You are on page 1of 23

AMPUTASI

S1-4B
STIKep PPNI Jawa Barat

Kelompok 2

Febri Andri Kurniawan

Eka Agustian

Vahmi Irfani

Kiki Desfia Hayati

Mega Ayu Puji L

Sipta Apriliyanti

Lutfiah Islaminati

M Faisal Pahlevi

Winwin Winiarti

Ilfy Hasini

Sela Arumiyati

Pengertian

Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh


yang di sebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomyelitis, kanker (PSIK FKUI, dalam Lukman 2009). Menurut kamus
kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas,
pembuangan suatu anggota badan atau suatu pembunuhan dari badan.

Muttaqin (2012) amputasi yaitu tindakan memisahkan bagian kaki. Tindakantindakan ini dilakukan sebagai pilihan terakhir ketika masalah pada kaki
sudah tidak mungkin dapat di perbaiki dengan menggunakan teknik lain atau
kondisi kaki dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien scara utuh atau
merusak organ tubuh lain, seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Etiologi

Menurut Lukman (2009) amputasi disebabkan oleh penyakit vascular perifer


progresif (sering terjadi sebagai gejala sisa diabetes melitus), gangren,
trauma (cedera remuk, luka bakar), deformitas kongenital atau tumor ganas.

Dalam Doenges (2012) hal yang menyebabkan amputasi yaitu kecelakaan,


penyakit dan gangguan kongenital, sedangangkan jalam Jumeno dan adilis
(2010) penyakit, faktor bawaan lahir ataupun kecelakaan.

1.

Defek lahir kongenital (5%)

2.

Didapat (95%), terdiri dari :

a.

Penyakit oklusi arterial (Occlusive Arterial Disease) 60%.

b.

Trauma - 30%

c.

Tumor 5%

Sedangkan Tindakan Amputasi dapat dilakukan pada kodisi Lukman dan Nurna (2009):

a.

Faktor multiple pada organ tubuh tidak mungkin dapat di perbaiki

b.

Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin di perbailki

c.

Gangguan vaskuler/sirkulasipada ektremitas yang berat

d.

Infeksi yang berat dan beresiko akan menyebar ke anggota tubuh yang lain

e.

Adanya tumor yang tidak mungkin di terapi secara konservatif

f.

Deformitas organ

Jenis-jenis Amputasi

Menurut Muttaqin (2012):

1.

Jenis amputasi terbuka

2.

Jenis amputasi tertutup

Berdasarkan pelaksanaan amputasi juga di bedakan menjadi:

1.

Amputasi seletif/terencana

2.

Amputasi akibat trauma

3.

Amputasi darurat

Tingkatan Amputasi

Menurut Smeltzer dalam lukman (2009) tempat amputasi di tentukan


berdasarkan dua faktor, yaitu peredaran darah pada bagian tersebut dan
kegunaan fungsional, misalnya sesuai kebutuhan prosthesis. Batas/tingkat
amputasi ekstremitas bawah yang lazim di pakai, yang di sebut batas
amputasi. Sedangkan untuk ekstremitas atas tidak di pakai batas amputasi
tertentu, tetapi dianjurkan sedistal mungkin. Amputasi ekstremitas atas di
lakukan pada atas siku dan bawah siku. Sedangkan amputasi ekstremitas
bawah di lakukan pada atas lutut, disartikulasi lutut, bawah lutut dan syme.

Patofisiologi

Penilaian MMES (Mangled Extremity


Severity Score)
Kategori

A.

Kerusakan skeletal/jaringan lunak

Nilai

1.

Energy rendah

2.

Energy medium

3.

Energy tinggi

A.

Iskemi pada tungkai

1.

Nadi tidak ada/ menurun, perfusi normal

2.

Nadi (-),parastesia, cpr menurun

3.

Akral dingin, paralisis, sensasi (-) baal

A.

A.

Syok

1. Tek.sistolik > 90 mmHg

2. Hipotensi yang transien

3. Hipotensi yang persisten

usia

1.

< 30 tahun

2.

30-50 tahun

3.

>50 tahun

*pada kasus > 6 jam, nilai dikalikan 2

Komplikasi

Menurut Lukman (2009) pendarahan, infeksi dan kerusakan kulit merupakan


komplikasi amputasi. Pendarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh
darah besar dan dapat menjadi massif. Infeksi dapat terjadi pada semua
pembedahan, dengan peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi
serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi penggunaan prosthesis. Menurut Pusdiknakes dalam Lukman 2009
komplikasi yang dapat terjadi pada amputasi adalah infeksi, nyeri phantom
(phantom limp-pain), neuroma dan fleksi kontraktur.

Pemeriksaan diagnostik
Menurut Doengoes (2012):

Foto rontgen : mengidentifikasi abnomalitas tulang

CT scan : mengidentifikasi lesi neoplastic, osteomyelitis, pe,bentukan


hematoma

Angiografi dan pemeriksaan aliran darah : mengevaluasi perubahan


sirkulasi/perpusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi
penyembuhan jaringan setelah amputasi.

LED : mengidentifikasi respon imflamasi

Kultur luka : mengidentifikasi infeksi dan organisme penyebab

Biopsi : mengkonfirmasi adanya benigna/maligna

Penatalaksanaan
menurut Muttaqin (2012):

Balutan rigid tertutup

Balutan lunak

Amputasi bertahap

Prosthesis

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Pada fase praoperasi

Pada fase pasca bedah

Riwayat kesehatan

Perawatan memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin


dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit DM,
Jantung, ginjal dan paru, mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obatobatan.

Pengkajian fisik
Sistem tubuh

Kegiatan

Integumen :

Kulit secara umum

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi

Lokasi amputasi mungkin mengalami keadaan akut atau kondisi buruk, perdarahan atau

kerusakan progresif, kaji kondisi jaringan di atas lokasi amputasi terhadap terjadinya

Lokasi amputasi

stasis vena atau gangguan venus return.

Sistem kardiovaskuler

Mengkaji tingkat yang dapat dilakukan.

Pada pasien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.

Cardiac reserve

Mengkaji kemungkinan aterosklorosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh

darah.

Pembuluh darah
Sistem respirasi

Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis riwayat gangguan
napas.

Sistem urinary

Mengkaji jumlah urine 24 jam.


Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit

Mengkaji tingkat hidrasi.


Memonitor intake dan output cairan.

Sistem neurologi

Mengkaji tingkat kesadaran pasien.


Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan di
amputasi.

Sistem muskuloskeletal

Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

Pengkajian psikologi, sosial dan spiritual

Kondisi psikologi atau respon emosi pada pasien seperti ada atau tidakan nya kecemasan akan
dilakukan amputasi serta dampak yang akanmempengaruhi gaya hidup setelah amputasi.

Diagnosa Keperawatan

Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan


perioperatif

Risiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder


akibat trombositopenia dan cedera pada pembuluh darah

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder


terhadap amputasi

Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan


sekunder akibat luka pasca bedah

Intervensi Keperawatan
No
1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Kecemasan berhubungan dengan Dalam

waktu

kurang

pengetahuan

tentang kecemasan

kegiatan

perioperative

ditandai berkurang.
Kriteria evaluasi :

Data Subjektif :

1.

pasien
2.

melaporkan

takut

Mengungkapkan

terhadap

tindakan 2.

Pasien

mengatakan

pemahaman
kurang

Pasien meminta informasi

Data Objektif :
4.

Fraktur multiple

5.

Penyakit vaskuler

6.

Infeksi berat

7.

Tumor

8.

Keganasan

operasi

Rasional

Berikan bantuan secara fisik 1.

Secara psikologis meningkatkan

dan

rasa aman dan meningkatkan

psikologis,

memberikan

dukungan moral

tentang gugup atau cemas

pemahaman
3.

Sedikit

jam 1.

Pasien mengungkapkan rasa


pembedahan

2.

1x24

pada

dengan :
1.

Intervensi

Jelaskan

prosedur

operasi 2.

dengan sebaik-baiknya
3.

Atur
pasien

tentang

rasa saling percaya

waktu

khusus

untuk

Meningkatkan/memperbaiki
pengetahuan/ persepsi pasien

dengan 3.

berdiskusi

tentang kecemasan pasien

Meningkatkan rasa aman dan


memungkinkan

pasien

melakukan komunikasi secara


lebih terbuka dan lebih akurat

2.

Risiko tinggi syok hipovolemik Dalam waktu 1x24 jam risiko 1.

Pantau

berhubungan

(turgor kulit, membrane

pengganti ditentukan oleh

mukosa, haluaran urine)

keadaan status cairan

Kaji

Kehilangan

perdarahan

dengan syok
sekunder

trombositopenia

dan

hipovolemik

tidak

akibat terjadi
cedera Kriteria evaluasi :

pada pembuluh darah yang 1.

Pasien tidak mengeluh

ditandai dengan :

pusing

2.
3.

status

sumber

cairan 1.

kehilangan 2.

Jumlah

dan

tipe

cairan

cairan

dapat

cairan.

berasal dari factor ginjal

Kaji warna kulit, suhu,

dan

diluar

ginjal.

Data Subjektif :

2.

Turgor kulit normal

sianosis,nadi perifer, dan

Perdarahan

Kilen mengeluh pusing

3.

Ttv dalam batas normal

diaphoresis secara teratur

dikendalikan

Data Objektif :

4.

CRT kurang dari 3 detik 4.

Pantau

Mengetahui

1.

Urine > 600ml/hari

5.

Urine>600ml/hari

irama jantung.

pengaruh

2.

CRT > 3 detik

6.

Kadar trombosit dalam 5.

Kolaborasi:

adanya tahanan perifer

3.

Trombosit menurun

batas normal

pemberian cairan melalui 4.

Perubahan frekuensi dan

intra vena

irama jantung menunjukan

Berikan trombosit secara

komplikasi disritmia

6.

frekuensi

parenteral

dan 3.

pertahankan

5.

harus
adanya
peningkatan

Jalur yang paten penting


untuk

pemberian

cepat

dan

cairan

memudahkan

perawat dalam melakukan


control

asupan

dan

haluaran cairan
6.

Pemenuhan

kadar

trombosit

agar

dapat

secepatnya

dalam

batas

normal

3.

Gangguan rasa nyaman : Dalam waktu 3x24 jam 1. Evaluasi nyeri : berasal 1. Sensasi panthom limb
Nyeri berhubungan dengan nyeri hilang / berkurang

dari

sensasi

insisi

limb

atau

bedah

terhadap

sekunder Kriteria evaluasi :

amputasi

yang 1. Menyatakan

ditandai dengan :

hilang.

Data Subjektif :
1. Pasien

2. Ekspresi

mengatakan

nyeri
2. Pasien

dari

merintih

dan

tindakan

(perioperatif

yang

untuk

lama

panthom limb

akibat insisi

wajah 2. Berikan

analgesik 2. Pasien sering bingung

( kolaboratif )
pasien

memberikan

tekanan

pada

handuk

nyeri

insisi

nyeri

dengan

panthom limb
menghilangkan

nyeri

dan 4. Mengurangi nyeri akibat

menarik handuk dengan


berlahan

membedakan

dengan 3. Untuk

menempatkan puntung
Amputasi

waktu

sembuh daripada nyeri

lembut

Data Objektif :

luka

memerlukan

insisi. Bila terjadi nyeri

3. Ajarkan

meringis
Ada

rileks.

nyeri

panthom

nyeri panthom limb

4.

Kerusakan integritas jaringan yang Dalam waktu 3x24jam, integritas 1.

Kaji kerusakan jaringan lunak 1.

Menjadi

berhubungan

yang terjadi pada pasien

intervensi perawatan luka, alat apa yang alan diapakai,

Lakukan perawatan luka :

dan jenis larutan apa yang akan dipakai

Lakukan perawatan luka dengan 2.

Perawatan luka

teknik steril

Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi

dengan

kerusakan jaringan membaik secara optimal

jaringan sekunder akibat luka pasca Kriteria evaluasi :


bedah

1.

Data Subjektif :
Pasien

mengatakan

Pertumbuhan

2.
jaringan a.

meningkat
luka terbuka 2.

pasca-bedah

3.

Data Objektif :
4.

Keadaan luka membaik

b.

Kaji

keadaan

a.
luka

dasar

untuk

memberikan

informasi

dengan

kontiminasi kuman, langsung ke area luka

balutan b.

Manajemen membuka luka dapat megurangi stimulus

Pengeluaran pus pada luka

teknik

tidak ada lagi

mengurangi stimulus nyeri

nyeri dan dapat menghindari terjadinya perdarhan pada

Lakukan pemijatan lembut pada

luka akibat kasa yang kering karena ikut mongering

Luka menutup

c.

membuka

data

1.

Terdapat luka pasca-bedah

2.

Terdapat pengeluaran Pus

raea sekitar luka agar akumulasi

karena pus

3.

Luka membukan

hematoma dapat keluar dari c.

Akumulasi hematoma pasca-bedah berperan dalam

drainase.

menghambat

d.

Tutup luka dengan kasa steril

memperlama pertumbuhan jaringan

e.

Evaluasi kerusakan jaringan dan d.

Penutupan

perkembangan

terjadinya

pertumbuhan

peningkatan
dengan

epitelisasi

kasa

insfeksi

steril

yang

dapat

dapat

jaringan dan lakukan perubahan

pertumbuhan jaringan luka pasca-bedah

intervensi jika setelah waktu e.

Adanya

yang

melakukan

ditetapkan

perkembangan

tidak

ada

pertumbuhan

jaringan yang optimal

batasan

waktu

perawatan

selama

luka

pasien

sehingga
mencegah

menghambat

3x24jam
amputasi

dalam
kaki

menjadi tolak ukur keberhasilan dari intervensi yang


diberikan

Daftar Pustaka

Doenges E.M & Dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.

Konzier, erb oliveri (1991). Manual of Nursing practice. (Ed 4). Philadelphia:
J,B Lippincott.co.

Lukman & Nurna N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, arif. (2012). Gangguan Musculoskeletal: Aplikasi Praktik Klinik


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Vitriana. (2002). Rehabilitasi Pasien Amputasi Bawah Lutut dengan


Menggunakan Immediate Post Operative Prosthetic
http://www.healthyenthusiast.com/amputasi.html [04November 2015:
14:00 WIB].

You might also like