You are on page 1of 39

CASE REPORT

RHINITIS ALERGI
FIORENTINA ELFA CLARA
1261050173
PEMBIMBING :
dr. Bambang Suprayogi, SP THT-KL

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN THT


PERIODE 21 DESEMBER 2016 12 JANUARI
2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
KRISTEN INDONESIA
2017

STATUS PASIEN

IDENTITAS
Nama: TN. TUMEANG HUTABARAT
PASIEN
Umur

: 28 TH

Jenis Kelamin

: LAKI -LAKI

Alamat : CIPINANG ASEM NO. 16, JAKARTA TIMUR


Pekerjaan : PNS
Pendidikan

: SARJANA

Agama : KRISTEN
Suku : BATAK

ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
HIDUNG TERSUMBAT

KELUHAN TAMBAHAN
BERSIN-BERSIN,
SULIT BERNAFAS,
HIDUNG TERASA GATAL

Riwayat Penyakit Sekarang


(Autoanamnesis)
Seorang laki-laki usia 28 tahun datang ke RSU UKI dengan keluhan
hidung tersumbat yang sudah dirasakan sejak 3-4 hari yang lalu,
terutama pada pagi dan malam hari.
Keluhan ini membuat pasien merasa terganggu setiap harinya, sehingga
pasien merasa terganggu saat hendak tidur malam maupun bangun pagi
dan juga saat beraktivitas.
Pasien juga mengeluh hidungnya seringkali terasa gatal dan juga sering
mengalami bersin-bersin hingga bisa lebih dari 5x. Cairan yang keluar
dari hidung berwarna bening dan berbentuk encer.
Pasien sudah mengobatinya namun keluhan ini seringkali muncul
kembali. Keluhan ini sudah seringkali muncul namun, seringkali sembuh
dengan sendirinya. Keluhan ini seringkali kambuh bila pasien terpapar
udara dingin.
pasien menggatakan bahwa dirinya mempunyai alergi pada udara dingin
sehingga seringkali keluhan ini muncul.
pasien tidak mempunyai keluhan pada kedua telinga dan tenggorokan.

Riwayat Penyakit Dahulu

pasien pernah mengalami hal seperti ini 1 bulan yang lalu.

Riwayat alergi (+)

Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita seperti yang


dikeluhkan oleh pasien.

Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: Compos Mentis

Kooperasi

: Kooperatif

Tekanan darah : Thoraks

: DBN

Abdomen

: DBN

Ekstremitas

: DBN

Frekuensi nadi : 86 kali/menit

Frekuensi napas

Suhu

Kepala

: Normocephali

Mata

: CA -/-, SI -/-

Leher

: KGB tidak teraba


membesar

: 20 kali/menit
: 36,8oC

TELINGA LUAR

KIRI

Normotia

Bentuk telinga luar

Normotia

Normal, nyeri tarik (-)

Daun telinga

Normal, nyeri tarik (-)

Normal, nyeri tekan


(-), tidak ada benjolan

Retroaurikular

Normal, nyeri tekan


(-), tidak ada benjolan

Tidak ada

Nyeri tekan tragus

Tidak ada

KANAN

LIANG TELINGA

KIRI

Lapang

Lapang / Sempit

Lapang

Merah muda

Warna Epidermis

Merah muda

Tidak ada

Sekret

Tidak ada

ada (sedikit)

Serumen

ada (sedikit)

Tidak ditemukan

Kelainan Lain

Tidak ditemukan

KANAN

MEMBRAN TIMPANI

KIRI

Intak

Bentuk

Intak

Putih seperti mutiara

Warna

Putih seperti mutiara

(+)

Refleks Cahaya

(+)

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan Lain

Tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Telinga

KANAN

Uji
Pendengaran
KANAN

TELINGA

KIRI

Normal 5/6

Tes Berbisik

Normal 5/6

(+)

Rinne

(+)

Weber
Sama dengan
pemeriksa

Audiogram
Uji Keseimbangan

Tidak ada lateralisasi


Schwabach

Sama dengan
pemeriksa

: tidak dilakukan pemeriksaan


: tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik
Hidung
KANAN
HIDUNG

KIRI

Normal

Bentuk Hidung Luar

Normal

Tidak ditemukan

Deformitas

Tidak ditemukan

Tidak ada
Tidak ada

Nyeri Tekan
Dahi
Pipi

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ditemukan

Krepitasi

Tidak ditemukan

Pemeriksaan Fisik
Hidung

KANAN

RINOSKOPI
ANTERIOR

KIRI

Tenang

Vestibulum Nasi

Tenang

Lapang

Cavum nasi

Tidak Lapang
(Sempit)

Pucat, Livid

Mukosa

Pucat, Livid

Hipertrof

Konka Media

Hipertrof

Hipertrof

Konka Inferior

Hipertrof

Ada sekret

Meatus Nasi

Ada sekret

Tidak ada

Deviasi Septum

Ada

Ada

Sekret

Ada

Tidak ada

Massa

Tidak ada

Kanan
Tidak
ada

Rinoskopi
Posterior
Kelainan
Lain

Kiriada
Tidak

Tidak dilakukan

Koana

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Mukosa Konka

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Sekret

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Muara Tuba Eustachii

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Massa

Tidak dilakukan

Pemeriksaan Fisik Hidung


KANAN

TRANSILUMINASI

KIRI

Terang (3)

Sinus Frontal

Terang (3)

Terang (3)

Sinus Maksila

Terang (3)

Pemeriksaan Fisik
Tenggorok
FARING

Hasil Pemeriksaan

Laringoskopi Indirek

Hasil pemeriksaan

Dinding
Faring

Tidak bergranul

Valekula

Sulit dinilai

Mukosa

Hiperemis

Epiglotis

Sulit dinilai

Uvula

Di tengah

Aritenoid

Sulit dinilai

Arkus Faring

Simetris

Plika interaritenoid

Sulit dinilai

Plika ventrikularis

Sulit dinilai

TONSIL

Hasil Pemeriksaan

Plika vokalis

Sulit dinilai

Pembesaran

T1-T1

Sinus morgagni

Sulit dinilai

Kripta

Tidak melebar

Sinus piriformis

Sulit dinilai

Detritus

Tidak ada

Cincin trakea

Sulit dinilai

Perlekatan

Tidak ada

Massa / Kelainan lain

Sulit dinilai

Sikatrik

Tidak ada

RESUME
ANAMNESIS

Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah dirasakan


sejak 3-4 hari yang lalu, terutama pada pagi dan malam hari. Keluhan ini
membuat pasien merasa terganggu setiap harinya, sehingga pasien merasa
terganggu saat hendak tidur malam maupun bangun pagi dan juga saat
beraktivitas ataupun sedang santai.

Pasien juga mengeluh hidungnya seringkali terasa gatal dan juga sering
mengalami bersin-bersin hingga bisa lebih dari 5x. Cairan yang keluar dari
hidung berwarna bening dan berbentuk encer.

Keluhan ini seringkali kambuh bila pasien terpapar debu dan udara dingin
Riwayat alergi (+) pada debu dan udara dingin.

RESUME
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis dalam batas normal
Status THT

Telinga kanan & kiri :

1. Liang telinga lapang


2. Tidak ada sekret pada telinga kiri dan
kanan
3. Membran timpani telinga kiri dan kanan
intak.
Warna putih seperti mutiara
Refleks cahaya (+)
Perforasi (-)

Tes Rinne : (+)

Tes webber

Hidung :
1. Cavum nasi kiri : sempit
2. Mukosa kiri dan kanan : pucat,
livid
3. Meatus nasi kiri dan kanan : sekret
(+)
4. Deviasi septum : ke kiri
5. Sekret kiri dan kanan : (+)

: Tidak ada lateralisasi

Tes Swabach : Sama dengan pemeriksa

Tenggorok : dalam batas normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Skin Prick Test : Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen
penyebab alergi.
2. Eosinofl sekret hidung
3. Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRI : apabila dicurigai sinusitis.

Diagnosis
Diagnosis Kerja
Rhinitis Alergi
Diagnosis Banding
Rhinitis Vasomotor

DIAGNOSIS BANDING

RINITIS VASOMOTOR adalah terdapatnya gangguan


fsiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan
bertambahnya aktivitas parasimpatis.

RENCANA PENGOBATAN

NON MEDIKAMENTOSA

1. HINDARI ALERGEN
2. OLAHRAGA
3. MENGGUNAKAN MASKER
4. MAKAN MAKANAN YANG BAIK DAN BERGIZI
5. MINUM OBAT TERATUR SAMPAI HABIS
6. KONTROL KE DOKTER JIKA KELUHAN MASIH ADA

MEDIKAMENTOSA
1. CIPROFLOXASIN 500MG 2X1
2. RHINOS SR 2X1
3. TANTUM VERDE RINSE 2X1

Komplikasi

Sinusitis

Polip hidung

Otitis media

Prognosis

Ad vitam

Ad functionum : dubia ad bonam

Ad sanationum

: bonam
: dubia

Rhinitis Alergi

Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulang dengan alergen spesifk tersebut.

Defnisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis


and its Impact on Asthma) adalah kelainan
pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai ig E.

ETIOLOGI

Kelainan mukosa hidung yang mengaktifkan reaksi


hipersensitivitas tipe I

BERDASARKAN CARA MASUKNYA


ALERGEN
- Tungau debu rumah
- Kecoa
- Serpihan epitel kulit
Alergen
binatang
inhalan
- Rerumputan
- Serta jamur.
masuk bersama dengan udara pernapasan

Alergen
ingesta
n
masuk ke saluran
cerna

Susu
Sapi
Telur
Coklat
Ikan laut
Udang
Kepiting
Kacang-kacangan

Alergen
injektan

- Penisilin
- Sengatan lebah

masuk melalui suntikan atau tusukan

Alergen
kontaktan

- Bahan kosmetik
- Perhiasan

masuk melalui kontak kulit atau jaringan


mukosa

KLASIFIKASI
Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis
alergi berdasarkan sifat berlangsungnya

Intermitten (kadang-kadang)
Bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau
kurang dari 4 minggu

Persisten (menetap)
Bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih
dari 4 minggu.

KLASIFIKASI
Untuk tingkat berat ringannya penyakit,
rinitis alergi dibagi menjadi

Ringan
Bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan
akivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar,
bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.

Sedang-berat
Bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan
tersebut di atas.

Patofisiologi
Pada rinitis
alergi, sel-sel
inflamasi
yang
berperan: sel
mast, CD4positif sel T,
sel B,
makrofag,
dan eosinofl.

Sel inflamasi
masuk ke
lapisan
hidung saat
terpapar
alergen
(tungau,
debu,
serangga,
bulu
binatang,
dan serbuk
sari)

Setelah terpapar
alergen infltrasi sel
T (Th2) pada mukosa
hidung dan terjadi
pelepasan sitokin(IL3, IL-4, IL-5, dan IL13) yang kemudian
akan merangsang
pembentukan Ig E
yang di produksi oleh
sel plasma.

Produksi IgE
dapat
memicu
pelepasan
mediatormediator
seperti
histamin dan
leukotrin.

Pelepasan
mediator tsb
dapat
menyebabka
n dilatasi
pembuluh
darah,
peningkatan
permeabilita
s kapiler,
gatal-gatal,
rinore,
sekresi
mukus, dan
kontraksi
otot polos

Mediator dan sitokin dilepaskan selama reaksi fase cepat dari


respon imun saat terpapar alergen. Kemudian akan memicu respon
inflamasi lanjut selama 4 8 jam (respon inflamasi tipe lambat)
yang menyebabkan gejala rekurensi (biasanya hidung tersumbat)

DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

ANAMNESIS

Anamnesis sangat penting, karena seringkali


dihadapan pemeriksa. Hampir 50% diagnosis
anamnesis.

serangan tidak terjadi


dapat ditegakkan dari

Gejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang.
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari
atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu.

Hal ini merupakan mekanisme fsiologik, yaitu proses membersihkan


sendiri
(self cleaning process).
Bersin dianggap patologik bila terjadinya lebih dari lima kali setiap
serangan

Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan
banyak air mata keluar (lakrimasi).

PEMERIKSAAN FISIK

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat


atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten,
mukosa inferior tampak hipertrof.

Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. Gejala


spesifk lain pada anak adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah
bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi
hidung. Gejala ini disebut allergic shiner

Allergic Shiner pada pasien Rhinitis Alergi

Selain dari itu sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung, karena
gatal, dengan punggung tangan. Keadaan ini disebut sebagai allergic
salute.

Keadaan menggosok ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya


garis melintang di dorsumnasi bagian sepertiga bawah, yang disebut
sebagai allergic crease

(Kiri ke Kanan) Allergic Crease dan Allergic Sallute

Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga


akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid).

Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone


appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti
gambaran peta (geographic tongue).

Facies Adenoid

Geographic Tongue

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes Diagnostik lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfrmasi


bahwa alergi yang mendasari rinitis tersebut.

Skin Pricktest

Pemeriksaa
n IgE
Spesifk

jenis Alegen tertentu yang


ditusukan pada kulit daerah
lengan bawah (intrakutan)
tunggu 15 20 menit
daerah yang disuntikan akan
terlihat pucat dan sekelilingnya
kemerahan, pemukaan tidak
rata

RASTs (Radioallergosorbent
test)

PENATALAKSANAAN
1.

NONMEDIKAMENTOSA

Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari


kontak dengan allergen penyebabnya (avoidance)
dan eliminasi
2. Medikamentosa
A. Antihistamin
B. Dekongestan
C. Antikolinergik
D.Kortikosteroid
E. Lainnya

ANTI-HISTAMIN

Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 yang bekerja secara inhibitor
kompetitif pada reseptor H-1 sel target. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa
kombinasi dengan dekongestan secara peroral.

Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan
generasi-2 (non-sedatif) :

A.) Antihistamin generasi-1 bersifat lipoflik sehingga dapat menembus sawar darah otak
dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik.
B.) Antihistamin generasi-2 bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah
otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyai efek
antikolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP minimal (non-sedatif).

Antihistamin
Antihistamin generasi II : desloratadine [Aerius], fexofenadine
[Allegra] dan loratadine [Claritin] lini pertama pengobatan
farmakologis direkomendasikan pada pasien Rhinitis Alergi
Efektif: mengurangi bersin, gatal dan rhinorrhea, jika diminum secara
teratur pada saat gejala maksimal atau sebelum paparan alergen.

DEKONGESTAN
Golongan obat ini tersedia dalam bentuk topikal maupun sistemik. Onset obat
topikal jauh lebih cepat daripada preparat sistemik. Namun, dapat
menyebabkan rhinitis medikamentosa (suatu kelainan hidung berupa
gangguan respon normal vasomotor) bila digunakan dalam jangka waktu lama
sehingga menyebabkan sumbatan hidung menetap.
Obat dekongestan sistemik yang sering digunakan adalah pseudoephedrine
HCl dan Phenylpropanolamin HCl. Obat ini dapat menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah. Dosis obat ini 15 mg untuk anak 2-5 tahun, 30 mg untuk
anak 6-12 tahun, dan 60 mg untuk dewasa, diberikan setiap 6 jam.
Efek samping dari obat-obatan ini yang paling sering adalah insomnia (sulit
tidur) dan iritabilitas (peka terhadap rangsangan).

ANTIKOLINERGIK

Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromide, bermanfaat untuk


mengatasi rinore, karena aktiftas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan
sel efektor.

KORTIKOSTEROID

Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat


respon fase lambat tidak berhasil diatasi dengan obat lain.

Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid,


flunisolid, flutikason, mometason, furoat dan triamsinolon).

Kortikosteroid topikal bekerja untuk mengurangi jumlah sel


mastosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein
sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, mencegah
bocornya plasma.

Hal ini menyebabkan epitel hidung tidak hiperresponsif terhadap


rangsangan
allergen (bekerja pada respon cepat dan lambat).
Lainnya

Pengobatan baru lainnya untuk riniris alergi adalah


(zafrlukast/montelukast), anti IgE, DNA rekombinan.

anti

leukotrien

Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2006, membuktikan bahwa


pseudoephedrine dan montelukast memiliki efek yang serupa dalam
mengatasi gejala dan memperbaiki kualitas hidup pasien

PROGNOSIS
Kebanyakan gejala rintis alergi dapat diobati.
Pada kasus yang lebih parah dapat memerlukan
imunoterapi.
Beberapa orang (terutama anak-anak) semakin
dewasa akan semakin kurang sensitif terhadap
alergen.
Jika suatu zat menjadi penyebab alergi bagi seorang
individu,
maka
zat
tersebut
dapat
terus
mempengaruhi orang itu dalam jangka panjang

Terima Kasih

You might also like