You are on page 1of 10

SIROSIS HEPATIS

Febriyan Yudho Saputra

DEFINISI

Sirosis hati adalah penyakit kronis


hati yang dikarakteristikkan oleh
gangguan struktur dan perubahan
degenerasi, gangguan fungsi seluler
dan selanjutnya aliran darah ke hati.
Penyebab meliputi malnutrisi, inflamasi
(bakteri atau virus) dan keracunan
(alcohol, karbon tetraklorida,
acetaminoven).

ETIOLOGI

a.
b.
c.
d.

Hepatitis virus tipe B dan C


Alcohol
Metabolic
Kolestasis kronik/sirosis biliar
sekunder intra dan ekstrahepatik
e. Gangguan imunulogis
f. Toksik dan obat
g. malnutrisi

Manifestasi Klinis
a.Ikterus.
b.Hiperbilirubinemia tanpa ikterus.
c.Gangguan endokrin, disebabkan oleh kelebihan esterogen
dalam sirkulasi : spider nevi, atrofi testis, ginekomastia,
alopesia pada dada dan aksila, eritema palmaris.
d.Gangguan hematologik, disebabkan karena kurangnya
faktor pembeku darah yang diproduksi di hati,
hipersplenisme, defisiensi folat, vit B12, dan besi sekunder
akibat kehilangan darah, peningkatan hemolisis sel darah
merah : anemia, leukopenia dan trombositopenia.
e.Edema perifer, penumpukan cairan yang berlebih di ruang
interstisium.
f.Asites, diakibatkan oleh hipoalbuminemia dan retensi garam
dan H2O (akibat kegagalan sel hati menginaktifkan
aldosteron & ADH).

Klasifikasi
Klasifikasi sirosis hati terdiri atas 3, yaitu :
1. Klasifikasi Etiologi
a. Sirosis Laennec

b. Sirosis Pascanekrotik
c. Sirosis Biliaris
2. Klasifikasi Morfologi
a. Sirosis mikronodular
b. Sirosis makronodular
3. Klasifikasi fungsional
a. Sirosis hati kompensata
b. Sirosis hati Dekompensata

Komplikasi
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus,
dimana suatu saat akan pecah sehingga timbul
perdarahan yang masih
3. Koma Hepatikum.
4. Ulkus Peptikum.
5. Karsinoma hepatosellural.
6. Kemungkinan timbul karena adanya hiperflasia
noduler yang akan berubah menjadi adenomata
multiple dan akhirnya menjadi karsinoma yang
multiple.
7. Infeksi. Misalnya : peritonisis, pnemonia,
bronchopneumonia, tbc paru, glomerulonephritis
kronis.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Scan / biopsi hati : Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan
jaringan hati.
2. Kolesistografi / kolangiografi : Memperlihatkan penyakit duktus
empedu, yang mungkin sebagai faktor predisposisi.
3. Esofagoskopi : Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.
4. Portografi transhepatik perkutaneus : Memperlihatkan sirkulasi
sistem vena portal.
5. Bilirubin serum : Meningkat karena gangguan seluler,
ketidakmampuan hati untuk mengkonjugasi atau obstruksi bilier.
6. AST (SGOT) / ALT (SGPT), LDH : Meningkat karena kerusakan seluler
dan mengeluarkan enzim.
7. Alkalin fosfatase : Meningkat karena penurunan ekskresi.
8. Albumin serum : Menurun karena penekanan sintesis.
9. Globulin (IgA dan IgG) : Peningkatan sintesis
10.Darah lengkap : Hb/Ht dan SDM mungkin menurun karena
perdarahan. Kerusakan SDM dan anemia terlihat dengan
hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia mungkin ada sebagai
akibat hipersplenisme.

Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1.Riwayat Kesehatan Sekarang
2.Riwayat Kesehatan
Sebelumnya
3.Riwayat Kesehatan Keluarga
4.Riwayat Tumbuh Kembang
5.Riwayat Sosial Ekonomi
6.Riwayat Psikologi
7.Pemeriksaan Fisik

B. Diagnosa Keperawatan :
1. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan
penurunan berat badan
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan
edema.
4. Resiko tinggi perdarahan b.d Gangguan faktor pembekuan,
gangguan absorpsi vit K.
5. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan hati yang
membesar serta nyeri tekan dan asites
6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan
pembentukan edema.
7. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan Pengumpulan
cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru, akumulasi
sekret.

Diagnosa Keperawatan 1 : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia, nausea, vomitus)
Tujuan : Status nutrisi baik
Intervensi :
1. Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang BB tiap minggu.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
2. Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.
Rasional: Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
3. Tawarkan perawatan mulut (berkumur/gosok gigi) dengan larutan asetat 25 % sebelum
makan. Berikan permen karet, penyegar mulut diantara makan.
Rasional: Membran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan, dan
membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tidak nyaman pada uremia dan
pembatasan oral
4. Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.
Rasional: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan,
maka dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
5. Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan-makanan lunak.
Rasional: Membantu proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan makanan, karena
pasien mengalami gangguan sistem pencernaan.
6. Kolaborasi pemberian antiemetik
Rasional: untuk menghilangkan mual / muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.

You might also like