You are on page 1of 36

Afasia

Dr. Supadmadi, Sp.S


Pendahuluan
Afasia adalah gangguan bahasa, dan bukan gangguan
bicara
Asal mulanya memang afasia dianggap sebagai gangguan
bicara, karena Paul Broca (1861) menemukan pasiennya
yang tidak mampu bicara, setelah di otopsi ternyata ada
kelainan (lesi) di hemisfer kiri gyrus precentralis paling
bawah, dan menyimpulkan pusat bicara berada di
hemisfer kiri
Pada tahun 1874 Karl Wernicke mengamati pasien-pasien
yang sudah menderita kerusakan di hemisfer kiri,
memberi jawaban yang salah terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan, padahal mereka lancar
bicaranya, kemudian ia mengambil kesimpulan bahwa
pasien tadi mengalami gangguan pemahaman auditif, dan
disebut sebagai afasia sensorik untuk membedakan
dengan afasia motorik yang ditemukan broca
Apabila ada gangguan bicara akibat kerusakan susunan
saraf dengan terganggunya kontrol otot-otot yang
meliputi mekanisme berbicara disebut disartria, sedang
afsia tidak mengganggu kontrol otot-otot yang meliputi
mekanisme bicara
Definisi
Rosenbek J.C, La Pointe L.L, dan Wertz R.T, (1989)
afasia adalah suatu gangguan atau kerusakan yang
didapat dan baru terjadi dari SSP, yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk mengerti dan merumuskan
bahasa. Hal ini merupakan gangguan multi modal
yang diperlihatkan dengan berbagai kelemahan di
dalam pengertian auditorik, membaca, bahasa, yang
diutarakan secara oral ekspresi, dan menulis
Sidiarto (1992) menyimpulkan jabaran afasia sebagai
berikut :
Disebabkan oleh kelainan otak yang parsial
Merupakan gangguan semua modalitas bahasa
Merupakan gangguan penggunaan dan pengenalan
simbol
Kehilangan kemampuan membuat formulasi,
menyatakan, dan membuat kata-kata ucapan
Gangguan membaca dan menulis
Bukan gangguan mekanisme neuromuskular wicara
Bukan gangguan fungsi intelektual
Bahasa
Orang berkomunikasi dengan sesamanya
dengan dua jenis bahasa, yaitu bahasa verbal
dan nonverbal. Bahasa verbal menggunakan
simbol bahasa dan tatabahasa, dlm bentuk lisan
dan tulisan.
Bahasa nonverbal menggunakan lagu kalimat
dan penekanan pada kata-kata tertentu sewaktu
berbicara, gerak-gerik atau isarat mata, tangan,
bagian tubuh yang lain yang menyertai suatu
pembicaraan, dengan maksud agar lawan bicara
dpt lebih mengerti.
Bahasa nonverbal dipakai bersamaan dengan
bahasa verbal agar isi pikiran dan perasaan
yang diutarakan dapat lebih dipahami.
Bahasa Verbal
Bahasa verbal ialah bahasa yang
dipergunakan sehari-hari dengan
menggunakan simbol bahasa dan
tatabahasa, dalam bentuk lisan dan tulisan.
Bahasa verbal berpusat di hemisfer kiri.
Hemisfer ini mempunyai kemampuan untuk
memantau fungsi berbicara atau bertutur
kata (bahasa ekspresif), pemahaman
bahasa (bahasa reseptif), menulis dan
membaca.
Bahasa ekspresif berpusat dibag depan
(area Broca), dan bahasa reseptif berpusat
dibag belakang (area Wernicke).
Membaca dan menulis berpusat di
belakang area Wernicke yaitu di girus
Angularis.
Gangguan berbahasa oleh karena kelainan di
area Broca dapat berupa kesulitan
berbicara atau bertutur kata, berbicara tidak
lancar (non fluent), disebut sebagai :
gangguan bahasa ekspresif, afasia motorik,
afasia Broca, afasia non fluent.
Gangguan berbahasa oleh karena kelainan di
area Wernicke dapat berupa kesulitan
memahami bahasa, tetapi masih fasih
berbahasa, berbicara lancar (fluent), disebut
sebagai : gangguan bahasa reseptif, afasia
sensorik, afasia Wernicke, afasia fluent.
Gangguan / kelainan di girus angularis
hemisfer kiri menyebabkan gangguan
menulis (dis / agrafia) dan gangguan
membaca (dis / aleksia).
Bahasa Nonverbal
Bahasa nonverbal adalah bahasa yang
dipakai bersamaan dengan bahasa verbal
dengan tujuan agar isi pikiran dan perasaan
yang diutarakan menjadi lebih jelas dan
mudah dipahami. Dapat berupa lagu kalimat
dan penekanan kata - kata (paralinguistik),
juga gerak - gerik anggota tubuh
(ekstralinguistik).
Bahasa nonverbal berpusat di hemisfer
kanan.
Kemampuan hemisfer kanan ini antara lain
mengatur lagu kalimat (prosodi), memberi
penekanan pada kalimat atau kata yang
dianggap penting dlm suatu pembicraan.
Juga mengungkapkan perasaan emosi
(marah, senang, sedih) lewat kalimat / kata.
Kemampuan yang lain adalah :
Dapat mengekspresi kan wajah, tatapan
mata, isarat tangan dan tubuh sewaktu
bicara, sehingga pembicaraannya lebih
dapat dimengerti oleh lawan bicara. Juga
kemampuan menerima dan memberi
peluang dalam berbicara. Memakai bahasa
yang sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.
Apabila ada kelainan di hemisfer kanan
akan mengakibatkan orang berbicara
secara monoton, tanpa lagu dan
penekanan, tidak menggunakan tatapan
mata dan gerak-gerik tangan sewaktu
berbicara, tidak mampu memilih bahasa
yang sesuai dg situasi dan kondisi.
Anatomi Afasia
Susunan saraf pusat yg ikut berperan dlm
gangguan bahasa adl otak besar (hemisfer kiri
hemisfer dominan)
Espir dan Rose (1970) menemukan area bicara
di daerah korteks serebri hemisfer dominan yg
memantau fungsi wicara dan bahasa. Area tsb
meliputi bagian plg bawah girus presentralis
(area broca) dan postsentralis, girus
supramarginalis dan angularis, girus parietalis
inferior dan bagian atas lobus temporalis
superior.
Daerah ini oleh Benson (1979) lebih suka
disebut sebagai area bahasa, karena memang
daerah yg memantau kemampuan bahasa.
Scr umum daerah ini terletak di sekitar
Sulkus Sylvian Hemisfer kiri, ok itu
disebut sbg area perisylvian. Daerah ini
disuplai darah dari a. sylvian cabang
dari a. serebri media. Di sekitar daerah
ini disebut dgn area peralihan atau
borderzone.
Apabila mengacu kpd dua jenis afasia
(afasia fluen atau afasia Wernicke dan
afasia non fluen atau afasia Broca) maka
scr neuro anatomis area bahasa dibagi
mnjd anterior dan posterior (dpisahkan
oleh fisura Rolandi). Bagian anterior
memantau afasia Broca, bagian
posterior memantau afasia Wernicke.
Struktur-struktur penting
untuk bahasa
1. Lobus frontalis
Hemisfer kiri (area Broca) area untuk
berbicara / ekspresif
2. Lobus temporalis
Merupakan korteks auditif.
Telinga mempunyai hubungan bilateral, 70%
diantaranya menyilang.
Korteks auditif kiri berhubungan dengan
telinga kanan, dan korteks auditif kanan
berhubungan dengan telinga kiri.
Hemisfer kiri untuk semantik (makna sebuah
kata), sedangkan hemisfer kanan untuk
prosodi
3. Lobus parietalis
Gyrus postcentralis merupakan daerahsomatosensorik,
bertanggung jawab atas pengenalan taktil (zona
asosiasi). Gangguan di sini dapat menyebabkan agnosia
taktil / astereo agnosia, sehingga dapat menyebabkan
apraksia.
Gyrus supramarginalis, angularis hemisfer kanan
bekerja untuk orientasi visual ruang (Visuospatial),
apabila ada kerusakan di daerah tersebuh dapat terjadi
pengabaian ruang sebelah kiri (visuospatial neglect),
disorientasi ruang atau pun apraksia berpakaian.
Sedang kerusakan di hemisfer kiri dapat menyebabkan
Sindroma Gertsman, yaitu : agrafia, akalkuli,
disorientasi kanan-kiri, agnosia jari
4. Lobus oksipitalis
Untuk sistem visual.
Area visual primer di fisura kalkarina, asosiasi
ada di sekitarnya. Gangguan di area ini
(asosiasi) dapat menyebabkan agnosia visual.
Untuk hemisfer kiri agnosia visual terhadap
benda dan warna, untuk hemisfer kanan agnosia
visual terhadap wajah (prosopagnosia)
5. Korpus kalosum
Menghubungkan kedua
hemisfer, 90% serabut-serabut
penghubung melalui korpus
kalosum. Apabila ada
kerusakan di daerah ini maka
benda yang dipegang oleh
tangan kiri tak dapat dikenali,
tak dapat meyebut namanya,
tetapi dapat menunjukkan
dengan gambar
Sindroma Afasia
Bermacam-macam jenis afasia telah
diketahui, di mana masing-masing jenis
afasia mempunyai gjl yg tidak sama dan
kump gjl (sindroma) ini mempunyai
gambaram tersendiri utk masing-masing
afasia.
Banyak cara pemeriksaan utk
menentukan maca-macam afasia, namun
scr klinis neurologis didasarkan pada
klasifikasi Benson (1979) dan klasifikasi
Krishner (1982).
Klasifikasi Benson
Sindroma Afasia Perisylvian
Afasia Broca
Afasia Wernicke
Afasia Konduksi
Sindroma Afasia Borderzone
Afasia Transkortikal Motorik
Afasia Infark Serebral Anterior
Afasia Transkortikal Sensorik
Afasia Transkortikal Campuran
Sindroma Afasia Subkortikal
Afasia Talamik
Afasia Striata
Afasia lesi zat putih
Sindroma Afasia tak terlokasi
Afasia Anomik
Afasia Global
Aleksia
Aleksia parieto-temporal
Aleksia Oksipital
Aleksia frontal
Agrafia Sindroma Terkait
Afemia
Tuli kata murni
Aleksia wicara
Salah nama non afasia

Menurut Krishner (1982) utk
menentukan sindrom afasia perlu
dikaji kemampuan modalitas
bahasa.
Bicara spontan
Pengertian auditif
Penamaan
Pengulangan
Membaca
Menulis
Bicara spontan
Pada pasien afasia bicara spontan bisa lancar
(afasia fluent) dan tidak lancar (afasia non
fluen). Utk membedakan dua jenis afasia ini
dpt dipakai evaluasi Watson.

A. Non Fluen A. Fluent


Ciri-ciri
(Broca) (Wernicke)
Kecepatan
Menurun Normal
bicara
Upaya bicara Meningkat Normal
Banyak Meningkat /
Menurun
bicara logorea
Prosodi Disprosodi Normal
Pengertian auditif
Yg dimaksud adl apakah seseorang dpt
mengerti dan memahami permintaan
atau perintah dari pemeriksa, misalnya
dapat menunjukkan objek yg disebut
pemeriksa, atau melaksanakan isi
perintah dari yg sederhana sampai yg
lebih kompleks.
Penamaan
Apakah pasien dpt atau menyebutkan
nama, baik orang, benda yg
diperlihatkan kepadanya. Secara umum
kesulitan pada modalitas ini disebut
anomia
Pengulangan
Yaitu kemampuan utk mengulang kata
atau kalimat yg disebutkan pemeriksa,
mulai dari yg sederhana sampai kalimat
yg panjang. Perlu diingat bahwa
kegagalan kemampuan ini dpt disebabkan
jg ok gangguan pengenalan atau
artikulasi.
Membaca
Dinilai dgn melihat kemampuan seseorang
utk mengerti tulisan, baik berupa simbol,
kata, ejaan, kalimat maupun paragraf.
Menulis
Dinilai mengenai mekanisme atau
kemampuan menulis serial alfabet, dikte
huruf, kata maupun kalimat.
Dengan mengkaji kemampuan modalitas
di atas tsb kita dpt menegakkan tipe
sindroma afasia. Sbg implikasi utk
menghubungkan sindroma afasia dgn
kemampuan modalitas bahasa dapat
dipergunakan klasifikasi Krishner yg
telah dimodifikasi. Pada tabel klasifikasi
Krishner berikut ini dpt dilihat gangguan
modalitas yg tjd pd berbagai macam
sindroma afasia di atas. Dgn melihat
dan menelaah perbedaan-perbedaan
kemampuan bahasa di atas dpt
ditentukan diagnosa tipe afasia.
Saran Krishner dlm mengevaluasi
penderita:
Pemeriksa hrs yakin adanya riwayat
bhw gangguan tsb didapat, misalnya
kemampuan berbicara dan berbahasa
sebelum sakit utuh.
Kriteria batasan afasia hrs difahami,
terutama bhw afasia adl disfungsi
berbahasa dan bkn disfungsi artikulasi
atau motorik.
Pemeriksa hrs mampu utk membedakan
afasia dgn gangguan kognisi umum
atau gangguan psikiatrik fungsional.
P.Audi Penama Ulan Tuli
Jenis Bicara Baca
tif an g s
NF/Mutism
Broca + - - + -
e
Wernicke F/Parafasia - - - - -
NF/Mutism
Global - - - - -
e
F/Parafasi
Konduksi + +/- - + +
Literal
F/Sirkumlo
Anomik + - + + +
k
Tran.Kort
ik NF/Gagap + +/- + + +
Motorik
Tran.Kort
F/Parafasia
ik - - ++ - +/-
/ Sirkumlok
Sensorik
Aleksia +
<Normal + +/- + - -
Di samping gjl yg khas pd gangguan
modalitas bahasannya, pd setiap
sindroma afasia dpt jg dijumpai
gangguan penyerta lainnya yg akan
dijelaskan berikut ini :

Sindroma Afasia Broca


Disebut jg afasia motorik, afasia ekspresif.
Afasia ini plg sering disebabkan oleh CVD, di
samping trauma kapitis, neoplasma otak,
atau infeksi.
Gjl utama berupa kesulitan bertutur. Letak
lesi di hemisferium kiri (dominan) tepatnya
di operkulum lobus frontal dan parietal yg di
perdarahi a.serebri media superior kiri.
Sindroma Infark Area Broca. Letak lesi afasia ini
lebih kecil dan prognosis sembuhnya lebih baik,
hanya saja di sini modalitas pengertian auditifnya
dpt terganggu.

Sindroma Afasia Wernicke


Memiliki nama lain afasia sensoris, afasia reseptif,
afasia akustis.
Ciri khasnya adl curah bicara yg fluen bahkan dpt
logorea dan adanya parafasia terutama parafasia
verbal.
Letak lesi di girus temporalis superior hemisferum kiri,
hal ini yg menyebabkan sindroma afasia ini umumnya
tdk disertai hemiparesis.
Bentuk afasia yg lebih berat disebut afasia jargon, di
mana lesinya lebih luas dan parafasinya lebih banyak
sehingga bicaranya disebut Gado-gado bahasa
Skizofrenia.
Sindroma Afasia Global
Istilah global atau total dipakai karena semua
aspek modalitas bahasa pd sindroma ini terganggu.
Kelainannya luas atau multipel di hemisferium kiri
(anterior maupun posterior) yg dipasok oleh
a.serebri media.
Karena kerusakan yg luas ini dpt menyertai adanya
hemiparesis, hemi anesthesia, dsb.
Prognosis lebih buruk, akibat terganggunya hampir
semua kemampuan bahasa.
Sindroma Afasia Konduksi
Disebut jg sbg afasia sentralis.
Gjl yg plg menyolok adl dlm modalitas
pengulangan, namun pengertian auditifnya msh
baik.
Pd curah bicaranya bs tjd parafasia literal.
Lesi terdapat di fasikulus arkuatus hemisferium
kiri.
Sindroma Afasia Anomik
Nama lainnya adl afasia nominal, afasia
amnestis.
Adl afasia dan gjl utama anomia, yaitu
kesulitan menemukan kata dgn ciri khas
dpt menunjukkan objek ttp tdk dpt
menyebutkan namanya.
Keadaan ini dpt tjd pd keadaan non afasia,
spt demensia maupun pd keadaan
fisiologis (Beningn forgetfulness).
Macam-macam anomia :
1. Anomia produksi kata
2. Anomia memilih kata
3. Anomia semantik
4. Anomia khusus kategori
Sindroma Afasia Transkortikalis Motorik (SATM).
Disebut jg sindroma isolasi anterior atau afasia
dinamis.
Berciri khas pengulangan kalimat yg panjang tnp
salah walaupun bicara spontannya terbata-bata dan
sulit.
Letak lesi di daerah frontal kiri regio para sagital
superior dan regio frontal posterior inferior yg
disuplai a.serebri anterior.
Kebanyakan afasia ini disertai hemiparesis kontra
latetral, di mana tungkai lebih berat dari lengan.

Sindroma Afasia Transkortikalis Sensorik


Yg menonjol pd afasia ini adl kemampuan mengulang
yg baik dan nyaris sempurna dgn adanya ekholalia.
Bila terdapat gjl neurologik biasanya ringan.
Letak lesi tdk begitu jelas, dpt mengenai borderzone
parietal, temporal atau kombinasi keduanya.
Sindroma aleksia dan Agrafia
Aleksia adl kehilangan kemampuan untuk mengerti
kata-kata atau kalimat yg ditulis (membaca).
Agrafia adl ketidakmampuan utk menghasilkan bahasa
tulis akibat gangguan di otak.
Pada sindroma aleksia dgn agrafia pasien tdk dpt
membaca dan menulis.
Sedangkan aleksia tanpa agrafia pasien tdk dpt
membaca ttp dpt menulis, tipe yg terakhir ini disebut
aleksia murni.
Sindroma Afasia Subkortikal
Sindroma afasia tdk hanya tjd akibat gangguan di
korteks serebri ttp jg dpt terjadi di subkorteks serebri.
Biasanya akibat perdarahan intra serebri.
Dpt tjd afasia talamik, striatal tergantung pd letaknya.
Pd sindroma afasia talamik dicirikan dgn curah verbal
yg banyak parafasia dgn pengertian auditifnya yg
cukup baik dan pengulangan yg normal.
Prognosis umumnya baik.
Defisit neurologis spt hemiparesis dpt dijumpai.
Kesimpulan
Afasia mrpk kelainan dasar dr fungsi luhur sbg
fungsi SDM.
Afasia srg dijumpai sbg gjl dr stroke, cedera
kepala maupun kerusakan otak lainnya dan
diperkirakan frekwensinya akan meningkat
sejalan dgn insiden penyakit / gangguan di otak.
Dgn sindromologi afasia dpt ditentukan jenis
afasianya dan dpt diperkirakan scr umum letak
kelainannya di otak.
Masalah afasia bukanlah masalah yg sederhana
baik dlm diagnosa maupun penanganannya.
Perlu pemahaman yg lebih mendalam mengenai
afasia

You might also like