You are on page 1of 18

Ileus Paralitik

Disusun oleh :
Theodoric Cahyo Pangestu
( 201401011 )

Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di
mana usus gagal / tidak mampu melakukan kontraksi
peristaltik untuk menyalurkan isinya.

Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus


melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan
(operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin
dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot
polos usus.

Etiologi
Ileum Paralitik biasanya terjadi akibat pasca bedah abdomen,
tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung
peningkatan risiko terjadinya ileus, di antaranya sebagai
berikut:
1. Sepsis
2. Obat-obatan (misalnya: opioid, antasid,coumarin,
amitriptyline, chlorpromazine).
3. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia,
hipomagnesemia, hipernatremia, anemia, atau
hiposmolalitas).
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Trauma (misalnya: patah tulang iga, cedera spina).
7. Bilier dan ginjal kolik.
8. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf.
9. Inflamasi intraabdomen dan peritonitis.
10.Hematoma retroperitonel

Klasifikasi
Ileus Paralitik di klasifikasikan menjadi :
1. Ileus Mekanik
A. Lokasi Obstruksi
a. Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum.
b. Letak Tengah : Ileum Terminal.
c.Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum.
B. Stadium
a. Parsial : menyumbat lumen sebagian.
b. Simple/Komplit: menyumbat lumen total.
c. Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa 6.
2. Ileus Neurogenik

a. Adinamik : Ileus Paralitik.


b. Dinamik : Ileus Spastik.
c. Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia 6

Patofsiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah
obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan
utamanya pada obstruksi paralitik dimana
paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan
pada obstruksi mekanis peristaltic mula-mula
diperkuat, kemudian intermiten, dan akhirnya
hilang

Manifestasi Klinis
Obstruksi usus halus awal biasanya berupa nyeri abdomen
bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat
sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul.

Obstruksi usus besar nyeri perut yang bersifat kolik


dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus
halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung


(abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah
mungkin ada mungkin pula tidak ada.

Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab
(batu empedu, volvulus, hernia).
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari
gas atau cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan
jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi
dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk
menegakkan diagnosa obstruksi usus.

Penatalaksanaan
1.Konservatif
a. Penderita dirawat di rumah sakit. Penderita dipuasakan
Kontrol status airway, breathing and circulation
b. Dekompresi dengan nasogastric tube
c. Intravenous fluids andelectrolyte
d. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

2. Farmakologis
a. Antibiotikbroadspectrum untuk bakteri anaerob dan
aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.
c. Prokinetik: Metaklopromide, cisapride
d. Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin
e. Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

3.Operatif
a. Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah
kecuali disertai dengan peritonitis.
b. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi
nasogastric untuk mencegah sepsissekunder atau
rupture usus.
c. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikandengan hasil explorasi melalui
laparotomi.
a. Pintas usus :ileostomi, kolostomi.
b. Reseksi usus dengan anastomosis
c. Diversi stoma dengan atautanpa reseksi.

Komlikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium
sehinnga terjadiperadangan atau infeksi yang hebat pada
intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu
lama pada organintraabdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani
dengan baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan
volume plasma.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a.Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
b.Sirkulasi
Gejala: Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
c.Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d.Makanan/cairan
Gejala: anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa
pecah-pecah.Kulit buruk.
e.Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat
kolik.
Tanda: Distensi abdomen dan nyeri tekan
f.Pernapasan
Gejala: Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas
abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
2. Pemeriksaan simtologi
3. Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4. Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5. Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+dan
Clrendah
6. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat
distensi abdomen
7. Rontgen abdomen dalam posisi telentang:
mencari penyebab (batu empedu, volvulus,
hernia)
8. Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang tidak adequat
dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
yang ditandai dengan adanya mual, muntah,
demam dan diaforesis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/dgangguan absorbsi nutrisi.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan
dengan distensi abdomen
4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi
berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.

Intervensi
DX 1
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan
hidrasi adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, turgor
kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil, dan
secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.
Kriteria hasil:
1. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70
-120/80 mmHg)
2. Intake dan output cairan seimbang
3. Turgor kulit elastic
4. Mukosa lembab
5. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5
mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).

Intervensi
1. Kaji kebutuhan cairan pasien

Rasional
1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.

2. Observasi tanda-tanda vital: N, TD, P, S 2. Perubahan yang drastis pada tanda-tanda


vital merupakan indikasi kekurangan
cairan.
3. Observasi tingkat kesadaran dan tanda- 3. Kekurangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi tingkat kesadaran dan

tanda syok

mengakibatkan syok.
4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 4. Menilai fungsi usus
jam
5. Monitor intake dan output secara ketat
6. Pantau

hasil

laboratorium

5. Menilai keseimbangan cairan

serum 6. Menilai

keseimbangan

cairan

dan

elektrolit

elektrolit, hematokrit

7. Beri penjelasan kepada pasien dan 7. Meningkatkan pengetahuan pasien dan


keluarga

tentang

tindakan

yang

dilakukan: pemasangan NGT dan puasa.


8. Kolaborasi

dengan

medik

pemberian terapi intravena

keluarga serta kerjasama antara perawatpasien-keluarga.

untuk 8. Memenuhi

kebutuhan

elektrolit pasien.

cairan

dan

Terima Kasih

You might also like