You are on page 1of 45

LAPORAN KASUS

DERMATITIS KONTAK ALERGI DENGAN


INFEKSI SEKUNDER

Pembimbing :
dr. R.A. Lucia Devianty, Sp.KK

Disusun Oleh :
Talitha Nurrachma 1510221012

1
LATAR BELAKANG

peradangan kulit
(epidermis dan deteksi dan
dermis) sebagai penanganan dini
respon terhadap pada penyakit
pengaruh faktor Dermatitis Kontak
eksogen dan atau Alergi PENTING
faktor endogen

prognosis menjadi kurang


kondisi peradangan pada baik :
kulit yang disebabkan terjadi bersamaan
oleh faktor eksternal, dengan dermatitis yang
substansi - substansi disebabkan oleh faktor
partikel yang berinteraksi endogen
dengan kulit. terpajan oleh alergen
yang tidak mungkin
dihindari
2
LATAR BELAKANG
Berdasarkan
beberapa studi Keluhan utama
yang dilakukan, pada penderita
lebih banyak DKA biasanya
perempuan (18,8%) datang dengan
ditemukan memiliki gatal dan eritema
Dermatitis Kontak berbatas tegas
Alergi dibandingkan
laki-laki (11,5%).

Diagnosis Dermatitis
Pada wanita angka Kontak Alergi berdasarkan
prevalensi meningkat keluhan dan gambaran
umumnya pada usia 40 klinis menggunakan Tes
tahun Patch. penatalaksanaan

3
TUJUAN

Mengetahui .... pada penyakit Dermatitis


Kontak Alergi

Patogenesis dan
penatalaksanaan

4
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

ANAMNESIS
Nama : Ny. L PEMERIKSAAN FISIK
JK : Perempuan ANJURAN
Usia : 39th PEMERIKSAAN
Alamat: JL. Gandus RT 12/02 PENUNJANG
Palembang DIAGNOSIS BANDING
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga DIAGNOSIS
Tanggal Kunjungan : 25 PENATALAKSANAAN
Januari 2016 PROGNOSIS

5
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Bercak dan bintil kemerahan di kedua lengan bawah,
kedua punggung tangan, daerah sekitar hidung, dada
bagian kanan serta bercak dan bintil berair punggung
dan ibu jari kaki bagian kiri sejak 1 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan
Gatal pada bercak dan bintil yang kemerahan. Pasien
juga mengeluhkan rasa perih seperti terbakar pada
daerah sekitar hidung.

6
ANAMNESIS
Riwayat Perjalanan Penyakit
terdapat bercak dan bintil kemerahan pada tangan, kaki, dan
wajah sejak 1 bulan yang lalu. Bercak dan bintil kemerahan
tersebut muncul pertama kali pada daerah punggung dan ibu jari
kaki bagian kiri yang kemudian muncul juga pada kedua lengan
bawah dan punggung tangan, daerah sekitar dada bagian kanan
dan terakhir daerah sekitar hidung. Pasien mengeluhkan gatal
pada seluruh bercak dan bintil kemerahan serta rasa perih
seperti terbakar pada bagian hidung. Gatal dirasakan terus
menerus dan memberat pada malam hari dan ketika berkeringat.
cairan yang keluar dari bintil-bintil yang digaruk (-), nyeri pada
bintil-bintil yang timbul (-). bercak pada punggung kaki bagian
kiri agak sedikit membengkak. Demam sebelum atau sesudah
munculnya bercak dan bintil kemerahan (-), tidur di lantai atau
tersengat serangga (-), gigi berlubang (-)

7
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Alergi : ikan laut
Riwayat Rhinitis Alergika : disangkal
Riwayat Penyakit Kronik : disangkal
Riwayat dengan keluhan serupa: SMA
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Rhinitis Alergika : disangkal
Riwayat Alergi Makanan atau obat : disangkal
Riwayat Penyakit Kronik : disangkal
Riwayat dengan keluhan serupa: disangkal

8
ANAMNESIS
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke klinik empat kali. Diberikan
empat macam tetapi yang pasien ingat hanya tiga, yaitu
salep yang kandungannya terdiri dari prednisolon,
hidrokortison + kloramfenikol, dan prednison +
kloramfenikol. Pasien mengaku tidak mengalami
perubahan melainkan semakin hari keluhan semakin
memberat
Riwayat Sosial-Ekonomi & Higienitas
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kegiatan
sehari-harinya adalah mengurus anak dan
membersihkan rumah. Pasien mengaku sering berkontak
dengan air ketika mencuci piring dan pakaian.
Kebersihan pribadi pasien cukup baik, pasien sehari
mandi minimal 2 kali. Handuk pasien digunakan sendiri-
sendiri. Setelah mandi pasien menggunakan pakaian
baru yang bersih. 9
STATUS GENERALIS

Kesadaran : Kompos Mentis


Keadaan Umum : Baik
Tanda Vital : Tidak Dilakukan
Status Gizi : Normoweight
Tanda Vital : Dalam batas normal
Kepala :Tak ada kelainan, pada wajah lihat status
dermatologikus
Leher : Tak ada kelainan
Torax :Cor dan pulmo tak ada kelainan, lihat status
dermatologikus
Abdomen : Tak ada kelainan
Ekstremitas : Ekstremitas superior tak ada kelainan,
ekstremitas inferior tak ada kelainan, varikosa vena (-), lihat
status dermatologikus.
10
STATUS
DERMATOLOGIS

Regio dorsum pedis sinistra : plakat eritem yang difus


dengan vesikel diatasnya diameter 0,1 cm 0,4 cm,
jumlah multipel, berkelompok, beberapa ada yang 11
berkonfluens ada yang diskret, disertai erosi, krusta
STATUS
DERMATOLOGIS

io digitalis pedis sinistra : eritem numular dengan dasar krusta kekuni


12
STATUS
DERMATOLOGIS

Regio volar sinistra : papul yang berkonfluens membentuk


gambaran patch eritem, diameter < 0,4 cm, multipel, diskret. 13
STATUS
DERMATOLOGIS

Regio volar dextra : papul yang berkonfluens membentuk


gambaran patch eritem, diameter < 0,4 cm, multipel, diskret.
14
STATUS
DERMATOLOGIS

Regio thorakalis pars klavikularis : plakat eritem yang difus,


bentuk tidak teratur, disertai krusta dipermukaan 15
STATUS
DERMATOLOGIS

Regio nasolabial : plakat eritem, bentuk tidak teratur,


berbatas tegas, disertai pustul diatasnya diameter < 0,4 cm, 16
multipel.
ANJURAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG Kerokan
Uji Tempel kulit
Hasil uji tempel dicatat sebagai berikut : dengan
1 = reaksi lemah (neovesikular) : eritema, innfiltrat,KOH
papul (+)
2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
3 = reaksi sangat kuat (eksim) : bula atau ulkus (+++) Hasil
4 = meragukan : hanya makula eritematosa dikatakan
5 = iritasi : seperti terbakar, pustul atau purpura (IR)
positif (+)
6 = reaksi negatif (-) apabila
7 = excited skin terdapat hifa
8 = tidak dites (NT =non tested) (Sularsito, 2010). maupun spora
pada kerokan
Pewarnaan Gram
kulit tersebut.
Hasil pewarnaan gram dikatakan
positif apabila ditemukan bakteri
gram positif berwarna ungu,
morfologinya stafilokokus, dan
berbentuk bulat dan bergerombol
17
sehingga tampak seperti anggur
DIAGNOSIS
BANDING
DKA + DS Non-Medikamentosa
Dermatitis Kontak (Edukasi)
Iritan Menjelaskan penyakit pasien
DA Hindari menggaruk
Tinea Pedis + DS Jauhkan faktor pencetus alergi
Menjelaskan cara pengobatan
DIAGNOSIS
Menjelaskan cara pengompresan
KERJA luka
Dermatitis Kontak Medikamentosa
Alergi + Infeksi Sek Obat sistemik
Antihistamin
Cetrizine tablet 1 x 10 mg/hari
Obat topikal
PROGNOSIS
Kortikosteroid krim
Quo ad vitam: bonam
diflukortolon valerat cream 0,1%
Quo ad functionam: bonam
Antibiotik
Quo ad sanationam: dubia ad
Eritromisin 2%
bonam
Quo ad cosmetica: bonam

18
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
PATOGENESIS

GAMBARAN
KLINIS
PROGNOSI
S DIAGNOSIS
PENCEGAHA
N BANDING
PENATALAKSAN
AAN
DIAGNOSIS
KOMPLIKASI

19
DEFINISI
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat
terhadap bahan - bahan kimia yang kontak dengan kulit
dan dapat mengaktivasi reaksi alergi (Lingga, 2010).
EPIDEMIOLOGI
Jumlah penderita Dermatitis Kontak Alergi lebih sedikit
dibandingkan Dermatitis Kontak Iritan, karena hanya
mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Dermatitis Kontak Alergi bukan akibat
kerja tiga kali lebih sering dibandingkan dengan
Dermatitis Kontak Alergi akibat kerja (Djuanda, 2011).

20
ETIOLOGI
bahan kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (< 1000 dalton).
GAMBARAN KLINIS
Gatal. Akut : bercak eritema berbatas jelas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau
bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi (basah). Kronik : kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga
fisur, batasnya tidak jelas (Lingga, 2010).

21
22
23
24
25
DIAGNOSIS BANDING
Siregar (2005) :
Dermatofitosis, Dermatitis Seboroik, Kandidiasis
Djuanda (2011) :
Dermatitis Kontak Iritan, dermatitis atopik, dermatitis
numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang

26
Demografi dan Umur, jenis kelamin, ras, suku,
riwayat pekerjaan agama, status pernikahan,
pekerjaan, deskripsi dari pekerjaan,
paparan berulang dari alergen yang
didapat saat kerja, tempat bekerja,
pekerjaan sebelumnya.
Riwayat penyakit Faktor genetik, predisposisi
dalam keluarga
Riwayat penyakit Alergi obat, penyakit yang sedang
sebelumnya diderita, obat-obat yang digunakan,
tindakan bedah
Riwayat dermatitis Onset, lokasi, pengobatan
yang spesifik
27
Lokasi Kemungkinan Penyebab
Tangan Pekerjaan yang basah (Wet Work) misalnya memasak
makanan (getah sayuran, pestisida) dan mencuci
pakaian menggunakan deterjen
Lengan Jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen,
dan tanaman
Ketiak Deodoran, anti-perspiran, formaldehid yang ada di
pakaian
Wajah Bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal, alergen di
udara (aero-alergen), nikel (tangkai kacamata)
Bibir Lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan
Kelopak Mata Maskara, eye shadow, obat tetes mata, salep mata
Telinga Anting yang terbuat dari nikel, tangkai kacamata, obat
topikal, gagang telepon
Leher Kalung dari nikel, parfum, alergen di udara, zat warna
pakaian
Badan Tekstil, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa),
plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian
Genitalia Antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita,
alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi
Paha dan Tekstil, kaus kaki nilon, obat topikal, sepatu/sandal
tungkai 28
bawah
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
UJI TEMPEL
Uji tempel biasanya dilakukan di punggung. Bahan
yang secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit
seperti kosmetik, pelembab, bila dipakai untuk uji
tempel dapat langsung digunakan.

29
PENATALAKSANAAN
Umum : hindari faktor penyebab
Khusus (Sistemik) : kortikosteroid (metilprednisolon,
metilprednison atau triamsinolon) dan antihistamin.
Khusus (Topikal) : jika lesi basah diberi kompres KmnO 4 1/5000.
Jika sudah mengering diberi kortikosteroid topikal seperti
hidrokortison 1-2 %, triamsinolon 0,1%, fluosinolon 0,025%,
desoksimetason 2-2,5% dan betametason-dipropionat 0,05%
Siregar (2005).

PENCEGAHAN
Memberi edukasi mengenai kegitaan yang berisiko untuk
terkena dermatitis kontak alergi
Menghindari substansi allergen
Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun,
jika tidak ada sabun bilas dengan air
Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan
aktivitas yang berisiko terhadap paparan alergen.
30
PROGNOSIS
umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat
disingkirkan (Djuanda, 2011).
KOMPLIKASI
Infeksi kulit sekunder oleh bakteri terutama
Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya
herpes simpleks. Rasa gatal yang berkepanjangan serta
perilaku menggaruk dapat mendorong kelembaban pada
lesi kulit sehingga menciptakan lingkungan yang ramah
bagi bakteri atau jamur (Bourke, et al, 2009).

31
PEMBAHASAN

Dermatitis Kontak Alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh


reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan - bahan kimia
yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi.
Insidensi Dermatitis Kontak Alergi lebih banyak ditemukan pada
perempuan (18,8%) dibandingkan laki-laki (11,5%). 10 Pada wanita
angka prevalensi meningkat umumnya pada usia 40 tahun.
Dari anamnesa terdapat seorang wanita usia 39 tahun
datang ke RS AK. Gani dengan terdapat bercak dan bintil
kemerahan pada tangan, kaki, dan wajah sejak 1 bulan yang
lalu. Dapat dilihat bahwa pasien adalah seorang wanita
berusia 39 tahun dimana insidensi Dermatitis Kontak Alergi
menurut literatur adalah pasien yang berjenis kelamin
perempuan dengan usia 40 tahun.

32
PEMBAHASAN

Penyebab Dermatitis Kontak Alergi adalah bahan kimia


sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (< 1000
dalton) dimana penderita pada umumnya mengeluh gatal.
Dari anamnesa, pasien tersebut mengeluhkan gatal
pada seluruh bercak dan bintil kemerahan serta rasa
perih seperti terbakar pada bagian hidung. Gatal
dirasakan terus menerus dan memberat pada malam
hari dan ketika berkeringat. Dapat dilihat bahwa pasien
mengeluhkan gatal yang dominan, terus menerus dan
memberat setiap harinya dimana keluhan Dermatitis
Kontak Alergi menurut literatur adalah gatal.

33
PEMBAHASAN

Lesi Dermatitis Kontak Alergi berupa eritem numular


sampai plakat, papula dan vesikel berkelompok disertai
erosi numular hingga plakat.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan umumnya
berupa vesikel dengan dasar eritem bentuk bulat,
berkelompok, jumlah multipel, disertai erosi, dan
udem serta ditemukan juga berupa papul eritem
lentikular - miliar, berbentuk bulat yang diskret.
Dapat dilihat bahwa pasien memiliki karakteristik
lesi yang sama dengan lesi pada Dermatitis Kontak
Alergi yang polimorfik.

34
PEMBAHASAN

Predileksi lesi dapat terjadi dimana saja tergantung dari


pajanan alergen. Pada pemeriksaan fisik, lesi
ditemukan pada regio dorsum pedis sinistra,
digitalis pedis sinistra, volar sinistra dan dekstra,
thorakalis pars klavikularis dan regio nasolabial.

35
PEMBAHASAN

Pembantu diagnosis Dermatitis Kontak Alergi


berupa pemeriksaan penunjang tidak dilakukan
tetapi dianjurkan disini adalah pemeriksaan uji
tempel dan pewarnaan Gram.
Diagnosis banding pada kasus ini antara lain adalah
Dermatitis Kontak Alergi, Dermatitis Kontak Iritan,
Dermatitis Seboroik, Dermatitis Atopik, dan Tinea
Pedis.

36
PEMBAHASAN

Dermatitis Kontak Iritan adalah dermatitis yang


disebabkan oleh pajanan yang bersifat kimiawi atau
agen fisik terhadap kulit yang dapat mengiritasi
daripada kulit baik akut maupun kronis. Iritasi yang
hebat dapat disebabkan oleh reaksi toksik bahkan
setelah pajanan singkat. Didapatkan lesi eritema
numular sampai dengan plakat. Vesikel, bula
sampai erosi numular sampai plakat. Terdapat
riwayat terpapar basa atau asam kuat.

37
PEMBAHASAN
DKI DKA
Penyebab Iritan Primer Alergen kontak sensitizer
Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
Penderita Semua usia Hanya orang alergik
(hipersensitif)
Tanda Deskuamasi, fisura Eksem dengan vesikulasi
Gejala Nyeri, sensasi seperti Gatal dominan
terbakar, gatal tidak
dominan
Konsentrasi Tinggi Rendah
kontaktan
Uji tempel Merah, batas tegas, Merah, batas tidak selalu
bila uji tempel diangkat tegas, bila uji tempel
reaksi berkurang diangkat reaksi
menetap/bertambah 38
PEMBAHASAN

Dermatitis Seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit


yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi
di tempat-tempat seboroik. Kelainan kulit berupa eritema
dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan. Tempat
predileksi dari dermatitis seboroik ini adalah daerah yang
mengandung tempat seboroik seperti liang telinga luar,
daerah sternal, lipatan bawah mame, interskapular,
umbilikus, lipat paha, daerah supraorbital dan lipatan
nasolabial. Pada daerah pipi, hidung dan dahi kelainan dapat
berupa papul-papul.3 Pada pasien ini ditemukan bercak
merah dengan pustul diatasnya pada daerah naso labial.
Diagnosis banding dermatitis seboroik dapat ditepis dengan
tidak ditemukannya skuama halus berminyak pada daerah
lain.

39
PEMBAHASAN

Dermatitis Atopik merupakan keadaan peradangan kulit


kronis dan residif disertai gatal, yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum
dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. kelainan
kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi,
eksudasi dan krusta. Gejala utama adalah gatal. Pada
pasien ini ditemukan bercak dan bintil kemerahan pada
lipat siku dan punggung kaki yang dimana merupakan
tempat predileksi dari dermatitis atopik. Diagnosis
banding dermatitis atopik dapat ditepis dengan melihat
riwayat atopik pada keluarga dan diri pasien dimana
pasien menyangkal adanya riwayat atopik.

39
PEMBAHASAN

Tinea Pedis merupakan dermatofitosis pada kaki. Memiliki


2 bentuk diantaranya adalah tinea pedis interdigitalis dan
moccasin foot. Tinea pedis moccasin foot merupakan
bentuk tinea yang lesinya terdapat pada seluruh kaki, dari
telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal
dan bersisik, eritema biasanya ringan dan terutama
terlihat pada bagian tepi lesi.
Pada pemeriksaan KOH didapatkan hifa sebagia dua
garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang,
maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan
kulit lama dan/atau sudah diobati. Pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan lesi skuama yang berbatas
tegas dengan tepi aktif.
40
PEMBAHASAN

PENATALAKSANAAN
memberikan penjelaskan pada pasien tentang penyakit yang di
derita juga menyarankan bila terasa gatal, sebaiknya jangan
menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan
infeksi sekunder, harus menghindari kegiatan dan faktor pemicu
alergi.
obat secara sistemik dapat diberikan Antihistamin oral untuk
meredakan keluhan gatal.
Obat topikal dapat diberikan Kortikosteroid topikal dan antibiotik
topikal untuk infeksi sekunder.
PROGNOSIS
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
Quo ad cosmetica: bonam 41
KESIMPULAN

DKA adalah dermatitis yang timbul setelah kontak dgn alergen


melalui proses sensitisasi.
Penyebab DKA paling sering adalah bahan kimia sederhana.
Faktor pencetus DKA dilihat dari potensi sensitisasi alergen,
derajat pajanan & luasnya penetrasi kulit.
Gejala klinis DKA akut bercak eritematosa berbatas tegas,
edema, papulovesikel, vesikobulosa. Kronik berupa skuama,
kulit kering, papul, likenifikasi, fisur, batas tidak jelas.
Gold standar DKA dengan uji tempel.
Penatalaksanaan medikamentosa DKA kortikosteroid,
antiseptik, antibiotik & antihistamin. Nonmedikamentosa
adalah menghindari alergen.
Prognosis DKA baik selama alergen dihindari.

42
DAFTAR PUSTAKA
Baratawijaya, Karnen Grna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit FK UI
Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis : an update.
Tersedia dalam :
http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20dermat
itis%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf
. Diakses pada tanggal 25 Januari 2016.
Djuanda, Suria dan Sularsito, Sri. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6.
Jakarta : FK UI
Lingga, Ira. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Kejadian Dermatitis
Kontak pada Pekerja di Perusahaan INVAR SIN Kawasan Industri Medan. Skripsi
Program Sarjana. Universitas Sumatera Utara Medan.
Siregar, RS. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC
Sulaksmono, M. 2011. Keuntungan dan Kerugian Patch Test (Uji Tempel) Dalam Upaya
Menegakkan Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Kerja (Occupational Dermatosis).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Airlangga
Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi 6. Jakarta : FK UI.
Suryani, Febria. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada
Pekerja Bagian Processing dan Filling PT. Cosmar Indonesia Tanggerang Selatan Tahun
2011. Skripsi Program Sarjana. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 43
Wijaya, Zaelendri. 2011. Dermatitis Kontak Alergi. Tersedia dalam :
TERIMA KASIH

You might also like