Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan otak, terutama di hemisfer kiri. Ada dua jenis utama afasia yaitu afasia motorik yang menyebabkan kesulitan berbicara dan afasia sensorik yang menyebabkan kesulitan memahami bahasa. Afasia dapat mengganggu berbagai aspek bahasa seperti pengertian, pengucapan, pembacaan, dan penulisan.
Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan otak, terutama di hemisfer kiri. Ada dua jenis utama afasia yaitu afasia motorik yang menyebabkan kesulitan berbicara dan afasia sensorik yang menyebabkan kesulitan memahami bahasa. Afasia dapat mengganggu berbagai aspek bahasa seperti pengertian, pengucapan, pembacaan, dan penulisan.
Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan otak, terutama di hemisfer kiri. Ada dua jenis utama afasia yaitu afasia motorik yang menyebabkan kesulitan berbicara dan afasia sensorik yang menyebabkan kesulitan memahami bahasa. Afasia dapat mengganggu berbagai aspek bahasa seperti pengertian, pengucapan, pembacaan, dan penulisan.
Pendahuluan Afasia adalah gangguan bahasa, dan bukan gangguan bicara Asal mulanya memang afasia dianggap sebagai gangguan bicara, karena Paul Broca (1861) menemukan pasiennya yang tidak mampu bicara, setelah di otopsi ternyata ada kelainan (lesi) di hemisfer kiri gyrus precentralis paling bawah, dan menyimpulkan pusat bicara berada di hemisfer kiri Pada tahun 1874 Karl Wernicke mengamati pasien-pasien yang sudah menderita kerusakan di hemisfer kiri, memberi jawaban yang salah terhadap pertanyaan- pertanyaan yang diberikan, padahal mereka lancar bicaranya, kemudian ia mengambil kesimpulan bahwa pasien tadi mengalami gangguan pemahaman auditif, dan disebut sebagai afasia sensorik untuk membedakan dengan afasia motorik yang ditemukan broca Apabila ada gangguan bicara akibat kerusakan susunan saraf dengan terganggunya kontrol otot-otot yang meliputi mekanisme berbicara disebut disartria, sedang afsia tidak mengganggu kontrol otot-otot yang meliputi mekanisme bicara Definisi Rosenbek J.C, La Pointe L.L, dan Wertz R.T, (1989) afasia adalah suatu gangguan atau kerusakan yang didapat dan baru terjadi dari SSP, yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengerti dan merumuskan bahasa. Hal ini merupakan gangguan multi modal yang diperlihatkan dengan berbagai kelemahan di dalam pengertian auditorik, membaca, bahasa, yang diutarakan secara oral ekspresi, dan menulis Sidiarto (1992) menyimpulkan jabaran afasia sebagai berikut : Disebabkan oleh kelainan otak yang parsial Merupakan gangguan semua modalitas bahasa Merupakan gangguan penggunaan dan pengenalan simbol Kehilangan kemampuan membuat formulasi, menyatakan, dan membuat kata-kata ucapan Gangguan membaca dan menulis Bukan gangguan mekanisme neuromuskular wicara Bukan gangguan fungsi intelektual Bahasa Orang berkomunikasi dengan sesamanya dengan dua jenis bahasa, yaitu bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa verbal menggunakan simbol bahasa dan tatabahasa, dlm bentuk lisan dan tulisan. Bahasa nonverbal menggunakan lagu kalimat dan penekanan pada kata-kata tertentu sewaktu berbicara, gerak-gerik atau isarat mata, tangan, bagian tubuh yang lain yang menyertai suatu pembicaraan, dengan maksud agar lawan bicara dpt lebih mengerti. Bahasa nonverbal dipakai bersamaan dengan bahasa verbal agar isi pikiran dan perasaan yang diutarakan dapat lebih dipahami. Bahasa Verbal Bahasa verbal ialah bahasa yang dipergunakan sehari-hari dengan menggunakan simbol bahasa dan tatabahasa, dalam bentuk lisan dan tulisan. Bahasa verbal berpusat di hemisfer kiri. Hemisfer ini mempunyai kemampuan untuk memantau fungsi berbicara atau bertutur kata (bahasa ekspresif), pemahaman bahasa (bahasa reseptif), menulis dan membaca. Bahasa ekspresif berpusat dibag depan (area Broca), dan bahasa reseptif berpusat dibag belakang (area Wernicke). Membaca dan menulis berpusat di belakang area Wernicke yaitu di girus Angularis. Gangguan berbahasa oleh karena kelainan di area Broca dapat berupa kesulitan berbicara atau bertutur kata, berbicara tidak lancar (non fluent), disebut sebagai : gangguan bahasa ekspresif, afasia motorik, afasia Broca, afasia non fluent. Gangguan berbahasa oleh karena kelainan di area Wernicke dapat berupa kesulitan memahami bahasa, tetapi masih fasih berbahasa, berbicara lancar (fluent), disebut sebagai : gangguan bahasa reseptif, afasia sensorik, afasia Wernicke, afasia fluent. Gangguan / kelainan di girus angularis hemisfer kiri menyebabkan gangguan menulis (dis / agrafia) dan gangguan membaca (dis / aleksia). Bahasa Nonverbal Bahasa nonverbal adalah bahasa yang dipakai bersamaan dengan bahasa verbal dengan tujuan agar isi pikiran dan perasaan yang diutarakan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Dapat berupa lagu kalimat dan penekanan kata - kata (paralinguistik), juga gerak - gerik anggota tubuh (ekstralinguistik). Bahasa nonverbal berpusat di hemisfer kanan. Kemampuan hemisfer kanan ini antara lain mengatur lagu kalimat (prosodi), memberi penekanan pada kalimat atau kata yang dianggap penting dlm suatu pembicraan. Juga mengungkapkan perasaan emosi (marah, senang, sedih) lewat kalimat / kata. Kemampuan yang lain adalah : Dapat mengekspresi kan wajah, tatapan mata, isarat tangan dan tubuh sewaktu bicara, sehingga pembicaraannya lebih dapat dimengerti oleh lawan bicara. Juga kemampuan menerima dan memberi peluang dalam berbicara. Memakai bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Apabila ada kelainan di hemisfer kanan akan mengakibatkan orang berbicara secara monoton, tanpa lagu dan penekanan, tidak menggunakan tatapan mata dan gerak-gerik tangan sewaktu berbicara, tidak mampu memilih bahasa yang sesuai dg situasi dan kondisi. Anatomi Afasia Susunan saraf pusat yg ikut berperan dlm gangguan bahasa adl otak besar (hemisfer kiri hemisfer dominan) Espir dan Rose (1970) menemukan area bicara di daerah korteks serebri hemisfer dominan yg memantau fungsi wicara dan bahasa. Area tsb meliputi bagian plg bawah girus presentralis (area broca) dan postsentralis, girus supramarginalis dan angularis, girus parietalis inferior dan bagian atas lobus temporalis superior. Daerah ini oleh Benson (1979) lebih suka disebut sebagai area bahasa, karena memang daerah yg memantau kemampuan bahasa. Scr umum daerah ini terletak di sekitar Sulkus Sylvian Hemisfer kiri, ok itu disebut sbg area perisylvian. Daerah ini disuplai darah dari a. sylvian cabang dari a. serebri media. Di sekitar daerah ini disebut dgn area peralihan atau borderzone. Apabila mengacu kpd dua jenis afasia (afasia fluen atau afasia Wernicke dan afasia non fluen atau afasia Broca) maka scr neuro anatomis area bahasa dibagi mnjd anterior dan posterior (dpisahkan oleh fisura Rolandi). Bagian anterior memantau afasia Broca, bagian posterior memantau afasia Wernicke. Struktur-struktur penting untuk bahasa 1. Lobus frontalis Hemisfer kiri (area Broca) area untuk berbicara / ekspresif 2. Lobus temporalis Merupakan korteks auditif. Telinga mempunyai hubungan bilateral, 70% diantaranya menyilang. Korteks auditif kiri berhubungan dengan telinga kanan, dan korteks auditif kanan berhubungan dengan telinga kiri. Hemisfer kiri untuk semantik (makna sebuah kata), sedangkan hemisfer kanan untuk prosodi 3. Lobus parietalis Gyrus postcentralis merupakan daerahsomatosensorik, bertanggung jawab atas pengenalan taktil (zona asosiasi). Gangguan di sini dapat menyebabkan agnosia taktil / astereo agnosia, sehingga dapat menyebabkan apraksia. Gyrus supramarginalis, angularis hemisfer kanan bekerja untuk orientasi visual ruang (Visuospatial), apabila ada kerusakan di daerah tersebuh dapat terjadi pengabaian ruang sebelah kiri (visuospatial neglect), disorientasi ruang atau pun apraksia berpakaian. Sedang kerusakan di hemisfer kiri dapat menyebabkan Sindroma Gertsman, yaitu : agrafia, akalkuli, disorientasi kanan-kiri, agnosia jari 4. Lobus oksipitalis Untuk sistem visual. Area visual primer di fisura kalkarina, asosiasi ada di sekitarnya. Gangguan di area ini (asosiasi) dapat menyebabkan agnosia visual. Untuk hemisfer kiri agnosia visual terhadap benda dan warna, untuk hemisfer kanan agnosia visual terhadap wajah (prosopagnosia) 5. Korpus kalosum Menghubungkan kedua hemisfer, 90% serabut-serabut penghubung melalui korpus kalosum. Apabila ada kerusakan di daerah ini maka benda yang dipegang oleh tangan kiri tak dapat dikenali, tak dapat meyebut namanya, tetapi dapat menunjukkan dengan gambar Sindroma Afasia Bermacam-macam jenis afasia telah diketahui, di mana masing-masing jenis afasia mempunyai gjl yg tidak sama dan kump gjl (sindroma) ini mempunyai gambaram tersendiri utk masing-masing afasia. Banyak cara pemeriksaan utk menentukan maca-macam afasia, namun scr klinis neurologis didasarkan pada klasifikasi Benson (1979) dan klasifikasi Krishner (1982). Klasifikasi Benson Sindroma Afasia Perisylvian Afasia Broca Afasia Wernicke Afasia Konduksi Sindroma Afasia Borderzone Afasia Transkortikal Motorik Afasia Infark Serebral Anterior Afasia Transkortikal Sensorik Afasia Transkortikal Campuran Sindroma Afasia Subkortikal Afasia Talamik Afasia Striata Afasia lesi zat putih Sindroma Afasia tak terlokasi Afasia Anomik Afasia Global Aleksia Aleksia parieto-temporal Aleksia Oksipital Aleksia frontal Agrafia Sindroma Terkait Afemia Tuli kata murni Aleksia wicara Salah nama non afasia
Menurut Krishner (1982) utk menentukan sindrom afasia perlu dikaji kemampuan modalitas bahasa. Bicara spontan Pengertian auditif Penamaan Pengulangan Membaca Menulis Bicara spontan Pada pasien afasia bicara spontan bisa lancar (afasia fluent) dan tidak lancar (afasia non fluen). Utk membedakan dua jenis afasia ini dpt dipakai evaluasi Watson.
A. Non Fluen A. Fluent
Ciri-ciri (Broca) (Wernicke) Kecepatan Menurun Normal bicara Upaya bicara Meningkat Normal Banyak Meningkat / Menurun bicara logorea Prosodi Disprosodi Normal Pengertian auditif Yg dimaksud adl apakah seseorang dpt mengerti dan memahami permintaan atau perintah dari pemeriksa, misalnya dapat menunjukkan objek yg disebut pemeriksa, atau melaksanakan isi perintah dari yg sederhana sampai yg lebih kompleks. Penamaan Apakah pasien dpt atau menyebutkan nama, baik orang, benda yg diperlihatkan kepadanya. Secara umum kesulitan pada modalitas ini disebut anomia Pengulangan Yaitu kemampuan utk mengulang kata atau kalimat yg disebutkan pemeriksa, mulai dari yg sederhana sampai kalimat yg panjang. Perlu diingat bahwa kegagalan kemampuan ini dpt disebabkan jg ok gangguan pengenalan atau artikulasi. Membaca Dinilai dgn melihat kemampuan seseorang utk mengerti tulisan, baik berupa simbol, kata, ejaan, kalimat maupun paragraf. Menulis Dinilai mengenai mekanisme atau kemampuan menulis serial alfabet, dikte huruf, kata maupun kalimat. Dengan mengkaji kemampuan modalitas di atas tsb kita dpt menegakkan tipe sindroma afasia. Sbg implikasi utk menghubungkan sindroma afasia dgn kemampuan modalitas bahasa dapat dipergunakan klasifikasi Krishner yg telah dimodifikasi. Pada tabel klasifikasi Krishner berikut ini dpt dilihat gangguan modalitas yg tjd pd berbagai macam sindroma afasia di atas. Dgn melihat dan menelaah perbedaan-perbedaan kemampuan bahasa di atas dpt ditentukan diagnosa tipe afasia. Saran Krishner dlm mengevaluasi penderita: Pemeriksa hrs yakin adanya riwayat bhw gangguan tsb didapat, misalnya kemampuan berbicara dan berbahasa sebelum sakit utuh. Kriteria batasan afasia hrs difahami, terutama bhw afasia adl disfungsi berbahasa dan bkn disfungsi artikulasi atau motorik. Pemeriksa hrs mampu utk membedakan afasia dgn gangguan kognisi umum atau gangguan psikiatrik fungsional. P.Audi Penama Ulan Tuli Jenis Bicara Baca tif an g s NF/Mutism Broca + - - + - e Wernicke F/Parafasia - - - - - NF/Mutism Global - - - - - e F/Parafasi Konduksi + +/- - + + Literal F/Sirkumlo Anomik + - + + + k Tran.Kort ik NF/Gagap + +/- + + + Motorik Tran.Kort F/Parafasia ik - - ++ - +/- / Sirkumlok Sensorik Aleksia + <Normal + +/- + - - Di samping gjl yg khas pd gangguan modalitas bahasannya, pd setiap sindroma afasia dpt jg dijumpai gangguan penyerta lainnya yg akan dijelaskan berikut ini :
Sindroma Afasia Broca
Disebut jg afasia motorik, afasia ekspresif. Afasia ini plg sering disebabkan oleh CVD, di samping trauma kapitis, neoplasma otak, atau infeksi. Gjl utama berupa kesulitan bertutur. Letak lesi di hemisferium kiri (dominan) tepatnya di operkulum lobus frontal dan parietal yg di perdarahi a.serebri media superior kiri. Sindroma Infark Area Broca. Letak lesi afasia ini lebih kecil dan prognosis sembuhnya lebih baik, hanya saja di sini modalitas pengertian auditifnya dpt terganggu.
Sindroma Afasia Wernicke
Memiliki nama lain afasia sensoris, afasia reseptif, afasia akustis. Ciri khasnya adl curah bicara yg fluen bahkan dpt logorea dan adanya parafasia terutama parafasia verbal. Letak lesi di girus temporalis superior hemisferum kiri, hal ini yg menyebabkan sindroma afasia ini umumnya tdk disertai hemiparesis. Bentuk afasia yg lebih berat disebut afasia jargon, di mana lesinya lebih luas dan parafasinya lebih banyak sehingga bicaranya disebut Gado-gado bahasa Skizofrenia. Sindroma Afasia Global Istilah global atau total dipakai karena semua aspek modalitas bahasa pd sindroma ini terganggu. Kelainannya luas atau multipel di hemisferium kiri (anterior maupun posterior) yg dipasok oleh a.serebri media. Karena kerusakan yg luas ini dpt menyertai adanya hemiparesis, hemi anesthesia, dsb. Prognosis lebih buruk, akibat terganggunya hampir semua kemampuan bahasa. Sindroma Afasia Konduksi Disebut jg sbg afasia sentralis. Gjl yg plg menyolok adl dlm modalitas pengulangan, namun pengertian auditifnya msh baik. Pd curah bicaranya bs tjd parafasia literal. Lesi terdapat di fasikulus arkuatus hemisferium kiri. Sindroma Afasia Anomik Nama lainnya adl afasia nominal, afasia amnestis. Adl afasia dan gjl utama anomia, yaitu kesulitan menemukan kata dgn ciri khas dpt menunjukkan objek ttp tdk dpt menyebutkan namanya. Keadaan ini dpt tjd pd keadaan non afasia, spt demensia maupun pd keadaan fisiologis (Beningn forgetfulness). Macam-macam anomia : 1. Anomia produksi kata 2. Anomia memilih kata 3. Anomia semantik 4. Anomia khusus kategori Sindroma Afasia Transkortikalis Motorik (SATM). Disebut jg sindroma isolasi anterior atau afasia dinamis. Berciri khas pengulangan kalimat yg panjang tnp salah walaupun bicara spontannya terbata-bata dan sulit. Letak lesi di daerah frontal kiri regio para sagital superior dan regio frontal posterior inferior yg disuplai a.serebri anterior. Kebanyakan afasia ini disertai hemiparesis kontra latetral, di mana tungkai lebih berat dari lengan.
Sindroma Afasia Transkortikalis Sensorik
Yg menonjol pd afasia ini adl kemampuan mengulang yg baik dan nyaris sempurna dgn adanya ekholalia. Bila terdapat gjl neurologik biasanya ringan. Letak lesi tdk begitu jelas, dpt mengenai borderzone parietal, temporal atau kombinasi keduanya. Sindroma aleksia dan Agrafia Aleksia adl kehilangan kemampuan untuk mengerti kata-kata atau kalimat yg ditulis (membaca). Agrafia adl ketidakmampuan utk menghasilkan bahasa tulis akibat gangguan di otak. Pada sindroma aleksia dgn agrafia pasien tdk dpt membaca dan menulis. Sedangkan aleksia tanpa agrafia pasien tdk dpt membaca ttp dpt menulis, tipe yg terakhir ini disebut aleksia murni. Sindroma Afasia Subkortikal Sindroma afasia tdk hanya tjd akibat gangguan di korteks serebri ttp jg dpt terjadi di subkorteks serebri. Biasanya akibat perdarahan intra serebri. Dpt tjd afasia talamik, striatal tergantung pd letaknya. Pd sindroma afasia talamik dicirikan dgn curah verbal yg banyak parafasia dgn pengertian auditifnya yg cukup baik dan pengulangan yg normal. Prognosis umumnya baik. Defisit neurologis spt hemiparesis dpt dijumpai. Kesimpulan Afasia mrpk kelainan dasar dr fungsi luhur sbg fungsi SDM. Afasia srg dijumpai sbg gjl dr stroke, cedera kepala maupun kerusakan otak lainnya dan diperkirakan frekwensinya akan meningkat sejalan dgn insiden penyakit / gangguan di otak. Dgn sindromologi afasia dpt ditentukan jenis afasianya dan dpt diperkirakan scr umum letak kelainannya di otak. Masalah afasia bukanlah masalah yg sederhana baik dlm diagnosa maupun penanganannya. Perlu pemahaman yg lebih mendalam mengenai afasia