You are on page 1of 140

Pengelolaan Sampah

Sampah (waste); suatu bahan yang


terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas
manusia maupun alam yang belum memiliki
nilai ekonomis.
Sumber dan klasifikasi sampah
1 Sampah basah (garbage)
sampah organik yang mudah busuk (degradable)
2 Sampah kering (rubbish)
sampah anorganik yang tidak mudah
busuk (undegradable)
3 Sampah lembut, yaitu sampah yang merupakan
partikel-partikel ukuran kecil, ringan dan
mudah diterbangkan angin, berbentuk debu dan abu.
4 Sampah besar (bulky waste) yaitu sampah yang
berukuran besar, misal bekas furnitur, kursi, meja.
5 Sampah berbahaya (hazardous waste)
sampah yang berbahaya baik bagi manusia, binatang
maupun tumbuhan.Sampah ini terdiri dari;
a. Sampah patogen yaitu sampah yang berasal dari
rumah sakit dan klinik
b. Sampah beracun, yaitu sampah sisa pestisida,
insektisida, kertas bungkus bahan beracun.
c. Sampah radioaktif, yaitu sampah bahan-bahan
radioaktif, sisa pengolahan nuklir.
d. Sampah ledakan yaitu sampah yang berasal dari
ledakan petasan, misiu, sampah perang.
Sampah dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis antara lain berdasarkan atas;

A. Sumber sampah
Sumber sampah dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu;
sampah hasil kegiatan rumah tangga
(domestic refuse)
sisa makanan, bahan dan
peralatan rumah tangga.
Sampah dari kegiatan perdagangan
(comercial refuse)
Adalah sampah yang berasal dari tempat-
tempat perdagangan seperti supermarket,
pusat pertokoan, warung dan sejenisnya.

Sampah yang berasal dari industri ( industrial


refuse)
Merupakan sampah yang berasal dari
kegiatan industri, jumlah dan macamnya
sangat tergantung pada jenis industri.
Sampah yang berasal dari jalanan (street sweeping).
Ragamnya sangat bervariasi, misal daun tanaman
perindang jalan, kertas plastik, puntung rokok, barang-
barang yang dibuang sembarangan oleh penumpang
kendaraan.

Sampah yang berasal dari binatang mati (dead animal)


Lebih dikenal sebagai bangkai, misal bangkai tikus,
ular, burung, ayam, anjing, kucing.
B. Sampah yang mudah Terdegradasi dan Tidak
Terdegradasi
Berdasarkan mudah dan tidaknya terdegradasi,
sampah dikelompokkan menjadi dua bagian besar
yaitu;
Sampah yang mudah terurai (degradable refuse)
Yaitu sampah yang dapat diurai secara alami melalui
proses fisik, kimia maupun biologis. Pada umumnya
jenis sampah ini berasal dari bahan- bahan organik,
yang dihancurkan oleh mikroorganisme.
Sampah yang tidak mudah terurai ( non degradable
refuse)
Yaitu sampah yang tidak dapat diurai atau sulit diurai
secara alami oleh proses fisik, kimia maupun biologis
menjadi molekul-molekul yang lebih kecil.
Non degredable refuse, umumnya terdiri dari bahan-bahan
anorganik, bahan sintetis, dan bahan keras lainnya, misal
Logam, kaca, kayu, keramik, plastik.
Dampak keberadaan sampah

Dampak Negatip Sampah


Nilai Estetika sampah yang menumpuk
dan dibiarkan pada tempat terbuka ( open
dump) menyebabkan turunnya estetika tempat
sekitar, mengganggu keindahan panorama
setempat, bau busuk yang tidak enak, dan
berkembangnya berbagai organisme
pathogen. Tempat berkembang biak lalat yang
mampu membawa penyakit.
Polusi Udara
Pembakaran sampah secara terbuka menimbulkan emisi gas
karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), nitrogen
monoksida (NO), gas sulfur dan partikel-partikel halus di udara
yang dapat menyebabkan penyakit pada pernafasan, penyakit
kulit, iritasi mata dan sebagainya.

Kontaminasi pada Air


Air hujan bersama dengan air hasil pembusukan dikenal
sebagai air lindi atau leachate, akan berkumpul maupun
mengalir ke parit-parit maupun sungai yang ada disekitarnya.
Akibatnya air sungai tercemar oleh air lindi, sehingga tidak
dapat dimanfaatkan, karena akan menimbulkan gatal-gatal
pada kulit
PENGARUH TERHADAP
KESEHATAN
Tempat berkembangbiak vektor
penyakit
Insidensi penyakit demam berdarah
dengue meningkat
Terjadinya kecelakaan
Gangguan psikosomatis
PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN DAPAT
DIKELOMPOKKAN MENJADI EFEK LANGSUNG DAN
TIDAK LANGSUNG

1. Efek langsung : kontak langsung dgn sph tsb.


misalnya : sph beracun, sph korosif terhadap
tbh, sph yg mengandung kuman
patogen.
2. Efek tidak langsung : dpt dirasakan masyarakat akibat
proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan
sph,dan penyakit bawaan vektor.
Sumber Penyakit

Tempat penimbunan sampah, khususnya


yang masih basah merupakan tempat
hidup yang sangat baik bagi
perkembangan tikus, nyamuk, lalat,
insekta, dan mikrobia. Binatang-binatang
tersebut dapat menularkan atau
menyebabkan timbulnya penyakit untuk
masyarakat sekitar tempat
penampungansampah.
Penyakit Bawaan Sampah
Nama Penyakit Penyebab Penyakit

Bawaan lalat
Dysentreri basillaris Shigella shigae
D.Amoebica Entamoeba histolytica
Typhus abdominalis Salmonella typhi
Cholera Vibrio cholerae
Ascariasis A. lumbricoides
Ancylostomiasis A. duodenale

Bawaan Tikus / Pinjal


Pest Pateurella pestis
Leptospirosis Leptospira icterohaemorrhagica
Streptobacillus moniliformis Rat bite fever
Keracunan
Methana
Carbondioksida
Carbonmonoksida
Logam berat dan seterusnya
Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara
aerobik, dilanjutkkan secara fakultatif dan
secara anaerobik apabila oksigen telah habis.
Dekomposisi aerobik akan menghasilkan cairan
yang disebut leachate beserta gas. Leachate
atau lindi ini adalah cairan yang mengandung
zat padat tersuspensi yang sangat halus dan
hasil penguraian mikroba; biasanya terdiri atas
Ca, Mg, Na, K, Fe, Khlorida, Sulfat, Phosfat, Zn,
Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, dan Asam
organik. Tergantung dari kualitas sampah, maka
didalam leachate bisa pula didapat mikroba
patogen, logam berat dan zat lainnya yang
berbahaya.
Penyumbatan Saluran Air

Kebiasaan yang sulit dicegah yaitu masih


banyak
warga masyarakat dengan sengaja
membuang sampah di selokan, ke sungai
atau got saluran pembuangan air hujan di
kota. Timbunan sampah yang tidak
sengaja, akan dapat menutup saluran kota.
Akibatnya air saluran meluap pada waktu
hujan. Air sungai-pun ikut menjadi kotor.
Longsoran Sampah
Timbunan sampah yang menggunung dan tidak
terkendali, salah satu contoh di Bandung Timur
pada tahun 2006, telah terjadi longsoran
tumpukan sampah yang sangat hebat.
Beberapa puluh rumah tertimbun sampah yang
Longsor, disamping beberapa orang tewas.
Dengan demikian, timbunan sampah yang tidak
terkendali mampu menimbulkan bencana alam.
Konflik Kepentingan antar Daerah

Sampah yang berasal dari wilayah DKI


Jakarta dibuang di TPAS yang berada di
wilayah Kabupaten Bogor, dan
Kabupaten Tangerang, pada awalnya
belum menimbulkan masalah, namun
dengan maraknya nuansa Otonomi
Daerah, keberadaan TPAS tersebut saat
ini dipermasalahkan.
Dampak
Sampah Positip
merupakan barangSampah
yang dianggap tidak
berharga dan dibuang oleh pemiliknya. Namun
demikian pengelolaan sampah yang benar mampu
menimbulkan dampak positip bagi masyarakat.

Dibuat pupuk atau kompos.


Dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah, proses
dekomposisi telah mampu mengubah sampah
menjadi humus, ini dilakukan pada jenis sampah
organik yang mudah terurai (degradable refuse)
antara lain daun-daunan oleh sebab itu perlu
dilakukan pemilahan terlebih dahulu.
Dimanfaatkan sebagai makanan ternak
Terlebih dahulu pada sampah dilakukan
pemilahan dan pengolahan sampah sebelum
diberikan pada ternak. Maksudnya agar
ternak terhindar dari pengaruh buruk sampah
khususnya karena keberadaan B-3. Dibakar
atau dipakai sebagai bahan bakar. Sampah
dimanfaatkan sebagai bahan baku briket atau
biogas.
Untuk menimbun tanah rawa

Semua jenis sampah dapat


dipergunakan sebagai bahan timbunan
tanah rawa, namun perlu diperhatikan
bahwa air rawa tersebut tidak
dimanfaatkan untuk air irigasi. Hal ini
perlu diperhatikan karena selama proses
pembusukan sampah dapat
menimbulkan air lindi yang bersifat
toksik.
Menurut Depkes (1987) sampah atau wastes
diartikan sebagai benda yang tidak dipakai,
tidak diinginkan dan dibuang. Berdasarkan
masalah dan cara-cara penanganannya, wastes
digolongkan;
1) Solid wastes atau refuse, yaitu sampah
padat.
2) Liquid wastes atau wastes water, yaitu
sampah cair atau air buangan.
3) Atmospheric wastes, yaitu sampah gas.
4) Human wastes atau excreta disposal, yaitu
kotoran manusia.
5) Manure, yaitu kotoran hewan.
6) Special wastes, yaitu sampah berbahaya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi sampah
Menurut Sumirat (2007), sampah, baik
kuantitas maupun kualitasnya, sangat
dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup
masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara
lain adalah:
a). Jumlah penduduk..
b). Keadaan sosial ekonomi.

c). Kemajuan teknologi.


PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang
berhubungan dengan pengaturan terhadap
penimbulan, penyimpanan sementara,
pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan,
pemprosesan dan pembuangan sampah dengan
suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip
terbaik dari kesehatan masyarakat, teknik
(engineering), perlindungan alam (conservation),
keindahan dan pertimbangan-pertimbangan
lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan
sikap masyarakat.
Menurut Neolaka,(2008)
Sistem pengelolaan sampah yang telah
disepakati pemerintah dan perusahaan
pengelola untuk melaksanakan pengelolaan
sampah tersebut harus didukung penuh oleh
rakyat yang memproduksi sampah. Apabila hal
seperti ini terjadi maka pengelolaan sampah
yang harmonis dan persoalan dapat
diselesaikan dengan baik.
UNSUR-UNSUR POKOK DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH
Beberapa unsur pokok yang perlu dilakukan
dalam pengelolaan sampah antara lain:
a) Penimbulan sampah (waste generation)
Meliputi aktivitas-aktivitas pembuangan
barang-barang yang tidak lama bergunanya
baik yang dilempar begitu saja oleh
pemiliknya maupun yang dikumpulkan
lebih dahulu.
b) Penyimpanan setempat (on site storage)
Elemen ini sangat penting sebab melibatkan nilai-nilai
keindahan, kesehatan masyarakat dan ekonomi. Tempat
penyimpanan setempat yang memenuhi syarat adalah: 1)
Kedap air, 2) Mempunyai tutup yang sesuai dengan
bagian badannya, 3) Mempunyai alat pegangan jika
tempat sampah itu berupa tong.
c) Pengumpulan
Elemen ini menyangkut tidak hanya pengumpulan sampah
(gathering) saja tetapi juga termasuk pengangkutannya
setelah sampah dikumpulkan untuk selanjutnya dibawa ke
suatu tempat sampai alat pengangkutan dikosongkan.
d). Pengangkutan
Kegiatan elemen ini terdiri dari dua langkah: 1). Pemindahan
alat angkut yang lebih kecil ke alat angkut yang lebih besar
dan 2). Tahap berikutnya, biasanya pada jarak yang jauh
ketempat pembuangan akhir. Pemindahan ini dilaksanakan
ditempat pemindahan (transfer station).

e). Pengolahan dan pemanfaatan kembali


Elemen ini termasuk penggunaan semua teknik alat-alat dan
fasilitas untuk mempertinggi efisiensi elemen-elemen
fungsional lain dan untuk mendapatkan material-material yang
masih berguna, pengubahan produk atau energi yang berasal
dari sampah.
f). Pembuangan
Disposal adalah tumpuan akhir dari semua proses
pengelolaan sampah, apakah sampah dari tempat-
tempat pemukiman, dari tempat-tempat umum dan
komersial, institusi, industri maupun sampah hasil
penyapuan jalan yang dikumpulkan dan diangkut
langsung ke tempat landfill. TPA sampah merupakan
salah satu unsur pokok di dalam pengelolaan sampah.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
direkomendasikan oleh para ahli dengan
menggunakan sistem sanitary landfill dapat
dilengkapi dengan sarana pengomposan dan
pemanfaatan sampah menjadi bahan baku
daur ulang. Sisa sampah yang tidak dapat
didaur ulang ataupun dibuat menjadi kompos
kemudian dibakar dan dimasukkan ke tempat
sanitary landfill.
Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
(IPST). Proses daur ulang, produksi kompos
dan pembakaran tersebut bertujuan untuk
memperkecil volume sampah yang
dihasilkan, sehingga pembuangan sampah
pada lokasi sanitary landfill dapat diperkecil
dan akhirnya dapat menghemat
penggunaan lahan TPA
Beberapa aspek yang perlu didekati
dalam pengelolaan persampahan;
1. Aspek teknik
Hal pertama yang perlu diketahui dalam mengelol
persampahan adalah karakter dari sampah yang
ditimbulkan oleh masyarakat perkotaan.Berbagai
karakter sampah perlu dikenali, dimengerti dan
difahami agar dalam menyusun sistem
pengelolaan yang dimulai dari perencanaan
strategi dan kebijakan serta pelaksanaan
penanganan sampah dapat dilakukan secara
benar.
Karakter sampah dapat dikenali
sebagai berikut;
1) tingkat produksi sampah,
2) komposisi dan kandungan sampah,
3) kecenderungan perubahannya dari waktu ke
waktu.
Karakter sampah tersebut sangat dipengaruhi
oleh tingkat pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran serta
gaya hidup dari masyarakat perkotaan.
2. Aspek Kelembagaan
Pada beberapa kota umumnya pengelolaan
persampahan dilakukan oleh Dinas Kebersihan
Kota. Keterlibatan masyarakat maupun pihak
swasta dalam menangani persampahan pada
beberapa kota sudah dilakukan untuk
beberapa jenis kegiatan. Swasta umumnya
mengelola persampahan pada kawasan elit
dimana kemampuan membayar dari konsumen
sudah cukup tinggi.
3. Aspek Keuangan dan
Manajemen

Hasil retribusi yang diperoleh dari pelayanan


pengelolaan sampah akan semakin kecil karena
banyak retribusi yang tidak tertagih, hal ini menjadi
semakin sulit karena enforcement terhadap
penunggak retribusi tersebut tidak ada sangsi. Pada
kawasan perkotaan dimana dinas kebersihan
menjadi pengelola persampahan, dana untuk
pengelolaan tersebut berasal dari pemerintah
daerah dan retribusi jasa pelayanan persampahan
yang berasal dari konsumen.
Pengelolaan Persampahan Secara
Terpadu
Untuk mengelola persampahan hal pertama yang
harus diperhatikan adalah kebijakan dari pemerintah
yang dibuat dengan pendekatan menyeluruh
sehingga dapat dijadikan payung bagi penyusunan
kebijakan ditingkat pusat maupun daerah. Belum
adanya Peraturan Pemerintah tersebut menyulitkan
pengelolaan persampahan. Kebijakan strategis yang
telah ditetapkan oleh pemerintah baru pada tahap
aspek teknis yaitu dengan melakukan pengurangan
timbulan sampah dengan menerapkan Reduce,
Reuse dan Recycle ( 3 R ), dengan harapan pada
tahun 2025 tercapai zero waste.
Berbagai prinsip yang perlu dilakukan dalam
menerapkan pengelolaan persampahan secara
regional ini adalah sebagai berikut;

pelaksanaan
Membuat peraturan daerah bersama yang mengatur pengelolaan
persampahan. Peraturan tersebut berisi berbagai hal dengan
mempertimbangkan aspek hukum dan kelembagaan, teknik, serta
aspek keuangan.
Dari aspek kelembagaan telah ada pemisahan peran yang jelas
antara pembuat peraturan, pengatur / pembina dan pelaksana
(operator). Dengan adanya pemisahan yang jelas ini, diharapkan
penerapan peraturan dapat dilakukan dengan optimal termasuk
unsur pembinaan yang berupa sangsi-sangsi yang tegas.
Dari aspek teknis telah diterapkan beberapa indikator pelayanan
yang meliputi antara lain :
Tidak terdapat timbunan sampah pada tempat
terbuka;
Pengumpulan sampah harus dilakukan secepat
mungkin dan menjangkau seluruh kawasan
perkotaan termasuk kawasan rumah tinggal,
niaga, fasilitas umum dan tempat-tempat
wisata;
Sampah hanya dikumpulkan pada TPS atau
kontainer sampah yang telah ditentukan;
yang terkumpul pada TPS harus sudah diangkut
ke TPA Sampah dalam waktu kurang dari 24 jam;
Pengangkutan dari TPS dan dibuang ke TPA
harus tidak menyebabkan kemacetan lalulintas
serta tidak menimbulkan ceceran sampah
maupun cairannya di sepanjang jalan;
Pengoperasian TPA dilakukan dengan sistem
sanitary landfill;
Mengoptimalkan manfaat nilai tambah dari
sampah dengan menerapkan daur ulang atau
melakukan pengomposan.
Pengolahan Sampah
Yang dimaksud dengan pengolahan sampah
adalah suatu upaya yang sering dilakukan
dalam sistem manajemen persampahan
dengan tujuan untuk:
1. Meningkatkan efisiensi operasional,
2. Mendaur ulang material atau bahan-
bahan yang kurang bermanfaat untuk
ditingkatkan kembali manfaatnya,
3. Mendaur ulang material atau bahan-
bahan buangan untuk diubah menjadi
produk lain atau energi
Secara proses ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mencapai tujuan tersebut, diantaranya adalah :


1. Pemadatan (compaction), merupakan upaya
mengurangi volume sampah secara mekanis.
2. Pembakaran (incineration), merupakan upaya
mengurangi volume sampah secara kimiawi.
3. Penghancuran (shredding), merupakan upaya
mengurangi volume sampah dengan cara
memotong-motong atau mengiris-iris.
4. Pemisahan, merupakan upaya mendaur ulang
meterial atau bahan-bahan untuk ditingkatkan
manfaatnya atau diubah menjadi produk lain atau
energi.
5. Pengeringan, merupakan pengurangan kadar air
dengan maksud mengurangi volume dan berat
sampah.
Produksi Bersih dan Prinsip 4 R

Replace (mengganti)
Reduce (mengurangi)
Re-use (gunakan kembali)
Recycle (daur ulang)
Penentuan Komposisi Sampah
Campur seluruh sampah dari kotak sampling
sebanyak 40 liter
Lakukan pemilahan sampah berdasarkan
komposisinya (organik, kertas, kaleng, kayu,
kaca dan lain-lain)
Timbang masing-masing komponen
tersebut.
Penentuan Karakteristik Sampah
Setiap komponen tersebut diatas diambil lebih kurang 10%
dan disatukan, kemudian dicacah sehingga homogen,
Sampel yang telah homogen diambil kira-kira 5 10 kg dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk secepatnya
dianalisa di laboratorium,
Analisa tersebut meliputi :

- analisa kadar air


- analisa kadar abu
- analisa nilai kalor
(analisa ini disarankan untuk dilakukan di Kota besar dan
Metropolitan).
POLA TEKNIS OPERASIONAL
- Pola pewadahan terdiri dari :
1. Individual
2. Komunal

- Pengumpulan
a. Pola Pengumpulan
- Individual langsung
- Individual tidak langsung
- Komunal langsung
- Komunal tidak langsung
Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah : cara atau proses
pengambilan sampah mulai dari tempat
pewadahan / penampungan sampah dari
sumber timbulan sampah sampai ke tempat
pengumpulan sementara / stasiun pemindah
atau sekaligus diangkut ke tempat
pembuangan akhir.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

TPA sampah adalah tempat untuk


pembuangan akhir sampah yang berasal dari
berbagai sumber penghasil sampah. TPA
sampah biasanya terletak didaerah tertentu
dan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kesehatan lingkungan dan
manusia. TPA sampah merupakan salah satu
unsur pokok di dalam pengelolaan sampah
Menurut Azwar (1996), lazimnya syarat yang harus
dipenuhi dalam membangun TPA sampah adalah :
Tidak dibangun berdekatan dengan sumber air minum atau
sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia seperti
mandi, mencuci, kakus, dan sebagainya. Adapun jarak yang
sering dipakai sebagai pedoman ialah lebih dari 200 meter
dari sumber air.
Tidak dibangun pada tempat yang sering terkena banjir.
Dibangun pada tempat yang jauh dari tempat tinggal
manusia yaitu sekitar 2 KM dari pemukiman penduduk, serta
kurang lebih 15 KM dari permukaan laut.
Jenis pelayanan sampah
1. Curb collection : container diletakkan dipinggir jalan
2. Alley collection : container berada di ganggang
3. Set out : petugas masuk ke halaman
mengambil sampah container
diletakkan dipinggir jalan
4. Set out set back: container diambil petugas dan setelah
dikosongkan dikembalikan ke tempat semula.
5. Back yard carry : Petugas bertanggungjawab masuk
kehalaman rumah untuk mengambil
sampah.
Sistim pengumpulan sampah
1. Sistim container diangkut (HCS).
contaner dianigkut ke tempat pembuangan dan
dikosongkan kemudian container dikembalikan
ketempat semula atau ke tempat lain. Secara
ekonomi sistim ini sangat menguntungkan.
2. Sistim container tetap (SCS).
Sampah dimasukkan ke dalam truk sampah,
diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan.
Ada 2 bentuk sistim ini :
1. menggunakan kompactor otomatis
2. secara manual.
3 Sistim HCS
1. Hoist Truck : truk dengan alat pengangkut dan
menggunakan alat compactor tetap.
2. Sistim Tilf Frame : truk container yang memiliki
compactor tetap dan cara
pengosongannya dengan cara
memiringkan.
3. Tran Trayler (Truk traktor) : container tertutup dan
dilengkapi dengan
kompactor tetap.
Transfer station
Pemilihan sistim pemindahan sampah yang digunakan
dalam kegiatan pengumpulan sampah tergantung
pada sistim pengangkutan yang digunakan atau dari
kendaraan kecil ke kendaraan lebih besar.

Klasifikasi Transfer Station :


1. Stasiun pemindah kecil kapasitas 100 ton/hari
2. Stasiun pemindah sedang kapasitas 100 500 ton/hari
3. Stasiun pemindah besar kapasitas > 500 ton/hari
Type stasiun pemindah
a. Type pengisian langsung (Direct dis charge)
b. Type bongkar simpan
c. Type kombinasi (pengisian langsung dan
bongkar simpan).
Syarat stasiun pemindah
Sedekat mungkin dengan area / daerah yang
dilayani dan penghasil sampah terbanyak,
Mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut
sampah,
Tidak mengganggu masyarakat dan
lingkungan selama beroperasi.
Metode Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah dilaksanakan sebagai
tahap akhir pengelolaan sampah sebelum
dibuang ke alam ataupun supaya dapat
dimanfaatkan kembali. Ada beberapa metode
pengolahan sampah yaitu daur ulang, open
dumping, sanitary landfill,
insenerasi/pembakaran, serta pengomposan.
Kegiatan daur ulang dapat dilakukan dengan
cara menggunakan kembali (reuse) benda
benda yang masih berguna, dikembalikan
manfaatnya dan memisahkan bahan yang
masih perlu diproses sebelum digunakan
kembali. (World Health Organization, 1999).
Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di areal tertentu
tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara
sanitary landfill, sampah ditimbun secara berselang selang
antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup
(Tiwow, dkk.,2003).

Incinerator adalah alat pemusnah limbah padat dengan cara


pembakaran yang terkendali sehingga emisi gas buangan
terkontrol atau tidak mencemari lingkungan serta abu hasil
pembakaran tidak berbahaya (stabil). Pembakaran adalah
sistem sederhana dengan membakar atau mengoksidasi
senyawa senyawa. Pembakaran sederhana menghasilkan
panas, cahaya, air dan karbondioksida. Abu sebagai kombinasi
material akhir, terbentuk akibat pembakaran tidak sempurna
dan padatan baru yang terbentuk selama masa oksidasi (LIPI,
2003).
Selain metode diatas juga sering digunakan
metode untuk mengelola sampah. Kompos
adalah zat akhir suatu pengomposan proses
fermentasi tumpukan sampah/seresah
tanaman dan termasuk bangkai binatang.
Perubahan perubahan yang terjadi karena
adanya penguraian, pembebasan, dan
pengikatan berbagai zat/unsur hara oleh
jasad renik selama proses pembentukan
kompos (Sutejo, 2002).
Prinsip pembuatan kompos merupakan
pencampuran bahan organik dengan
mikroorganisme sebagai aktivator.
Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari
berbagai sumber, seperti kotoran ternak
(manure) atau bakteri inokulan (bakterial
inoculant) berupa Effective Microorganisms
(EM4), orgadec, dan stardec. Mikroorganisme
tersebut berfungsi dalam menjaga
keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N)
yang merupakan faktor penentu keberhasilan
pembuatan kompos.
Kendala dalam Pengelolaan
Sampah
Menurut Soemirat (2003) pada saat ini terdapat
beberapa kendala dalam pengelolaan sampah,
yaitu :
Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat
daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola
dan memahami persoalan persampahan.
Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak
disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang
persampahan.
Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan
konstruksi di segala bidang termasuk bidang
persampahan.
Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak
efisien, tidak benar, menimbulkan
permasalahan pencemaran udara, tanah, air,
menimbulkan turunnya harga tanah karena
daerah itu turun nilai aestetiknya, bau dan
tinggi populasi lalat.
Kegagalan dalam daur ulang ataupun
pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidak-
mampuan orang memelihara barangnya, sehingga
cepat rusak.
Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai
tempat pembuangan akhir sampah, selain tanah
dan formasi tanah yang tidak cocok bagi
pembuangan sampah; juga terjadi kompetisi yang
semakin rumit akan penggunaan tanah.
Semakin banyaknya masyarakat yang
berkeberatan bahwa daerahnya dipakai sebagai
tempat pembuangan sampah.
Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan
peraturan.
Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk
membuang sampah pada tempatnya dan
memelihara kebersihan.
Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat
bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah
dikelola oleh jawatan pemerintah.
Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini
kurang memperhatikan faktor non-teknis seperti
partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang
hidup sehat dan bersih
PENENTUAN UMUR TEKNIS TPA
Cara penentuan umur teknis TPA didasarkan
kepada faktor-faktor sebagai berikut :
1. Luas zona sampah
2. Ketinggian sampah aktual
3. Ketinggian sampah yang direncanakan
4. Laju pembuangan sampah
5. Laju penurunan
MANAJEMEN PENGELOLAAN
SAMPAH TERPADU
Terdapat 3 alasan mengapa Manajemen
dibutuhkan :
1.Untuk mencapai tujuan, baik tujuan organisasi
maupun tujuan pribadi
2. Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-
tujuan yang saling bertentangan dari semua pihak
yang berkepentingan dalam organisasi tersebut
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas yang
merupakan salah satu cara umum menilai
organisasi.
Merupakan suatu bahan buangan yang
mempunyai potensi menimbulkan bahaya bagi
kesehatan manusia maupun mahluk hidup
lainnya.
PENGARUH SAMPAH BERBAHAYA TERHADAP
LINGKUNGAN
1. Bahan buangan tersebut tidak dapat
diturunkan kadar bahayanya atau tetap
selama di alam
2. Dari segi biologis sangat besar bahayanya
3. Dapat menyebabkan kematian
4. Memberi kerusakan secara kumulatif
SIFAT SAMPAH BERBAHAYA
1. Sifatnya beracun
2. Mudah terbakar
3. Mudah menimbulkan karat
Macam Limbah Beracun
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi
yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan
dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan
mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan
terus terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran
karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung
racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit
atau mulut.
Limbah penyebab infeksi adalah limbah
laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah
yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian
tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh
manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang
menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosif
baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0
untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari
12,5 untuk yang bersifat basa.
JENIS DAN SUMBER SAMPAH
BERBAHAYA
1. Bahan buangan radioaktif
radiasi untuk jangka waktu relatif lama
sehingga berbahaya bagi mahluk hidup.
misal : senyawa uranium
sumber : 1. Pusat penelitian Biomedis
2. Rumah sakit
3. Laboratorium
4. Instalasi pembangkit tenaga nuklir
2. Sampah bahan kimia
a. bahan organik sintetis
b. bahan anorganik
c. bahan yang mudah terbakar
d. bahan yang mudah meledak
Sumber : pabrik pestisida, pabrik bateray,
pabrik
mesiu, rumah sakit, laboratorium.
3. Sampah Biologis
sifatnya adalah : punya kemampuan untuk
menginfeksi mahluk hidup dan menghasilkan
bahan beracun.
Termasuk golongan ini adalah :
- jaringan tumor dan kanker
- kain pembalut
- obat-obatan kadaluarsa
4. Sampah yang mudah terbakar.
termasuk golongan sampah kimia, sangat
berbahaya dan sulit penanganannya sehingga
penyimpanan, pengumpulan dan pembuangannya
dikerjakan lebih khusus, bahan ini berbentuk gas,
cair dan padat.
Contoh : organik sulpen, bensin, oli, alkohol,
plastik
dan lumpur organik.
Sumber : - Instalasi penjernihan minyak
- Penyimpanan minyak
- Pabrik alkohol
5. Bahan buangan yang mudah meledak.
- berbentuk gas, cair dan padat
- bahan meriam, senjata, bahan peledak dan
mesiu.
Sumber : - pabrik senjata
- pabrik mesiu dan pabrik petasan.
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
USAHA PENANGANAN SAMPAH BERBAHAYA
1. Peran serta secara aktif dari masyarakat dalam hal
pemberian informasi maupun pengumpulan pendapat,
2. Kerjasama yang baik antara masyarakat dengan petugas
kesehatan masyarakat
3. Kesadaran akan arti kesehatan dan bahaya dari sampah tsb
oleh pemilik industri.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENANGANAN DARI SUMBER SAMPAH
1. Belum ada pengetahuan akan bahaya yang
disebabkan oleh sampah berbahaya,
2. Belum ada tenaga yang profesional untuk
menangani sampah berbahaya tsb,
3. Masyarakat menganggap masalah sampah
tidak penting karena jumlahnya masih kecil.
USAHA- USAHA PENGELOLAAN TERHADAP
SAMPAH BERBAHAYA
1. Mengumpulkan data lokasi industri yang ada di daerah tsb
untuk tujuan mempermudah pengelolaan sampah berbahaya,
2. Mengenal lembaga / perusahaan serta unit-unit industri yang
menghasilkan sampah berbahaya untuk tujuan mempermudah
pengawasan, pengelolaan dan pengembangan secara teknis
maupun administratif.
MENGENAL SUMBER DAN PRODUSEN
SAMPAH BERBAHAYA
1. Sangat sedikit informasi yang dapat
dikumpulkan dari masyarakat maupun
industri,
2. Sikap keberatan / tidak terbuka dari pihak
industri dalam hal pemberian informasi
mengenai bahan buangan yang
dihasilkannya.
PERSYARATAN KHUSUS TEMPAT
PENYIMPANAN SAMPAH BERBAHAYA
1. Ditentukan oleh jenis bahan buangan yang
dihasilkan atau ditampungnya,
2. Sifat sampah berbahaya tsb
3. Lokasi tempat penyimpanan diletakkan.
SYARAT UKURAN / VOLUME TEMPAT
PENYIMPANAN SAMPAH BERBAHAYA
1. Tergantung dari jumlah sampah yang
diproduksi / dihasilkan,
2. Disesuaikan dengan waktu pembuangan
yang diinginkan.
JANGKA WAKTU / LAMA PENYIMPANAN
SAMPAH BERBAHAYA
1. Pada jenis tertentu sampah berbahaya dapat
disimpan sampai beberapa bulan juga
sampai bertahun-tahun,
2. Pada jenis tertentu juga harus segera dibuang
/ dimusnahkan sesuai dengan persyaratan
kesehatan yang diperkenankan.
PERSYARATAN TEKNIS TEMPAT
PENYIMPANAN SAMPAH BERBAHAYA
1. Untuk jenis sampah yang mudah membuat karat, tempat
penyimpanannya terbuat dari tanki atau drum fiber glas dan
dilapisi dengan gelas
2. Untuk jenis sampah yang mempunyai tekanan tinggi,
biasanya disimpan dalam tanki yang ditanam didalam tanah
atau dimasukkan kedalam sumur.
3. Untuk sampah radioaktif disimpan didalam drum metal atau
timah hitam dan dibungkus dengan beton.
4. Untuk jenis sampah kimia toksis, tempat penyimpanannya
terbuat dari methal atau fiber glas dan dilapisi dengan kaca
dibagian dalamnya untuk mencegah karat dan untuk zat kimia
yang berbentuk asam.
5. Untuk jenis sampah Biologis, penyimpanannya dapat dibuat
dengan 2 tahap yaitu:
a. Pra storage yaitu membungkus sampah berbahaya pada
kantong plastik yang tebal,
b. Storage yaitu tempat penyimpanan yang berupa drum
methal atau plastik yang dapat menampung sampah dari
pra storage tadi.
6. Untuk jenis sampah yang mudah terbakar, tempat
penyimpanannya harus kuat dan rapat terbuat dari drum methal
yang tertutup.
7. Untuk jenis sampah yang mudah meledak, tempat
penyimpanannya sama dengan sampah yang mudah terbakar
terbuat dari drum methal dan baja steel dan tahan benturan
fisik.
BIO GAS
Bahan bakar yang berasal dari
bahan-bahan organik, kotoran
manusia, hewan, sisa-sisa pertanian
atau campuran melalui proses
permentasi
KOMPOSISI GAS BIO
1. Metan (CH4)
2. Karbon dioksida (CO2)
3. Nitrogen (N2)
4. Karbon monoksida
5. Oksigen (O2)
6. Hidrogen sulfida (H2S)
Manfaat gas methan
1. Kompor gas
untuk 5 orang anggota keluarga dengan memasak 2x sehari dibutuhkan
ruang penangkap gas dengan volume 2 m.
2. Lampu petromax
membutuhkan 50 100 liter gas methan per jam dengan kekuatan
cahaya 10 40 fc
3. Lemari pendingin
kebutuhan gas methan untuk lemari pendingin ukuran 6 kubic feet
sekitar 150 liter per jam
4. Untuk mesin bakar
5. Hasil sampingan
dipergunakan kembali untuk pertanian karena mengandung unsur N, P
dan K.
Terjadinya Gas Methan.
mo sellulosa
1. (C6 H12 O6)n n(C6 H12 O6)
sellulosa glukosa

mo. ethanol
2. n(C6 H12 O6) 2n(CH CH2OH)
glukosa ethanol
+2n(CO2)+n(57000 kal)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI GAS BIO
1. Derajat keasaman.
pH normal = 7 8
2. Temperatur pencernaan
suhu : 5C - 55C
suhu optimum : 35C
3. Pengenceran bahan baku
7 9 bahan kering paling baik
4. Pengadukan
Konstruksi tanki Gas Bio + alat pengaduk.
SUSUNAN LAPISAN DALAM TANKI
FASE LAPISAN DAYA GUNA

GAS GAS BIO GAS YANG DAPAT DIBAKAR

SCUM PUPUK PENGISOLASI

CAIRAN SUPER NATANT AKTIF SECARA BIOLOGIK


PADAT DALAM ISIAN
YANG SUDAH DICERNA
(KELUARAN) PUPUK

PADAT PADAT ANORGANIK


TERMASUK PASIR
HARGA RATA-RATA BAHAN KERING
JENIS KOTORAN BAHAN KERING

MANUSIA 11

SAPI 18

BABI 11

AYAM / BURUNG 25
MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN BAKU
1. Perbandingan pengenceran = 1 : 1 atau 1 : 2
2. Volume tanki
3. Untuk pengisian kontinyu, ditentukan berapa hari sekali
penambahan kotoran (setiap 2 hari sekali atau setiap 3 hari
sekali).
Contoh perhitungan:
Kebutuhan bahan baku untuk membuat Gas Bio dengan
cara pengisian Kontinyu dalam drum ukuran 200 liter.
1. Jika perbandingan pengenceran = 1 : 1, maka dibutuhkan
190 liter kotoran dan 190 liter air, bila tersedia ember ukuran
22 liter, maka diperlukan kotoran sebanyak 8 ember.
2. Jika perbandingan pengenceran = 1 : 2, maka dibutuhkan
120 liter kotoran dan 240 liter air, bila tersedia ember ukuran
22 liter, maka diperlukan kotoran sebanyak 5 6 ember dan
untuk pengisian selanjutnya dilakukan setelah terbentuk Gas
Bio yaitu :
a. 1 ember (22 liter) kotoran, bila pengisian setiap hari.
b. 2 ember (44 liter) kotoran, bila pengisian 2 hari sekali.
c. 3 ember (60 liter) kotoran, bila pengisian 3 hari sekali.
PERLU DIKETAHUI
1. Campuran gas methan dan oxygen mudah terbakar
2. Gas Bio dapat menimbulkan korosif pada besi dan seng,
3. Gas Bio mempunyai tekanan rendah, untuk itu tidak bisa disalurkan
ketempat yang jauh,
4. Digester harus dibersihkan setiap 6 bulan sekali,
5. Hasil Gas Bio pertama harus dibuang
6. Baik digunakan kotoran yang masih baru
7. Perbandingan pengenceran kotoran bervariasi (1:1 atau 1:2)
8. Kotoran harus diaduk sampai rata dan dibersihkan dari benda keras
sebelum dimasukkan kedalam tanki
BAHAN-BAHAN UNTUK MEMBUAT TANKI GAS
BIO
Untuk pengisian Langsung :
1. 1 buah drum isi 200 liter
2. 1 buah drum isi 90 100 liter 50 cm
3. Pipa gas (Gi) ukuran 50 cm,
4. 1 buah stop kran
5. Slang karet secukupnya
PENGISIAN KONTINYU
1. 2 buah drum ukuran 200 liter
2. Pipa sludge (Gi), ukuran 60 cm,
3. Pipa Gas Bio (Gi) ukuran 50 cm,
4. 1 buah stop kran
5. Selang karet , panjang sesuai keperluan
6. Plat besi / seng untuk corong 2 mm
secukupnya
7. 12 buah baut dan mur
8. Karet penahan
9. Klem dari plat besi
KOMPOS
Kompos : Merupakan proses biologis yang merubah sampah
menjadi humus sebagai interaksi yang komplek dari organisme
tanah yang terdapat secara alami. (Yul.H. Bahar, 1986).
Kompos : Merupakan hasil penguraian sampah organik dengan
bantuan jasad renik. (Basriyanta, 2007).
Kompos dapat di buat dari bahan padat dan
semi padat, proses pengolahannya dapat
dilakukan dalam kondisi anaerobik dan aerobik.
Sampah yang mudah dibuat kompos adalah
sampah organik basah (garbage), sisa industri
makanan, tekstil, pulp, sisa industri kertas,
residu pertanian, sisa makanan ternak, sisa
industri kehutanan dll.
Hal-hal yang mempengaruhi proses pembuatan kompos antara
lain :
- derajat keasaman (pH) : 6 - 8
- Kelembaban 50% 70%
- Kandungan karbon (C)
- Nitrogen (N2),
- Pospor (P),
- Kalium (K),
- temperatur
Ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk membuat
kompos yaitu :
a) pemilihan sampah organik,
b) pembuatan/penyediaan tempat untuk membuat kompos,
c) pembuatan kompos.
Jenis logam berat yang terkandung dalam
daging sapi yang digembalakan di TPA
sampah Jatibarang tersebut adalah
Mercury (Hg), Cadmium (Cd) dan Cobalt
(Co).
Residu logam berat terdapat pada semua
daging maupun bagian-bagiannya seperti
daging bagian paha, daging bagian
punggung, hati, usus, dan darah.
Pencemaran produk-produk peternakan
oleh logam berat dapat menimbulkan
bahaya kesehatan pada manusia.
Efek gangguan logam berat terhadap
kesehatan manusia tergantung pada
bagian mana dari logam berat tersebut
yang terikat dalam tubuh serta
besarnya dosis yang dikonsumsi.
Beberapa penyakit yang disebabkan
oleh keracunan logam berat antara lain
anemia, gangguan pada berbagai
organ tubuh dan penurunan
kecerdasan. Anak-anak merupakan
golongan yang beresiko tinggi
keracunan logam berat.
MATERI PRAKTEK
1. Pembuatan kompos dengan cara
aerobik
2. Pembuatan Briket arang
3. Daur ulang kertas
4. Incenerator
5. Perhitungan timbulan sampah
LIMBAH RUMAH SAKIT

Limbah berbentuk padat maupun cair yg


berasal dari kegiatan rumah sakit baik
kegiatan medis maupun non medis yang
kemungkinan besar mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif.
JENIS LIMBAH RUMAH SAKIT
Limbah yang dihasilkan dari rumah sakit
dapat dibagi menjadi dua :
1. Limbah medis
- Padat
- Cair
- Radioaktif

2. Limbah nonmedis
- Padat
- Cair
LIMBAH PADAT MEDIS
Limbah padat medis sering juga disebut sebagai sampah biologis
yang terdiri dari :
1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang
perawatan, ruang bedah, ruang kebidanan.
seperti : perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas obat
injeksi, kateter, swab, plester, masker dsb.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah,
kebidanan, ruang otopsi seperti : plasenta, jaringan organ,
anggota badan dsb.
3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan
laboratorium diagnostik atau penelitian seperti : sediaan atau
media sampel dan bangkai binatang percobaan
LIMBAH PADAT NONMEDIS
Limbah padat nonmedis dihasilkan dari kegiatan
sebagai berikut :
1. Kantor atau administrasi
2. Unit perlengkapan
3. Ruang tunggu
4. Ruang inap
5. Unit gizi atau dapur
6. Halaman parkir dan taman
7. Unit pelayanan
LIMBAH CAIR MEDIS
Limbah yang mengandung zat beracun seperti bahan-bahan
kimia anorganik, zat organik yang berasal dari air bilasan
ruang bedah otopsi.

LIMBAH CAIR NON MEDIS


Limbah cair nonmedis merupakan limbah rumah
sakit yang berupa :
1. Kotoran manusia seperti tinja, air kemih yang
berasal dari kloset dan peturasan di dalam
toilet atau kamar mandi
2. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory,
kitchen sink, atau floor drain dari ruangan di
rumah sakit
REKOMENDASI KODE WARNA UNTUK LIMBAH
LAYANAN KESEHATAN

Jenis limbah Warna kontainer dan Jenis kontainer


penandaan

Limbah sangat infeksius Kuning, bertandaSANGAT Kantong plastik anti bocor yang
INFEKSIUS kuat atau kontainer yang dapat
Limbah infeksius lain, limbah di autoclaving
patologis dan anatomis. Kuning Kantong plastik atau kontainer
anti bocor.
Kontainer anti robek
Benda tajam Kuning, bertanda BENDA
TAJAM
Limbah bahan kimia dan sediaan Cokelat Kantong plastik atau kontainer
farmasi

Limbah radioaktif - Kotak timah, diberi label dengan


simbol radioaktif
Limbah layanan kesehatan Hitam
umum Kantong plastik
BEBERAPA CARA DALAM PEMILAHAN
SAMPAH MEDIS YAITU :

1. Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari


sumber yang menghasilkan sampah tersebut
2. Sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam
satu wadah dengan memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya wadah tersebut,
harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah
untuk di buka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
3. Jarum syringe harus dipisahkan sehingga tidak
dapat digunakan lagi.
Penampungan Sampah Rumah Sakit

Setiap unit di Rumah Sakit hendaknya


menyediakan tempat penampungan
sementara sampah dengan bentuk,
ukuran dan jenis yang sama. Jumlah
penampungan sementara sesuai dengan
kebutuhan serta kondisi ruangan.
Menurut WHO (2005), pada fasilitas
penampungan perlu diperhatikan sebagai berikut:
Area penampungan harus memiliki lantai yang kokoh, impermiabel
dan drainasenya baik (lantai itu harus dibersihkan dan didesinfeksi).
2. Adanya persediaan air untuk tujuan pembersihan.
3. Area penampungan harus mudah dijangkau oleh staf yang
bertugas menangani sampah.
4. Ruangan atau area penampungan harus dapat dikunci untuk
mencegah masuknya mereka yang tidak berkepentingan.
5. Adanya kemudahan bagi kendaraan pengumpul sampah.
6. Terhindar dari sinar matahari.
7. Area penampungan jangan sampai mudah dimasuki oleh
serangga, burung dan binatang lainya.
8. Lokasi penampungan tidak boleh berdekatan dengan lokasi
penyimpanan makanan mentah atau lokasi penyimpanan makanan.
9. Adanya perlengkapan kebersihan, alat pelindung dan kantong
limbah.
Menurut Depkes RI, 2002 Tempat-tempat penampungan sampah
hendaknya memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut:

1. Bahan tidak mudah karat


2. Kedap air, terutama untuk menampung sampah
basah
3. Bertutup rapat
4. Mudah dibersihkan
5. Mudah dikosongkan atau diangkut
6. Tidak menimbulkan bising
7. Tahan terhadap benda tajam dan runcing.
Kantong plastik pelapis dan bak sampah dapat
digunakan untuk memudahkan pengosongan
dan pengangkutan. Kantong plastik tersebut
membantu membungkus sampah waktu
pengangkutan sehingga mengurangi kontak
langsung mikroba dengan manusia dan
mengurangi bau, tidak terlihat sehingga
memberi rasa estetis dan memudahkan
pencucian bak sampah.
Pengangkutan Sampah Rumah Sakit
Untuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) biasanya menggunakan troli, kontainer atau gerobak
yang tidak digunakan untuk tujuan yang lain dan harus
memenuhi persyaratan sebagi berikut (WHO, 2005):
1. Mudah dimuat dan dibongkar muat
2. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau
kontainer sampah selama permuatan ataupun pembongkaran
muat
3. Mudah dibersihkan
4. Bahan-bahan yang berbahaya tidak mencemari jalan yang
ditempuh kepembuangan.
Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan
bak sampah di setiap unit dan diangkut ke
pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan.
Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk
bangunan bertingkat dapat dibantu dengan
menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap
sudut bangunan.
Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit
menggunakan kendaraan khusus. Kantong sampah
sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus
diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
Kantong sampah juga harus aman dari jangkauan
manusia maupun binatang.(Depkes. RI, 2004).
a. Kereta
Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan
dalam merencanakan pengangkutan perlu
mempertimbangkan :
1. Penyebaran tempat penampungan sampah dengan cara
pada setiap ruangan yang ada di rumah sakit harus
mempunyai tempat sampah.
2. Jalur jalan dalam rumah sakit harus luas sehingga
memudahkan kereta masuk dan keluar untuk
mengangkut sampah.
3. Jenis dan jumlah sampah harus dipisahkan agar
memudahkan dalam melakakukan pengangkutan.
4. Jumlah tenaga dan sarana yang tersedia harus
seimbang agar pengangkutan sampah tidak menjadi
permasalahan.
Kereta pengangkut disarankan terpisah antara sampah medis
dan non medis agar tidak kesulitan didalam pembuangan dan
pemusnahannya. Kereta pengangkut hendaknya memenuhi
syarat :
1. Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air agar
sampah yang di angkut tidak terjatuh dan berceceran.
2. Mudah dibersihkan supaya tidak menghambat pekerja dalam
berkerja.
3. Mudah diisi dengan dikosongkan agar mempercepat dan
memudah pekerja dalam bekerja.
b. Cerobong Sampah/Lift
Sarana cerobong sampah biasanya tersedia di gedung modern
bertingkat untuk efisiensi pengangkutan sampah dalam
gedung. Namun penggunaan cerobong sampah ini banyak
mengandung resiko, antara lain dapat menjadi tempat
perkembangbiakan kuman, bahaya kebakaran, pencemaran
udara, dan kesulitan lain, misalnya untuk pembersihannya dan
penyediaan sarana penanggulangan kebakaran. Karena itu bila
menggunakan sarana tersebut perlu ada perhatian khusus
antara lain dengan menggunakan kantong plastik yang kuat.
c. Perpipaan
Sarana perpipaan digunakan untuk sampah
yang berbentuk bubur yang dialirkan secara
gravitasi ataupun bertekanan. Walau beberapa
rumah sakit menggunakan perpipaan (chute)
untuk pengangkutan sampah internal, tetapi
pipa tidak disarankan karena alasan
keamanan, teknis dan hygienis terutama untuk
pengangkutan sampah benda-benda tajam,
jaringan tubuh, infeksius, citotoksik, dan
radioaktif.
d. Tempat Pengumpulan Sementara
Sarana ini harus disediakan dalam ukuran yang
memadai dan dengan kondisi baik (tidak bocor,
tertutup rapat, dan terkunci). Sarana ini bisa
ditempatkan dalam atau di luar gedung.
Konstruksi tempat pengumpul sampah
sementara bisa dari dinding semen atau
container logam dengan syarat tetap yaitu kedap
air, mudah dibersihkan dan bertutup rapat.
Ukuran hendaknya tidak terlalu besar sehingga
mudah dikosongkan, apabila jumlah sampah
yang ditampung cukup banyak perlu menambah
jumlah container.
Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai
insinerator, maka sampah medis padatnya
harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan
rumah sakit lain atau pihak lain yang
mempunyai insinerator untuk dilakukan
pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam
apabila disimpan pada suhu ruang. (Depkes
.RI, 2004).
Untuk pengangkutan sampah infeksius, tajam dan
sampah phatologi, hanya dirancang secara khusus,
tertutup dan troly yang akan digunakan adalah yang
mudah untuk di disinfektan. Troly ini tidak boleh
digunakan untuk penggunaan lain. Jika bahan
berbahaya lain setiap bahan kimia atau bahan farmasi
akan diangkut, maka harus dibungkus agar tidak ada
resiko yang dihasilkan selama pengangkutan.
(Wagner, 2007).
Pembuangan Akhir Sampah Medis
Rumah Sakit

Kegiatan pembuangan akhir merupakan tahap akhir yang penting


didalam proses pengolahan sampah medis. Namun dalam kenyataannya
kurang diperhatikan oleh pihak Rumah Sakit. Pada proses pembuangan
sampah Rumah Sakit dapat melalui dua alternatif yaitu:
1. Pembuangan/pemusnahan sampah medis dilakukan terpisah dengan
sampah non medis. Pemisahan dimungkinkan bila Dinas Kesehatan dapat
diandalkan sehingga beban Rumah Sakit tinggal memusnahkan sampah
medis tersebut.
2. Pembuangan/pemusnahan sampah medis dan non medis disatukan, dengan
demikian Rumah Sakit menyediakan sarana yang memadai untuk
melakukan pengelolaan sampah karena semua sampah atau bahan
bangunan yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit itu sendiri.
Dalam metode penanganan sampah sebelum dibuang untuk
sampah yang berasal dari rumah sakit perlu mendapat perlakuan
agar sampah infeksius dapat dibuang ke landfill yakni :

a. Autoclaving
Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan sampah infeksius.
Sampah dipanasi dengan uap dibawah tekanan. Namun dalam
volume sampah yang besar saat dipadatkan, penetrasi uap
secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering tidak terjadi
dengan demikian tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai.
Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode
singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan
mikroorganisme lain yang bisa membahayakan
penjamah sampah. Kantong sampah plastik
biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak
tahan panas dan akan meleleh selama
autoclaving.
Karena itu diperlukan kantong autoclaving.
Pada kantong ini terdapat indikator, seperti pita
autoclave yang menunjukkan bahwa kantong
telah mengalami perlakuan panas yang cukup.
Autoclave yang digunakan secara rutin untuk
limbah biologis harus diuji minimal setahun
sekali untuk menjamin hasil yang optimal.
b. Disinfeksi dengan Bahan Kimia
Peranan disinfeksi untuk institusi yang besar tampaknya
terbatas penggunanya, misalnya digunakan setelah mengepel
lantai atau membasuh tumpahan dan mencuci kendaraan
limbah.
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam
mikroorganisme patogen.
Mikroorganisme Patogen tersebut dapat memasuki tubuh
manusia melalui beberapa jalur :
1) Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit
2) Melalui membran mukosa
3) Melalui pernapasan
4) Melalui ingesti
Pembuangan dan pemusnahan sampah dapat ditempuh
melalui dua alternatif yaitu:
1. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non
medis secara terpisah. Pemisahan ini dimungkinkan bila Dinas
Kebersihan dapat diandalkan sehingga beban rumah sakit
tinggal memusnahkan sampah medis.
2. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non
medis dijadikan satu. Dengan demikian rumah sakit harus
menyediakan sarana yang memadai.
Pemusnahan sampah rumah sakit dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut:
Insinerator
Incinerator. Sebuah ilustrasi bagian-bagian dalam sebuah
incinerator
Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan
organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri
merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan
oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan
bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi
menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).
Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti
belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi
menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx,
NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa
contoh insinerator ialah open burning, single
chamber, open pit, multiple chamber, starved
air unit, rotary kiln, dan fluidized bed
incinerator.
Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk
memusnahkan sampah dengan membakar sampah tersebut
dalam satu tungku pada suhu 1500-1800 0F dan dapat
mengurangi sampah 70 %.
Dalam penggunaan insinerator di rumah sakit, maka beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran, desain yang
disesuaikan dengan peraturan pengendalian pencemaran
udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur
pengangkutan sampah dalam komplek rumah sakit dan jalur
pembuangan abu dan sarana gedung untuk melindungi
insinerator dari bahaya kebakaran.
Insinerator hanya digunakan untuk
memusnahkan limbah klinis atau medis.
Ukuran insinerator disesuaikan dengan jumlah
dan kualitas sampah.
Sementara untuk memperkirakan ukuran dan
kapasitas insinerator perlu mengetahui jumlah
puncak produksi sampah.

You might also like