You are on page 1of 38

ALERGI

Preskripsi 3
Kelompok 4

Ida Isma Purwanti 2013104103101

Sri Yuliati 2013104103150

Putri Peni Utami 2014104103075

Onelia Istighfarin 2014104103226

Rohayati i Anjarang 2014104103227

Septiwinda V. Vinilia 2014104103236

Viviani Beines 2014104103238

Wahidatin Nabila 2014104103256

Abelia Alhamid 2014104103259


Pengertian

Alergi sering juga disebut hipersensitifitas. Reaksi hipersensitifitas ini meliputi


sejumlah peristiwa auto imun dan alergi serta merupakan kepekaan berbeda
terhadap suatu antigen eksogen atas dasar proses imunologi dan
berkaitandenganpeningkatankadarimmunoglobulin (Ig)E. Pada hakekatnya reaksi
imun tesebut, walaupun bersifat merusak berfungsi melindungi organisme
terhadap zat-zat asing yang menyerang tubuh. Peristiwa alergi ini diakibatkan oleh
sejumlah zat perantara (mediator) yang dilepaskan, yakni histamin bersama
serotonin, bradikinin, dan asam arachidonat.
Tipe Alergi

Berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi, hipersensitivitas


terbagi menjadi empat tipe, yaitu tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV.

Tipe 1
Hipersensitivitas tipe I atau disebut juga dengan reaksi cepat, reaksi alergi atau
reaksi anafilaksis ini merupakan respon jaringan yang terjadi akibat adanya ikatan
silang antara alergen dan IgE. Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata,
nasofaring, jaringan bronkopulmonasi, dan saluran gastrointestinal. Reaksi ini dapat
menimbulkan gejala yang beragam, mulai dari ketidaknyamanan kecil hingga
kematian. Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar antigen,
namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal hingga 10-12 jam
Tipe 2
Hipersensitivitas tipe II disebabkan oleh antibodi yang berupa Imunoglobulin G (IgG)
dan Imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks
ekstraseluler.
Mekanisme singkat dari reaksi hipersensitivitas tipe II adalah sebagai berikut :
IgG dan IgM berikatan dengan antigen di permukaan sel
Fagositosis sel target atau lisis sel target oleh komplemen, ADCC dan atua antibodi
Pengeluaran mediator kimiawi
Timbul manifestasi (anemia hemolitik autoimun, eritoblastosis fetalis, sindrom Good
Pasture atau pemvigus vulgaris)
Tipe 3
Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini
disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut
dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan. Pada
kondisi normal, komleks antigen-anibodi yang diproduksi dalam jumlah besar dan
seimbang akan dibersihkan dengan adanya dagosit. Namun terkadang kehadiran
bakteri, virus, lingkungan atau antigen seperti spora fungi, bahan sayuran, dan
hewan yang persisten akan membuat tubuh secara otomatis memproduksi antibodi
terhadap senyawa asing tersebut, sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-
antibodi secara terus menerus.
Tipe 4
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel
atau tipe lambat (delay-tipe). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan
oleh sel T dan makrofag. Dalam reaksi ini membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk aktivasi dan diferensiasi sel T, sekresi sitokin dan kemokin, serta akumulasi
makrofag dan leukosit lain pada daerah yang terkena paparan. Beberapa contoh
umum dari hipersensitivitas tipe IV adalah hipersensitivitas pneumonitis,
hipersensitivitas kontak (kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat
kronis.
Jenis Mekanisme Waktu Gejala Penyebab
(Reaksi)
Tipe I Media antibodi IgE 15-30 menit Urtikaria, ekzem, Reaksi alergi akut
Sel primer : Basofil / sejak konjungtivitis, dengan sengatan,
mast sel terpapar rinitis, asma , serbuk sari, dan
Hipersensitivitas Kadang 10- gastroenteritis obat-obatan,
imediate / 12 jam
anafilaksis
Tipe II Media antibodi Beberapa Hemolitik anemia, Bahan kimia /
IgM/IgG menit-jam granulositopenia, hapten
Hipersensitivitas trombositopenia
sitotoksik
Tipe III Media antibodi IgG, 3-10 jam Lupus (kulit, Eksogen : Bakteri,
sedikit IgM setelah ginjal). virus, parasit,
Hipersensitivitas pemaparan Rheumatoid Endogen :
imun komplek arthritis, autoimunitas dan
poliarteritis nonspesifk
(pembuluh darah)
Tipe IV Hipersensitivitas 48 jam Eszema, indurasi Epidermal : racun,
lambat setelah lokal, pengerasan logam berat,dll
pemaparan (fibrosis) Intradermal serta
benda asing
Patofisiologi

Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung


pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau
gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologi
yang disebut reaksi hipersensitivitas.

Mekanisme yang mendasari sensitisasi alergi adalah IgE-mediated dan


terjadi oleh
sensitisasi dan efektor

Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I, alergen yang masuk


kedalam tubuh menimbulkan respon imun dengan dibentuknya IgE. Reaksi
ini diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi
alergi yang ditimbulkan terdiri dari dua fase, yaitu reaksi alergi fase cepat
(RAFC) dan reaksi alergi fase lambat (RAFL). Reaksi fase cepat berlangsung
sampai satu jam setelah kontak dengan alergen, dan mencapai puncaknya
pada 15-20 menit pasca pajanan alergen, sedangkan RAFL berlangsung 2-4
jam kemudian, dengan puncak reaksi pada 6-8 jam setelah pajanan dan
Tahap Sensitisasi. Reaksi alergi dimulai dengan respons pengenalan
alergen oleh sel darah putih, yaitu sel makrofag, monosit atau sel dendritik.
Sel-sel tersebut berperan sebagai antigen presenting sel (APC) atau sel
penyaji dan berada di mukosa saluran napas.

Sel penyaji akan menangkap alergen yang menempel pada permukaan


mukosa, yang kemudian setelah diproses akan dibentuk fragmen pendek
peptida imunogenik.

Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC). Molekul IgE dalam sirkulasi darah akan
memasuki jaringan dan ditangkap oleh reseptor IgE yang berada pada
permukaan mastosit/basofil, sehingga akan teraktifasi. Bila ada 2 light chain
IgE berkontak dengan alergen spesifiknya, maka akan terjadi degranulasi sel
yang berakibat terlepasnya mediator-mediator alergi yang terbentuk
(Preformed Mediators), terutama histamin.
Etiologi

Makanan dapat menyebabkan alergi. Jenis alergi ini disebabkan oleh


protein yang terdapat dalam makanan. Makanan yang biasanya
menyebabkan alergi adalah ikan, udang, kerang, putih telur dan susu sapi,
juga gluten (suatu protein dari jenis gandum).

Tepung sari (pollen).

Debu rumah.

Tungau debu-rumah serangga transparan sebesar 0,3 mm yang biasanya


terdapat paling banyak di kasur, selimut, dan karpet.

Jamur dapat berperan sebagai alergen dan penyebab rhinitis. Jamur


penyebab alergi yaitu Aspergillus dan Penicillium.

Obat-obatan tertentu.
Faktor dan Gejala
Gejala Gejala Umum Pada Penderita Alergi:
1. Pada sistem pernafasan. Gejala alergi pada
sistem pernafasan adalah batuk, pilek, hidung
tersumbat, bersin, sesak nafas, mengi suara,
mimisa, sakit telinga, kemerahan telinga,
tenggorokan gatal san sesak nafas.
2. Pada sistem pencernaan. Gejala alergi terjadi
terhadap sistem pencernaan : nyeri perut, diare,
sulit buang air besar, kembung dan sering kentut.
3. Pada kulit. Gejala alergi pada kulit bisa gatal,
kulit merah bintik-bintik, kulit menebal, eksim,
kulit menjadi kebiruan / hitam, bibir menjadi
bengkak.
4. Pada mata. Gejala alergi pada mata adalah :
mata gatal, mata merah, mata berair, mata
belekan, warna kehitaman di bawah mata,
bintitan.
Faktor Penyebab Alergi

Faktor genetika yaitu dari keturunan


Faktor makanan (seperti susu, telur, udang, ikan, kacang-kacangan)

Faktor fisik (kelelahan, stress)

Faktor lingkungan (debu rumah, spora jamur, serbuk sari, asap kendaraan,
obat, asap rokok, bau cat)

Faktor cuaca (udara panas, udara lembab, perubahan cuaca)

Serangga (seperti semut, nyamuk, tawon, ulat)


Menerima dan Menginterpretasikan Resep

Tanggal penulisan resep/copy resep : 15 Maret 2017

Sediaan yang diminta : CTM

` Hydrocortisone cream

Data penulisan resep/copy resep :

Aturan pakai :

Tanda tangan penulis resep/ copy resep :

Catatan lain :
Analisis Aspek Legal

Validasi prescriber :
No. Komponen Keterangan
1. Nama Dokter
2. Alamat Praktek
3. SIP
4. No.Telpon
5. Paraf
6. Tanggal penulisan Resep
7. Kesesuaian Spesialisasi
Validitas Pasien

No. Komponen Keterangan

1. Nama Pasien

2. Umur / Berat Badan

3. Alamat

4. No. Telpon
ANALISIS ASPEK KESELAMATAN
PASIEN (INFORMASI OBAT)
Hydrocortisone Cream 1%
aspek Informasi Pustaka
Komposisi Hydrocoretisone asetat 1% ISO Indonesia Vol. 47 p.359

Indikasi Pengobatan insufisiensi primer atau sekunder adrenal korteks, gangguan rematik, penyakit A to Z
kolagen, penyakit kulit, keadaan alergi, proses mata alergi dan inflamasi, penyakit Drug Facts
pernapasan, gangguan hematologi (idiopatik thrombocytopenic purpura), penyakit
neoplastik, negara edema (akibat sindrom nefrotik), penyakit GI (ulcerative colitis dan
sariawan), multiple sclerosis, meningitis TB, trichinosis dengan neurologis atau keterlibatan
miokard.

Dosis Oleskan sehari 3 kali ISO Indonesia Vol. 47 p.359

Kontraindikasi infeksi jamur sistemik; Penggunaan IM di idiopatik thrombocytopenic purpura; pemberian A to Z


vaksin virus hidup pada pasien yang menerima dosis kortikosteroid imunosupresif Drug Facts

Efeksamping 10%: dermatologis: Eksim (12,5%) A to Z


1% - 10%: Dermatologic: Pruritus (6%), menyengat (2%), kulit kering (2%) Drug Facts
<1%: dermatitis kontak alergi, terbakar

Perhatian Infeksi kulit. Hindari kontak dengan mata, membran mukosa, kulit yang sensitif dan rusak ISO Indonesia Vol. 47 p.359
KLORFENIRAMIN MALEAT

Informasi Obat
aspek informasi Pustaka

Komposisi Klorfeniramin Maleat 4mg ISO Indonesia Vol. 47 p.69

Indikasi Bantuan sementara dari bersin , gatal , A to Z Drug Facts


mata berair , hidung gatal atau
tenggorokan , dan hidung meler yang
disebabkan oleh demam ( alergi ) rhinitis
atau alergi pernapasan lainnya.

Dosis Dewasa dan Anak di atas 12 tahun : PO A to Z Drug Facts


4 mg tiap 4 sampai 6 jam ( bentuk
immediate-release ) atau 8 sampai 12
mg pada waktu tidur atau tiap 8 sampai
12 jam ( max , 24 mg / 24 hr ). Efidac :
16 mg tiap 24 jam ( max , 16 mg / 24
jam ) . SC / IM / IV : 5 sampai 20 mg
sebagai dosis tunggal ( max , 40 mg / 24
jam ) . Anak-anak 6 sampai 12 tahun :
PO 2 mg tiap 4 sampai 6 jam ( bentuk
immediate-release ) atau 8 mg sebelum
tidur atau siang hari ( bentuk lepas
lambat ) ( max , 12 mg / 24 jam )
Aspek Informasi Pustaka

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap antihistamin ; glaukoma A to Z Drug Facts


sudut sempit ; stenosing ulkus peptikum ; gejala
hipertrofi prostat ; serangan asma ; obstruksi leher
kandung kemih ; obstruksi piloroduodenal ; Terapi
MAO ; menggunakan pada bayi baru lahir atau
prematur dan pada ibu menyusui

Efek Samping KARDIOVASKULAR : hipotensi ortostatik ; palpitasi ; A to Z Drug Facts


bradikardia ; takikardia ; takikardia refleks ;
ekstrasistol ; pingsan . SSP : Mengantuk (sering
transien ) ; sedasi; pusing; pingsan ; koordinasi
terganggu ; kegugupan ; kegelisahan. GI : Mulut kering
; epigastric distress ; anoreksia ; mual; muntah ; diare;
sembelit; mengubah kebiasaan buang air besar . GU :
frekuensi urin atau retensi ; disuria. Hematologi :
anemia hemolitik ; trombositopenia ; agranulositosis .
METABOLIK : Meningkatkan nafsu makan ; berat badan
. PERNAPASAN : Penebalan sekresi bronkus ; sesak
dada ; mengi ; hidung tersumbat ; hidung kering dan
tenggorokan ; sakit tenggorokan; depresi pernafasan .
LAIN : Reaksi hipersensitivitas ; fotosensitifitas
Aspek Informasi Pustaka

Interaksi Obat Alkohol dan depresan SSP : Dapat A to Z Drug Facts


menyebabkan efek depresan SSP aditif .MAO
Inhibitor : Dapat meningkatkan efek
antikolinergik dari klorfeniramin.

Perhatian Kategori B. Jangan gunakan selama trimester A to Z Drug Facts


ketiga. Laktasi: Kontraindikasi pada ibu
menyusui. Anak-anak: Overdosis dapat
menyebabkan halusinasi, kejang, dan kematian.
Antihistamin dapat mengurangi kewaspadaan
mental. Pada anak-anak, mereka dapat
menghasilkan eksitasi paradoks. Kontraindikasi
pada bayi baru lahir atau prematur. bentuk
lepas lambat tidak dianjurkan pada anak-anak
kurang dari 6 tahun. Lansia: Besar kemungkinan
pusing, sedasi berlebihan, sinkop, keadaan
bingung beracun dan hipotensi pada pasien
lebih dari 60 tahun, dll.
Interaksi Obat
Nama Obat Interaksinya dengan Obat Lain
Chlorpheniramine Acetylcholinesterase Inhibitors (Central): Antikolinergik dapat mengurangi efek terapeutik
acetylcholinesterase Inhibitors (Central).
Alkohol (Ethyl): CNS depressants dapat meningkatkan efek depresan dari alkohol (Ethyl).
Amfetamin: mengurangi efek sedatif dari Antihistamin.
Antikolinergik: meningkatkan efek merugikan dari antikolinergik lainnya. Kecuali:
Paliperidone.
Betahistin: Antihistamin dapat mengurangi efek terapeutik betahistin.
CNS depressants: meningkatkan efek toksik dari CNS depressants lain.
CYP3A4 Inhibitors (Moderate): menurunkan metabolisme substrat CYP3A4.
CYP3A4 Inhibitors (Kuat): menurunkan metabolisme Substrat CYP3A4.
Dasatinib: Dapat meningkatkan konsentrasi serum dari substrat CYP3A4.
Pramlintide: meningkatkan efek antikolinergik. Efek ini khusus untuk saluran pencernaan.

Hydrocortisone cream Tidak ada


Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Chlorpheniramine

T Eliminasi, serum: 20-24 jam

Hydrocortisone

Absorpsi: cepat pada rute manapun, kecuali rectal (DIH 17th edition)
MEKANISME KERJA OBAT
Khlorfeniramin Maleat

Khlorfeniramin maleat merupakan salah satu antihistaminika H1 (AH1) yang mampu mengusir histamin secara
kompetitif dari reseptornya (reseptor H1) dan dengan demikian mampu meniadakan kerja histamin. (ITB, 1991)
Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1 dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh yang lebih
besar, kontraksi otot (bronkus, usus, uterus), kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin
mencapai kulit misal pada gigitan serangga, maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat pelebaran
kapiler atau terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan pada kapiler. Histamin memegang peran
utama pada proses peradangan dan pada sistem imun.
Khlorfeniramin maleat sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-
macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang
disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapiedisi IV (FK-UI,1995) disebutkan
bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk
histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk,
berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat, mekanismenya mengantagonir histamine dengan
jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemin dan
rahim. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi
mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna
khlorfeniramin maleat atau obat yang mengandung khlorfeniramin maleat dilarang mengendarai kendaraan.
Hydrocortisone

Merupakan steroid anti-inflamasi. Aksi anti-inflamasi ini disebabkan


pengurangan komponen vaskular dari respon inflamasi, penekana migrasi
leukosit polimorfonuklear, dan pembalikan peningkatan permeabilitas
kapiler.

Obat golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan


hormon cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi oleh kelenjar adrenal,
kelenjar ini berada tepat diatas ginjal kita (lihat gambar). Dengan efek yang
sama bahkan berlipat ganda maka kortikosteroid sanggup mereduksi
sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya kalo orang dengan
penyakit-penyakit yang terjadi karena proses dasar inflamasi seperti
rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat) danalergi gejalanya bisa
lebih ringan setelah pemberian kortikosteroid
Pasien Assesment

Latar belakang penebus obat?

Alamat pasien?

Tanggal pergi ke dokter?

Keluhan apa yang diderita?

Berapa lama gejala yang muncul?

Apa yang dilakukan untuk mengatasi keluhan sebelum ke dokter?

Informasi apa yang diberikan oleh dokter?

Riwayat alergi?

Riwayat penyakit?

Riwayat pengobatan?
ANALISA DRP
Jenis DRP DRP yang ditemukan dalam Penyelesaian
Resep

Interaksi obat Penggunaan alkohol dan Menghindari penggunaan


CNS depresan dapat alkohol dan obat-obatan anti
menyebabkan efek depresi depresan

- Penggunaan MAO inhibitor Menghindari penggunaan


dapat meningkatan efek obat MAO inhibitor
kolinergik dari bersamaan dengan
chlorpheniramine chlorpheniramine

- - -
Analisa Kesesuaian dosis

Nama Obat Dosis Dalam Dosis Literatur Kesesuaian


Resep
CTM - PO 4 mg setiap 4 sampai 6 sesuai
jam (max, 24 mg / hari).

Hydrocortisone - - -
Cream
Cara Peracikan

Ambil tablet ctm , kemudian timbang 1 tablet

Kemudian masukkan kedalam mortir gerus

Timbang glukosa masukkan ke dalam mortir gerus ad homogen

Bagi sediaan menjadi dua bagian

Kemudian di bagi secara visual


Etiket dan label

Beri etiket putih untuk pulveres

Beri etiket biru untuk cream

Beri label NI
KIE
Informasi Obat yang diberikan

CTM

Dalam satu serbuk CTM mengandung 0,8 mg CTM. Digunakan untuk


mengatasi rasa gatal, diminum 3xH setelah makan dengan air putih.

Pada saat menerima pengobatan CTM pasien dimungkinkan mengalami


mual, pening, pusing. Jika timbul keadaan seperti itu harap pemakaian
obat dihentikan dan segera konsultasikan ke dokter.

CTM memiliki efek mengantuk, jadi pasien disarankan untuk beristirahat.


Jika sudah sekolah berangkat dan pulang sebaiknya dijmpu.

Disimpan pada suhu ruang.


Hydrocortisone

Hydrocortisone cream mengandung 1% dalam setiap 5 g. digunakan untuk kulit yang


merah akibat gatal.
Dipakai setelah mandi, dioleskan tipis pada bagian yang merah 2-4 kali sehari.
Apabila selama 7 hari gejala tidak berkurang atau semakin terasa gatal hentikan
pemakaian dan hubungi dokter.
Disimpan pada tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.
Fungsi Obat

Chlorpheniramine merupakan pengobatan sementara untuk bersin, gatal, mata berair, hidung
atau tenggorokan gatal yang disebabkan oleh demam (alergi) rhinitis atau alergi pernapasan
lainnya.

Hydrocortisone cream merupakan obat kortikosteroid yang digunakan untuk pengobatan


inflamasi dan pruritus (gatal) pada kulit, untuk luka psoriasis, dan dermatosis lainnya. (A to Z
drug facts)
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS

Hindari pemicu dari alergi, seperti:

1. Debu

2. Hewan berbulu

3. Jangan hujan-hujanan

4. Makanan yang menyebabkan alergi

You might also like