You are on page 1of 17

ALERGI MAKANAN

OLEH
M FAKHRI HAMAS
BAB I
Pendahuluan
Prevalensi alergi makanan di Indonesia
adalah 5-11%.

ibu-ibu seringkali
Mengganggu
melarang anaknya
pertumbuhan dan
untuk
perkembangan
mengkonsumsi
anak
makanan tertentu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

respons imunologis
yang abnormal
terhadap makanan
yang dialami oleh
seseorang.

DEFINISI
Klasifikasi

Alergi Makanan (Imunologis)

Diperantarai IgE
Urtikaria, angioedema, rash, rinokonjungtivitis akut,
eksaserbasi asma akut, anafilaksis, sindrom alergi oral

Tidak diperantarai IgE


Protein makanan yang menginduksi proktokolitis dan/atau
enterokolitis, dermatitis kontak, dermatitis herpetiformis,
dan penyakit celiac

Campuran: diperantarai IgE dan tidak diperantarai IgE
Dermatitis atopik, asma, eosinofilik esofagitis, dan
gastroenteritis
Intoleransi (Non imunologis)

Nontotksik (defisiensi enzim)


Intoleransi laktosa, galaktosemia

Toksik (farmakologis)
Kafein (tremor), tiramin dalam keju yang sudah lama
diproduksi (migrain), alkohol, histamin (keracunan ikan)

Mirip dengan intoleransi/alergi makanan
Insufisiensi pankreas, penyakit empedu dan hati, herniasi
hiatus, rinitis gustatori, anoreksia nervosa, sindrom
aurikulotemporal (kemerahan pada muka dan salivasi).

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi alergi makanan di Indonesia
adalah 5-11%.

Candra dkk pada tahun 2007 terhadap 208


pasien yang berobat di poli alergi imunologi
RSCM memberikan hasil bahwa makanan yang
paling banyak menyebabkan alergi pada anak-
anak adalah susu sapi dan tepung terigu dan
pada dewasa adalah kepiting.
Patofisiologi
Faktor Resiko
Genetik
Maturitas usus
Pajanan alergi
Pencetus alergi makanan
Kriteria klinis anafilaksis
Anafilaksis dicurigai apabila terdapat satu dari tiga kriteria di bawah
ini
1. Onset akut (menit sampai beberapa jam) yang melibatkan kulit,
jaringan mukosa, atau keduanya, seperti timbul bintik-bintik
merah, gatal atau kemerahan, pembengkakan pada bibir, lidah,
atau uvula.
Ditambah setidaknya satu dari tanda di bawah ini
a. Tanda gawat napas, seperti dispnea, bronkospasme (wheezing),
stridor, penurunan laju ekspirasi puncak (peak expiratory flow),
dan hipoksemia.
b. Penurunan tekanan darah atau timbul gejala disfungsi organ
seperti hipotonia (kolaps), sinkop, atau inkontinens.

2. Dua atau lebih gejala di bawah ini yang muncul cepat setelah
terpapar alergen yang dicurigai menimbulkan reaksi alergi pada
pasien (menit sampai beberapa jam).
a. Keterlibatan jaringan kulit-mukosa seperti timbul bintik merah di
seluruh tubuh, gatal dan kemerahan, pembengkakan bibir, lidah
atau uvula.
3. Penurunan tekanan darah setelah terpapar
alergen yang sudah dipastikan menimbulkan
reaksi pada pasien (menit sampai beberapa jam)
a.Pada bayi dan anak-anak: tekanan sistolik rendah
atau turun >30% dari tekanan darah sistolik.*
b.Pada dewasa: tekanan sistolik <90 mmHg atau
atau turun >30% dari normal.

*Tekanan sistolik rendah jika <70 mmHg untuk usia 1 bulan s.d 1
tahun, kurang dari [70 mmHg + (2xusia)] untuk usia 1 s.d 10 tahun
dan <90 mmHg untuk usia 11 s.d 17 tahun.
Manisfestasi klinis

Urtikaria Dermatitis atopik


Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
tatalaksana
Mencegah paparan yang menyebabkan
alergi
Risiko anafilaksis epinefrin pen

0.01mg/kgbb
Kesimpulan
Reaksi simpang makanan terdiri dari reaksi
imunologis atau disebut alergi makanan dan
non imunologis atau disebut intoleransi
makanan.
Manifestasi klinis dari alergi makanan dapat

muncul di kulit, saluran gastrointestinal,


maupun saluran respiratorius.
Terapi primer untuk alergi makanan adalah

dengan mencegah paparan terhadap


makanan yang menyebabkan alergi.
TERIMA
KASIH

You might also like