Professional Documents
Culture Documents
BAHAN GALIAN
Pendahuluan
Segala bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia yang merupakan endapanendapan alam sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa,
adalah kekayaan Nasional bangsa Indonesia dan oleh
karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sejarah
UU No 37 Prp Tahun 1960
UU No 11 Tahun 1967
UU Mineral dan Batubara No. 4
Tahun 2009
UU No 11 Tahun 1967
"(1) Bahan-bahan galian dibagi atas tiga golongan :
a. golongan bahan galian strategis;
b. golongan bahan galian vital;
c. golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam
UU No 11 Tahun 1967
+ Pros :
Eksploitasi sumber daya alam dapat dikontrol.
Memberi batasan sumber daya yang dapat diekspor.
Menjawab UUD 1945 Pasal 33 ayat (2) "Cabang-cabang
UU No 4 Tahun 2009
"(1) Usaha pertambangan dikelompokkan atas: a.
UU No 4 Tahun 2009
+ Pros :
Mendorong perekonomian negara. Sekitar 59,78% dari PNBP berasal dari sektor migas
dan pertambangan mineral dan batubara, dan pada penerimaan pajak kontribusi PPh
badan sektor pertambangan mencapai 10,57% (APBN-P, 2014).
Memudahkan penggolongan dalam pengolahan. Hal ini didasari pada adanya
penggolongan batubara dan mineral (logam, non logam, batuan, dan radioaktif). Hal ini
lebih mempermudah dalam pengaturan terkait regulasi pengolahan dan pemurnian.
- Cons :
Tidak memenuhi UUD 1945 Pasal 33 ayat (2), karena tidak adanya aturan yang
memberikan batasan-batasan golongan yang penting dan harus dikuasai oleh Negara.
Dapat terjadi eksploitasi yang berlebihan.
Terjadi pelanggaran UU No 4 Th 2009 oleh pemerintah dengan
keluarnya Permen ESDM No.5 Tahun 2016 tentang "Tata Cara dan Persyaratan
Pemberian Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan Mineral ke Luar Negeri
Hasil Pengolahan dan Pemurnian". Permen ESDM memberikan kelonggaran ekspor
beberapa mineral mentah tanpa pemurnian, yaitu tembaga, bijih besi, pasir besi,
mangan, timbal, dan seng
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, sesuai dengan definisi penggolongan seharusnya
didasari atas sesuatu yang sama misalnya sifat, warna, jenis. Jika dilihat dari
UU no 11 tahun 1967, terlihat bahwa jenis penggolongan yang dipakai ialah
pengelompokan berdasarkan dampak dari suatu bahan galian sedangkan
pada UU no 4 tahun 2009 penggolongan yang dipakai ialah pengklasifikasian
berdasarkan jenis bahan galian.
Sehingga pada Revisi UU minerba selanjutnya seharusnya menggunakan
penggolongan berdasarkan pengklasifikasian. Karena hal ini akan
mempermudah dalam penentuan jenis bahan golongan yang memerlukan
peningkatan nilai tambah. Selain itu dengan penggolongan seperti ini lebih
mempermudah adanya investasi dari suatu perusahaan. Namun perlu
diperhatikan juga proses peningkatan nilai tambah yang dilakukan oleh
perusahaan, apakah sesuai atau tidak dengan ketentuan UU yang akan
dikeluarkan.
Namun jika dilihat lagi dari kegunaan penggolongan pada tahun 1967, hal ini
malah lebih menunjukkan bahwa posisi Indonesia lebih tinggi daripada posisi
perusahaan, dan dalam proses pemberian izinnya lebih ketat.