You are on page 1of 24

APENDISITIS

Disusun oleh:
Endah Wulandari
(201401008)
Theodoric Cahyo Pangestu (201401012)

DEFINISI
Apendisitis adalah
kondisi dimana terjadi
infeksi pada umbai
apendiks dan
merupakan penyakit
bedah abdomen yang
paling sering terjadi
dan bila tidak ditangani
dengan segera maka
akan berakibat fatal.

KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis
akut dan apendisitis kronik (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
1. Apendisitis akut : didasari
oleh radang mendadak
pada apendiks yang
memberikan tanda
setempat, disertai maupun
tidak disertai rangsang
peritonieum lokal.
Apendisitis akut dibagi
menjadi:
Apendisitis Akut
Sederhana
Apendisitis Akut
Purulenta (Supurative
Appendicitis)
Apendisitis Akut

2. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis
kronik baru dapat
ditegakkan jika
ditemukan adanya
riwayat nyeri perut
kanan bawah lebih
dari 2 minggu,
radang kronik
apendiks secara
makroskopik dan
mikroskopik.

ETIOLOGI
Umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri.
Faktor pencetus lain :
Obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks
Hiperplasia jaringan limfoid
Penyakit cacing, parasit
Benda asing dalam tubuh
Tumor primer pada dinding apendiks
Faktor risiko yang
dan striktur
mempengaruhi terjadinya
apendisitis akut ditinjau dari
teori Blum dibedakan menjadi
empat faktor, yaitu faktor
biologi, faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan,
dan faktor perilaku.

PATOFISIOLOGI
penyumbatan lumen apendiks
mukus mengalami bendungan
elastisitas dinding apendiks menurun
peningkatan tekanan intralumen
menghambat aliran limfe
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.
apendisitis akut

PATHWAY

MANIFESTASI KLINIS
Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrum
Nafsu makan menurun.
Rasa mual
Muntah

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Leukosit darah
Urinalisis

2. Pemeriksaan Radiologi
Radiografi konvensional
Ultrasonografi
Apendikogram

DIAGNOSA BANDING
Penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama
dengan apendisitis, diantaranya:

1. Gastroenteritis
2. Limfadenitis Mesenterika
3. Demam dengue
4. Infeksi Panggul dan salpingitis akut
5. Gangguan alat reproduksi wanita,
folikel ovarium
6. Kehamilan ektopik
7. Divertikulosis Meckel
8. Ulkus peptikum perforasi
9. Batu ureter

KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Deden & Tutik (2010 ) yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Perforasi appendiks
Peritonitis Abses
Dehidrasi.
Elektrolit darah tidak seimbang.
Pneumoni

PENTALAKSANAAN
1. Non bedah (non surgical)
Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (46x/hari).
Minum cairan adekuat pada saat makan untuk
membantu proses pasase makanan.
Makan perlahan dan mengunyah sempurna untuk
menambah saliva pada makanan.
Hindari makan bersuhu ekstrim, pedas, berlemak,
alkohol, kopi, coklat, dan jus jeruk.
Hindari makan dan minum 3 jamsebelum istirahat
untuk mencegah masalah refluks nokturnal.
Tinggikan kepala tidur 6-8 inci untuk mencegah
refluks nokturnal.
Penanggulangan konservatif (Antibiotik, analgetik)

2. Pembedahan

Appendiktomi
merupakan
pembedahan untuk
mengangkat appedik
yang dilakukan untuk
meurunkan perforasi.
Diagnosa telah
ditegakkan.
Dibawah anestesi
umum atau spinal
secara terbuka ataupun
dengan cara
laparoskopi

PROGNOSIS
Apendisitis tak berkomplikasi membawa
mortalitas kurang dari 0,1%, gambaran yang
mencerminkan perawatan prabedah, bedah dan
pascabedah yang tersedia saat ini. Angka
kematian pada apendisitis berkomplikasi (kematian
biasanya oleh karena sepsis atau emboli paru)
telah berkurang menjadi 2 sampai 5 persen, tetapi
tetap tinggi dan tak dapat diterima (10-15%) pada
anak kecil dan orang tua. Pengurangan mortalitas
lebih lanjut harus dicapai dengan intervensi bedah
lebih dini (Grace, 2006).

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas.
Nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, agama,
alamat, diagnosa medis, nomor rekam medis, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian
b. Keluhan utama
Nyeri (diremas remas ataupun rasa nyeri seperti ditusuk tusuk)
c. Riwayat kesehatan sekarang
Mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian
nyeri perut sebelah kanan bawah)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pengalaman penyakit sebelumnya, riwayat pembedhan
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang sama seperti pasien, penyakit keturunan dan
menular lainnya.

f. Pola pengkajian gordon


1. Pola menejemen kesehatan - persepsi kesehatan : periksa ke
dokter dan periksa ke rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat.
2. Pola metabolik nutrisi: anoreksia, mual muntah. porsi makanan
tidak habis, penurunan berat badan, dan kenaikan suhu tubuh.
3. Pola eliminasi: konstipasi, diare (kadang-kadang).
4. Pola aktivitas dan latihan: malaise, mudah berkeringat saat
melakukan aktivitas, mengalami gangguaan melakukan aktivitas
secara mandiri.
5. Pola istirahat tidur: insomnia
6. Pola persepsi kognitif : pasien mengetahui penyakit yang
dialaminya akan segera sembuh dengan dilakukan pengobatan
medis yang sudah didapatkannya
7. Pola konsep diri dan persepsi diri: pasien cemas tentang
penyakitnya
8. Pola hubungan peran: interaksi dalam rumah, lingkungan tidak
mengalami gangguan
9. Pola reproduksi dan seksualitas
10.Pola toletansi terhadap stress-koping: emosi kurang stabil ketika
merasakan nyeri, sabar dalam proses pengobatan.
11.Pola keyakinan nilai: melaksanakan ibadah agama yang dianutnya
dengan kemampuan yang dapat dimilikinya

g. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi: abdominal swelling atau distensi abdomen.
2. Palpasi : nyeri tekan pada daerah perut kanan bawah, bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri apendisitis
3. Pemeriksaan colok dubur: menentukkan letak apendiks apabila
letaknya sulit diketahui. Nyeri, maka kemungkinan apendiks yang
meradang di daerah pelvis apendisitis pelvika.
4. Uji psoas dan uji obturator (mengetahui letak apendiks yang
meradang)
Uji psoas: hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha
kanan ditahan
Uji obturator: dilakukan gerakan fleksi dan andorotasi sendi
panggul pada posisi terlentang

Pemeriksaan colok dubur

Uji psoas
Uji obturator

Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan
abses ; prosedur invasif insisi bedah.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran cairan berlebih, pembatasan pascaoperasi, status
hipermetaabolik, inflamasi peritonium dengan cairan asing.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut) berhubungan dengan distensi
jaringan usus oleh inflamasi ; adanya insisi bedah.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi dan salah interpretasi informasi.

2. Intervensi
Diagnosa 1
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan abses ;
prosedur invasif insisi bedah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi berkurang.
Kriteria Hasil: Meningkatnya penyembuhan luka dengan benar, bebas
tanda infeksi/ inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam.
Intervensi:
1. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
Rasional: Dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis, abses,
peritonitis.
2. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/ drein
(bila dimasukkan), adanya eritema.
Rasional: Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,
dan/ atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada
sebelumnya.

3. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.


Berikan perawatan paripurna.
Rasional: Menurunkan resiko penyebaran infeksi.
4. Berikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada pasien/ orang
terdekat.
Rasional: Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan
dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.
5. Ambil contoh drainase bila diindikasikan.
Rasional: Kultur pewarnaan Gram dan sensitivitas berguna untuk
mengidentifikasikan organisme penyebab dan pilihan terapi.
6. Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional: Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan
jumlah mikroorganisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya)
untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga
abdomen.
7. Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.
Rasional: Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir.

3. Implementasi
Diagnosa 1
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada apendiks,
pembentukan abses ; prosedur invasif insisi bedah.
1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil,
berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri
abdomen.
2. Menginspeksi insisi dan balutan. Catat karakteristik
drainase luka/ drein (bila dimasukkan), adanya eritema.
3. Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan
luka aseptik. Berikan perawatan paripurna.
4. Memberikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada
pasien/ orang terdekat.
5. Mengambil contoh drainase bila diindikasikan.
6. Memberikan antibiotik sesuai indikasi.
7. Membantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.

3. EVALUASI
Dalam evaluasi biasanya di catat mengunakan format SOAPIER yang
bermakna :
S = Subyektif : Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh
pasien biasanya data ini berhubungan dengan criteria
hasil
O = Obyektif : Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh
perawat biasanya data ini juga berhubungan dengan
criteria hasil.
A = Analisa : Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan
pasien telah terpenuhi atau tidak
P = Plan of Care : Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan terhadap pasien.
I = Intervensi : tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang ada
E = Evaluasi : evaluasi terhadap tindakan keperawatan
R = Revisi

TERIMA
KASIH

You might also like