Professional Documents
Culture Documents
Preskripsi 3
Kelompok 4
Tipe 1
Hipersensitivitas tipe I atau disebut juga dengan reaksi cepat, reaksi alergi atau
reaksi anafilaksis ini merupakan respon jaringan yang terjadi akibat adanya ikatan
silang antara alergen dan IgE. Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata,
nasofaring, jaringan bronkopulmonasi, dan saluran gastrointestinal. Reaksi ini dapat
menimbulkan gejala yang beragam, mulai dari ketidaknyamanan kecil hingga
kematian. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar antigen,
namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal hingga 10-12 jam
Tipe 2
Hipersensitivitas tipe II disebabkan oleh antibodi yang berupa Imunoglobulin G (IgG)
dan Imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks
ekstraseluler.
Mekanisme singkat dari reaksi hipersensitivitas tipe II adalah sebagai berikut :
IgG dan IgM berikatan dengan antigen di permukaan sel
Fagositosis sel target atau lisis sel target oleh komplemen, ADCC dan atua antibodi
Pengeluaran mediator kimiawi
Timbul manifestasi (anemia hemolitik autoimun, eritoblastosis fetalis, sindrom Good
Pasture atau pemvigus vulgaris)
Tipe 3
Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini
disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut
dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan. Pada
kondisi normal, komleks antigen-anibodi yang diproduksi dalam jumlah besar dan
seimbang akan dibersihkan dengan adanya dagosit. Namun terkadang kehadiran
bakteri, virus, lingkungan atau antigen seperti spora fungi, bahan sayuran, dan
hewan yang persisten akan membuat tubuh secara otomatis memproduksi antibodi
terhadap senyawa asing tersebut, sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-
antibodi secara terus menerus.
Tipe 4
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel
atau tipe lambat (delay-tipe). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan
oleh sel T dan makrofag. Dalam reaksi ini membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk aktivasi dan diferensiasi sel T, sekresi sitokin dan kemokin, serta akumulasi
makrofag dan leukosit lain pada daerah yang terkena paparan. Beberapa contoh
umum dari hipersensitivitas tipe IV adalah hipersensitivitas pneumonitis,
hipersensitivitas kontak (kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat
kronis.
Jenis Mekanisme Waktu Gejala Penyebab
(Reaksi)
Tipe I Media antibodi IgE 15-30 menit Urtikaria, ekzem, Reaksi alergi akut
Sel primer : Basofil / sejak konjungtivitis, dengan sengatan,
mast sel terpapar rinitis, asma , serbuk sari, dan
Hipersensitivitas Kadang 10- gastroenteritis obat-obatan,
imediate / 12 jam
anafilaksis
Tipe II Media antibodi Beberapa Hemolitik anemia, Bahan kimia /
IgM/IgG menit-jam granulositopenia, hapten
Hipersensitivitas trombositopenia
sitotoksik
Tipe III Media antibodi IgG, 3-10 jam Lupus (kulit, Eksogen : Bakteri,
sedikit IgM setelah ginjal). virus, parasit,
Hipersensitivitas pemaparan Rheumatoid Endogen :
imun komplek arthritis, autoimunitas dan
poliarteritis nonspesifk
(pembuluh darah)
Tipe IV Hipersensitivitas 48 jam Eszema, indurasi Epidermal : racun,
lambat setelah lokal, pengerasan logam berat,dll
pemaparan (fibrosis) Intradermal serta
benda asing
Patofisiologi
Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC). Molekul IgE dalam sirkulasi darah akan
memasuki jaringan dan ditangkap oleh reseptor IgE yang berada pada
permukaan mastosit/basofil, sehingga akan teraktifasi. Bila ada 2 light chain
IgE berkontak dengan alergen spesifiknya, maka akan terjadi degranulasi sel
yang berakibat terlepasnya mediator-mediator alergi yang terbentuk
(Preformed Mediators), terutama histamin.
Etiologi
Debu rumah.
Obat-obatan tertentu.
Faktor dan Gejala
Gejala Gejala Umum Pada Penderita Alergi:
1. Pada sistem pernafasan. Gejala alergi pada
sistem pernafasan adalah batuk, pilek, hidung
tersumbat, bersin, sesak nafas, mengi suara,
mimisa, sakit telinga, kemerahan telinga,
tenggorokan gatal san sesak nafas.
2. Pada sistem pencernaan. Gejala alergi terjadi
terhadap sistem pencernaan : nyeri perut, diare,
sulit buang air besar, kembung dan sering kentut.
3. Pada kulit. Gejala alergi pada kulit bisa gatal,
kulit merah bintik-bintik, kulit menebal, eksim,
kulit menjadi kebiruan / hitam, bibir menjadi
bengkak.
4. Pada mata. Gejala alergi pada mata adalah :
mata gatal, mata merah, mata berair, mata
belekan, warna kehitaman di bawah mata,
bintitan.
Faktor Penyebab Alergi
Faktor lingkungan (debu rumah, spora jamur, serbuk sari, asap kendaraan,
obat, asap rokok, bau cat)
` Hydrocortisone cream
Aturan pakai :
Catatan lain :
Analisis Aspek Legal
Validasi prescriber :
No. Komponen Keterangan
1. Nama Dokter
2. Alamat Praktek
3. SIP
4. No.Telpon
5. Paraf
6. Tanggal penulisan Resep
7. Kesesuaian Spesialisasi
Validitas Pasien
1. Nama Pasien
3. Alamat
4. No. Telpon
ANALISIS ASPEK KESELAMATAN
PASIEN (INFORMASI OBAT)
Hydrocortisone Cream 1%
aspek Informasi Pustaka
Komposisi Hydrocoretisone asetat 1% ISO Indonesia Vol. 47 p.359
Indikasi Pengobatan insufisiensi primer atau sekunder adrenal korteks, gangguan rematik, penyakit A to Z
kolagen, penyakit kulit, keadaan alergi, proses mata alergi dan inflamasi, penyakit Drug Facts
pernapasan, gangguan hematologi (idiopatik thrombocytopenic purpura), penyakit
neoplastik, negara edema (akibat sindrom nefrotik), penyakit GI (ulcerative colitis dan
sariawan), multiple sclerosis, meningitis TB, trichinosis dengan neurologis atau keterlibatan
miokard.
Perhatian Infeksi kulit. Hindari kontak dengan mata, membran mukosa, kulit yang sensitif dan rusak ISO Indonesia Vol. 47 p.359
KLORFENIRAMIN MALEAT
Informasi Obat
aspek informasi Pustaka
Chlorpheniramine
Hydrocortisone
Absorpsi: cepat pada rute manapun, kecuali rectal (DIH 17th edition)
MEKANISME KERJA OBAT
Khlorfeniramin Maleat
Khlorfeniramin maleat merupakan salah satu antihistaminika H1 (AH1) yang mampu mengusir histamin secara
kompetitif dari reseptornya (reseptor H1) dan dengan demikian mampu meniadakan kerja histamin. (ITB, 1991)
Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1 dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh yang lebih
besar, kontraksi otot (bronkus, usus, uterus), kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin
mencapai kulit misal pada gigitan serangga, maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat pelebaran
kapiler atau terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan pada kapiler. Histamin memegang peran
utama pada proses peradangan dan pada sistem imun.
Khlorfeniramin maleat sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-
macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang
disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapiedisi IV (FK-UI,1995) disebutkan
bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk
histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk,
berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat, mekanismenya mengantagonir histamine dengan
jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemin dan
rahim. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi
mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna
khlorfeniramin maleat atau obat yang mengandung khlorfeniramin maleat dilarang mengendarai kendaraan.
Hydrocortisone
Alamat pasien?
Riwayat alergi?
Riwayat penyakit?
Riwayat pengobatan?
ANALISA DRP
Jenis DRP DRP yang ditemukan dalam Penyelesaian
Resep
- - -
Analisa Kesesuaian dosis
Hydrocortisone - - -
Cream
Cara Peracikan
Beri label NI
KIE
Informasi Obat yang diberikan
CTM
Chlorpheniramine merupakan pengobatan sementara untuk bersin, gatal, mata berair, hidung
atau tenggorokan gatal yang disebabkan oleh demam (alergi) rhinitis atau alergi pernapasan
lainnya.
1. Debu
2. Hewan berbulu
3. Jangan hujan-hujanan