You are on page 1of 23

Kebutuhan aktivitas

latihan

Hasnidar,
S.Kep.Ns.,M.Kep
pengertian
Aktivitas : suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem
tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas antara
lain: tulang, otot dan tendon, ligamen, sistem saraf dan
sendi.
Latihan : merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk meningkatkan atau memeliharakebugarantubuh
Ambulasi : upaya seseorang untuk melakukan latihan
jalan atau berpindah tempat.

Mobilitas : kemampuan individu bergerak secara


bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan
kesehatannya.
Jenis Aktivitas
Aktivitas
Aktivitas penuh
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari.
Aktivitas sebagian
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya.
Aktivitas sebagian
a. Aktivitas sebagian temporer
Kemampuan bergerak dengan batasan bersifat sementara Karena
trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, misal dislokasi sendi
dan tulang.
b. Aktivitas sebagian permanen
Kemampuan bergerak dengan batasan bersifat tetap.
Karena rusaknya sistem saraf yang irreversibel.
Misal : hemiplegia karena stroke, paraplegia karena cidera tulang
belakang, poliomielitis, dll.
Jenis latihan
Latihan fleksibilitas
Ex. regang memperbaiki kisaran gerakan otot dan
sendi
Latihan aerobik
Ex.berjalandanberlariberpusat pada penambahan
daya tahan kardiovaskular
Latihan anaerobik
Ex. angkat besimenambah kekuatan otot jangka
pendek
Faktor faktor yang mempengaruhi
1. Gaya hidup
2. Proses penyakit / injury
3. Kebudayaan
4. Tingkat energi seseorang
5. Usia dan status perkembangan
IMMOBILITAS
Pengertian
Pembatasan gerak yang sifatnya untuk pengobatan
atau terapi, seperti pada penderita tindakan
pembedahan, penderita injury pada tungkai dan lengan.
Keharusan (tidak dapat dihindari) karena
ketidakmampuan primer, seperti penderita paralysis.
Pembatasan secara otomatis samapai dengan gaya
hidup
Macam-macam immobilitas
Imobilitas fisik
Yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami
pembatasan fisik yang disebabkan oleh factor lingkungan
maupun keadaan orang tersebut.
Imobilitas intelektual
Dapat disebabkan kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kasus kerusakan otak.
Imobilitas emotional
Dapat terjadi akibat kehilangan seseorang yang dicintai.
Imobilitas sosial
Dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit.
Dampak atau respon baik fisik maupun psikologis
akibat imobilisasi
Sistem musculoskeletal
Osteoporosis
Tanpa adanya aktifitas tanpa memberi beban kepada tulang, tulang akan
mengalami demineralisasi. Proses ini akan menyebabkan tulang kehilangan
kekuatan dan kepadatannya sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah.
Atrofi otot
Otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar
kekuatan dan fungsi normalnya.
Kontraktur
Pada kondisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu memendek atau memanjang.
Lama-kelamaan kondisi ini akan menyebabkan kontraktur. Proses ini sering
mengenai sendi, tendon, dan ligament.
Kekakuan dan nyeri sendi.
Pada kondisi imobilisasi, jaringan kolagen pada sendi dapat mengalami ankilosa.
Eliminasi urine
Statis urine
Saat individu berada dalam posisi berbaring untuk waktu lama, gravitasi justru akan
menghambat proses tersebut. Akibatnya pengosongan urine akan terganggu dan
terjadilah statis urine (terhentinya atau terhambatnya aliran urine).
Batu ginjal
Terjadi akibat ketidakseimbangan antara kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan
kelebihan kalsium. Akibatnya urine menjadi basa, dan garam kalsium mempresipitasi
terbentuknya batu ginjal. Pada posisi horizontal akibat imobilisasi, pelvis ginjal yang terisi
urine basa menjadi tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal.
Retensi urine
Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk melemaskan otot perineum pada
saat berkemih. Selain itu, penurunan tonus otot kandung kemih juga menghambat
kemampuan untuk megosongkan kandung kemih secara tuntas.
Infeksi perkemihan
Urine yang statis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Selain itu sifat
urine yang basa akibat hiperkalsiuria juga mendukung proses tersebut. Organisme yang
umumnya menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Escherichia Coli.
Metabolisme gastrointestinal
Kondisi imobilisasi memengaruhi tiga fungsi system
pencernaan, yaitu fungsi ingesti, digesti, dan
eleminasi. Dalam hal ini, masalah yang umum
ditemui salah satunya adalah konstipasi. Konstipasi
terjadi akibat penurunan peristalsis dan mobilitas
usus. Jika konstipasi terus berlanjut, feses akan
menjadi keras dan diperlukan upaya kuat untuk
mengeluarkannya.
Respirasi

Penurunan gerak penapasan


Kondisi ini dapat disebabkan oleh pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau
karena jarangnya otot tersebut digunakan, obat-obat tertentu dapat juga
mengakibatkan kondisi ini.
Penumpukan sekret
Normalnya sekret pada saluran pernapasan dikeluarkan dengan perubahan posisi atau
postur tubuh, serta dengan batuk. Pada kondisi imobilisasi, sekret berkumpul pada jalan
napas akibat gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan karbondioksida
di alveoli. Selain itu upaya batuk untuk mengeluarkan sekret juga terhambat karena
melemahnya tonus otot-otot pernapasan.
Atelektasis
Pada kondisi tirah baring, perubahan aliran darah regional dapat menurunkan produksi
surfaktan. Kondisi ini ditambah dengan sumbatan sekret pada jalan napas, dapat
mengakibatkan atelektasis.
kardiovasculer
Hipotensi ortostatik
Hal ini terjadi karena system saraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai
darah ke tubuh sewaktu individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama.
Akibatnya perfusi di otak mengalami gangguan, dan dapat mengalami pusing, berkunang-
kunang, bahkan pingsan.
Pembentukan trombus
Thrombus atau massa padat darah terbentuk di jantung atau pembuluh darah biasanya
disebabkan oleh tiga faktor yakni gangguan aliran balik vena menuju jantung,
hiperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding pembuluh darah. Jika trombus lepas
dari dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi disebut embolus.
Edema dipenden
Edama dipenden dapat terjadi pada area-area yang menggantung, seperti kaki dan tungkai
bawah pada individu yang sering duduk berjuntai du kursi. Edema ini menghambat aliran
balik vena menuju jantung yang mengakibatkan lebih banyak edema.
Metabolisme dan nutrisi

Penurunan laju metabolism


Laju metabolisme basal adalah jumlah energy minimal yang digunakan untuk
mempertahankan proses metabolisme. Pada kondisi imobilisasi, laju metabolism basal,
mobilitas usus serta sekresi kelenjar digestif menurun seiring dengan penurunan kebutuhan
energy tubuh.
Balans nitrogen negative
Pada kondisi imobilisasi, terdapat ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan
katabolisme protein. Dalam hal ini, proses katabolisme melebihi anabolisme. Akibatnya
jumlah nitrogen yang diekskresikan meningkat dan menyebabkan balans nitrogen negative.
Anoreksia
Penurunan nafsu makan biasanya terjadi akibat penurunan laju metabolisme dan
peningkatan katabolisme yang kerap menyertai kondisi imobilisasi. Jika asupan protein
kurang kondidi ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen yang dapat berlanjut
pada status malnutrisi.
Sistem integumen
Turgor kulit menurun
Kulit dapat mengalami antropi akibat imobilitas yang lama. Selain itu,
perpindahan cairan antar-kompartemen pada area tubuh yang
menggantung dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan dermis dan
jaringan subkutan. Pada akhirnya kondidi ini akan menyebabkan
penurunan elastisitas kulit.
Kerusakan kulit
Kondisi imobilitas mengganggu sirkulasi dan suplai nutrient menuju
area tertentu. Ini mengakibatkan iskemia dan nekrosis jaringan
superficial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus.
Sistem neurosensory
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan
terhambatnya input sensorik, menimbulkan perasaan
lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah
bingung.
Nilai Aktivitas dan Latihan
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Akti
vitas
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
Rentang gerak (range of motion-ROM)

Gerak Sendi Derajat


Rentang
Normal
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi sampiong ke atas 180
kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.

Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas 150
menuju bahu.
Pergelan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan 80-90
gan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi 80-90
tangan
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh 70-90
mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak 0-20
tangan menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking telapak 30-50
tangan menghadap ke atas.

Tangan Fleksi: buat kepalan tangan 90


dan jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 30
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20
Derajat kekuatan otot
Skal Persentase Karakteristik
a Kekuatan
Normal (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau
dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh
Sekian dan terimakasih

You might also like