Professional Documents
Culture Documents
RHINITIS ALERGI
FIORENTINA ELFA CLARA
1261050173
PEMBIMBING :
dr. Bambang Suprayogi, SP THT-KL
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama: TN. TUMEANG HUTABARAT
PASIEN
Umur
: 28 TH
Jenis Kelamin
: LAKI -LAKI
: SARJANA
Agama : KRISTEN
Suku : BATAK
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
HIDUNG TERSUMBAT
KELUHAN TAMBAHAN
BERSIN-BERSIN,
SULIT BERNAFAS,
HIDUNG TERASA GATAL
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Kooperasi
: Kooperatif
: DBN
Abdomen
: DBN
Ekstremitas
: DBN
Frekuensi napas
Suhu
Kepala
: Normocephali
Mata
: CA -/-, SI -/-
Leher
: 20 kali/menit
: 36,8oC
TELINGA LUAR
KIRI
Normotia
Normotia
Daun telinga
Retroaurikular
Tidak ada
Tidak ada
KANAN
LIANG TELINGA
KIRI
Lapang
Lapang / Sempit
Lapang
Merah muda
Warna Epidermis
Merah muda
Tidak ada
Sekret
Tidak ada
ada (sedikit)
Serumen
ada (sedikit)
Tidak ditemukan
Kelainan Lain
Tidak ditemukan
KANAN
MEMBRAN TIMPANI
KIRI
Intak
Bentuk
Intak
Warna
(+)
Refleks Cahaya
(+)
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan Lain
Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Telinga
KANAN
Uji
Pendengaran
KANAN
TELINGA
KIRI
Normal 5/6
Tes Berbisik
Normal 5/6
(+)
Rinne
(+)
Weber
Sama dengan
pemeriksa
Audiogram
Uji Keseimbangan
Sama dengan
pemeriksa
Pemeriksaan Fisik
Hidung
KANAN
HIDUNG
KIRI
Normal
Normal
Tidak ditemukan
Deformitas
Tidak ditemukan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Tekan
Dahi
Pipi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ditemukan
Krepitasi
Tidak ditemukan
Pemeriksaan Fisik
Hidung
KANAN
RINOSKOPI
ANTERIOR
KIRI
Tenang
Vestibulum Nasi
Tenang
Lapang
Cavum nasi
Tidak Lapang
(Sempit)
Pucat, Livid
Mukosa
Pucat, Livid
Hipertrof
Konka Media
Hipertrof
Hipertrof
Konka Inferior
Hipertrof
Ada sekret
Meatus Nasi
Ada sekret
Tidak ada
Deviasi Septum
Ada
Ada
Sekret
Ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Kanan
Tidak
ada
Rinoskopi
Posterior
Kelainan
Lain
Kiriada
Tidak
Tidak dilakukan
Koana
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Mukosa Konka
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sekret
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Massa
Tidak dilakukan
TRANSILUMINASI
KIRI
Terang (3)
Sinus Frontal
Terang (3)
Terang (3)
Sinus Maksila
Terang (3)
Pemeriksaan Fisik
Tenggorok
FARING
Hasil Pemeriksaan
Laringoskopi Indirek
Hasil pemeriksaan
Dinding
Faring
Tidak bergranul
Valekula
Sulit dinilai
Mukosa
Hiperemis
Epiglotis
Sulit dinilai
Uvula
Di tengah
Aritenoid
Sulit dinilai
Arkus Faring
Simetris
Plika interaritenoid
Sulit dinilai
Plika ventrikularis
Sulit dinilai
TONSIL
Hasil Pemeriksaan
Plika vokalis
Sulit dinilai
Pembesaran
T1-T1
Sinus morgagni
Sulit dinilai
Kripta
Tidak melebar
Sinus piriformis
Sulit dinilai
Detritus
Tidak ada
Cincin trakea
Sulit dinilai
Perlekatan
Tidak ada
Sulit dinilai
Sikatrik
Tidak ada
RESUME
ANAMNESIS
Pasien juga mengeluh hidungnya seringkali terasa gatal dan juga sering
mengalami bersin-bersin hingga bisa lebih dari 5x. Cairan yang keluar dari
hidung berwarna bening dan berbentuk encer.
Keluhan ini seringkali kambuh bila pasien terpapar debu dan udara dingin
Riwayat alergi (+) pada debu dan udara dingin.
RESUME
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis dalam batas normal
Status THT
Tes webber
Hidung :
1. Cavum nasi kiri : sempit
2. Mukosa kiri dan kanan : pucat,
livid
3. Meatus nasi kiri dan kanan : sekret
(+)
4. Deviasi septum : ke kiri
5. Sekret kiri dan kanan : (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Skin Prick Test : Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen
penyebab alergi.
2. Eosinofl sekret hidung
3. Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRI : apabila dicurigai sinusitis.
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Rhinitis Alergi
Diagnosis Banding
Rhinitis Vasomotor
DIAGNOSIS BANDING
RENCANA PENGOBATAN
NON MEDIKAMENTOSA
1. HINDARI ALERGEN
2. OLAHRAGA
3. MENGGUNAKAN MASKER
4. MAKAN MAKANAN YANG BAIK DAN BERGIZI
5. MINUM OBAT TERATUR SAMPAI HABIS
6. KONTROL KE DOKTER JIKA KELUHAN MASIH ADA
MEDIKAMENTOSA
1. CIPROFLOXASIN 500MG 2X1
2. RHINOS SR 2X1
3. TANTUM VERDE RINSE 2X1
Komplikasi
Sinusitis
Polip hidung
Otitis media
Prognosis
Ad vitam
Ad sanationum
: bonam
: dubia
Rhinitis Alergi
Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulang dengan alergen spesifk tersebut.
ETIOLOGI
Alergen
ingesta
n
masuk ke saluran
cerna
Susu
Sapi
Telur
Coklat
Ikan laut
Udang
Kepiting
Kacang-kacangan
Alergen
injektan
- Penisilin
- Sengatan lebah
Alergen
kontaktan
- Bahan kosmetik
- Perhiasan
KLASIFIKASI
Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis
alergi berdasarkan sifat berlangsungnya
Intermitten (kadang-kadang)
Bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau
kurang dari 4 minggu
Persisten (menetap)
Bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih
dari 4 minggu.
KLASIFIKASI
Untuk tingkat berat ringannya penyakit,
rinitis alergi dibagi menjadi
Ringan
Bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan
akivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar,
bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
Sedang-berat
Bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan
tersebut di atas.
Patofisiologi
Pada rinitis
alergi, sel-sel
inflamasi
yang
berperan: sel
mast, CD4positif sel T,
sel B,
makrofag,
dan eosinofl.
Sel inflamasi
masuk ke
lapisan
hidung saat
terpapar
alergen
(tungau,
debu,
serangga,
bulu
binatang,
dan serbuk
sari)
Setelah terpapar
alergen infltrasi sel
T (Th2) pada mukosa
hidung dan terjadi
pelepasan sitokin(IL3, IL-4, IL-5, dan IL13) yang kemudian
akan merangsang
pembentukan Ig E
yang di produksi oleh
sel plasma.
Produksi IgE
dapat
memicu
pelepasan
mediatormediator
seperti
histamin dan
leukotrin.
Pelepasan
mediator tsb
dapat
menyebabka
n dilatasi
pembuluh
darah,
peningkatan
permeabilita
s kapiler,
gatal-gatal,
rinore,
sekresi
mukus, dan
kontraksi
otot polos
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ANAMNESIS
Gejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang.
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari
atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu.
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan
banyak air mata keluar (lakrimasi).
PEMERIKSAAN FISIK
Selain dari itu sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung, karena
gatal, dengan punggung tangan. Keadaan ini disebut sebagai allergic
salute.
Facies Adenoid
Geographic Tongue
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skin Pricktest
Pemeriksaa
n IgE
Spesifk
RASTs (Radioallergosorbent
test)
PENATALAKSANAAN
1.
NONMEDIKAMENTOSA
ANTI-HISTAMIN
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 yang bekerja secara inhibitor
kompetitif pada reseptor H-1 sel target. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa
kombinasi dengan dekongestan secara peroral.
Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan
generasi-2 (non-sedatif) :
A.) Antihistamin generasi-1 bersifat lipoflik sehingga dapat menembus sawar darah otak
dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik.
B.) Antihistamin generasi-2 bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah
otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyai efek
antikolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP minimal (non-sedatif).
Antihistamin
Antihistamin generasi II : desloratadine [Aerius], fexofenadine
[Allegra] dan loratadine [Claritin] lini pertama pengobatan
farmakologis direkomendasikan pada pasien Rhinitis Alergi
Efektif: mengurangi bersin, gatal dan rhinorrhea, jika diminum secara
teratur pada saat gejala maksimal atau sebelum paparan alergen.
DEKONGESTAN
Golongan obat ini tersedia dalam bentuk topikal maupun sistemik. Onset obat
topikal jauh lebih cepat daripada preparat sistemik. Namun, dapat
menyebabkan rhinitis medikamentosa (suatu kelainan hidung berupa
gangguan respon normal vasomotor) bila digunakan dalam jangka waktu lama
sehingga menyebabkan sumbatan hidung menetap.
Obat dekongestan sistemik yang sering digunakan adalah pseudoephedrine
HCl dan Phenylpropanolamin HCl. Obat ini dapat menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah. Dosis obat ini 15 mg untuk anak 2-5 tahun, 30 mg untuk
anak 6-12 tahun, dan 60 mg untuk dewasa, diberikan setiap 6 jam.
Efek samping dari obat-obatan ini yang paling sering adalah insomnia (sulit
tidur) dan iritabilitas (peka terhadap rangsangan).
ANTIKOLINERGIK
KORTIKOSTEROID
anti
leukotrien
PROGNOSIS
Kebanyakan gejala rintis alergi dapat diobati.
Pada kasus yang lebih parah dapat memerlukan
imunoterapi.
Beberapa orang (terutama anak-anak) semakin
dewasa akan semakin kurang sensitif terhadap
alergen.
Jika suatu zat menjadi penyebab alergi bagi seorang
individu,
maka
zat
tersebut
dapat
terus
mempengaruhi orang itu dalam jangka panjang
Terima Kasih