You are on page 1of 21

AGNOSTISISME

FAHRUDDIN FAIZ

Agnostisisme berasal dari perkataan Yunani gnostein (artinya "tahu;

mengetahui") dan a (artinya "tidak"). Arti harfiahnya "seseorang


yang tidak mengetahui".
Maksud

Umum: manusia tidak memiliki pengetahuan yang


diperlukan dan/atau alasan untuk memberikan landasan secara
rasional yang cukup untuk membenarkan keyakinan bahwa
dewa/tuhan ada atau tidak ada

Thomas Henry Huxley, seorang ahli biologi Inggris, mencetuskan

kata "agnostik" pada tahun 1869. Namun, pemikir sebelumnya dan


karya tulisnya telah banyak yang mempromosikan poin pandangan
agnostik, misalnya termasuk Sanjaya Belatthaputta, abad-5 SM filsuf
India yang menyatakan agnostisisme tentang hal-hal eskatologis,
Protagoras, abad-5 SM filsuf Yunani yang agnostik tentang dewa, dan
Nasadiya Sukta dalam Rig Veda yang agnostic tentang asal usul alam
semesta.

Istilah Agnotisism e
Secara Epistemologis: Teori pengetahuan yang

menyatakan bahwa manusia tidak mungkin


memperoleh pengetahuan yang sifatnya
fundamental (hakiki)
Secara Teologis: Pandangan bahwa tidak mungkin
manusia bisa memahami Tuhan

AG N O STISISM E SEBAG AIM ETO D E


(H uxley)
Positif: In matters of the intellect, follow

your reason as far as it will take you,


without regard to any other consideration.
Negatif: In matters of the intellect do not
pretend that conclusions are certain which
are not demonstrated or demonstrable.

AGNOTISISME VS SKEPTISISME
Bedakan

Agnostik & Agnostisisme, serta


skeptis & skeptisisme
Agnostik/Skeptik= sebuah sikap/pendekatan
persoalan
Agnostisisme= ideologi

Secara

teologis, Agnotisisme adalah satu


jenis skeptisisme dengan agama sebagai
obyeknya (Skeptisisme Religius)

Belief (Percaya) dan Acceptance (menerima)


Percaya: Mental State; menerima: Mental Act
Percaya dan menerima itu berhubungan, namun tidak saling

bergantung. Kadang kita menerima sesuatu namun tidak


percaya.
Menerima itu sifatnya sukarela, namun percaya tidak. Percaya
membutuhkan bukti/alasan.
MAKA bisa dibagi 2: Agnotisisme as not believing dan
Agnoticism as not accepting. Yang pertama memerlukan
bukti/alasan, yang kedua tidak.

JENIS AGNOTISISME
Agnostik ateisme
Pandangan mereka yang tidak percaya pada keberadaan Tuhan apapun, tetapi tidak mengklaim tahu
apakah dewa itu ada atau tidak ada.
Agnostik teisme
Pandangan mereka yang tidak mengaku tahu konsep keberadaan dewa/Tuhan apapun, tapi masih
percaya pada keberadaan tersebut.
Apatis atau agnostisisme pragmatis
Pandangan bahwa tidak ada bukti baik ada atau tidaknya dewa/Tuhan apapun.
Agnostisisme kuat (juga disebut "keras", "tertutup", "ketat", atau "agnostisisme permanen")
Pandangan bahwa pertanyaan tentang ada atau tidak adanya dewa/Tuhan, dan sifat realitas tidak dapat
diketahui dengan alasan ketidakmampuan alamiah kita untuk memverifikasi pengalaman dengan apapun
selain pengalaman subyektif lain.
Agnostisisme lemah (juga disebut "lunak", "terbuka", "empiris", atau "agnostisisme duniawi")
Pandangan bahwa ada atau tidaknya setiap dewa saat ini tidak diketahui, tetapi belum tentu untuk
kemudian hari, sehingga orang akan menahan penilaian sampai muncul bukti yang menurutnya bisa
menjadi alasan untuk percaya.

Dawkins Formulation
Label
Strong theist

Kemungkinan adanya
Tuhan
100%

Summary statements
Aku tidak hanya percaya, aku tahu.

Theist

Sangat tinggi namun


kurang dari 100%

Aku tidak memiliki pengetahuan dalam, namun aku percaya


Tuhan ada.

Agnostic

Lebih tinggi dari 50%

Aku tidak pasti, tapi aku cenderung percaya Tuhan itu ada.

Impartial
agnostic

50%

Strong
Agnostic

Lebih rendah dari 50%

Aku tidak pasti, dan aku ragu apakah Tuhan benar ada
(skeptis)

Atheist

Sangat rendah namun


lebih dari 0%

Aku tidak tahu, tapi menurutku tidak mungkin ada Tuhan.

Strong atheist

0%

Tuhan ada atau tidak itu sama-sama mungkin

Tuhan pasti tidak ada.'

Dawkins, Richard (2006). The God Delusion. Bantam Books. pp.p. 50. ISBN 0-618-68000-4.

IMMANUEL KANT

fenomena dan noumena.


Fenomena, kata Kant, adalah segala yang tercerap indera, "Yang
nyata adalah yang indrawi."
Sedangkan noumena adalah segala jenis pengetahuan yang di luar
indera, yang termasuk di dalamnya adalah Tuhan, jiwa, ruh,
kebebasan, keadilan, dan lain sebagainya.
Tapi Kant mengajukan syarat terkait noumena ini, katanya,
noumena itu mungkin saja ada, tapi ia di luar batas pengetahuan
kita. Ia tidak bisa diketahui apalagi dibicarakan. Batas-batas
pengetahuan manusia adalah sebatas dunia fenomena saja.
Nomena seperti Tuhan, akhirat dan kebebasan bisa dijadikan
postulat dengan diandaikan sebagai ada untuk tegaknya moralitas.

Positivisme Logis

Prinsip Ilmiah: Empiris & Rasional (rasional)


Metafisika: meaningless
Mode pembuktian dasar: verifikasi

Falsifikasi (karl Popper)

Mode Pembuktian Dasar= Falsifikasi


Contoh: Semua burung gagak hitam
Bagaimana dengan: semua burung gagak bertasbih, Allah
senantiasa menyayangi hamba-Nya?

Falsifikasi (Anthony Flew)

Kisah The Invisible Gardener

FALSIFIKASI: RASIONALISME KRITIS (Hans Albert)

Falsibilitas nalar, bukan sekedar difalsifikasi, tetapi prinsip dapat


difalsifikasi.
Tidak mungkin ada kebenaran akhir yang tidak dapat difalsifikasi.
Kebenaran semacam itu hanya akan menemui Trilema:
1. Infinite Regress (penjelasan yang butuh penjelasan lagi,
butuh penjelasan lagi, butuh penjelasan lagi, dst)
2. Jatuh dalam lingkaran setan logis dimana apa yang mau
dijelaskan akhirnya menjadi bukti yang menjelaskan
3. Dogmatisme, menghentikan penjelasan begitu saja.

You might also like