You are on page 1of 30

Kelainan pada saraf perifer yang

bersifat peradangan di luar otak dan


medulla spinalis.
Manifestasi utama paralysis
asenden
quadric parese bersifat non
traumatic
70 % - 80 % setelah penderita
mengalami penyakit panas (ISPA)
Angka kejadian penyakit ini di seluruh
dunia berkisar 1-15 kasus per 100.00
penduduk pertahun.
Penyakitini menyerang semua umur,
tidak ada perbedaan jenis kelamin.
Tersering dikenai umur dewasa muda.
Umur termuda dilaporkan adalah 3
bulan dan tertua adalah 95 tahun.
Insidensinyameningkat dengan
tingginya infeksi Cytomegalo virus.
Proses autoimun
Infeksi Virus Cytomegalo virus, Ebstein
Barr virus
Infeksi Bakteri Campilobacter typhoid jejuni,
Mycoplasma pneumonie.
Pembedahan
Penyakit Sistemik keganasan, SLE,
transplantasi ginjal, tiroiditis dan penyakit addison.
Pasca vaksinasi
Belum dapat diketahui
menghancurkan selubung myelin yang
menyelubungi axon dari saraf-saraf perifer
atau axon sendiri
mekanisme pemicu belum diketahui
dengan pasti. (infeksi virus yang bersifat neurotropik
invasi langsung pada sel-sel schwann )
pX patologi ditandai dengan proses
radang non infeksi didaerah radiks saraf
tepi. infiltrasi sel limfosit dan makrofag
Fase progresif (beberapa hari- 4 minggu) dimulai
dari onset penyakit, di mana selama fase ini
kelumpuhan bertambah berat sampai mencapai
maksimal.

Fase plateau (3 minggu), di mana kelumpuhan


telah mencapai maksimal dan menetap.

Fase rekonvalesen ditandai oleh timbulnya


perbaikan kelumpuhan ekstremitas yang
berlangsung selama beberapa bulan.
Waktu antara terjadi infeksi atau
keadaan prodormal yang
mendahuluinya dan saat timbulnya
gejala neurologis. Lamanya masa
laten ini berkisar antara 1 - 28 hari,
rata-rata 9 hari. Pada masa
lalen ini belum ada gejala klinis yang
timbul.
Kelainan Motorik (Lesi tipe LMN)
Manifestasi utama kelemahan otot-
otot tubuh yang berkembang secara
simetris sepanjang waktu dalam
beberapa hari atau minggu, paralisis
asending.
Kelemahan otot sangat cepat atrofi otot
(-)
Tonus otot , refleks tendon /- , refleks
patologik(-) . Refleks kulit superfisial
(+)/sedikit
saraf otak kelemahan otot-otot
kranial gejala disfagi, disartri,
facial plegi, diplopia
berat kelumpuhan motorik total
gagal nafas dan kematian.
parestesi (kesemutan) bagian distal
anggota tubuh bawah dapat terjadi
bersamaan dengan kelemahan otot
penurunan rasa raba dan nyeri
glove dan stocking.
Rasa nyeri jarang & muncul
belakangan
Kram otot dan otot sering lembek
bila diraba
Saraf
kranialis yang paling sering
dikenai adalah N.VII.

Kelumpuhan otot-otol muka sering


dimulai pada satu sisi tapi kemudian
segera menjadi bilateral, sehingga
bisa ditemukan perbedaan berat
kelumpuhan antara kedua sisi.
Semua saraf kranialis bisa dikenai
kecuali N.I
Bila N.IX dan N X terkena akan
menyebabkan gangguan berupa
disfagi, disfoni disartri dan pada
kasus yang berat menyebabkan
kegagalan pernafasan karena
paralisis N.Laringeus.
Sinus takhikardia aritmia jantung.
Postural Hipotensi ( Merupakan gejala pokok ).
Penurunan tekanan sistolik pada pembuluh
darah hilangnya sistem simpatik pada refleks pembuluh darah atau
gangguan sistem aferen dari arteriol baroreseptor.
Gejala Hipertensi.
Inkontinensia urine atau Retensio urine
Hilangnya fungsi kelenjar keringat
Flushing pada wajah ( kemerahan ).

*Gangguan otonom ini jarang yang menetap lebih dari satu atau dua
minggu.
Diagnosis klinis:
adanya kelemahan asenden dan simetris
anggota gerak bawah terjadi lebih dahulu
dari anggota gerak atas.
kelemahan terjadi akut dan prograsif bisa
ringan sampai tetraplegi dan gangguan
nafas.
puncak defisit dicapai 4 minggu.
penyembuhan biasanya mulai 2-4 minggu.
gangguan sensorik biasanya ringan
gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi
sejenis.
gangguan N. Cranialis bisa terjadi: fasial drop, diplopia,
disartria, disfagi.
banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai.
gangguan otonom dari takikardia, bradikardia, flushing
paroxysmal, hipertensi ortostatik dan anhidrosis
retensio urin dan ileus paralitik
gangguan pernafasan:
dyspneu
nafas pendek
sulit menelan
bicara serak
gagal nafas
Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis
progresif dan menyangkut lebih
dari satu anggota gerak
Arefleksia
Kelemahan yang tetap asimetrik
Tetap adanya gangguan miksi dan
defekasi
Adanya gangguan miksi dan defekasi
sejak awal
Jumlah sel dalam cairan serebrospinal >
50/mm3
Adanya sel PMN dalam cairan
serebrospinal
Adanya batas gangguan sensibilitas yang
jelas
Adanya anamnesis penggunaan senyawa
hexacarbon, misalnya glue sniffing.
Adanya metabolisme porphyrin abnormal
seperti acute intermittent porphyria.
Riwayat diphteri yang baru, dengan ataupun
tanpa myocarditis.
Tanda-tanda keracunan timah, ditandai dengan
adanya kelemahan ekstremitas atas dengan
wrist drop.
Hanya didapat gangguan sensorik saja.
Adanya kepastian diagnosis lain seperti
poliomielitis, botulime, polineuropati toksik
kelemahan N. Cranialis III, V, VI, VII,
IX,X.
Kelemahan ekstremitas bawah,
asenden, asimetris upper extremitas,
fasial
reflek: absen atau hiporefleksi
reflek patologi: -
LCS
Rongent CT/MRI untuk mengekslusi
diagnosa lain seperti myelopati
EMG
Disosiasi sitoalbumin
pada fase akut terdapat peningkatan
protein LCS > 0,55 g/l, tanpa peningkatan
dari sel < 10 lymfosit/mm3.
hitung jenis dan panel metabolik tidak
begitu bernilai.
peningkatan titer dari agent seperti CMB,
EBV/Micoplasma membantu menegakan
diagnosis. untuk manfaat epidemiologi
antibodi glycolipid
antibodi GMI
Jumlah protein : sesudah minggu
pertama dari timbulnya gejala.
Jumlah sel 10/mm3
Ciri-ciri lain :
Jumlah protein tidak meningkat 1 - 2
minggu sesudah timbul kelemahan
otot.
Jumlah sel 11 - 50 sel
mononuklear/mm3
Perlambatan konduksi saraf atau
bahkan blok.
Polineuropati terutama karena
defisiensi metabolik
tetraparesis penyebab lain
hipokalemi
miasthenia gravis
Terapi umum meliputi pengawasan dan
penanganan terhadap penyulit-penyulit :
Gagal Nafas ventilator
Hipotensi pemberian cairan
Hipertensi ringan :diuretik ringan , tinggi dan menetap: Natrium nitropusid
injeksi IV
Aritmia Anti aritmia ( mexiletine HCl )Pemacu jantung (digitalis)
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
NaCl 0,9 IV dengan 5% - 10% dextrose
Potasium 100 mmol/hari
Pemberian kalori 1500 - 2000 kalori/hari
Retensio urin dan inkontinensia urin
Kateterisasi
Immunoterapi
Kortikosteroid
masih kontroversial, bila terjadi paralisis otot
berat maka perlu kortikosteroid dosis tinggi.
Plasmaferesis (Plasma exchange)
plasmaferesis pada beberapa pasien
memberi manfaat besar terutama kasus
akut
Imunoglobulin intravena
0,4 g/kgbb/hari untuk 5 hari
berturut-turut ternyata sama
efektifnya dengan pengantian
plasma
Obat Sitotoksik
6 mercaptopurin (6-MP),
azathioprine dan cyclophasphamid.
Sebagian besar penderita SGB umumnya
mengalami penyembuhan yang sempurna
atau hampir sempurna dengan sisa deficit
motori yang ringan
Angka kematian pada SGB sekitar 5% -
10% pada stadium awal
Dengan system pengobatan yang baik
dan adanya alat Bantu nafas yang
canggih angka kematian dapat ditekan
sampai 0%
Kekambuhan terjadi pada 3% penderita
1. Lidsay KW. Guillain-Barre Syndrome dalam Neurology and Neurosurger
Illustrated. 3th ed : 1997: 58, 164, 419, 420, 422, 424-425.
2. Duss Peter. Sindrom Guillain-Barre dalam Diagnosis Topis Neurolog
Anatomy, Fisiologi, Tanda, Gejala, Edisi ke 2, Cetakan I. EGG, Jakarta,
199 :51.
3. Asbury AK. Guillain-Barre Syndrome : Historical Aspects. Ann Neurol.
1990 27 (s): S2 - S6.
4. Parry GJ. Diagnosis of-Guillain-Barre Syndrome. In. Parry GJ. Guillain-Barr
Syndrome. Thieme Medical Publishers Inc, New York. 1993 : 113-129.
5. Adams RD. Victor MR. Guillain Barre Syndrome. Diseases of the
Periphery Nerves. In Principles of Neurology. Chapter 46. Mcgraw-Hill.
New York. 1991 Page 1312-1318.
6. Johnson Richard T. Viral Infctions Of the Nervous Sistem. Raven Pres,
Nev York. 1984: 174
7. Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. Sindroma Guillain-Barre : Neurologi
Klinis Dasar, Cetakan ke 8. Dian Rakyat, Jakarta, 2000 :42, 87,176,421.
TERIMA KASIH

You might also like