You are on page 1of 160

KESTAN-15 &16

RAGAM DAN KESTAN DI INDONESIA

GAMBUT
Silaut

PMK LATOSOL
Sumbar Cibinong
SAMUDRA
SOUTH PASIFIK
CHINA SEA
Banda Aceh

Medan
HALMAHERA
Manado

SUMATRA KALIMANTAN
Padang Bangka Pontianak
SULAWESI
Banjarbaru MALUKU
Palembang
Bengkulu Banjarmasin Ambon PAPUA

Jakarta Makassar
Bogor Aru
NUSA TENGGARA
Yocyakarta
JAWA
TANAH-TANAH DI INDONESIA
DATARAN RENDAH:
OXISOL; ULTISOL; HISTOSOL; ALFISOL

DATARAN TINGGI:
LATOSOL PODZOLIK; ALFISOL; PODZOLIK
COKLAT; SPODOSOL; ANDOSOL
TANAH DATARAN RENDAH
(LOWLAND)
Terbentuk akibat proses Laterisasi yg
dipengaruhi iklim tropis basah sepanjang
tahun
Tanah yg penting adalah

PMK (Ultisol), Latosol (Oxisol)


Tanah lain; Mediteran merah, Grumosol
(Alfisol dan Vertisol), Gambut (Histosol)
Oxisol/Latosol

Tanah merah, dahulu dikenal sbg Latosol


Hanya di tropis (tdk terdapat di negara dingin)
Nama Latosol sering ditentang (perselisihan
paham masih ada di USA).
Pernah dipakai nama Terra Roxa, atau
nama lain Laterisasi.
Taksonomi tanah USA menghapuskan
sama sekali nama Latosol dan menggantinya
dg Oxisol.
Oxisol/Latosol (lanjutan)

Nama Laterit I kali dipakai oleh Buchanan (1807).


Penyebab muncul nama lateritis dan latosol.

Termasuk golongan ini, tanah dg pencucian Si, alkali


dan logam alkali, akibatnya terakumulasi Fe & Al
Terdapat hampir diseluruh dataran rendah,
terutama di Jawa. Di pulau-pulau lain, Latosol tak
penting & dijumpai hanya di Lampung, Sumbar,
Selatan-Tenggara Kalimantan, Sulawesi Selatan dan
di Minahassa.
Oxisol/Latosol (lanjutan)

Distribusinya terbatas di Peta Tanah


Eksplorasi dari Balai Tanah 2000. Dari laporan
Mohr (1938, dll.) terdapat gambaran bahwa
distribusinya seharusnya jauh lebih besar dari
yang diduga
Bahan Induk (BI)

Latosol/Oxisol Indonesia terbentuk dari


berbagai jenis BI, misalnya bahan basa
hingga intermediat seperti debu vulkanis
andesitis, zaman quaterner, lahar vulkanis
dan endapan sungai atau sedimen zaman
Miosin, asal saja drainasinya. Bahan
tertier biasanya membentuk tanah
podzolik merah kuning (PMK), Ultisol.
Bahan induk Oxisol/Latosol (lanjutan 1)

Sifat-sifat morfologi Oxisol & Ultisol sering tdk berbeda


banyak. Balai Tanah Bogor mensyaratkan kandungan kwarsa
dlm Ultisol untuk membedakannya dari Oxisol. Tanah-tanah
dg kwarsa sbg Ultisol, yg tak punya kwarsa Oxisol.
Penamaannya jadi mudah tapi mengakibatkan kekacauan
besar. Latosol sejati mengandung kwarsa. Tan (2008) sering
menjumpai morfologi Latosol tak menandakan kwarsa,
justru mempunyai banyak kwarsa di fraksi pasir, setelah
analisis petrografi (Table 6.2 hal.136, Tan (2008).
ULTISOL DAN OXISOL

ULTISOL OXISOL
Bahan Induk Oxisol/Latosol (ljt 2)

Latosol dataran rendah, dr Bogor kearah coastal


plain Jakarta, berasal dari erupsi quaterner Gn
Salak dan Pangrango-Gedeh yg baru. Bahan
induk debu andesitis itu, meluas dari Bogor ke-
Utara dlm bentuk fan-vulkanis, dan dapat
dibedakan ke dalam 2 bagian (Verbeek &
Fennema,1896): (1) bgn muda dan (2) bgn tua.
Bahan Induk Latosol (ljt 3)

Pembagian tsb.diperkuat dg analisis petrografi dan tekstur.


Bagian termuda, yaitu tuf andesitis dg asosiasi Hypersthin-
Augit, meliputi daerah Bogor ke Utara hingga daerah setinggi
100-150m dpl. Dari sini masuk ke daerah dataran pantai JKT
ditemui seksi tertua, yg merupakan tuf dasito-andesitis. Batas
perbedaan terletak didaerah Ciluar, dg kadar kwarsa tiba-tiba
meningkat (Table 6.1; Tan, 2008)) dan tekstur tanahnya juga
berubah secara tiba-tiba. Bh induk tertua ini jadi lebih masam.
Dibuktikan dg kadar hypersthin+augit rendah di Latosol merah
Cibinong.
Bahan Induk Latosol (ljt 4)

Selain itu, ada opini bahwa BI basa membentuk Latosol


berwarna gelap, sedangkan yg masam akan membentuk Latosol
berwarna kurang gelap. Ini juga nampak di Table 6.2; (Tan,
2008) dimana Latosol coklat (7.5 - 5YR 4/4) terbentuk dari BI
termuda, dan Latosol berwarna kekuningan (5-2,5YR 4/6)
dijumpai di BI tertua. Peranan kadar BO juga berhubungan dg
warna gelap itu, namun bila faktor-faktor genesis lainnya sama,
kadar Fe yg lebih tinggi di BI basa, adalah faktor yg menentukan
untuk pembentukan warna-warna gelap.
Bahan induk Latosol (ljt 5)
Penjelasan lebih mendlm adalah sbb:Dari Table 6.2 (Tan, 2008)
nampak bahwa pd profil Latosol Ciluar, Cibonong & Pasar
Minggu; %pasir jauh lebih rendah & %liatnya lebih tinggi
daripada profil tanah Pasir Muncang dan Bogor yg terletak
lebih dekat ke senter erupsi. Jadi di samping usia dan iklim,
diduga ada faktor lain pegang peranan dlm variasi warna tsb.
Menurut hukum fisika, bahan terhalus akan ditranspor lebih
jauh (sampai ke pantai JKT) daripada bahan kasar. Yg halus
juga akan lebih cepat terurai oleh pelapukan. Osi Latosol Jkt
lebih berliat, dan di iklim panas+humid mineral Fe di-
dehydrasi, mbntuk hematit yg merah-kekuningan.
Bahan induk Oxisol/Latosol (ljt 6)
Sebaliknya mineral yg terbentuk di Latosol Bogor kebanyakan
goethit, umumnya berwarna coklat gelap. Mohr memperkuat
pendapat Tan (2008) bahwa dizaman lampau coastal plain JKT
masih bgn Laut Jawa, hingga tuf tertua dari erupsi-erupsi itu di-
endapkan (dideposisi) ke dalam laut. Atau setelah deposisi, tuf
vulkanis itu suatu ketika terendam air laut. Perlakuan itu
diduga Mohr cukup untuk menjalankan proses dehydrasi thd
mineral-mineral yg mengandung Fe, & mentransformasinya ke
dlm mineral-mineral berwarna cerah.
Iklim Daerah Oxisol/Latosol Indonesia

Ditemui di Indonesia pada daerah rendah beriklim


humid, 0-600 m dpl. Dlm lingkungan tsb tanah tbt di
bawah pengaruh iklim hutan hujan tropis basah,
tergolong tipe iklim Kppen, Afa (Table 6.3). Di iklim
musim, yg kering, tanah tsb juga dijumpai di-
tempat yg lebih tinggi, sampai 1000 m dpl, iklimnya
Kppen Ama, hampir sama dg iklim humid tropical
rainforest, hanya terpengaruh oleh musim kemarau
lemah.
Iklim Lingkungan Oxisol Indonesia (ljt 1)
Tipe iklim Afa -Ama. Latosol Indonesia jarang berada di iklim
As dan Aw (jenis savana atau aridis), dg konsep ilmu tanah
sekarang ini, tanah tsb.pun jarang dijumpai di iklim Cf (meso-
thermal atau midlatitud, yt iklimUSA &Eropa). Hingga pada
taraf pengetahuan sekarang, Latosol Indonesia belum bisa
dikorelasi dg suborder Taksonomi tanah
USA, yt dg udox, ustox dan torrox.Untuk sementara saja
mungkin dapat dibilang yg Latosol Indonesia tergolong udox
ada di iklim Afa, ustox & torrox di iklim Aw dan As, kalau ada.
Iklim Lingkungan Oxisol Indonesia (ljt 2)

Pembentukan Latosol:
kelembaban tinggi
suhu tinggi (melancarkan weathering)
drainasi baik (leaching Si lancar)

Catatan: Latosol bisa terdapat didaerah arid, tapi ini tak berarti tanahnya
terbentuk didalam iklim kering tsb. Dikira oxisol dmk adalah tanah
peninggalan (relic), yg di zaman lampau sebetulnya terbentuk diiklim Afa
atau Ama. Setelah terbentuk, iklimnya berubah mjd jenis iklim arid, di
daerah sekarang Latosol itu ditemui.
Morfologi Oxisol Indonesia

Konsep Latosol Indonesia, morfologinya tak mempunyai sifat


apa-apa, dan profil tanahnya tak tersusun atas horizon-
horizon yg berbeda-beda. Ini tercermin dlm sistim USA yg
menghendaki batas atas dari horizon oksik, yaitu syarat
diagnostik bagi oxisol, terletak sedalam 0 -150 cm dari
permukaan tanah a(dpt). Karena horizon oksik itu adalah
horizon B, maka profil tanah Latosol bisa sedalam 1 m lebih.
Di Indonesia bisa sedalam 3 m sebelum sampai horizon C.
Sering profil tanah Latosol digali hanya sedalam 1 m dan
deskripsi profil hanya meliputi bagian yg terbuka saja.
Morfologi Oxisol Indonesia (ljt 1)
Itulah sebab mengapa Latosol dianggap tak tersusun
atas horizon berbeda-beda. Hasil penelt Tan (2008)
ada dua macam profil, yaitu (1) profil dg kedalaman
sedang, contohnya Latosol coklat, dan (2) profil yg
dalam sekali, contohnya Latosol merah (mrp jenis
Oxisol tertua, profil tanahnya mirip Latosol klasik yg
diajukan Prescot and Pendleton (1952).Latosol merah
banyak sekali tdp didaerah Cibinong, JKT
Morfologi Oxisol Indonesia (ljt 2)

Deskripsi Latosol merah (hal144):


Profil tanah dalam sekali (200-230 cm)
Beda horizon sangat nyata
Horizon tersusun konkresi Fe/Mn
Kedalaman 230-280 cm ada horizon yg beda lagi, yaitu horizon
berbintik-bintik merah dan kelabu (mottled). Dewasa kini
horizon ber-mottled itu dinamakan plinthit. Oki, ahli-ahli
Belanda berpendapat bahwa Latosol Indonesia dibedakan
kedlm (1) Latosol tanpa plinthit dan (2) Latosol dg plinthit.
Latosol didaerah rendah umumnya punya plinthit. Difoto
nampak horizon putih, disebabkan akumulasi kaolinit.
Morfologi Oxisol Indonesia (ljt 3)
Latosol coklat:
Biasanya kurang berliat,
Tak mempunyai plinthit. Horizon berkonkresi Fe, di areal
mottling (plinthit)
Horizon palid (putih, berisi kaolinit) jarang sekali ada.
Hypotesisnya ialah yg oxisol coklat ini belum mencapai tingkat
formasi dari latosol merah, karena berada didaerah lebih tinggi
dpl, genesis tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor belainan
sekali, a.l. peranan humikasi dan khelasi. Contoh profil tanah
oxisol coklat itu diberikan pada hal 145.
Morfologi Oxisol Indonesia (penutup)
Dr kedua macam profil tsb, terdapat bbrp tanah intergrade
Misalnya horizon konkresi-Fe bisa tipis sekali, atau sebagian
muka tanah bisa tererosi.Tanah tererosi bisa tertutup lagi dg de-
bu vulkanis dari erupsi baru, yg memungkinkan siklus pbtkan
tanah baru, dsb. Dibeberapa tempat, dimana lapisan-lapisan
atas tererosi dan tak tertutup kembali dg debu erupsi, maka
horizon berkonkresi yg muncul di prmk cenderung disementasi
dg membentuk suatu lapisan kerak (crust), spt terdapat terbatas
didaerah JKT Timur. Inilah mulanya terjadinya laterit, yg
membutuhkan ratusan th berikut utk penyelesaiannya.
Land Use dan Evaluasi Oxisol

Evaluasi Sifat-sifat analitis:


Luas +141.157, 65 km2 = 141.157,65 x 100
= 14.115.765 ha.
(1.253.100 ha) di P. Jawa.
Oxisol sangat berliat, tapi sifat-sifat fisikanya bagus sekali, yg
dicirikan oleh struktur butir (granular) sampai crumb yg stabil
sekali. Walaupun kadar liatnya tinggi sekali, konsistensi
tanahnya sangat baik. Tanahnya masih agak plastis bila basah
dan akan meretak dlm keadaan kering. Umumnya kapasitas
retensi-air agak tinggi dan tanahya berdrainasi baik, begitupun
permeabilitasnya baik sekali.
Makna Sifat-sifat Dasar Tanah
Mineralisasi cepat didaerah rendah;
diduga pelapukan BO cepat sekali karena pengolahan tanah &
perlu penambahan dengan puhi atau pukan. Tanahnya juga
perlu diberi pupuk buatan (PB) untuk menggantikan unsur-
hara yg hilang karena leaching dan diserap tanaman. KTK
rendah juga harus dinaikan agar unsur-unsur hara yg disuply
dapat diadsorpsi. Karena KTKnya disebabkan oleh muatan
variabel, menaikkannya agak mudah, yg di Indonesia lazim
dilakukan dg pemberian kapur. Perlakuan dg kapur itu
terbukti bermanfaat sekali ditanah transmigrasi Sitiung.
Hasil Padi sawah di Oxisol
Sebelum PD ke II, hasil padi + 1 t/ha GKG tanpa pupuk. Dg
irigasi dan ppk N +P, hasil bisa 2x lipat, tapi menurut Van Dijk
(1951) hasil +1.24t/ha 1923-1940 dg ppk NPK+Ca. Pupuk K tak
respon, krn mungkin air irigasi kaya K (Van Dijk, Dames, 1955,
dan Go, 1957). Sejak 1986, penggunaan padi unggul menaikkan
produksi hingga 4-5 t/ha. Didaerah padi, yaitu Cianjur (Jabar),
hasilnya di th 2006, 6 t/ha dg varitas IR-64. Transmigran
umumnya diberi 2 ha,yg harus menghasilkan pangan secara
cepat, dpt dicapai dg menanam padi gogo dan jagung. Dg
pemupukan yg baik, hasil jagung bisa 3 - 3,5 t/ha, 2xlipat dari
hasil 1.56 t di th.1929-1940 (Van Dijk, 1951).
Palawija di Oxisol Indonesia

Palawija (ketela dan ubi rambat) menghasilkan


masing-masing 12-16 t/ ha dan 10-20 t /ha, bila
dipupuk (Iskandar, IPB), ttp diberitakan oleh Tan &
Bertrand (1972) hasil ketela bisa mencapai 33.6 t/ha dg
ppkan NPK+Ca di Oxisol. Didaerah humid, jagung,
ketela dan ubi rambat biasanya ditanam di sawah
tadah-hujan, yg disusul dg padi gogo. Ttp bila air
irigasi tersedia, petani umumnya memilih menanam
padi sawah dua kali setahun.
Sayur-mayur di Oxisol
Sayuran, buah-buahan dan tan hortikultura lainnya
ditanam sedapat mungkin dekat kota-kota besar,
dimana pasaran komoditas ini bisa meminta harga yg
tinggi. Sayuran yg ditanam mrpkan jenis-jenis daerah
rendah, seperti bayam, bawang bakung, kcg pjg,
ketimun, terong, sawi dan kangkung, yg umumnya
dibesarkan disebidang tanah kecil, sebisa-bisa
dipinggir sungai utk mudah mengairinya. Butuh
pukan yg banyak. Hal ini disetujui oleh penganut
organik farming. Ppk buatan umumnya terlalu mahal.
Tanaman Perkebunan (Estate Crops)

Estate crops terpenting di Oxisol adl:


karet.
Tan. serat, spt kapas, kapok, sisal dan.
Sedangkan Kelapa sawit kebanyakan di tanam di
Ultisol dan peat (gambut). Lain halnya dg teh dan
kopi menginginkan iklim sejuk dari highland.
Perkebunan karet
Tanpa intercrops, tanah terbuka antara pohon karet ditutup
dg cover-crop; Crotalaria, Centrosema, Mimosa dll.
Cara clean- weading jarang dilakukan karena bahaya erosi.
Tan. penutup memberikan proteksi kpd tanah ,juga
memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia & biologi tanahnya,
kecuali waktu tanam. Waktu tanam pupuk P sering ditarok
dilubang tanaman, pohon karet jarang dipupuk. Yg dipupuk
justru tan.penutupnya dg pupuk P + K. Pupuk N jarang
diberikan, kuatir pohon karet muda akan tumbang tertiup
angin.
Ultisol di Indonesia
Dahulu tergolong PMK (Podzolik merah-kuning).
Jenis tanah ini juga tdp di Selandia Baru dan
terutama di USA Selatan.

Ultisol mrp tanah terluas di Indonesia (45.678.616 ha,


3-4 kali lebih besar dari Oxisol).
Mrp tanah utama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku,dan Papua, di P. Jawa hanya tdp di Banten
Profil Ultisol Indonesia
Ciri utama adanya hor. argilik (Bt),

% kejenuhan basa (KB) < 35%,

pH rendah (masam)
Klasifikasi Ultisol di Indonesia
Ultisol adalah menurut taxonomi USA

Untuk keadaan di Indonesia, tanah PMK bisa di beda


kan kdlm 3 subgrup menurut beda warna dan ke-
adaan drainasi.

Drainasi ini bervariasi dari baik di atas bukit, sedang di


lereng, dan buruk di kaki bukit (depresi).

Drainase berakibat dlm pembentukan PMK merah di atas


bukit, jenis merah kuning di lereng dan jenis kuning dikaki
bukit.
Land Use and Evaluasi Ultisol Indonesia
Evaluasi Sifat Analitis: Ultisol beda dari Oxisol krn
sifat fisika dan kimia buruk. Tanah PMK bertekstur
berat, ttp ostabilitas agregat sgt rendah, shg
permeabilitas rendah. Sifat tsb membuat tanahnya
sgt sensitif thd erosi. Hancuran iklim dan leaching
hebat, juga membuat rx-tanah sgt masam, dg pH
sering 1-unit di bawah pH Oxisol. Unsur-haranya
sering ditranspor ke lap. tanah jauh di bawah profil.
Ttp krn KB < 35%, jml unsur hara terakumulasi di
subsoil itu tak cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Evaluasi Sifat-sifat Analitis

Jika unsur haranya tercuci sedalam 1-2 m, akar-akar tan.


dangkal tak sanggup mengambil unsur tsb. Umumnya, tanah
PMK kurang baik utk pertanian. Sifat-sifat serupa juga
ditemui di Ultisol USA, shg tanah tsb. tak subur, kecuali di-
pupuk hebat. Ttp kadar BO, N, P- ters., Ca dan K, walaupun
sering rendah, bervariasi di PMK-Indonesia. Misalnya Ultisol
Jabar lebih subur daripada dipulau-pulau lain, krn terletak
dekat barisan pegunungan, & tjd pengayaan oleh rejevunasi
dg debu volkanis baru. PMK Sumatra &Maluku kaya K, krn
rejuvenasi dg debu volkanis tsb.
Manfaat Sifat-sifat Dasar Ultisol Indonesia

PMK umumnya masih tertutup vegetasi hutan, Ultisol


Indonesia kaya BO. Unsur hara di horizon atas terpelihara
oleh siklus unsur hara yg tertutup, & akan hilang begitu
tanah dideforestasi. Kadar unsur hara lap. atas cepat habis (+
1 th dikultivasi). Sifat tsb berhub. dg ostabilitas agregat tanah
yg rendah & pH rendah, dan harus dinetralisir jika ingin
mengurangi erosi tanah. Biasanya tercapai dg pengapuran.
Pengapuran dpt meningkatkan pH & agregasi, selanjutnya
memperbaiki jlh TRP.
Manfaat Perbaikan Sifat Dasar Ultisol
Penambahan TRP akan memperbaiki permeabilitas tanah, shg
aerase dan draenase makin membaik. Di samping kapur,
penggunaan puhi, kompos dan BO lainnya juga harus
diperhatikan. Aplikasi bahan stabilisator tanah kadang2
disarankan sebagai cara alternatif dlm kontrol erosi (Levy,
1995). Dg menaiknya pH karena pemberian kapur, muatan
variable tanah PMK juga makin membesar. Menaikkan nilai
KTK penting sekali untk mengurangi pencucian unsur2 hara.
Seperti dinyatakan tadi, beberapa antara tanah PMK Indonesia
kaya K, shg tak perlu dipupuk dg K dalam dosis tg.
Operasi Pertanian di Ultisol Indonesia

Ultisol tdp di daerah dg populasi masih rendah, spt


Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Dahulu kebanyakan sistem ladang berpindah
Sekarang sdh mulai menetap
Ditanami padi gogo, jagung, ketela, pisang dan berbg pohon
buah-buahan. Periode berikutnya cabe jadi tan.
huma populer, krn harga dipasaran tinggi sekali.
Masakan Indonesia, terutama di Sumatra sangat pedas
(spicy) dan cabe itulah membuatnya pedas.
Sering dilakukan intercropping
Pertanian Ladang di Ultisol Indonesia 3
Sewaktu karet laku besar, karet juga dipakai sbg intercrop tk
tertinggi. Jika setelah 2-3 th hasil ladang menurun krn
mundurnya kesuburan tanah, tanahnya dibiarkan kosong
supaya kembali mjd hutan sekunder, mrp siklus penting
dari sistim ladang. Pisang dan pohon buah-buahan lainnya
berada pd tk menghasilkan ketika kultivasi pindah ke tanah
yg baru dibersihkan. Pohon karet sdh siap utk disadap. Dg
pelaksanaan sistim huma yg baik, tanah yg pertama dibuka,
bisa ditanami lagi dlm 8-10 tahun.
Pertanian Ladang di Ultisol Indonesia (ljt)
Menurut ICRAF (Balai Tanah Bogor), diperlukan 20 th
sebelum tanah tua itu bisa ditanami kembali. Dg waktu bera
yg lama daerah dpt sembuh kembali, & diharapkan shifting
cultivation bisa produktif sekali dan memberikan suatu cara
pertanian sustainable dg implikasi ekologi buruk yg serendah-
rendahnya. Bila siklus penyembuhan terlalu singkat,
dikuatirkan tanahnya mjd tandus & diinvasi alang-alang,
seperti halnya sekarang di beberapa daerah dari Sumatra,
Kalimantan dan Maluku. Membakar alang-alang di musim
kemarau hnya bikin tanahnya makin tandus.
Pertanian Ladang di Ultisol Indonesia (ljt)
Reforestasi yg alami butuh waktu pjg, dan butuh input krn
tanah PMK sgt miskin. Umumnya ladang sering terlihat acak
acakan dan agak kotor penuh rumput liar, namun itulah
semua merupakan suatu link (kaitan) mutlak antara vegetasi
pelindung dan pemeliharaan kesuburan tanah dari sistim
ladang itu. Begitupun penggunaan abu, bekas pembakaran,
sbg sb hara dg menghindarkan pembersihan rumput-liar dan
kultivasi drastis lainnya dianggap oleh banyak ahli-tnh suatu
cara istimewa sehat dari shifting cultivation ini.
Pertanian bahan Pangan di Ultisol Indonesia
Kultivasi Padi. Beras adl pangan utama di Indonesia,
osi bercocok tanam padi paling banyak diusahakan
yaitu; (1) padi sawah, dg lowland rice, dn (2) padi
kering, gogo dg upland rice. Sawah banyak terdapat
di Jawa, sedangkan di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi
dan Papua, sawah nampaknya terkonsentrasi dekat
pemukiman.
Pertanian cara Padi-sawah di Ultisol Indonesia
Tanah sawah Ultisol memerlukan pemupukan N, P dan
K, yg agak besar. Go (1961) anjurkan pemberian kapur
dan P sebesar 1-5t/ha CaCO3 dan 200-500kg
Triplesuperfosfat (TSP). N diberi dlm bentuk Urea,
karena kemasamanya hanya dari NH4-sulfat. Tanpa
pupuk, hasil padi sebesar 1700kg/ha GKG (Van Dijk,
1951), tapi dg pupuk, hasilnya sp 4-5 t/ha, walaupun
dikebun percobaan dg padi unggul ( Batang Samo dan
Kampar), hasilnya dilaporkan setinggi 8- 10t/ha
(Sujitno, 2004).
Pertanian Padi-Kering di Ultisol Indonesia

Di tanah ladang Ultisol, padi ditanam secara kering


atau upland rice, dg jenis genjah (+4 bln selama
musimhujan). Hasil padi-gogo < padi-sawah (2-5t/ha
dg pemupukan dan kapur), dan dpt mencapai 3-5t/ha
dikebun percobaan, misalnya jenis PB-36 dan jenis
Singkarak (Sujitno, 2004).Kedua varietas padi tsb.
ternyata juga resisten thd penyakit cacar daun yg
disebabkan Pyricularia oryzae.
Pertanian Perkebunan di Ultisol Indonesia
Zaman Belanda, tan perkebunan yg banyak ditanam (estate
crop) di Ultisol Sumatra, adl; karet, sisal, cantala (Agave) dan
manilla-henep (Musa textilis) dll, yg toleran thd ikilim humid
tropis. Hasil serat dr agave dan musa sbg bahan baku pabrik
tali-tambang, yg tdp di Lampung. Perkebunan tembakau dan
teh dlm skala kecil juga tdp di Sumut. Karena Ultisol miskin u.
hara dan butuh pupuk yg banyak, maka perkebunan tembakau
dipindahkan ke Andosol yg lebih subur, di Deli. Ketika itu karet
masih tanaman penting di Ultisol Sumatra.
Estate Crop di Ultisol Indonesia
Th 1945, perdagangan karet alam menurun krn
persaingan dg karet sintetis, shg kebun karet diganti
dg kelapa sawit. Perkebunan k. sawit bertambah
banyak, seiring dg potensi penggunaan minyak
kasarnya sebagai biodiesel (alternatif untuk
mengganti bensin mobil dan bhn bakar pem-
bangkitan listrik dsb).
Perkebunan Kelapa Sawit di Ultisol Indonesia
Kelapa sawit masuk keIndonesia jauh sebelum krisis karet.
K. sawit ocok tumbuh di daerah humid tropis Sumatra.
Kes. Ultisol Sumatra bervariasi (buruk - agak baik,
terutama miskin K).
Hasil kelapa sawit rendah pd Ultisol miskin (%K2O ditanah
<0.100% ekstrak 25%). Sebaliknya perkebunan yg lebih baik
dijumpai di Ultisol dg kadar K2O >0.100% dg hasil sebesar
3500kg minyak sawit/ha (Van Dijk, 1950).
Histosol Indonesia
Tanah penting didataran rendah, yg banyak menarik perhatian
di dalam maupun di luar negeri, dikenal juga dg tanah gambut
Indonesia atau tanah peat. Nama Histosol hanya nama besar
saja. Di dlm histosol juga termasuk tanah-tanah mineral kaya
sekali bahan organik, yg dianggap tanah organik. Bermacam
definisi pernah diajukan untuk tanah-tanah organik ini, a.l.
tanah yg mengandung >20% bahan organik (50% atas dasar
volume, Brady, 1990). Konsep tradisionil tsb.tercemin dlm
definisi horizon folic FAO (Driessen, 2001: suatu hor dg >20%
Corg), dan USA punya epipedon histik (limit min.18%-16% Corg).
Tanah Gambut Indonesia

Kedua horizon (folic dn Histic) dianggap


diagnostis utk Histosol (bds taksonomi
USDA, menggantikan nama Tanah organik).
Konsep Tanah Gambut Indonesia
Ramsar Convention di Swiss, didirikan di Iran th 1971,
mendefinisikan peatland sbg lahan terakumulasi selama 5-8
ribu th dg sisa tanaman hampir (semi) hancur (Ramsar,
2006). Ahli2 lain menganggap rawa gambut beserta vegetasi
di atasnya hutan rawa gambut, banyak juga yg memasukan
rawa-bakau (mangrove) dan daerah pasang-surut (Kyuma,
2003) kdlm gambut, membuat konsep gambut agak kacau
dan membingungkan.
Jenis dan Sifat Gambut di Indonesia
Pendapat lain; gambut terbentuk lebih kepedalaman
dibelakang rawa-rawa bakau, namun ada juga yg menyatakan
bahwa tanah gambut terdapat dirawa bakau maupun di rawa-
rawa pasang surut. Yg terakhir diperkuat dg adanya gambut
Indonesia yg tak dan mengandung pyrit. Pyrit dan pengaruh
pasang surut laut akan membentuk tanah-tanah masam sekali.
FAO-UN menggolongkan gambut Indonesia sbg gambut tropis
(tropical peat yaitu; semua tanah organik di lahan basah
(wetlands) daerah tropis dan subtropis antara latitud 35o Utara
dan 35o Selatan, termasuk highlands.
Jenis dan Sifat Tanah Gambut Indonesia (ljt)
Harus diingat:Tidak semua wetland membentuk gambut.
Di Sumatra, Kalimantan barat dan Papua Indonesia, terdapat
banyak wetland air tawar yg tak menjadi gambut, di samping
wetland lain yg membentuk gambut. Pemakaian istilah
Tropis dianggap perlu guna membedakan gambut tropis
dari gambut daerah dingin. Proses dekomposisi BO dan
pembentukan gambut berlainan. Tan. di Indonesia untuk
formasi gambut merupakan pohon-pohon, sedangkan
didaerah iklim temperate, gambut berasal dari vegetasi
sphagnum dan sedge. Di Alaska, gambut terbentuk dari lichen
(lumut artic, makanan reindeer) dn tanaman arctic lain.
Tanah gambut di Indonesia (Balai tanah Bogor);
+ 13.193.500 ha, hampir seluas Oxisol (14 juta ha).

FAO laporkan 17 juta ha untuk luasnya tropical peat


Indonesia, dibawah Canada dan Russia dg masing2
150 juta ha, menurut Tan, 2008; ini adl luas tanah organik
di Canada).

Gambut di Indonesia baru diakui setelah Koorders (1895)


menemuinya di Sumatra. Tadinya dikira iklim tropis dg
mineralisasi hebat tak memungkinkan pembentukan gambut
Tanah ini baru saja menarik perhatian krn p. transmigrasi
Bahan Induk Gambut Tropis Indonesia
Gambut tropis Indonesia berasal dari bahan ber-
lainan sekali dari tanah mineral (oxisol, dll). BI adl sisa vegetasi
dari ht rawa gambut. Sisa vegetasi, dikenal sbg litter di DDIT.

Andriesse(1988):
Litter tak boleh disamakan sbg gambut. Memang tepat bahwa
litter itu saja bukan gambut, tapi hrus dipandang sbg bh induk
gambut. Deposit campuran nanti, tersusun atas litter dg litter
terurai selanjutnya dlm berbagai derajat dekomposisi
membentuk gambut, yg bisa setebal 50 cm sampai 1 m
tergantung atas kondisi2 pembentukan gambut.
Bahan Induk Gambut Tropis Indonesia
Beberapa teori nyatakan vegetasi hutan rawa gambut
biasanya tumbuh disedimen terdeposit dipinggir rawa
mangrove kearah daerah pedalaman selagi sungai mengalir ke
laut. Sedimen sungai itu tertangkap antara akar-akar pohon
bakau, lambat laun makin tebal dan membentuk rawa
gambut. Setelah terbentuk, tdk dering terpengaruh lagi oleh
pasang surut laut, tapi menjadi rawa air hujan, dlm istilah
ilmiah ombrogenous. Pohon-pohon mrp vegetasi utamanya,
yg dipinggir tumbuh jadi besar tapi ke dalam rawa makin
lama makin kecil dan kurus, menyerupai tiang (pole) kurus,
karena itu hutannya dinamakan pole-forest.
Vegetasi Hutan Gambut Tropis

Karena pohonnya kurus (jangkung panjang), maka densitas


pertumbuhan agak rapat.
Vegetasi bgn pedalaman menutup hutan gambut spt suatu
atap melengkung (dome) dan berfungsi spt sepon (sponge)
mengatur air dirawa gambut.
Jenis pohonnya kebanyakan asli daerah tsb. misal damar
(Dipterocarpacea) dari hutan hujan tropis. Komposisi
vegetasi hutan gambut ini tak banyak berbeda antara
Sumatra dan Kalimantan.
Pohon terpenting di daerah gambut al; meranti, gaharu dan
phn mulu (gol. pohon kayu sgt berharga).
Dua jenis palm juga ditemui Wikramanayake (2002) yaitu:
phn rengadean (sefamili dg teh), phn karau, phn batu item,
tuwi batu dll. Keempat jenis ini terutama di Sumatra-Timur.
Di ht gambut Kalimantan dilaporkan al:phn gerong gang,
phn paku, phn semaram dn meriawak. Krn pohon banyak yg
berharga sekali, maka ht gambut sering ditebang diambil
kayunya. Perusakan ht gambut dg pembakaran sengaja atau
tak sengaja merusak lingkungan dan ekologi alam. Akibatnya
adl regrowth dg alang-alang atau dg jenis melaleuca,
menjadikan daerahnya tandus.
Dekomposisi Litter dn Genesis Gambut
Teori Russia menyatakan litter terdekomposisi dulu secara
aerob oleh mikroorgasnisme (mo) dipermukaan, sewaktu air
ada jauh di bawah subsoil (Kurbatov, 1968). Bgn bawah dari
gambut yg terbentuk lalu dipengaruhi proses anaerob. Yg
terbentuk dikenal sbg gambut hutan (Andriesse. 1988), yg
pada dasarnya tak beda dari deposit litter tebal saja. Tapi di
Indonesia, yg umumnya membentuk rawa, sisa tanaman,
menurut Andriesse, langsung terserang proses anaerob, krn
faktor hidro-topografi itu, yg menciptakan suasana redox dg
titik berat kearah reduksi.
Dekomposisi Litter dan Genesis Gambut (ljt)
Pembentukan peat dlm keadaan rawa dan proses reduksi
dinamakan paludifikasi oleh Andriesse, yg mengkaitkannya dg
formasi gambut primer didasar depresi, disusul di atasnya dg
pembentukan gambut kedua, dan yg ketiga di atasnya lagi. Di
humid tropics, dg evaporasi tinggi, pembentukan beberapa
lapisan gambut demikian terlaksana kalau suasananya selalu
basah, sptdi pantai dataran Sumatra, Kalimantan dn Papua
Barat. Karena banyak ahli menganggap peat ini ombrogenous
atau ombrofilius,maka air mengalir kedlm sistim harus berasal
dari hujan. Gambut ini disamakan dg high-moor peat. Jenis
low moor yg eutrofis jarang ada di Indonesia.
Manfaat Ekologis Rawa Gambut
Rawa gambut dianggap ahli-ahli setempat sbg sepon
raksasa, meminum dan menyerap air dlm jml besar dari hujan
atau sungai-sungai, lalu melepaskannya kembali sebagian
sewaktu musim kering. Oki, rawa gambut itu berguna sbg
penangkap air (sperti kolam) yg pandai mengkontrol banjir
selama periode hujan besar. Rawa itu nampaknya
juga berfungsi sbg buffer untuk lahan-lahan dipantai, menahan
serangan bahaya dari garam air laut. Ditambah lagi manfaat
filternya, sbg penyaring bh pencemar dan bahan polusi,
menghindarkan bahan berbahaya itu diteruskan mengalir ke
dalam air tanah, danau2 dan sungai2 di sekitarnya.
Iklim Daerah Gambut Tropis Indonesia
Indonesia dg iklim humid tropis dan bermusim. Musim panas
dg evapotranspirasi tinggi, pembentukanan peat hanya
berlangsung bila terdapat suasana yg selalu basah sepanjang
tahun. Keadaan demikian terdapat sepanjang dataran pantai
Sumatra, Kalimantan dan Papua Barat. Bersama dg efek
pasang-surut laut, kombinasi suasana semua itu sgt ideal untuk
pembentukan ekosistim anaerobik dan perlu untuk deposisi
besar-besaran dari BO yg sbgn & seluruhnya terurai, deposit
spt ini dinamakan gambut tropis. Data curah hujan th 1971-
2000 dari stn- stn hujan dekat daerah rawa peat, menyokong
pendapat tsb di atas.
Iklim Daerah Gambut Tropis Indonesia (ljt)
Terkecuali Merauke, yg mengenal 6-bln iklim kering, diselingi
6-bln musim hujan, daerah dekat Medan, Pekanbaru dan
Palembang di Sumatra tak mempunyai bln-bln dg curah hujan
<60 mm. Medandi pantai Utara-Tenggara Sumatra dicirikan
oleh 9 bln dg curah hujan >100 mm/bulan. Sisa tiga bln tak bisa
dipandang bln-bln kering, karena curah hujannya ada sebesar
92-98 mm/bln (bln Feb., Maret dn April).Keadaan sama
dijumpai di Pekanbaru, terletak didaerah peat dari Riau, yg
menerima 98 mm hujan selama Juni. Palembang di Sumatra
Selatan menerima 81 mm hujan di bln Agustus. Hingga bln-bln
tsb <100mm/bln, masih bisa dbilang bln basah.
Morfologi Tanah Gambut Indonesia
Contoh profil tanah gambut (hal.285; Tan, 2008)) berasal dari
daerah gambut Silaut di perbatasan Sumbar dg Bengkulu.
Daerah ini dahulu dianggap sgt liar dn sukar dijajahi,
sedangkan ancaman penyakit, a.l. malaria, menakutkan petani-
petani setempat memasukinya.Tapi rawa gambut Silaut dibuka
belakangan utk program transmigrasi pemerintah yg dewasa ini
nampaknya diberhentikan. Deskripsi profil tanahnya dilakukan
oleh team ahli-ahli tanah Universitas Andalas di bawah asuhan
Ir.Datuk Imbang. Tebalnya tanah gambut bervariasi dr 0,5 -3m,
dan dibeberapa tempat bisa juga >3m.
Morfologi Tanah Gambut Indonesia (ljt)
Profilnya terletak 3m dpl. ditopografi datar di rawa gambut
Silaut. BI berupa residu pohon-pohon besar yg tumbuh di rawa
tsb dg ciri-ciri hutan tiang. Susunannya tdr atas pohon batu,
pohon terantang dan pohon pohon lain yg kita tak dpt
diidentifikasi. Tanah mineralnya, C1, C2, C3, mrp bgn integral
dari profil tanah gambut. Horizon C dipakai daripada hor.A,
walaupun Taksonomi tanah USA lebih biasa menamakannya
hor.Ab. Pemakaian tsb dilakukan karena horizon2 mineral
tsb.harus di pandang bgn dari bahan induknya, sesuai konsep
tanah gambut dari Russia.
Klasifikasi Tanah Gambut
Sistim USA: Termasuk Histosol

Sistim ISRIC, WRB dan FAO, memakai nama Histosol ttp


mengkaitkan dg horizon baru, yaitu horizon folic di samping
hor. histic yg tua, hingga sistim FAO jadi agak berlainan
sedikit dg sistim USA.
Klasifikasi Tanah Gambut (ljt)
Sistim Canada memp, bbrp rupa klasf. tanah gambut.
Versi I: Menempatkan tanah gambut kedlm tanah organik, yg
dibedakan ke- dlm suborder fibris, mesic dn humik.
Versi II: Menggolongkannya kedlm wetland, yg dibedakan
kedlm kelas-kelas bog, fen, rawa dn daerah berair semua
mengandung gambut. Tapi bog sebetulnya mrpkan jenis
gambut oligotrofis, sedangkan fen adl eutrofis.

Sistim Australia menggolongkan gambut ke dalam Organosol.


Andriesse (1998) mengajukan saran klasifikasi atas dasar
(1)topografi, (2)vegetasi dipermukaan tanah, (3) sifat kimia,
(4) asal botani, (5) sifat fisika, dn (6) sifat-sifat genetis.
Balai Tanah Bogor memakai sistim klasf USA, yg mengenal 4
suborder Histosol, yaitu folist, fibrist, hemist dan
saprist,menurut derajat dekomposisi terendah (folist) hingga
paling lanjut (terurai, saprist). Sistim USA ini tak mengenal
horizon folic walaupun memp. suborder folist. Contoh gambut
saprist diberikan dislide berikutnya.Ke-4 suborder USA itu
menitik beratkan asalnya dari serat sphagnum, sedangkan
gambut Indonesia berasal dari dekomposisi pohon-pohon
besar.Untuk membedakannya,Andriesse menyarankan pakai
istilah tropis. Nama troposaprist yg dipakai di Unand, mungkin
lebih baik diganti menjadi tropisaprist,karena USA senang pa-
kai i spt Andisol, juga lebih mendekati tropis.
Medisaprist Michigan USA
Sifat-sifat Fisiko-Kimia Gambut Tropis
Asiditas Gambut. pH gambut Silaut 3.2 yg ditemui di C1,
C2,dan C3. Rx sgt masam ini selalu dipakai ahli-ahli gambut
untuk menggolongkan gambut tropis bersifat oligotrofis atau
ombrofilius. Sifat ini diduga terbentuk oleh air hujan mengalir
ke dalam deposit gambut itu.
Tan (2008) berpendapat bahwa air hujan, bagaimana pun
rendah kandungan basanya, biasanya berpH 6-7. Hanya dlm
beberapa kekecualian pHnya bisa <4, misalnya dlm hal acid-
rain. Asam humik berpengaruh, tapi dekomposisi BO anaerobik
dan tersedianya pyrit adalah sebab lebih penting.
Kemasaman Gambut Tropis
Andriesse melaporkan bahwa gambut Indonesia bisa
mengandung banyak S, karena pembentukannya dlm keadaan
anaerobik disebabkan faktor hidro-topografi. Dlm ekosistim
anaerobik, bakteri S akan menggunakan O2 dari senyawa sulfat
guna mendekomposisikan BO dg reaksi sbb:

2CH2O + SO42 + 2H+ H2S +2CO2 + 2H2O

H2S umum terbentuk dirawa-rawa, apalagi di rawa pasang-


surut, seperti di rawa bakau. Air laut mengandung banyak
sulfat-sulfat, yg diadsorpsi oleh sedimen2 pantai
Kemasaman Gambut Tropis (ljt)
Dlm pembentukannya dibatas terluar dari rawa mangrove,
gambut ombrogenous itu nampaknya telah mendorong hutan
rawa bakau kearah pantai. Hutan rawa mangrove yg
berpindah, bukan tanahnya di tutupi gambut-blanket (selimut).
Senyawa sulfat yg diadsorpsi oleh sedimen2 di bawah lapisan
gambut akan bergerak ke atas dan tercampur dg lapisan O
(gambut). Oleh bio-oksidasi, sulfat itu dirubah menjadi H2S
seperti dilihat direaksi tadi. Jika H2S ini dibiarkan ter-
akumulasi, dia akan menjadi toksik untuk organisme mikro,
juga berakibat dlm polusi.
Kemasaman Gambut Tropis (ljt)
Untung ada bakteri yg sanggup mengoksidasi H2S menjadi S
dan selanjutnya mjd asamsulfat, dg reaksi sbb:

2 H2S + O2 2S + 2H2O
2S + 2H2O + O2 2 H2SO4

Asamsulfat yg terbentuk membuat tanah jadi sgt masam.


Tanah masam demikian kadang2 dinamakan catclays atau
tanah sulfat masam.
Bbrp tanah gambut Indonesia juga mgd pyrit, terutama yg
terbentuk di tanah mangrove, setelah ekosistim rawa pasang-
surut terdorong kearah laut terdesak oleh gambut.
Kemasaman Gambut Tropis (ljt)
Sebetulnya pyrit ada di dalam sedimen di bawah gambut, yg
oleh banyak ahli tanah dikira tdp di dalam lapisan
gambutnya (Kyuma, 2006; Van den Eelaart, 2004). Namun,
gambut tipis memang bisa tercampur pyrit, tapi yg profilnya
dalam mungkin hanya lapisan O yg bgn bawah saja tercemar
oleh pyrit. Horizon O di atas praktis bebas dari pyrit.
Mineral Fe2S ini dibio-oksidasi akan menghasilkan juga asam
sulfat:

Fe2S + 2H2O + O2 2Fe2+ + 4H+ + 4SO42


Lowland Alfisol
Alfisol-dataran-rendah terbentuk dari BI berkapur. Diluar
negeri tanah ini dikenal sbg tanah Terra roxa atau tanah
Mediteranean (lautan tengah) merah. Di Australia dinamakan
chromosol dan FAO mengenalnya sbg Kastanozem.
Di Taksonomi tanah USA tanah ini dikenal sbg Alfisol, yg tak
tepat, krn Alfisol itu terbentuk oleh podsolisasi, sedangkan
tanah kapur merah ini di Indonesia tak terpengaruh
podsolisasi.Warnanyapun semerah darah, tak seperti Alfisol-
graybrown podzolik. Tan (2008) memberi nama Lowland
Alfisol karena asosiasinya juga berdekatan dg Latosol.
Alfisol dataran rendah
Konsep paling populer mengenai tanah ini diajukan
oleh Reifenberg (1929-1949) yg mendefinisikan tanah
Mediteranean merah sbg tanah lempung merah
berprofil dalam, terbentuk dari batu kapur oleh
hancuran iklim yg dicirikan musim dingin basah
(banyak hujan) dan musim panas kering dan panas,
sifat-sifat yg sama sekali bertentangan dg podsolisasi
dan Alfisol atau gray brown podzolik.
Alfisol Dataran Rendah (ljt)
Proses genesisnya diduga suatu kombinasi dari lixiviasi,
kalsifikasi dan laterisasi atau feralitisasi.Tanahnya pun terbukti
diperkaya dg seskuioksida dan silika. Kadar Fe tinggi dan BO
rendah membentuk warna merah tsb., sifat yg membedakannya
dari Alfisol standar berasal iklim sejuk. Dibandingkan dg tanah
lainnya dari iklim tropis-basah (oxisol, ultisol), kadar alkalinya
lebih tinggi, hingga pH tanahnya juga lebih tinggi. Konkresi Ca
dan Fe sering ditemukan. Reifenberg menduga tanahnya berada
dlm tingkat pertama proses laterisasi. Pendapatnya disokong
Joffe (1953), yg juga menyatakan tanah ini mungkin terbentuk
diiklim tropis zaman kuno.
Bahan Induk Lowland Alfisol Indonesia
Di Indonesia dijumpai di Jawa Tengah dan Timur, Madura,
melalui Bali dan Lombok sampai ke Timor di Nusa Tenggara.
BI berupa batu kapur karang-laut (Tan, 2008), bbrp ahli ta-
nah pernah melihat pembentukannya dari batu-pasir
berkapur. Dudal & Supraptoharjo (1957) dan Van
Schuylenborgh (1972) menjumpai juga di atas debu erupsi
dari Gn Baluran dipojok Timur Jawa Timur.Wisaksono (1953)
malahan membedakannya ke dalam (1) tanah merah kapur
sejati dari batu kapur murni dan (2) tanah merah kapur palsu,
terpengaruh debu vulkanis.
Bahan Induk Lowland Alfisol Indonesia (ljt)
Beda BI diperkuat oleh analisis mineralogi. Tanah merah kapur
sejati mengandung oksida-Fe dan mineral primer, zirkon,
tourmalin, epidote dn andalusit, mineral2 khas dari sedimen
nonvulkanis. Jenis tanah merah palsu dicirikan mineral augit,
hornblende dn magnetit, mineral2 khas berasal dr vulkanis.
Perbedaan BI biasanya tergabung dg topografi dn sifat fisika
tanahnya. Yg berasal dr batu kapur laut, topografinya
berombak-bukit. Dari bh vulkanis, reliefnya bervariasi dari
berbukit sampai bergunung, dan bersifat sbg tanah berliat.
Dimusim kering retakan besar terbentuk dlm tanah kapur
merah sejati.
Iklim Daerah Tanah Lowland Alfisol
Ditemukan terbatas di Timur-Selatan Indonesia, umumnya
dicirikan oleh iklim paling kering dikepulauan Indonesia.
Terra roxa sejati terletak di iklim Asa atau Ama. Jenis Asa di-
cirikan oleh musim kering panjang dari bln Mei sampai Sept,
dan beberapa bln antaranya menerima hanya 3-5 mm hujan/
bln. Musim kering ini diseling musim hujan, yg berklimaks dlm
bln Jan-Feb, dg jumlah hujan tertinggi sebesar 200-300mm/bln.
Iklim ini, umum di Tuban, Madura dn Kupang, menyerupai
iklim daerah Meditaranean.
Morfologi Lowland Alfisol Indonesia
Morfologi tanahnya tak begitu kompleks. Tanah merah ini
juga tak menunjukan horizon2 yg berbeda-beda. Tergantung
atas kondisi lokal, profilnya bisa dalam atau sering juga
dangkal. Contoh profil dalam di Tuban. Jika profilnya
dangkal, horizon tanah berwarna merah, sedlm 50-100cm,
langsung terletak di atas batu induk kapur. Atas dasar warna
dapat dibedakan 3 jenis, yaitu: (1) Tanah Mediteranean
merah (2.5YR 3/2-3/8); (2)Jenis warna coklat (7.5YR 3/2 -
6YR 3/4); dan (3) Jenis merah- kuning (5YR 4/4-6/8).
Morfologi Lowland Alfisol Indonesia (ljt)
Golongan tanah Mediteranean ini sering berasosiasi dg tanah
lainnya menurut topografi. Biasanya yg merah tdp di atas
bukit dan berangsur-angsur mjd renzina di lereng bukit dan
akhirnya mjd tanah margalit hitam (grumusol) di lembah,
dimana drainasinya terburuk. Deretan tanah-tanah demikian
sering dijumpai di perbukitan Rembang-Tuban. Suatu sequen
berlainan dilaporkan Dames (1955) di pegunungan Selatan dari
Jawa-Tengah-Timur. Di atas bukit terdapat tanah lateritis,yg
masam dan miskin basa-basa. Menjadi tanah coklat-gelap di
lereng, mjd tanah margalit dilembah-lembah; pH, Ca,
plastisitas makin naik kearah lembah.
Klasifikasi Tanah Lowland Alfisol
Telah dinyatakan bhw tanah kapur merah semulanya
dinamakan Terra roxa atau tanah mediteranean merah.
Australia mengklasf-nya Chromosol, sedangkan FAO
mengenalnya sbg Kastanozem, walaupun deskripsinya lebih
dekat kepada renzina. Di literatur Eropa, tanah ini adl tanah
khas dari daerah beriklim Mediteranean, yaitu yg punya musim
dingin ch tinggi dan musim panas yg kering. Ahli-tanah Eropa
juga menganggapnya tanah lateritis, dan beberapa diantara men
duga tanah kapur merah tsb. ada dlm permulaan tingkat
pembentukan laterit, beda besar dg pandangan USA.
Klasifikasi Lowland Alfisol Indonesia (ljt)
Di Indonesia, tanah kapur merah ini dahulu diklasf. sbg tanah
lateritis berasal batu kapur, .Th 1957 diganti ke dlm tanah
Mediteranean merah-kuning. Karena KB sama tinggi spt
Alfisol, sekarang diklasifikasi ke-dlm Alfisol, yg berarti tanah
berasal proses laterisasi (atau kalsifikasi), dicampur adukan dg
tanah-tanah berkeluarga podsol. Suatu kelemahan lagi dari
klasifikasi USA, (berdasarkan morfologi saja, yg tak mau
mengenal lagi genesis tanah). Warna kedua jenis tanah tsb. pun
sebetulnya juga tak mirip satu dg yg lainnya, tapi harus diakui
kedua-duanya miliki horizon argillik, (dasar Tan
menggolongkannya ke Alfisol.
Sifat-sifat Fisiko Kimia Lowland Alfisol
Tekstur atau Distribusi partikel tanah.
Tekstur tanahnya agak halus. Tanah mediteranean Indonesia
bukan bertekstur lempung seperti konsep-model dari
Reifenberg (1949) dan Blanck (1930), sebaliknya beda sekali,
karena di Indonesia tanah-tanah ini lebih berliat. Kadar liat
meningkat ke bawah profil tanah. Walaupun suatu horizon
argillik (Bt) terbentuk, struktur butir hingga crumb membuat
porositas tanahnya baik sekali, yg menyebabkan
perkembangan drainasi tanah baik.
Rx tanah agak masam (pH >6.0), jauh bedanya dg oxisol dan
ultisol. KB-nya juga beda (tinggi sekali), sering mencapai nilai
99%. Ini mungkin penyebab strukturnya bagus sekali.
Karena terpengaruh musim kering dan musim hujan yg basah,
maka pergerakan air di dlm tanah akan pulang-balik. Basa-
basa yg tercuci ke bawah pedon, dimusim hujan akan
ditranspor kembali ke atas sewaktu musim kemarau, suatu
proses yg dahulu dinamakan kalsifikasi. Proses ini akan
menjenuhkan kompleks liat dg basa-basa, dg demikian
mengendapkannya serta mengagregatnyamjd struktur yg baik
Mineralogi Liat Tanah Merah Kapur
Fraksi liat dicirikan oleh mineral liat haloysit (Hardon, 1939), yg
diperkuat hasil DTA (Tan,2008). Di samping haloysit, DTA juga
membuktikan adanya seskuioksida amorf atau para-kristalin,
terutama di tanah merah kapur dari daerah bukit Rembang-
Tuban. Hal itu dibenarkan oleh analisis elementer, yg
menandakan tanah dicirikan ratio silika/seskuioksida antara 0.9
- 1.1. Nilai ratio demikian kecil umumnya dimiliki liat amorf
Andosol Karena itu tanah mediteranean harus dipandang lebih
allitis atau feralitis daripada tanah merah lainnya (oxisol ).
Mineralogi Liat Lowland Alfisol (ljt)
Liat kristalin jenis 1:1 umumnya dicirikan ratio antara 2-3.0,
spt dilaporkan untuk liat oxisol dan ultisol (Mohr, 1972).
Reifenberg (1929) dan Joffe (1940) juga nyatakan ratio = 3.0
(umum ditanah merah berasal kapur dari daerah
mediteranean). Nilai ratio setinggi itu menandakan adanya
smektit. Di Indonesia pernah juga dilaporkan smektit di tanah
merah kapur sejati (Wisaksono, 1953). Sebetulnya suasana
basa membenarkan hal itu, karena lingkungan basa
menyokong pembentukan liat 2:1. Di tanah merah kapur
palsu, haloysit dan liat 1:1 dianggap lebih khas, mengingat
tersedianya debu vulkanis sbg bahan induk.
Land Use dan Evaluasi Lowland Alfisol
Evaluasi Sifat-sifat Analitis.
Tanahnya miskin N dan BO, sering juga miskin P dan K. Jenis
terpengaruh debu vulkanis biasanya cendrung lebih kaya P &
K. Tapi, kadar Ca di tanah merah kapur palsu ini lebih
rendah dari pada di dlm jenis tanah merah kapur sejati.
Secara menyeluruh, tanah-tanah mediteranean merah
Indonesia bisa tergolong mempunyai KB yg lebih baik
daripada oxisol dan/atau ultisol. Unsur Ca yg terbanyak.
Manfaat Sifat Tanah-dasar Lowland Alfisol
Potensial pertanian di tanah merah kapur ditentukan oleh
distribusi curah hujan, keadaan drainasi, dan variasi lokal
dari dalam profil tanah serta keadaan berbatu. Tebal profil
tanah bervariasi dari beberapa cm sampai 1 m. Umumnya,
tanah dangkal lebih berbatu. Sifat-sifat fisika umumnya sama
seperti Latosol merah. Kadar liat juga tinggi, yg membuat
tanahnya menjadi agak plastis dan lengket. Tapi KB sgt tinggi
adalah penyebab struktur tanah butir dan crumb, membuat
permeabilitas tanah jadi sangat baik. Bila mengering cendrung
terbentuk blok-blok tanah agak keras, tapi ini akan terurai
jadi remah bila dibiarkan..
Operasi Pertanian di Lowland Alfisol
Utk tan pangan umumnya tak banyak beda.
Perkebunan besar hanya pohon-pohon sesuai
iklim monsoon bisa berhasil (karet dan Kelapa
sawit tak sesuai ditanam diiklim monsoon).
Pertanian Landholders Kecil di Lowland Alfisol
Di lahan tadah hujan, jagung ditanam dahulu dipermulaan
musim hujan, disusul dg tembakau, lalu tanah dibiarkan kosong
(fallow), sewaktu keadaan paling kering dimusim kemarau.
Cara lain di tanah yg dalam adl menanam padi gogo dan ketela
secara intercropping setiap tahun, disusul dg jagung bersama
kacang tanah atau kedele. Sering juga ditanam sirih, kapas dan
kapok.Tanah dangkal hanya ditani semusim saja, dan dibiarkan
sesudahnya selama 1 -2 th sebagai tegalan, yg juga bermanfaat
untuk memelihara kambing dan sapi. Sapi ini umumnya dipakai
untuk menarik kereta atau gerobak dll.
Pertanian Smallholders di Lowland Alfisol (ljt)
Tembakau dianjurkan ditanam oleh pemerintah untuk ekspor
dan konsumpsi lokal. Daerah tembakau penting di Jawa
Tengah, Timur dan Madura ditaksir sekarang seluas 200.000
ha, tapi hasil sebesar 300- 650kg/ha dianggap masih rendah
(AARD, 1986). Jenis lokal, seperti jenis Madura, Jepon Kenek,
umum ditanam untuk pabrik kretek. Dewasa kini kretek
merupakan komoditas ekspor penting utk permintaan lokal &
luar negeri meningkat terus. Jenis tembakauVirginia utk
ekspor ditanam di Jawa Tengah & Timur setelah padi gogo.
Varietasnya adl NC 95 dn NC 254 dari North Carolina, USA.
Pertanian Perkebunan Besar diLowland Alfisol
Dua jenis terpenting dari estate crops adalah kapuk dan jati.
Kapuk ditanam di perkebunan Belanda untuk hasil serat, tapi
jati ditanam umumnya oleh perusahan pemerintah, seperti
Kehutanan, untuk kayu yg sangat berharga. Kedua-duanya
tumbuh menjadi pohon-pohon besar sekali dan ditanam
biasanya di daerah-daerah terkering dari Indonesia. Iklim
daerah tanah merah kapur justru sesuai sekali untuk kultivasi
kedua tanaman tsb. Musim kering panjang yg tak melebihi 4
bulan dg curah hujan sebesar 60-100mm/bln sangat sesuai
untuk kultivasi kapuk.
Kapuk (Ceiba pentandra)
Kapuk bukan asli Indonesia tapi berasal Mexico Selatan, West
Indies dan Senegal serta Angola di Afrika. Dua jenis kapuk,
yaitu caribbean dan indica ditanam dizaman Belanda. Yg satu
asalnya dari kepulauan Caribbean,West Indies tapi kata
Toxopeus (1958) asalnya Congo. Yg kedua, dari namanya
(indica), kapuk itu berasal dari Asia Selatan. Kapuk ditanam
sbg bibit, stek atau cangkokan dan di perkebunan Belanda
ditanam rapih lurus dg jarak tanam 10 x 10m.Diperkebunan
tertentu, sering coklat ditanam sbg intercrop.
Tanaman Kapuk
Kapuk juga ditanam oleh petani-rakyat dihalaman, di pinggir
jalan dan sebagai batas-batas antara tegalan dan sawah. Di
Sulawesi, daerah kapok lainnya ditanam sbg pagar sekeliling
tegalan. Buahnya, dipanen selama bln Oktober-November,
(akhir musim kemarau) dg mengguncangkan batang
pohonnya. Serat kapuk dibersihkan dan berguna utk mengisi
kasur, bantal, dipakai sbg lining jaket dan pakaian dingin
lainnya. Kasur kapuk katanya lebih adem dan kencang (firm)
dari matras pakai per-metal. Di zaman Belanda, kapuk juga
berguna sbg bahan insulasi lemari es, dinding rumah, dsb.
Pohon Jati atau Teak
Pohon jati mrpkan tan penting di daerah kering, biasanya
dikultivasi secara kehutanan oleh Departemen Kehutanan
Indonesia. Pohonnya berasal dari India dn negara2 lain di
Asia Selatan, dikenal tiga jenis jati penting: (1) Tectona
grandis, Jati umum,tersebar di India dn Thailand;(2) Tectona
hamiltoniana, dikenal sbg jati dahat, spesies lokal dari
Myanmar, dan (3) Tectona philippinensis, juga dikenal sbg jati-
philippina, asli Phillippines. Nama teak katanya berasal
dari thekku, dari bahasa Kerala di India Selatan.
Jati di Indonesia
Kayu jati keras dan baik, pohon jati diimpor di West Indies,
Belize dan Panama, serta di Zambia, Tanzania, Nigeria dll di
Afrika Barat. Di Indonesia, jati biasa ditanam dan secara
historis dikultivasi di Jawa oleh Kehutanan Pemerintah dg
sistim agro-forestry. Pohonnya beradaptasi baik di tanah-tanah
buruk didaerah bukit-tertier Jawa Timur. Jati tak akan tumbuh
baik didaerah hutan hujan tropis basah. Kultivasinya memakai
seedling, yg dibesarkan di nurseri. Pembiakan vegetatif masih
dlm taraf penyelidikan. Diberikan cukup waktu, pohonnya
tumbuh setinggi 30-40m, dan akan menggu-
gurkan daunnya dimusim kemarau.
Daunnya bermanfaat sbg pembungkus di pasar. Pohon bisa
ditebang pada usia 7-8th (masih kecil). Pada usia 20th bisa
setinggi 10m dan selebar 60 cm. Kayu jati resisten terhadap
pelapukan, air laut dan rayap, karena itu digemari guna
pembangunan rumah, kapal dan alat rumah tangga. Dewasa
ini dipakai untuk layering mebel-kayu, spt halnya dg mebel-
Denmark, serta dlm produksi tripleks. Karena superioritas ini,
di India dan Thailand sedang dicoba tanam teak
diperkebunan-rakyat kecil sbg tan sustainable. Intercropping
dg kacang hijau sbg cash-crop sering dilakukan selama 6 th
pertama. Di India sering diirigasi dan dipupuk NPK, tapi krn
irigasi itu pohonnya mudah tumbang
Vertisol Indonesia
Mrpkan tanah dataran rendah dari Indonesia. Tanahnya
berwarna kelabu gelap dan dahulu dikenal sbg grumusol.
Oaks and Thorp (1950) menyatakan tanah ini ada di Afrika,
India, USA Selatan, Amerika Selatan, Australia, Philippina dan
pulau lainnya di Pasifik Selatan. Di India terkenal sbg. tanah
black cotton dan tanah regur, sedangkan diAfrika dipakai
nama tanah black turf. Suatu ketika nama chernozem tropis
juga di pakai (Joffe, 1948). Di Indonesia, dipakai nama tanah
marl dan tanah margalit untk tanah tsb.(Dames, 1950, dll)
Bahan Induk Grumusol Indonesia
Diberbagai negeri, Grumusol terbentuk dari batu kapur,
sedimen liat berkapur atau residu batu basa, seperti basalt,
gneiss atau batu kapur berliat. Di Indonesia, tanah ini terkait
dg marl (liat tercampur kapur), karena itu dinamakan tanah
marl oleh ahli Belanda, yg diganti oleh Dames menjadi tanah
margalit dari marga, yaitu Latin untuk marl. Belakangan
tanah itu juga dijumpai dari tuf vulkanis, batu liat, bahkan
juga dari BI berkwarsa, asal tersedia faktor2 lain yg bisa
membentuk lingkungan basa kaya silika.
Bahan Induk Grumusol Indonesia (ljt)
Dames (1955) melaporkan adanya tnh margalit dari debu
vulkanis andesitis dikaki Gn Lawu di Jawa Tengah. Daerah lain
dg margalit kelabu-hitam ditemui dikaki deretan pegunungan
Batu Agung disebelah Timur Tenggara Jawa Tengah.Tanah2
bersangkutan dinamakan tanah margalit jenis masam, karena
kadar Ca-nya dan pH rendah (pH=6-7). Tanah margalit juga
dijumpai di deposit dataran aluvial, seperti dilembah sungai
Lusi. Deposit ini berasal bahan erosi dari perbukitan Kendeng
dan Rembang, yg tersusun atas batu karang. Tuf marin zaman
tertier dan shale tanpa kapur juga sering membentuk tanah
margalit (Wisaksono, 1954).
Bahan Induk Grumusol Indonesia (ljt)

BI tak berkapur, topografinya menyokong adanya


drainasi buruk. Atas dasar BI, Dames (1955)
mengusulkan 3 grup Grumusol:
(1)Grumusol perbukitan tertier, dipegunungan
Selatan Jateng dan Jatim, perbukitan Kendeng
dan Rembang;
(2) Grumusol vulkanis tertier;
(3) Grumusol dataran aluvial, dari lembah Lusi,
dataran Demak dan Rembang
Iklim Daerah Grumusol Indonesia
Didunia grumusol terletak didaerah beriklim sejuk hingga
tropis, tapi yg dibatasi musim hujan yg jelas diseling dg musim
kering yg sangat tajam. Oakes dan Thorp (1950) menduga
curah hujannya harus < 1.270 mm/th. Di Indonesia, curah
hujan di tanah grumusol umumnya melebihi batas hujan dari
Oakes dan Thorp itu, tapi tak akan melewati 2.400 mm/th, yg
menurut Mohr dan van Baren (1960) merupakan limit teratas
dimana grumusol bisa terbentuk. Iklim khas di Indonesia bagi
grumusol adalah Awa, iklim monsoon yg mengenal musim
kering jelas dan panjang.
Iklim Grumusol Indonesia (ljt)
Dari Table 6.4.1 ternyata bahwa iklim dimana grum
usol umumnya terdapat di Indonesia ada iklim Ama dg curah
hujan > 2000mm/th, seperti di Tasikmadu. Tapi didaerah tsb.
latosol juga tanah penting dn sering berasosiasi dg grumusol.
Tapi grumusol jar-
ang ada di iklim Afa atau iklim pegunungan sejuk (Cf atau Cs).
Di Jawa barat dg iklim Afa yg basah, daerahnya grumusol juga
dicirikan oleh musim kering jelas, walaupun pendek, seperti
didaerah Cirebon dg iklim Ama. Tapi belakangan grumusol
ditemui Van Loenen di danau Wissel, Papua di iklim perhumid
dg curah hujan 5000mm/th.
Iklim Grumusol Indonesia (ljt)
Atas dasar topografi, Dames (1955) usulkan membedakan
tanah-tanah ini kedalam:
(1) Tanah Margalit upland, seperti di perbukitan Rembang-
Tuban di Jawa tengah dan Timur,
(2) Tanah Margalit dataran rendah (lowland), yg kebanyakan
terletak di dataran dan lembah- lembah sungai.
Tak jelas apa maksud Dames memakai nama-nama di atas, yg
pasti kedua jenis tanah margalit tsb berbeda sekali kesuburan
tanahnya.
Morfologi Grumusol Indonesia
Grumusol khas di Jawa Tengah-Timur dicirikan oleh profil
tanah dalam, berwarna gelap dan berliat yg mengandung liat
smektit. Dlm keadaan kering, permukaan tanah berstruktur
butir kuat, yg sering dinyatakan oleh ahli Belanda sbg struktur
bunga-kubis (cauliflower). Profil di Tuban Selatan, solumnya
masih dianggap relatif tebal. Tanah dg tanah-atas dangkal,
terletak langsung diatas batu induk, tak tergolong tanah
margalit, tapi oleh ahli-ahli Belanda digolongkan rendzina, yg
didaerah Rembang-Tuban sering ditemui dlm asosiasi dg tanah
mediteranean merah.
Morfologi Grumusol Indonesia (ljt)
Pada profil rendzina (hal 233 Tan, 2008) hor A setebal 14 cm
saja langsung terletak diatas hor. D, terdiri atas batu kapur
lunak. Didlm konsep grumusol, jenis rendzina tsb. termasuk
golongan tanah margalit dan tanah-tanah smektit berwarna
gelap lainnya (Oakes dn Thorp, 1950). Didalam deskripsi
kedua profil diatas, dapat dilihat yg tanahnya tak mengandung
hor-horizon eluvial dn iluvial. Dlm keadaan tertentu konkresi-
konkresi Ca terbentuk, yg bisa tergolong hor.B. Dames
laporkan yg digrumusol matang, hor.berkapur itu bisa se-
tebal 1 m. Dlm keadaan berlainan, inter-bedding dg lapisan
(plate) kapur ditemui.
Morfologi Grumusol Indonesia (ljt)
Pd Grumusol jenis masam:
Tak ada konkresi Ca,
Struktur tanah prismatis atau masief.
Di kepulauan Sumba, dg musim kering ekstrim, sering
ditemui gilgai.Lapisan atas tnh-tnh margalit berwarna kelabu-
gelap sampai hitam, dan horizon bawahannya berwarna kelabu.
Ada kemungkinan bukan smektit saja yg mempengaruhi
warna-warna tsb., karena warna kelabu sering terbentuk dlm
keadaan drainasi buruk. Hal ini dipakai sbg indikasi adanya
proses gleisasi-lanjut. Dan memang gleisasi dilaporkan
memegang peranan dlm pembentukan Grumusol
Morfologi Grumusol Indonesia (ljt)
Konkresi Fe yg sering dilaporkan di Grumusol membuktikan
adanya gleisasi itu.Hal tsb ditemui di dalam tanah tir dari
Morocco, dg demikian tanah-tanah itu dinamakan juga glei tir
oleh Oakes dan Thorp (1950).
Dames (1955) memakai warna guna membedakan tanah-tanah
Indonesia ini sbg.: (1) tanah Margalit hitam; (2) tanah
margalit kelabu-gelap sampai coklat, dan (3) tanah margalit
kuning. Dames berpendapat; humus dan kandungan Ca
mrpkan penyebab pembentukan warna berbeda-beda itu.
Margalit kaya Ca biasanya berwarna hitam, sedangkan yg
lebih miskin dg Ca berwarna kelabu hingga kuning.
Vertisol USA
Slickenslides (pergesekan antara
lapisan tanah tipis) di Vertisol
Klasifikasi Grumusol Indonesia
Diatas sdh inyatakan bhw Grumosol dikenal dg berbagai
nama.
Di India diklasifikasi sbg Black cotton soil atau regur soil,
Di Morocco sbg gley tir atau crust tir.
Di Afrika Selatan (Mohr dan Van Baren,1960) diklasifikasi
ke dlm Black Turf soil.
Taxonomi tanah USA tua namakannya Tropical black soil,
smonitza atau rendzina, contoh Houston clay
. Thorp and Smith (1949) memasukkannya ke dlm tanah
Intrazonal (nama resmi Rendzina).
Tapi Oakes dan Thorp (1950) kurang setuju, kr Rendzina
di USA diartikan berlainan dg konsep Rendzina sedunia.
Klasifikasi Grumusol Indonesia (ljt)
Oakes dan Thorp ajukan nama Grumusol (grumus= gundukan
kecil atau crumb) untuk semua tanah kelabu-gelap berliat, yg
dicirikan oleh sifat-sifat fisika menyolok itu. Nama Grumusol
ini diterima secara Internasional. Terbitnya Taksonomi tanah
terbaru, namanya diganti dg Vertisol (Latin verto= membalik)
atas dasar sifat fisika menyolok tadi, akibat pengaruh dominan
dari liat smektit. Mengapa nama verti daripada verto dipilih
(spt halnya dg andi daripada ando) adl suatu kontroversi besar
sampai sekarang. Sistim Australia juga memakai nama vertosol
dan tak ada salahnya dari sudut bahasa Inggeris (CSIRO-
ACLEP, 2006).
Di Indonesia semula dikenal sbg tanah marl (Belanda mergel
grond), lalu diganti oleh Dames (1950) mjd tanah margalit, yg
menurutnya berkorelasi dg rendzina. Dudal & Supraptoharjo
(1957) merubahnya mjd tanah regur, yg akhirnya nama
Grumusol dipakai di Balai Tanah Bogor. Diganti pula dg
Vertisol sewaktu Taksonomi tanah USA diajukan yg hingga
kini di pertahankan. Sistim USA membedakan Vertisol ke dlm
xerert (xeric yunani)=iklim mediteranean) torrert (torric, L
torridus = panas &kering), udert (humid) dan ustert (ustus
=kering). Yg di Jabar mungkin masuk udert, dan yg di
Rembang-Tuban mungkin bisa dikorelasi sbg xerert.
Sifat-sifat Fisiko Kimia Grumusol Indonesia
Distribusi butir (tekstur).
Grumusol bertekstur berat, (liat 49-80%).
Cocok dg laporan Dames (1955), %liat >50%, kecuali kalau
BI mengandung kwarsa halus
Wisaksono (1954) melih DR BI kaya kwarsa, teksturnya agak
ringan. Kadar kwarsa halus bisa setinggi 50% (krn kwarsa
<2m, dan tergolong liat (ttp tak bersifat plastis dan lengket),
shg tanahnya terasa lebih kearah lempung. Namun, semua itu
tetap didominasi sifat fisika istimewa dari liat 2:1 (smektit).
Sifat-sifat Kimia Grumusol Indonesia
pH antara 6.5-7.8
Alkalinitasnya menaik ke bawah profil.
KTK sangat tinggi dan biasanya antara 50-100cmol/kg,
Umumnya jenuh dg Ca dan Mg.
Utk bbrp tanah-tanah ini KTKnya hanya sebagian di jenuhi dg
Ca & Mg, maka digolongkan jenis tanah margalit masam
Diiklim sangat kering, Ca bisa diganti oleh ion-ion Na dan dlm
hal ini tbtk tipe tanah solonetzic. Konkresi Fe umum terlihat
dlm profil dg kadar meningkat ke bawah profil. Hal ini mem-
perkuat pendapat gleisasi dari ahli Belanda.
Sifat-sifat Kimia Grumusol Indonesia (ljt)
Kebanyakan tanah margalit sgt miskin P dan K.
Yg tbtk dari debu vulkanis basaltis agak kaya dg P dan K.
Kadar BO rendah yg berwarna demikian gelap, di lapisan atas
hanya 0.6-0.3% Corg. Dames (1955) menyatakan yg Corg = 4-5%
tdp di bawah hutan. Kandungan humus dan Ca sgt
menentukan warna tanahnya. Tanah margalit kaya Ca dan
humus kebanyakan berwarna hitam, sdangkan yg berjenis lebih
acidic berwarna lebih kelabu. Mohr dan Van Baren (1960)
menyatakan derajat humifikasi dan jenis liat berpengaruh atas
warna tanah margalit.
Mineralogi Liat Grumusol Indonesia
Fraksi liatnya dicirikan oleh smektit, mineral liat tipe 2:1, yg di
Indonesia dibuktikan dg analisis xrd (Hardon, 1939). Ini juga
diperkuat oleh DTA penul-
is. Wisaksono (1954) juga melihat pengaruh domin-
an dari smektit di grumusol. Kadar smektit bervar-
iasi antara 75-100% di fraksi liat hor.A dari tanah margalit-
hitam. Di dlm margalit kuning, terdapat campuran smektit dg
kaolinit dn sering dlm ban- dingan 50%. Ratio
silika/seskwioksida (Table 6.4.3) sebesar 2.0-4.0 memperkuat
adanya smektit, karena ratio = 1.0-2.0 umumnya dipunyai
kaolinit. Ratio besar diatas menandakan adanya formasi tanah
yg non-lateritis.
Mineralogi Liat Grumusol Indonesia (ljt)
KTK, bisa mencapai 100cmol/kg. Karena muatan listrik
smektit berasal dari substitusi isomorf, muatan listrik
negatifnya tergolong muatan listrik permanen, yg berarti tidak
akan berubah dg perubahan pH tanah. Tanah margalit dg
demikian tergolong tanah bermuatan permanen, yg berlainan
sekali dg oxisol yg dahulu kita nyatakan adalah tanah
bermuatan variable.
Land Use dn Evaluasi Grumusol Indonesia
Evaluasi Sifat-sifat Analitis.
Tanahnya kaya Ca & K, kadarnya bervariasi dr jenis ke jenis.
E.g. tanah margalit dari BI tercampur debu vulkanis
cendrung lebih miskin Ca dan Mg, pHnya <6.5. Dikenal dg
margalit masam. Hor. A-nya tak mengandung konkresi CaCO3.
Tapi P & K cendrung > tanah margalit sejati dari batu kapur.
Ahli Belanda melaporkan %P2O5 =0.002-0.040% dan
% K2O=0.004-0.025%, yg tak mencukupi pertumbuhan tan..
Manfaat Sifat Dasar Grumusol Indonesia
Sifat paling menyolok ialah kapasitas mengerut- mengembang.
Pengerutan menyebabkan tanah retak hebat, dan kalau me
ngembang selama musim hujan, tanahnya akan longsor
(menimbulkan erosi sheet + gully). Dimusim kemarau tanah
nya sangat keras dan dimusim hujan terasa sangat plastis dan
lekat sekali serta sulit dibajak atau dicangkul. Aerase dan
draenase sgt jelek. Bila ada retakan, air akan mengalir ke
dalam retakan, menjenuhkan lapisan bawah hingga subsoil
akan basah untuk jangka waktu lama. Hal terakhir ini diduga
ahli Belanda meningkatkan proses gleisasi.
Manfaat Sifat Dasar Grumusol (ljt)
Sifat fisika buruk dan kandungan hara rendah menggolongkan
tanah margalit kurang baik utk pertanian. Perkembangan akar r
kealam tanah sangat terhalang, sedangkan retakan-retakan akan
merusak akar dg merobek putus akar tanaman tsb. Tapi
kultivasi tanahnya tetap bisa dipermudah bila kultivasi itu
dilakukan pada titik kapasitas-lapang (KL). Dlm keadaan KL
kandungan air cukup membuat tanahnya jadi friable (remah),
dan tanahnya tak terasa terlalu plastis dan lekat. Membajak atau
mencangkul di KL tak akan merusak struktur tanah. Sering
disarankan membiarkan tanahnya tertutup pupuk hijau.
Manfaat Sifat Tanah Dasar di Grumusol (ljt)
Puhi atau BO lain, memperbaiki struktur tanah dan sifat fisika
lainnya yg buruk.
Kandungan unsur hara, terutama P dan K, rendah sekali;
Perlu dipupuk utk produksi tanaman yg baik.
Tanah margalit ini tergolong tanah muatan permanen (kapur
tak akan menaikan KTK, spt pd oxisol dan ultisol. Kandungan
Ca dan Mg sudah cukup tinggi, shg tanah hanya perlu kapur
sebanyak yg hilang (leaching dan diserap tanaman).
Operasi Pertanian di Grumusol Indonesia
Kultivasi utama menghasilkan pangan, tanaman perke-
Bunan/industri. Karena tanah berbeda dan iklim pun berbeda
banyak, maka tanaman serta sistim kultivasinya juga berbeda.
Di daerah beririgasi, tanah margalit digunakan untuk
menghasilkan padi sawah.Namun, persediaan air irigasi
merupakan tantangan hebat di daerah kering Indonesia yg
sering harus tergantung pd jatuhnya hujan. Dimusim kering,
sungainya kering. Bila tak dipakai untuk padi sawah, ditanam
tebu, jagung, kedele, kacang tanah dn tembakau.
Operasi Pertanian di Grumusol (ljt)

Merupakan daerah palawija (singkong, jagung dll)


Harus menggunakan kompos, pupuk kandang beserta
tanahnya penutup lobang tanaman. Dikenal sbg sistim golan
(Dames, 1955). Sistim lain menanam di atas tanah yg
digundukan serupa galangan, hal ini juga akan memperbaiki
drainasi dg membuang air cepat selama hujan deras.
Operasi Pertanian di Grumusol 3
Daerah margalit, penting utk produksi gula tebu.
Sebetulnya bukan tanahnya, tapi iklimnya yg menentu-
kan kultur tebu di daerah ini. Tebu itu memerlukan musim
kering untuk proses ripening (menjadi masak). Tanaman lain
yg penting dari daerah margalit adalah jati.
Tanaman Petani.
Padi sawah tan utama, dijumpai di lembah sungai Lusi dan di
dataran Demak yg beririgasi. Sawah dijumpai juga dekat
Rembang.
Pertanian Petani Rakyat di Grumusol
Sistim sawah,sifat fisika jelek tak ada persoalan, krn tanahnya
dibajak sampai berlumpur, dan air irigasi membawa unsur hara
yg dpt memperbaiki kesuburan tanahnya. Hasil padi sawah
dilaporkan baik dg pemupukan NPK (Dames 1955; Van Dijk,
1951). Setelah padi, ditanam ketela pohon, ubi bolet,kedele,
kacang-kacangan dan berbagai jenis cabe selama musim kering.
Kapas ditanam juga di tanah margalit. Di kebun tanpa irigasi
(tadah hujan), jagung, ketela pohon dan cabe ditanam selama
musim hujan, disusul dg jagung, kacang hijau, kedele dan
semangka selama musim kering
Tanaman Petani-Rakyat di Grumusol (ljt)
Petani-rakyat juga menanam berbagai buah-buahan sbg kebun
dibelakang rumah, a.l. kelapa, rupa-rupa mangga, sawo,
nangka dan kedongdong. Pohon lain yg istimewa untuk daerah
kering ditanam sbg cash-crop, yaitu jambu-monyet (cashew).
Buahnya dirujak oleh penduduk setempat, sedangkan bijinya
dikeringkan dan dijual. Produksi jambu monyet juga terdapat
banyak sekali di Maros, Sulawesi Selatan. Pohon buah-buahan
semua ini tahan hidup selama musim kemarau, karena subsoil
tetap basah. Kapok dn bambu juga terdapat di daerah ini.
Tanaman Perkebunan di Grumusol
Estate crop terpenting ditanah margalit adalah tebu,kelapa
dan jati. Tebu ditanam karena iklim daerah Grumusol paling
sesuai. Beda dg perkebunan besar lainnya, tebu tak ditanam di
lahan yg dimiliki perkebunan. Lahannya disewa dari petani
sawah, yg setelah panen tebu, harus dikembalikan kepada
pemilik petani-rakyat agar tak menganggu produksi bahan
pangan setempat. Tebu ini berasal dari India (ahli Inggeris),
tapi Koningsberger (Belanda) menyatakan bahwa gelagah
(Saccharum spontaneum) terdapat liar di Jawa.
Perkebunan Tebu di Grumusol
Gelagah memiliki sistim akar yg kuat, jenis liar ini disilangkan
dg S.officinarum, menghasilkan POJ-2878 (Proefstation Oost
Java) resisten terhadap penyakit sereh. Penyakit ini muncul di
1881 dan hampir memusnahkan seluruh perkebunan tebu di
Jawa Timur selama 1880-1900. Penyakit sereh itu juga
mendorongberdirinya beberapa balai penyelidikan tebu secara
cepat. Perkebunan tebu diduga dimulai th 1880 di Cirebon,
Pekalongan dan Tegal, dan th 1885 didirikan Proefstasion
Tebu Jawa Barat di Kagog, Slawi dekat Tegal.
Perkebunan Tebu di Grumusol (ljt)
Th 1886 didirikan Proefstasiun Jawa Tengah dekat Semarang
dn akhirnya th 1887 Proef- stasiun Jawa Timur di Pasuruan,
semua akibat penyakit sereh ganas itu. Balai Penyelidikan
Tebu Pasuruan lambat laun mengambil alih semua aktivitas
penyelidikan tebu, karena kultivasi tebu juga berangsur-
angsur pindah dan terkonsentrasi di Jawa Timur yg iklimnya
lebih sesuai. Pemerintah akhir-akhir ini berencana buka
kebun tebu di Telung Bawang Lampung, sebetulnya terlalu
humid untuk produksi gula tinggi.
Perkebunan Tebu di Grumusol (ljt)
Stek tebu ditanam dipermulaan musim kemarau (April-Mei),
dan masih adahujan-hujan terakhir. Tebunya dipanen setelah
usia 18 bln, skt Agustus th depan, lahannya harus bisa
dikembalikan kepada pemilik petani-rakyat. Suksesnya
produksi gula tebu Belanda didasarkan atas penggunaan
sistim Reynoso, yg diciptakan di Cuba oleh Alvaro Reynoso th
1865. Sistim ini demikian gemilang hingga perkebunan
Belanda di Jawa tersohor sbg produser terbaik didunia.
Perkebunan Tebu-Rakyat di Grumusol
Sebelum sawahnya dikembalikan, petani buru-buru menamam
palawija agar efek-residu pemupukan tebu dg NPK dpt
dimanfaatkan. Subsoil tetap masih basah selama musim
kemarau akibat air meresap keretakan. Gula juga sering di
hasilkan petani rakyat. Bedanya dg perkebunan besar,
produksi gula rakyat bukan saja dari tebu tetapi sering juga
dari pohon aren, kelapa dan lontar. Air-getah dari pohon aren
setelah di koleksi dibuat tuak atau dijadikan gula aren (dari
pohon kelapa menjadi gula mangkok), yg berwarna coklat dan
bukan saja enak tapi harum baunya.
Pohon Kelapa Aren
Ceruluk (buah tap), buah aren yg
enak dicingcau
Perkebunan Pohon Kelapa
Kelapa merupakan tanaman penting bukan saja untuk
produksi gula mangkok tapi untuk kopra, suatu bahan baku
minyak untuk di ekspor atau konsumpsi dlm negeri. Dewasa
kini kelapa tak tergolong tanaman perkebunan oleh
pemerentah Indonesia, tapi tergolong tanaman industri
segolong dg tembakau, serat dan bumbu-bumbuan. Estate crop
adalah karet, kelapa sawit, teh, coklat dn tebu. Perbedaan tsb
sebetulnya sewenang-wenang (arbitrary) saja atas dasar yg
pohon kelapa kebanyakan di tanam oleh petani-rakyat lokal
sedangkan karet dsb. ditanam biasanya oleh perkebunan besar.
Perkebunan Kelapa di Indonesia
Perkebunan kelapa (coconut) tak terbatas pada Grumusol.
Karena restriksi iklim, tebu ditanam di Jawa Timur, karet dan
kelapa sawit terbatas di Sumatra dan Kalimantan, kelapa
(Cocos nucifera) ditanam diseluruh kep. Indonesia. Pohon
kelapa sering menghiasi pantai laut dari Sabang sampai
Merauke, dipakai sbg gambaran pulau tropis yg klasik dan
indah. Dizaman lampau produksi kopra terkonsentrasi dibagian
Timur sedangkan karet di sebelah Barat dari Indonesia.
Perkebunan Kelapa di Indonesia (ljt)
Daerah produksi kopra terpenting adl Sulawesi (telah
dibangun Yayasan Kelapa Minehasa), dan di Digul, dekat
Merauke, Papua. Banyak juga dijumpai di Maluku, seluruh
pulau Jawa, Lamppung, Aceh dn Sumbar (AARD, 1986). Dpt
tumbuh diberbagai jenis tanah dari Vertisol bertekstur berat
hingga Oxisol, Ultisol dan deposit Aluvial bertekstur ringan
sepanjang sungai-sungai dan pantai laut. Pohon kelapa
tumbuh baik di bukit pasir pantai laut Sumbar, Kalimantan
Barat, pantai Selatan Pangandaran Jabar, dan Merauke,
Papua.
Perkebunan Kelapa di Indonesia (ljt)
Kultivasi kelapa juga di pasir koral pd perkebunan Talisse,
perkebunan Belanda zaman dulu di Sulawesi Utara dipulau
koral Kinabohutan. Umumnya ditanam bibitnya. Setelah bibit
tumbuh baru ditransplan (Reyne, 1958) kekebun. Butuh waktu
8-10th utk berproduksi penuh (AARD, 1988). Jenis jangkung
bisa tumbuh setinggi 20- 30m, tapi ada jenis genjah lebih
disukai karena mudah dipanen. Beberapa jenis genjah sering
dipakai di Jawa dan Sumatra sbg bahan persilangan
(crossbreeding) dg.pohon-pohon besar.
Perkebunan Kelapa di Indonesia (ljt)
Yg terkenal adalah kelapa gading, buahnya berwarna gading,
dan kelapa puyuh (=kecil) yg buahnya berwarna hijau.
Sekarang jenis Nias kuning kerdil digemari untuk bahan
breeding menghasilkan jenis unggul. Untuk panjat pohon
kelapa, batang pohon sering dibacok utk membuat tempat kaki
berpijak. Di Sumatra digunakan monyet beruk (Macacus
nemestrinus) yg ditrain dan dapat disewa untuk panen kelapa,
dg pembayaran umumnya secara seroan panen. Pohon kelapa
Indonesia sudah berusia 60 th dan harus diganti dg yg lebih
muda yg bisa menghasilkan 50-120 buah kelapa/pohon (2-4 ton
kopra/ha/th dari AARD)..
Manfaat Kelapa dan Kopra
Kopra mrpkan komoditas ekspor, (bhn baku produksi minyak,
kosmetik dn sabun). Konsumpsi lokal juga penting dlm bentuk
santan, dan bisa diolah menjadi minyak goreng atau digunakan
membuat masakan spt rendang. Air buah kelapa enak diminum
atau dikentalkan dibuat gula mangkok. Buah kelapa muda
(dagingnya) enak di cincau, apalagi kelapa kopyor dg tekstur
antara yogurt dn cottage cheese. Tapasnya (sabut) bermanfaat
buat sikat lantai, atau dipakai menanam angrek. Kulit kerasnya
bisa dijadikan arang, dan berharga sbg lining atau in-
lay meja dan berbagai mebel rumah. Diasah mengkil-
ap indah sekali. Daunnya pun dipakai untuk atap, dan dinding
rumah, dsb.
TANAH DATARAN TINGGI
(UPLAND)

Hancuran iklim tak lagi berlangsung cepat & hebat.


Karena iklimnya lebih sejuk
Humifikasi lebih penting daripada mineralisasi
Dahulu daerah ini disebut lingkungan tegang
(tension), dimana iklimnya mengizinkan
berlangsungnya laterisasi dan podsolisasi, seperti
halnya di USA Selatan dan juga di daerah rendah dari
Selandia Baru. Karena itu daerahnya bisa diang-
gap lingkungan transisi antara daerah rendah, di-
mana mineralisasi adalah faktor genesis tanah
penting, dan daerah pegunungan dimana humifikasi
lebih penting daripada mineralisasi.
Tanah-tanah terpenting di upland Indonesia:

Latosol Podzolik ;

Sekarang diklasifikasi sebagai Inceptisol. Tanah


hutan coklat ini umumnya terletak dibagian atas dari
daerah upland berbatasan dg lingkungan
pegunungan.
Latosol Podzolik

Nama ini diajukan oleh Van Schuylenborgh (1958). Diberbagai


negara umumnya menambahkan istilah podzolik kepada
nama tanah, sbg perhatian bahwa tanah ybs mempunyai ciri
Podzol, walaupun belum mrp podzol sejati (Dudal, 1965;
Peterson, 1976). Latosol Podzolik tak dikenal di USA, Eropa
Barat & Russia, krn tanah dmk jarang tbtk di-negara2 sejuk.
Di Indonesia, tanah termasuk suatu golongan tanah yg jelas,
terletak antara Latosol daerah rendah dan tanah Brown forest
di upland
Latosol Podzolik tanahnya sering dijumpai lebih berasosiasi dg
tanah Acid brown forest daripada dg tnh Brown forest. Van der
Voort (1950) menganggapnya tanah laterit yg terdegradasi, Tan
(2008) berpendapat tanah tsb. berrelasi lebih dekat dg tanah
Lateritis dari USA Selatan. Dijumpai di iklim sejuk dari hutan
hujan tropis, sejenis iklim Af, sering juga di iklim Afa. Karena
iklim sejuk itu, Latosol podzolik mempunyai sifat2 akibat
laterisasi dg suatu corak chas podzolisasi. Dg demikian
tanahnya bisa disamakan dg tanah Davidson dari USA Selatan,
yg dahulu diklasifikasi sebg tanah reddish brown lateritic
(England dn Perkins, 1959), dan bisa dianggap suatu jenis
tropis dari rhodic kandiudult.
Rhodic Kandiudult (Davidson)
Tanah RYP jenis kuning (Tifton)
Genesis tanah dikuasai oleh faktor2 serupa dg yg ada di USA
Selatan. Latosol podsolik kemungkinan besar adalah tanah red
yellow podzolik sejati sbgmn diduga oleh Van Schuylenborgh
(1956) dan Dames (1955). Keadaan iklim dn faktor2 genesis ta-
nah di upland berbeda besar dg yg ada didataran rendah (ryp=
red yellow podzolik) karena bahan induknya masam dan mgd
kwarsa, mrpkan dasar litologis, bukan zonalitas. Utk
membedakan kedua ryp itu disarankan Tan (2008) pakai nama
lowland ryp dan upland ryp saja. Upland ryp adalah ultisol
sejati.
Tanah Hutan Coklat (Inceptisol) Indonesia
Adalah tanah2 daerah upland yg berwarna coklat, sekarang
dikenal sbg Cambisol di sistim2 FAO dan WRB. Di USA
dahulu dikenal sbg tanah brown forest tetapi sekarang
diklasifikasi sbg Inceptisol. Di Prancis, tanah ini dinamakan
sols bruns. Didaerah USA dan Eropa, gol.tanah ini dijumpai
di bawah hutan daun lebar iklim humid, yg dicirikan dg ch
750mm/th, dg temp. antara 4oC dimusim dingin dan 18oC
selama musim summer. Keadaan serupa hanya bisa
didekati didaerah upland dan pegunungan Indonesia, dg
catatan bahwa ch di Indonesia jauh lebih besar dr pd di
USA dan Eropa.
Inilah Inceptisol W.Virginia
Tanah Brown Forest Indonesia (ljt 1)
Tanah ini adalah tanah yg banyak diselidiki, juga banyak
diperdebatkan di Eropa. Sejarahnya dimulai setelah Ramann
mengintrodusernya di th 1905 dg nama Braunerde, untuk
tanah coklat, terbentuk di bawah iklim temperate dg leaching
sedang. Di dunia, keadaan demikian dijumpai didaerah
terletak antara 30o dn 55o sebelah Utara equator, tapi di
Indonesia tanahnya dijumpai di daerah upland. Setelah
diperkenalkanya, nama Braunerde dan brown forest jadi
paling populer daripada brown earth, tanah coklat, brunizem,
phaeozem dan kastanozem, dan dipakai sedunia.
Tanah Brown Forest Indonesia (ljt 2)
Konsep Russia tak berbeda dlm hal genesisnya, dan Glinka
juga menyatakan bhw tanah brown earth dari
Eropa barat mewakili tahap2 pertama dari jenis hancuran
iklim podzol. Tanahnya dianggap jenis peralihan antara
podzol di Utara dan tanah2 kuning dan merah di Selatan
dari Russia. Begitupun Stebbutt (1930) menyarankan
terlebih dahulu yg tanah brown forest dipengaruhi oleh
podsolisasi dan proses genesis tanah merah. Nampaknya
konsep tua itu tak berubah sampai sekarang karena tanah
brown forest masih tetap dianggap jenis variasi podzol
daerah Selatan dari hutan Taiga atau hutan Boreal Russia.
Tanahnya dicirikan oleh:
- Tanah atas umumnya berwarna coklat gelap krn
kandungan mull-humus tinggi
- Bgn bawah profil, warnanya mjd lebih cerah dan lap.
tanahnya berangsur-angsur mjd BI tanpa terbentuknya
hor. B-illuvial
- Hor. B ini, hanya berubah secukupnya untuk
membebaskan oksida-Fe, yg berikan warna coklat-merah.
Tanah brown forest kebanyakan
tdp di Jawa, karena pulau2 lain mempunyai BI terlalu
masam.
Bahan Induk Tanah Brown Forest

Tanah brown forest hanya bisa terbentuk dari BI yg


lebih basa sampai intermediat, seperti tuf basalto-
andesitis hingga andesitis. BI tanah di JawaTimur
yg terbasa, yaitu tuf basalto-andesitis dari erupsi
Gn Arjuna.
Bahan Induk Tanah Brown Forest (ljt)

Tanahnya, terletak di-elevasi 1200m dpl., tak mgd


kwarsa, mineral mencirikan BI masam (rhyolit,
liparit, granit). Mineral gelas vulkanis, banyak
andesine-oligoklas (tergolong plagioklas).
Tanah Brown Forest di Jawa Tengah, juga terletak 1200m
dpl., berasal dari tuf andesitis Gn Lawu, yg kurang basa, dan
juga tak berkwarsa, tetapi mgd banyak gelas volkanis.

Tanah yg di Jawa-barat tdp 600 m dpl., dan berasal tuf


andesitis dari Gn Salak, yg paling rendah basa-nya, seperti
nampak dri kadar kwarsanya. Kadar sanidin-oliklas agak
lebih tinggi, tetapi % gelas vulkanisnya paling rendah
dibanding dg yg dua di atas. Tuf andesit Gn Salak kurang
basa, yg diberi nama dacito-andesitis.
Manfaat Sifat Tanah Dasar Tnh Hutan Coklat
Selama tertutup hutan, pohon-pohon mempertahankan lap
litter cukup tebal, yg bermanfaat sekali dlm siklus unsur-hara
(nutrient cycling), yg menjamin kesuburan tanahnya
terpelihara untuk jangka waktu lama sekali secara alami.

Sifat analitis di atas menunjukan variasi yg lebar thd kesubur


an tanahnya. Biasanya tanah hutan coklat dipandang subur
tetapi ada kalanya kurang subur seperti tnh acid brown
forest. Karena adanya di upland dg relief tajam sekali dan
iklim yg bisa memberikan hujan deras, tanah ini lebih peka
terhadap erosi daripada tanah hutan coklat yg lebih subur.
Manfaat Sifat tanah Dasar tnh Ht Coklat (ljt)

- Guna produksi tinggi, tnh Hutan Coklat masam harus


dikapur dn dipupuk (Massey et al., 1963).
- pH rendah baik thd penyakit kentang (buduk, potato scab).
- Bila perlu kapur, disarankan dg dolomit (gypsum), yang agak
netral dan tak menaikan pH terlalu tinggi.
- Kadar BO tinggi baik utk pembentukan bulk densitas,
konsistensi tanah dan permeabilitas yg baik
Tanaman budidaya di tnh Ht Coklat
Padi sawah
Teh

Pala

Kayu albizia di Jawa Barat


Kubis,kentang, slada, tomat, dan
tanaman hortikultura lainnya di daerah
yg sejuk
SUMBER:
SOILS IN THE HUMID TROPICS
AND MONSOON REGION OF
INDONESIA
Prof.Dr.Ir. Kim Howard Tan
Dept. Of Crops and Soil Science
University of Georgia, Athens, GA,
USA

2008

You might also like