Professional Documents
Culture Documents
Multiplikasi virus
Viremia
setempat
primer
Pembuluh darah
Fase multiplikasi / sal limfe
kedua
Kulit,
Memban mukosa,
Seluruh tubuh
Gejala Klinis
Inkubasi : 14-21 hari
Gejala Vesikel
prodormal Erupsi kulit Vesikel
Papul (tear
Demam ringan baru
eritomatosa drops)
Malese
Nyeri kepala
Polimor
Pustul
f
Krusta
Phase/Preerupti
manipulation; dan saraf
Predrome
Eruptive
Cluster Zoster
ve
Vesikel gatal, nyeri,
demam, sakit
kepala, malaise,
limfadenipati
Migrasi Migrasi
desenden asenden
Herpes Zoster
Herpes Zoster
Gejala Klinis
Fase Preeruptive
Neuralgia, gatal, rasa Nyeri dapat menstimulasi
terbakar pada daerah pleurisy, myocardial
dermatom (biasanya infarction, duodenal ulcer,
dalam 4-5 hari menjadi cholecystitis, biliary /renal
fase eruptive, namun colic, appendicitis, prolapsed
pernah dilaporkan intervertebral disk, migrain,
sampai 7-100 hari) early glaucoma, dan gejala-
Nyeri dapat timbul gejala ini sering
konstan atau hilang menimbulkan misdiagnosis
timbul disertai sampai fase eruptive terjadi.
tenderness dan Nyeri pada fare ini jarang
hyperesthesia pada terjadi pada usia 30 tahun,
bagian dermatom yang sering terjadi pada usia > 60
bersangkutan tahun
Dapat ditemui regional Pada beberapa pasien terjadi
lymphadenopathy fase ini tanpa disertai fase
eruptive (zoster sine herpete)
Herpes Zoster
Gejala Klinis
Fase eruptive
Dimulai dengan plak berwarna merah dan
bengkak yang tersebar di bagian dermatom kulit
Lalu muncul vesikel bentuk cluster diatas kulit
yang eritematosa dan kemudian berubah bentuk
menjadi pustul dalam 3-4 hari
Biasanya vesikel mengalami ruptur dan
membentuk krusta dalam 2-3 minggu
Bagian dermatome yang sering terkena adalah
N.trigeminus cabang oftalmic dan batang tubuh
bagian T3-L2, walaupun dapat terjadi pada
bagian lain dan lebih dari 1 area.
Herpes Zoster
Gejala Klinis
Nyeri
Merupakan keluhan yang utama dikeluhkan
pasien.
Biasanya paling tidak nyaman 30 hari setelah
timbul vesikel dengan nyeri sedang-hebat
Nyeri digambarkan seperti terbakar, rasa sakit
yang dalam, perih, gatal dan menusuk.
Biasanya nyeri yang sangat hebat dapat
menurunkan kualitas hidup pasien, seperti
penurunan fungsi fisik, emotional distress, dan
penurunan fungsi sosial
Herpes Zoster
Syndromes
Ophthalmic zoster
Mengenai N.trigeminal cabang ophthalmic
(frontal, lakrimal, nasociliaris)
Ramsay hunt syndrome
Mengenai ganglion sensorik dan motorik
N.facialis
Gejala otitis zoster, tinitus, vertigo,kehilangan
pendengaran , mual dan muntah, dan bells palsy.
Sacral Zoster
Mengenai dermatom area S2, S3, atau S4
Herpes Zoster
Diagnosa
pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan percobaan Tzanck
Herpes Zoster
Herpes Zoster
Herpes Zoster
Penatalaksanaan
Tujuan Pengobatan
Mempercepat penyembuhan
Mengontrol nyeri saraf (neuralgia)
Mengurangi resiko komplikasi
Jenis terapi
Topical betadin/ burows sollusion bersihkan
krusta
Antiviral drugs
Topikal acyclovir pasien immunocompromised
Oral dan IV acyclovir
Oral Steroid
Nerve block
Pregabalin dan gabapentin
Herpes Zoster
Diagnosa banding
VARICELLA VS HERPES
TANDA&GEJ
ZOSTER
VARICELLA HERPES ZOSTER
ALA
Etiologi
Virus Papilloma Humanus (VPH) --> virus DNA yg
tergolong dlm keluarga virus Papova
Tipe 16 n 18 --> potensi onkogenik (sering
dijumpai pd Ca serviks)
Tipe 6 n 11 --> sering dijumpai pd kondiloma
akuminatum n neoplasia intraepitelial serviks
derajat ringan
Gejala Klinis
Kelainan kulit : T4 predileksi :
Vegetasi yg bertangkai (didaerah lipatan yg
Wrna kemerahan (baru) lembab)
Agak kehitaman (lama) Pria :
Perm. Berjonjot Perineum
(papilomatosa) Sekitar anus
vegetasi besar --> Sulkus koronarius
percobaan sondase Glans penis
Jk timbul inf. Sekunder Muara uretra eksterna
--> wrna kemerahan Korpus n pangkal penis
keabu2an n berbau tdk Wanita
enak Daerah vulva n
Giant condyloma sekitarnya
(Buschke) --> deg. Introitus vagina
Maligna -- biopsi Porsio uteri
Diagnosis Banding
Veruka vulgaris
Vegetasi tdk bertangkai, kering, wrn abu2/
= wrn kulit
Kondiloma latu
Sifilis std II
Plakat yg erosif, ditemukan bnyk
Spirochaeta pallidum
Kondiloma sel skuamosa
Vegetasi kembang kol, mudah berdarah,
berbau
Pengobatan
Kemoterapi
Podofilin As. Triklorasetat
Tingtur podofilin 25% Konsentrasi 50%,
Kulit disekitarnya dilindungi dioleskan tiap mgg
dg vaselin tdk iritasi, stlh Pberian hrs hati2
4-6 jam dicuci ulkus
Dpt diulangi stlh 3 hr jk Dpt diberikan u/bumil
belum sembuh
Jgn > 0,3 cc krn akan
5-fluorourasil
diserap n bsifat toksik Konsentrasi 1-5% dlm
Gejala toksisitas : mual, krim, dipakai t.u lesi di
muntah, nyeri abdomen, ggn meatus uretra
alat napas, keringat dingin, Pberian stiap hr lesi
supresi sumsum tlg, hilang
trombositopenia Sebaiknya ps tdk miksi
Hasilnya baik pd lesi baru slm 2 jam stlh pobatan
KI : bumil
Bedah listrik Prognosis
(elektrokauterisasi)
Bedah beku (N2,N2O cair)
Walau sering
Bedah skalpel
mengalami residif
Laser karbondioksida
Luka lbh cepat sembuh n
prognosis baik
meninggalkan sdkt jar. Parut Faktor predisposisi
dibanding elektrokauterisasi
dicari (higiene,
Interferon
adanya flour albus,
: 4-6 mU. i.m. 3 x smgg slm
6 mgg atau 1-5 mU. i.m slm dll)
6 mgg
: 2 x 106 unit i.m slm 10 hr
berturut2
Imunoterapi
Pd ps. Dg lesi luas n resisten
bs diberikan bersama dg
imunostimulator
Variola
Variola
Definisi Etiologi
Adlh penyakit virus Virus pox
yg disertai keadaan Ada 2 tipe :
umum yg buruk, Variola mayor :
bl diinokulasi pd
dpt menyebabkan membran korioalantoik
kematian, tumbuh pd suhu 39o-
38,5oC
efloresensinya
Variola minor (alastrim)
bersifat monomorf :
t.u di perifer tubuh bl diinokulasi pd
membran korioalantoik
tumbuh pd suhu < 38oC
Masa inkubasi lbh singkat
Sinonim n gejala prodromal
tampak ringan
cacar, small pox Jml lesi yg timbul tdk
bnyk
Mortalitas < 1%
Patogenesis
o Transmisi : aerogen
virus ini tdpt dlm jml yg sgt bnyk
di sal. Napas bag atas n jg
tdpt/tbawa dipakaian ps
o Virus msk tubuh multiplikasi
dlm sistem retikuloendotelial
viremia melepaskan diri mll
kapiler sel epidermis n mbtk
badan inklusi intra sitoplasma yg
terletak di inti sel (bdn Guarneri)
o Tipe variola yg timbul
bergantung pd :
Imunitas, tipe virus n gizi ps
Gejala Klinis
Inkubasi 2-3 mgg, tpt 4 Std vesikulo-pustulosa
std: Dlm wkt 5-10 hr -->
Std inkubasi erupsi vesikel2 pustul2
Neuralgia, nyeri tlg n sendi Suhu tubuh m() lg
+ demam , mgigil, Pd kelainan tertentu --
lemas, muntah umbilikasi
Blngsng slm 3-4 hr Std resolusi
Std makulo-papular Blngsng 2 mgg -->
Timbul makul2 eritematosa krusta2 n suhu tubuh m()
papul2 t.u di muka n terlepas sikatriks2 yg
ekstremitas tmsk telapak atrofi
tgn n kaki Kdg2 timbul pdrhn
Suhu tubuh N kembli n ps depresi hematopoetik
merasa sehat kembali n ( black variola) fatal
tdk timbul lesi baru Mortalitas 1- 50%
Varioloid
Btk ini timbul pd individu yg sdh mdpt
vaksinasi didpti imunitas parsial
walaupun mdpt serangan virus yg cukup
virulen
Gejala prodromal sdkt sekali/ tdk ada, bgtu
jg gejala kulit
Demam kedua sprt pd std vesikulo-
pustulosa tdk dijumpai
T4 predileksi : dahi, lengan atas, tangan,
Pemeriksaan Komplikasi
Penunjang Bronkopneumonia
Inokulasi pd Infeksi kulit
korioalantoik sekunder
Px. Virus dg Furunkel
mikroskop elektron Impetigo
Deteksi ag virus pd Ulkus kornes
agar sel Ensefalitis
Px histopatologik Efluvium
Tes serologik (tes Telogen dlm wkt 3-4
ikatan komplemen) bln
Penatalaksanaan
Ps hrs Profilaksis :
dikarantinakan Vaksinasi dg virus
vaksinia yg diberikan dg
Sistemik : antiviral metode multiple
(asiklovir, puncture
valasiklovir) Pd wkt pberian vaksinasi
t4 tsb TIDAK dibersihkan
Simtomatik : dg ALKOHOL, tapi cukup
analgesik/antipiretik dg eter atau aseton
--alkohol tdk minaktifkan
Topikal (bsifat virus vaksinia tsb
penunjang) : KI : atopi, ps yg sedang
dpt KS n def. imunologik
kompres dg
antiseptik / salep AB
Prognosis
Prognosis sgt bergantung pd
penatalaksanaan pertama n fasilitas
perawtaan yg tersedia
Mortalitas 1-50%
Jar. Parut yg timbul dpt diperbaiki dg
tindakan dermabrasi atau pberian
collagen implant
Impetigo vesikobulosa
Impetigo Bulosa
Impetigo vesikobulosa,
cacar ,monyet
Etiologi :
staphylococcus aureus
Gejala klinis :
- Keadaan umum tidak
terpengaruhi
- Tempat predileksi
ketiak, dada,
punggung
- Eritema, bula, bula
hipopion memecah
koloret dgn dasar
eritematosa
DD : dermatofitosis
Folikulitis
(Folikulitis Superfisialis dan
Folikulitis Profunda)
Folikulitis Superfisialis Folikulitis Profunda
Terbatas dalam Gambaran klinis sama
epidermis dengan folikulitis
Tempat predileksi: superfisialis
tungkai bawah Teraba infiltrat di
Efloresensi: papul subkutan
atau pustul Contoh: sikosis barbe
eritematosa, tempat predileksi: bibir
ditengahnya terdapat atas dan dagu, bilateral
rambut, multipel
DD Penatalaksanaan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Leukositosis infeksi bakterial
Eosinofilia alergi
KOMPLIKASI
Bronkopneumonia (paling sering)
Kehilangan cairan/darah
Gangguan keseimbangan elektrolit
Syok
Pada mata dapat terjadi kebutaan karena gangguan
lakrimasi
DIAGNOSA BANDING
NET (Nekrolisis Epidermal Toksik), apabila terdapat
epidermolisis generalisata yang tidak terdapat pada SSJ
PROGNOSIS
Tindakan cepat dan tepat cukup memuaskan
Terdapat purpura yang luas dan leukopenia lebih
buruk
KU buruk dan terdapat bronkopneumonia kematian
PENATALAKSANAAN
Obat yang tersangka sebagai kausanya
segera dihentikan
KU baik dengan lesi yang tidak menyeluruh
prednison
KU buruk dengan lesi menyeluruh
rawat inap
KS intravena (dexamethasone) 4-6x5mg sehari 2-
3hari dosis sebanyak 5mg tiap hari dosis mencapai
5mg KS tablet (prednison 20mg10mghentikan)
Indikasi transfusi darah, apabila:
Telah diobati dengan KS dengan dosis adekuat setelah 2
hari belum ada perbaikan
Terdapat purpura generalisata
Terdapat leukopenia
Dermatitis kontak alergi
Etiologi Gejala
Fase sensitisasi
Hapten masuk ke epidermis melewati stratum korneum
dengan cara pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans
Epidermal) ikatan kovalen dengan protein karier di epidermis
komplek hapten protein Kemudian sel LE menuju duktus
Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional terjadi
proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ dan CD3. Kedua
reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada
saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition).
Lalu sel Langerhans dirangsang IL-1 yang akan
merangsang sel T IL-2 proliferasi sel T sehingga terbentuk
primed memory T cells bersirkulasi ke seluruh tubuh
meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila
kontak berikut dengan alergen yang sama.
2-3 minggu
Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi
yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami
dermatitis kontak alergik.
Fase elisitasi
Terjadi pada pajanan kedua dari antigen yang
sama dan sel yang telah tersensitisasi.
Sel Langerhans mensekresi IL-1
merangsang sel T untuk mensekresi Il-2 IL-2
merangsang INF (interferon) gamma.
IL-1 dan INF gamma merangsang keratinosit
memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion
molecule-1) yang langsung beraksi dengan
limfosit T, lekosit, dan sekresi eikosanoid.
Eikosanoid mengaktifkan sel mast dan
makrofag untuk melepaskan histamin
vasodilatasi dan permeabilitas yang
meningkat. timbul kelainan kulit seperti
eritema, edema dan vesikula yang akan
tampak sebagai dermatitis.
24 48 jam
Lokasi DKA
Tangan
pada ibu rumah tangga.
Alergen: deterjen, antiseptik, getah
sayuran/tanaman, semen dan pestisida.
Lengan
jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu
semen dan tanaman.
Di aksila: deodoran, antiperspiran,formaldehid yang
ada di pakaian.
Wajah
bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang ada di
udara, nikel (tangkai kaca mata).
Di bibir : lipstik, pasta gigi dan getah buah-buahan.
Di kelopak mata : cat kuku, cat rambut, maskara
dan obat mata.
Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari
nikel
obat topikal, tangkai kaca mata, cat
rambut dan alat bantu pendengaran.
Leher dan Kepala
kalung dari nikel, cat kuku (yang
berasal dari ujung jari), parfum, alergen
di udara dan zat warna pakaian.
Kulit kepala: cat rambut, semprotan
rambut, sampo atau larutan
pengeriting rambut.
Badan
Pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis,
busa ), plastik dan deterjen, bahan pelembut,
pewangi, koyo, plester.
Genitalia
antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut
wanita dan alergen yang berada di tangan.
Paha dan tungkai bawah
pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki
nilon, obat topikal (anestesi lokal, neomisin,
etilendiamin), semen, sandal dan sepatu.
Dermatitis kontak sistemik
Pada individu yang telah tersensitisasi secara
topikal oleh alergen, selanjutnya terpajan secara
sistemik, kemudian timbul rx terbatas pada
tempat tersebut
Dermatitis karena jam
tangan