barang ke gudang pembeli. Bila pembeli yang menanggung biaya
tersebut, ketentuan ini disebut franco gudang penjual (FOB Shipping point), bila biaya angkut
ditanggung oleh penjual, ketentuan ini disebut franco gudang pembeli ( FOB Destination).
Biaya Angkut bagi Pembeli
Bila barang dibeli dengan syarat franco gudang penjual, maka biaya angkut yang telah dibayar oleh
pembeli hendaknya didebet ke perkiraan Pembelian dan dikredit ke rekening Kas. Beberapa
perusahaan menggunakan perkiraan yang diberi judul Angkos Angkut. Saldo perkiraan ini
ditambahkan ke saldo perkiraan pembelian untuk menetapkan jumlah harga pokok barang yang
dibeli.
Dalam bebrapa hal, penjual mungkin membayar dimuka biaya angkut dan menambahkannya ke
Faktur, walaupun dalam perjanjiannya dinyatakan bahwa pembeli yang menanggung biaya angkut
tersebut (franco gudang penjual). Bila penjual membayar lebih dulu biaya angkut, pembeli akan
memasukkan biaya itu dalam debet pembelian dan kredit hutang dagang. Misalnya tanggal 15
Januari Amazon Co. membeli barang dari Bill Co. secara kredit seharga Rp 5.000.000 dengan syarat
franco gudang penjual, (2/10,n/30) ditambah biaya angkut yang telah dibayar lebih dahulu oleh
penjual sebesar Rp50.000yang ditambahkan ke faktur. Ayat jurnalnya adalah :
15 Januari Pembelian Rp 5.050.000
Hutang dagang Rp 5.050.000
(mencatat pembelian barang dagangan dengan
franco gudang pembeli)
Bila dalam perjanjian dicantumkan adanya potongan harga untuk pelunasan lebih awal, maka
potongan itu dihitung dari jumlah penjualan dan bukan dari total jumlah dalam faktur. Misalkan
Amazon Co. membayar hutang tanggal 20 Januari , maka perhitungannya adalah :
Faktur dari Bill termasuk biaya angkut Rp 50.000 yang telah dibayar lebih dulu oleh penjual Rp
5.050.000
Dasar menghitung potongan Rp 5000.000
Tarif potong 2%
Jumlah potongan (5.000.000 x 2%) Rp 100.000
Jumlah pembayaran Rp 4.950.000
Amazon akan menjurnal :
20 Januari Hutang dagang Rp 5.050.000
Kas Rp 4.950.000
Potongan pembelian Rp 100.000
Biaya Angkut bagi penjual
Bila dalam perjanjian dinyatakan bahwa penjual menanggung biaya angkut (franco gudang
pembeli), maka biaya angkut yang dibayar oleh penjual didebet ke perkiraan Biaya transport. Total
biaya ini dilaporkan dalam perhitungan rugi laba sebagai biayapenjualan.
Pada akhir periode akuntansi, perusahaan yang menggunakan metoda periodic harus melakukan
perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang belum terjual. Jumlah fisik persediaan ini kemudian
dikalikan dengan harga pokok yang sesuai, sehingga dapat ditentukan harga pokok persediaan akhir
periode.
LABA KOTOR
Laba kotor yang dimiliki oleh perusahaan berasal dari Penjualan neto dikurangi dengan Harga Pokok
Penjualan. Contoh :
Penjualan bersih Rp 9.590.000
Harga Pokok Penjualan Rp 449.400
Laba Kotor Rp 9.140.600
BIAYA OPERASIONAL
Biaya operasi perusahaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan subjek. Pada
perusaaah pengecar umumnya cukup membagi beban operasi menjadi dua kelompok, yaitu biaya
penjualan dan biaya umum.
Biaya yang timbul secara langsung dan seluruhnya berhubungan dengan penjualan barang
dagangan, digolongkan sebagai biaya penjualan (selling expenses). Contoh biaya gaji pegawai
bagian penjualan, perlengkapan gudang yang digunakan, penyusutan [eralatan gudang dan beban
iklan.
Beban yang timbul dalam operasi umum perusahaan digolongkan sebagai biaya umum atau biaya
administrasi. Contoh gaji pegawai kantor, asuransi dan pajak biasanya dilaporkan dalam biaya
umum.
Biaya yang reletif kecil jumlahnya dan tidak dapat diindentifikasi ke perkiraanutama umumnya
dikumpulkan dalam perkiraan biaya penjualan rupa-rupa dan biaya umum rupa-rupa.
LABA DARI OPERASIONAL
Selisih antara laba kotor dengan total biaya operasi disebut laba dari operasi. Jumlah laba operasi dan hubungannya dengan investassi modal serta
penjumlahan bersih merupakan faktor penting untuk menilai efisiensi manajemen dan tingkat profitabilitas perusahaan. Bila biaya operasi lebih besar
dari laba kotor, selisih ini disebut kerugian dari operasi.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
NERACA SALDO
31 DESEMBER 2002 (dalam ribuan rupiah)
Rekening Saldo
Debet Kredit
Kas Rp 9.500
Piutang dagang 16.100
Persediaan barang dagangan 36.000
Asurasni Dibayar dimuka 3.800
Gedung 80.000
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp 16.000
Utang Dagang 20.400
Modal, Mutiara 83.000
Prive, Mutiara 15.000
Penjualan 480.000
Retur dan Potongan penjualan 12.000
Potongan tunai penjualan 8.000
Pembelian 325.000
Retur dan potongan pembelian 10.400
Potongan tunai pembelian 6.800
Biaya angkut pembelian 12.200
Biaya angkut penjualan 7.000
Biaya iklan 16.000
Biaya sewa 19.000
Biaya gaji 40.000
Biaya rupa-rupa 17.000
Total 616.600 616.600
Prosedur-prosedur akhir periode pada perusahaan dagang dengan Metode Pisik
1. Pembuatan jurnal penyesuaian
2. Penyusunan Neraca Lajur
3. Penyusunan Laporan Keuangan
4. Pembuatan jurnal penutup pada akhir periode
PENYESUAIAN
Penyesuaian diperlukan pada akhir periode didalam suatu perusahaan dagang, pada umumnya tidak berbeda
dengan penyesuaian-penyesuaian dengan perusahaan jasa.
Perusaah yang menggunakan metode periodik sangat sederhana, namun metode ini tidak dapat menyediakan
informasi mengenai dua hal yang sangat diperlukan dalam laporan keuangan, yaitu informasi tentang :
1. Persediaan yang ada pada setiap saat diperlukan
2. Harga pokok barang yang sudah dijual ( harga pokok penjualan)
Hal ini disebabkan karena dalam metode persedian periodik rekening persediaan barang dagangan tidak
digunakan untuk mencatat pertambahan persediaan karena adanya transaksian pembelian dan sebaliknya juga
tidak mencatat pengurangan persediaan karena adanya transakssi penjualan sehingga dalam buku besar rekening
persediaan hanya menunjukkan saldo persediaan barang dagangan pada awal periode. Rekening ini tidak dapat
memberi informasi mengenai jumlah persediaan yang ada pada saat-saat tertentu. Pada akhir periode perusahaan
melakukan perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang ada digudang (belum terjual) pada akhir periode.
Informasi tentang persediaan akhir yang diperoleh melalui perhitungan fisik ini harus dimasukkan dalam
pembukuan perusahaan, agar pembukuan dapat memberikan informasi sesuai dengan keadaan keadaan yang
sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Proses untuk memasukkan data persediaan akhir ini kedalam
pembukuan perusahaan dilakukan dengan membuat jurnal penyesuaian.
Sesuai dengan rumus diatas maka jurnal penyesuaian untuk mecatat harga pokok
peenjualan dan persediaan akhir pada perusahaan yang menggunakan persediaan
periodic adalah :
Apabila dalam buku besar terdapat rekening-rekening yang berpengaruh atas
pembelian, seperti rekening biaya angkut pembelian, Retur dan Potongan
Pembelian, dan Potongan Tunai Pembelian, maka saldo rekening-rekening tersebut
harus dipindahkan juga kerekening Harga Pokok Penjualan.
Apabila jurnal-jurnal penyesuaian tersebut diatas dibukukan ke buku besar, maka
saldo rekening Persediaan Barang Dagangan akan menunjukkan jumlah persediaan
yang ada pada akhir periode dari rekening Harga Pokok Penjualan untuk periode
yang bersangkutan.
Untuk memperjelas, dibawah ini data-data untuk penyesuaian pembukuan
Perusahaan Dagang MUTIARA pada akhir bulan Desember 2002 (dalam ribuan ):
1. Persediaan barang dagangan per 31 Desember 2002 Rp 40.000
2. Asuransi Dibayar Dimuka Rp 1.800
3. Depresiasi Gedung 10% pertahun
4. Gaji Pegawai yang masih harus dibayar Rp 5.000
5. Sewa yang masih harus dibayar Rp 4.000
urnal khusus (special journal) yang biasa digunakan dalam
akuntansi perusahaan dagang terdiri atas empat macam:
1. jurnal penerimaan kas, untuk mencatat transaksi
penerimaan kas,
2. jurnal pengeluaran kas, untuk mencatat transaksi
pengeluaran kas,
3. jurnal pembelian, untuk mencatat transaksi pembelian
secara kredit,
4. jurnal penjualan, untuk mencatat transaksi penjualan
barang dagangan secara kredit.

1. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)

Suatu transaksi keuangan yang sering terjadi berkaitan dengan penerimaan uang tunai yang berasal
dari berbagai sumber perusahaan, perlu dibuatkan kolom khusus untuk akun Kas (debit), sehingga
pencatatannya dilakukan pada jurnal penerimaan kas. Jurnal penerimaan kas adalah buku jurnal
yang digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan uang atau uang tunai.

Transaksi yang dicatat dalam jurnal penerimaan kas antara lain sebagai berikut.
a. Penjualan tunai.
b. Penerimaan pelunasan piutang.
c. Penerimaan pendapatan (Pendapatan bunga, dividen, sewa, dan lain-lain).
d. Retur pembelian secara tunai.

Bentuk Jurnal penerimaan kas adalah:

2. Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal)


Suatu transaksi keuangan yang sering terjadi berkaitan dengan pengeluaran uang
tunai untuk berbagai kegiatan perusahaan, perlu dibuatkan kolom khusus untuk
akun Kas (kredit), sehingga pencatatannya dilakukan pada jurnal pengeluaran kas.
Jurnal pengeluaran kas adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat semua
transaksi pengeluaran uang kas/pembayaran uang tunai.
Transaksi yang dicatat dalam jurnal pengeluaran kas antara lain sebagai berikut.
a. Pembelian secara tunai.
b. Pembayaran atau pelunasan utang dagang.
c. Pembayaran beban-beban.
d. Retur penjualan secara tunai.
e. Pengambilan uang tunai untuk pribadi.
Bentuk jurnal pengeluaran kas adalah:
3. Jurnal Pembelian (Purchases Journal)
Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat semua transaksi pembelian secara
kredit. Transaksi pembelian yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah
pembelian barang dagangan, pembelian perlengkapan, pembelian peralatan,
inventaris, dan sebagainya. Jadi, jurnal pembelian adalah buku jurnal yang
digunakan untuk mencatat semua transaksi pembelian secara kredit, baik
pembelian barang dagangan maupun bukan barang dagangan.
Transaksi yang dicatat dalam jurnal pembelian antara lain sebagai berikut.
a. Pembelian barang dagangan secara kredit
b. Pembelian perlengkapan, peralatan, dan aktiva lain secara kredit.
Bentuk jurnal pembelian adalah:

4. Jurnal Penjualan (Sales Journal)


Suatu perusahaan dagang sering melakukan
transaksi penjualan barang dagangan, terutama
penjualan barang dagangan secara kredit. Untuk
itulah diperlukan pencatatan khusus atas
transaksi tersebut dalam jurnal penjualan. Jurnal
penjualan adalah buku jurnal yang digunakan
untuk mencatat semua transaksi penjualan
barang dagangan secara kredit.
Bentuk jurnal penjualan adalah:
Data penyesuaian per 31 Desember 2005 adalah sebagai berikut.
1. Rekening koran yang diterima dari bank memperlihatkan saldo kredit sebesar Rp8.500.000,00. Selisih tersebut disebabkan karena bank
mengkredit jasa giro (bunga) sebesar Rp600.000,00 dan mendebit biaya administrasi bank sebesar Rp100.000,00.
Untuk itu, saldo menurut buku dan rekening koran harus disesuaikan.
2. Nilai persediaan barang dagangan sebesar Rp18.000.000,00.
3. Nilai persediaan perlengkapan toko sebesar Rp500.000,00.
4. Nilai persediaan perlengkapan kantor sebesar Rp100.000,00.
5. Iklan yang telah dibayar adalah untuk 20 kali penerbitan di harian Ibu Kota Pos. Pembayaran dilakukan mulai 1 Maret 2005, dan sampai dengan
31 Desember 2005 telah diterbitkan sebanyak 15 kali penerbitan.
6. Sewa toko yang telah dibayar adalah untuk masa 1 Maret 2005 sampai dengan 1 Maret 2006.
7. Penyusutan peralatan toko sebesar 20% dari harga perolehan.
8. Penyusutan peralatan kantor sebesar 10% dari harga perolehan.
9. Rekening listrik dan air sebesar Rp100.000,00 belum dibayar. Bukukan ke akun beban umum serba-serbi.
10. Taksiran pajak penghasilan untuk tahun 2005 sebesar Rp4.500.000,00.

Perkiraan yang masih harus dibukukan, antara lain sebagai berikut.


104 Perlengkapan toko
105 Perlengkapan kantor
106 Iklan dibayar di muka
107 Sewa dibayar di muka
202 Utang listrik dan air
203 Utang pajak
511 Ikhtisar laba/rugi
606 Beban penyusutan peralatan toko
614 Beban penyusutan peralatan kantor
701 Pendapatan bunga

Diminta:
Berdasarkan transaksi-transaksi di atas, tugasmu adalah:
a. susunlah jurnal penyesuaiannya!
b. susunlah kertas kerja per 31 Desember 2005!
Piutang Wesel/Wesel Tagih (notes receivable)
Piutang usaha yang didukung dengan adanya janji tertulis berisikan
kesediaan debitur yang berutang, untuk membayar sejumlah uang
kepada kreditur pada tanggal tertentu pada masa yang akan datang.
Utang Wesel/Wesel Bayar (notes payable)
Merupakan utang yang didukung dengan adanya surat pengakuan
utang atau surat pernyataan kesediaan untuk membayar yang
ditandatangani ole si debitur itu sendiri. Jumlah utang wesel yang
terjadi dicatat kedalam rekening utang wesel.
Piutang Tidak Dapat Tertagih
Bila suatu barang ataupun jasa dijual secara kredit, biasanya
sebagian dari piutang terhadap pelanggan tersebut tidak dapat
ditagih. Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang
disebut beban atau kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih,
piutang ragu-ragu atau hutang tidak terbayar.
Ada 2 metode Akuntansi :
Metode Penyisihan (allowance method) adalah membuat
penyisihan/pencadangan dimuka untuk piutang yang tidak akan
dapat ditagih.
Metode Penghapusan Langsung (direct write-oof method) adalah
baru ditetapkan sebagai beban, setelah piutang tertentu dinyatakan
secara pasti tidak akan dapat ditagih.
Rumus Menghitung Bunga : Pokok x Tarif(%) x Waktu = Bunga
Contoh : selembar wesel bernilai $1.500 akan dibayar dalam 20
hari dengan suku bunga 12% maka bunganya adalah $10.
Penyelesaian : $1.500 x 12/100 x 20/360 = $10
BUNGA DAN DISKONTO
1.1.
Bunga SederhanaPada bab ini, kita akan memahami
beberapa istilah ;a. Principal (Uang Pokok) yaitu
peminjam
harusmengembalikan semua uang yang dipinjam kep
ada investorb. Interest (bunga), yakni biaya yang
dibebankankepada peminjam atas penggunaan pinja
man tersebut.c. Nilai akumulasi atau nilai jatuh
tempo adalah jumlahuang pokok dan bunga pada
saat jatuh tempo
Rumus Bunga Sederhana :

Rumus Nilai Jatuh Tempo (S) :

Rumus Jangka Waktu jika dinyatakan dalam
bulan,maka :
Bunga = Uang Pokok x Tarif ( tingkat
bunga ) x WaktuI = P x r x tNilai Jatuh Tempo = Uang
pokok + BungaS = P + IWaktu = Jumlah Bulan : 12t = b :
PT Siantar memohon pinjaman 2 tahun
sebesar Rp. 650.000 dari Bank BRI.Bank
menyetujui pemberian pinjaman tersebut
pada tarif bunga tahunan14%. Berapa jumlah
bunga sederhana dan nilai jatuh tempo PT
tersebut ?Jawab :a. I = P x r x t= Rp. 650.000 x
0,14 x 2= Rp. 182.000b. S = P + I= Rp. 650.000
+ Rp. 182.000= Rp. 832.000
Hitunglah bunga sederhana dari pinjaman
sebesar Rp. 650.000 yang diambilPT Siantar
tersebut jika pinjaman ini diberikan kepadanya
pada tarif bunga21% dan akan jatuh tempo
dalam 3 bulan. Hitung juga berapa nilai
jatuhtemponyaJawab :a. I = P x r x t= Rp.
650.000 x 21% x 3/12= Rp. 34.125b. S = P + I=
Rp. Rp. 650.000 + Rp. 34.125= Rp. 684.125
Pengertian Pos Transitoris
Pos Transitoris adalah pendapatan yang sudah diterima kasnya akan
tetapi belum menjadi hak perusahaan, dan biaya yang sudah
dibayar dengan kas akan tetapi belum menjadi kewajiban
perusahaan.

Pada Pos Transitoris terdapat 2(dua) macam rekening,yaitu:

a. Pos Transitoris Aktif


Pos Transitoris Aktif adalah pos yang berhubungan dengan biaya
biaya yang sudah di bayar oleh perusahaan tetapi belum semuanya
di manfaatkan oleh perusahaan.
b. Pos Transitoris Pasif
Pos Transitoris Pasif adalah pos yang berhubungan dengan penghasilan yang sudah
diterima oleh perusahaan tetapi sebenarnya belum menjadi hak perusahaan.
1. Pengertian Pos Antisipasi
Pos Antisipasi adalah pendapatan yang belum diterima dalam bentuk kas akan
tetapi sudah menjadi hak perusahaan, dan biaya yang belum dibayar dengan kas
akan tetapi sudah menjadi kewajiban perusaahaan.

Sama halnya dengan Pos Transaitoris, pos antisipasi dibagi menjadi dua
rekening,yaitu:

a. Pos Antisipasi Aktif


Pos Antisipasi Aktif adalah pendapatan-pendapatan yang sudah menjadi hak
perusahaan tetapi belum diterima kasnya. Transaksi ini dikenal dengan nama
Pendapatan Yang Masih Akan Diterima atau Piutang Pendapatan.
b. Pos Antisipasi Pasif
Pos Antisipasi Pasif adalah beban-beban yang telah
menjadi beban suatu periode akuntansi, akan tetapi
belum dikeluarkan kasnya sampai pada akhir periode
akuntansi yang bersangkutan.

Contoh transaksi yang berhubungan dengan pos ini


adalah :
Utang biaya gaji
Utang biaya iklan
Persedian barang dagang adalah barang-
barang yang dibeli perusahaan dengan
maksud dijual lagi (barang dagangan), atau
masih dalam proses produksi yang akan diolah
lebih lanjut menjadi barang jadi kemudian
dijual (barang dalam proses), atau akan
digunakan dalam proses produksi barang jadi
yang kemudian dijual (bahan baku atau
pembantu).
Contoh kasus :
Persediaan awal PT. X adalah 25 unit @ Rp240 = Rp 6.000,-
Pembelian
Tgl 5 Mei 2001 100 unit @ Rp250 = Rp 25.000
15 Mei 2001 150 unit @ Rp260 = Rp 39.000
25 Mei 2001 125 unit @ Rp275 = Rp 34.375
375 unit Rp 98.375
Penjualan
Tgl 10 Mei 2001 75 unit @ Rp300 = Rp 22.500
20 Mei 2001 175 unit @ Rp315 = Rp 55.125
30 Mei 2001 100 unit @ Rp325 = Rp 32.500
350 unit Rp 110.125
Tentukan nilai persediaan akhir, HPP dan laba kotor menggunakan
menggunakan identifikasi khusus, FIFO, LIFO, dan rata-rata jika
perusahaan menggunakan pencatatan fisik.

Persediaan akhir = persediaan awal + pembelian penjualan


= 25 + 375 350
= 50 unit

Metode Identifikasi Khusus


Dalam metode ini setiap barang yang dibeli diberi tanda khusus
pada kemasan barang yang bersangkutan (dapat berupa
kartu/label) yang berisi informasi kuantitas yang dibeli, harga pokok
dan Kuantitas yang dijual
Kuantitas Harga Pokok setiap Total Harga
dalam unit unit Pokok
5 Rp240 Rp1.200
15 Rp250 Rp3.750
10 Rp260 Rp2.600
20 Rp275 Rp5.500
50 Rp13.050
Persediaan akhir = Rp 13.050
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375 Rp 13.050 = Rp 91.325
Laba Kotor = Rp 110.125 Rp 91.325 = Rp 18.800
(Metode ini jarang digunakan karena makan waktu dan makan tempat)

Metode FIFO
Persediaan akhir = 50 unit x Rp 275 = Rp 13.750
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375 Rp 13.750 = Rp 90.625
Laba Kotor = Rp 110.125 Rp 90.625 = Rp 19.500

Metode LIFO
Persediaan akhir = 25 unit x Rp 240 = Rp 6.000
25 unit x Rp 250 = Rp 6.250
Rp 12.250
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375 Rp 12.250 = Rp 92.125
Laba Kotor = Rp 110.125 Rp 92.125 = Rp 18.000
Metode Harga rata-rata
Metode rata-rata sederhana
Harga pokok rata-rata/ unit = = Rp 256,25
Persediaan akhir = 50 unit x Rp 256,25 = Rp 12.812,5
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375 Rp 12.812,5 =
91.562,5
Laba Kotor = Rp 110.125 Rp 91.562,5 = Rp 18.562,5

Metode rata-rata tertimbang

(25 x Rp240) + (100 x Rp250) + (150 x Rp260) + (125 x Rp275)


(25 + 100 + 150 + 125)
= = 260,94
Persediaan akhir = 50 unit x Rp 260,94 =
Rp 13.047
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375
Rp 13.047 = Rp 91.328
Laba Kotor = Rp 110.125 Rp 91.328
= Rp 18.797

You might also like