Professional Documents
Culture Documents
--
Oleh :
- Aprilia Nurlaily S
(D0113008)
- Estu Maina Santi
(D0113032)
- Fathoni Sakti A
(D0113034)
- Ismi Karimah
(D0113046)
ADMINISTRASI
KEUANGAN
NEGARA
- Kartika
(D0113048)
- Puji Lestari
(D0113076)
- Rhisma Digma N
(D0113086)
- Wahyu Siwi A
(D0113106)
Oleh :
- Aprilia Nurlaily S
(D0113008)
- Estu Maina Santi
(D0113032)
ANALISIS
- Fathoni
Sakti A APBD
(D0113034)
- Ismi JAKARTA
Karimah
(D0113046)
DKI
TAHUN
- Kartika
(D0113048)
2015
- Puji Lestari
(D0113076)
- Rhisma Digma N
(D0113086)
- Wahyu Siwi A
(D0113106)
ANALISIS APBD
DKI JAKARTA TAHUN
2015
LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN
Anggaran Daerah atau Anggaran Masalah dalam APBD adalah
Pendapatan dan Belanja Daerah terkait dengan penyusunan APBD
terkadang
muncul
dana
(APBD)
merupakan
instrumen yang
kebijakan
yang
utama
bagi siluman yang sengaja diselipkan oleh
para elit politik demi kepentingan
Pemerintah
Daerah.
Sebagai
mereka semata. Contoh pada dana
instrumen
kebijakan,
APBD siluman penganggaran UPS di APBD
menduduki posisi sentral dalam DKI Jakarta tahun 2015. Hal ini bisa
upaya pengembangan kapabilitas dan terjadi karena dalam penyusunan
efektifitas pemerintah daerah. APBD anggaran kurang ada transparasi
digunakan
sebagai
alat
untuk dari para birokrat. Oleh karena itu,
menggambarkan
besarnya gubernur DKI Jakarta menerapkan
pendapatan
dan
pengeluaran, system E-budgeting sebagai solusi,
membantu pengambilan keputusan agar dana anggaran yang telah
dan
perencanaan
pembangunan, dibuat dan disahkan tidak dapat
otorisasi pengeluaran di masa-masa diubah-ubah lagi oleh siapapun.
yang
akan
datang,
sumber
pengembangan
ukuran-ukuran
standar untuk evaluasi kinerja, alat
untuk memotivasi para
pegawai, dan
ADMINISTRASI
NEGARA FISIP UNS
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
PENDAHULUAN
Bagaimanakah
analisis
kasus
dan
penyelesaiannya terkait masalah penyimpangan
dalam penyusunan APBD DKI Jakarta tahun
2015?
RUMUSAN MASALAH
LANDASAN TEORI
Di
Indonesia,
system
Anggaran Pendapatan dan
perekonomian
yang
dianut
Belanja Daerah atau juga
didasarkan pada keselarasan,
dikenal dengan Anggaran
keserasian dan keseimbangan
Daerah adalah suatu bentuk
hubungan antara individu dan
kongkrit
rencana
kerja
masyarakat yang lahir dari
keuangan
daerah
yang
kepribadian bangsa Indonesia
komprehensif
yang
sendiri.
Anggaran
memuat
mengkaitkan penerimaan dan
daftar pernyataan rinci tentang
pengeluaran
pemerintah
jenis dan jumlah penerimaan,
daerha
yang
dinyatakan
jenis dan jumlah pengeluaran
dalam bentuk uang untuk
Negara yang diharapkan dalam
mencapai tujuan atau target
jangka
waktu
satu
tahun
yang direncanakan dalam
tertentu,
yang
selanjutnya
jangka waktu tertentu dalam
disebut Anggaran Pendapatan
satu tahun anggaran.
dan Belanja Negara (APBN) di
tingkat negara dan APBD pada
(R. A. Chalit, 1976 dalam Adisasmita,
tingkat daerah
ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNS
R., 2011)
LANDASAN TEORI
STRUKTUR APBD
LANDASAN TEORI
Pendapatan Daerah :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan yang
sah
Belanja Daerah :
a. Belanja Langsung
b. Belanja Tidak Langsung
3 Pembiayaan
ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNS
PENYUSUNAN APBD
LANDASAN TEORI
Mustopadidjaya, AR (1997: 8)
mengemukakan,
bahwa
kegiatan
penyusunan anggaran pemerintah
daerah (APBD) meliputi perencanaan,
pendapatan, dan pengeluaran. Pada
sisi pendapatan dilakukan estimasi
penerimaan daerah yang mungkin
dicapai pada tahun yang akan datang,
begitu
juga
dengan
perkiraan
pengeluaran rutin, termasuk belanja
pegawai dan lain sebagainya. Atas
dasar perkiraan penerimaan dan
pengeluaran rutin tersebut, diketahui
besarnya
tabungan
pemerintah,
dengan demikian besarnya dana
untuk mencapai berbagai sasaran
dapat diperhitungkan.
PROSES PENYUSUNAN
APBD
LANDASAN TEORI
TAHAP PERTAMA
- Biro/bagian keuangan sudah mempunyai perkiraan mengenai
penerimaan dalam tahun anggaran yang akan datang sehingga
dapat dikeluarka surat edaran oleh Kepala Daerah.
- Memintakan pengajuan usul Anggaran Belanja Rutin dari
Dinas/Lembaga Daerah dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan
Daerah (DUKDA).
- Meminta kepala Dinas/Lembaga Daerah supaya mengajukan
Usul Anggaran Pembangunan dalam Bentuk Daftar Usulan
Proyek Daerah (DUPDA)
TAHAP KEDUA
- Pengajuan DUKDA oleh Dinas/Lembaga Daerah, diteliti dan
dibahas
oleh
Biro/Bagian
Keuangan
bersama-sama
Dinas/Lembaga Daerah yang bersangkutan.
- Pengajuan DUPDA oleh Dinas/Lembaga Daerah dan
pembahasan antara BAPPEDA Propinsi/Kabupaten Biro/Bagian
Keuangan, Biro/Bagian Pembangunan bersama dengan
Dinas/Lembaga Daerah mengenai rencana yang tertera dalam
DUPDA berdasarkan skala prioritas dalam Repelita Daerah.
TAHAP KETIGA
- Pengelolaan pada Biro/Bagian Keuangan, Biro/Bagian
Pembangunan dan Bappeda Propinsi/Kabupaten mengenai usul
tersebut, serta penyesuaian skala prioritas dan kemampuan
pembiayaan Daerah.
TAHAP KEEMPAT
- DUKDA dan DUPDA yang telah selesai diteliti dan dibahas
selanjutnya diajukan kepada Kepala Daerah.
- Persetujuan dari Kepala Daerah.
- Penuangan anggaran dalam bentuk Pra Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk disampaikan kepada
Dewan.
- Apabila dianggap
perlu Pra RAPBD tersebut dapat
disampaikan kepada DPRD d.h.i Panitia Anggaran
TAHAP KELIMA
- Penyampaian Nota Keuangan dan Rencana Peraturan Daerah
tentang penetapan APBD beserta lampirannya (Rancangan
APBD) kepada DPRD.
- Pembahasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
- Persetujuan oleh DPRD.
- Penetapan APBD dalam bentuk Peraturan Daerah.
TAHAP KEENAM
- Pengiriman Peraturan Daerah tentang penetapan APBD
kepada pejabat yang berwenang untuk disahkan.
- Persiapan-persiapan pelaksanaan kegiatan dalam tahun
anggaran mendatang.
GAMBARAN UMUM
PERMASALAHAN DANA
SILUMAN
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM
PERMASALAHAN DANA
SILUMAN
PEMBAHASAN
CONTOH KASUS
PEMBAHASAN
Komponen
perubahan
Ada
juga
peningkatan
pembiayaan
karena
pendapatan daerah yang
adanya
penambahan
mengalami
penurunan
penyertaan
modal
diantaranya pendapatan
asli
daerah
(PAD)
pemerintah pada sejumah
berkurang sebesar Rp
BUMD.
2,3
triliun
dan
pendapatan yang sah
berkurang Rp 1,9 triliun.
Nilai APBD-P DKI Jakarta 2015 turun sebesar 5 persen
atau sebesar Rp 3,5 triliun, yang semula dalam APBD
Penetapan DKI 2015 sebesar Rp 69,2 triliun, dan berubah
menjadi Rp 65,7 triliun dalam APBD-P DKI 2015.
CONTOH KASUS
PEMBAHASAN
Untuk
mengatasi
agar
tidak terjadi lagi masalah
dana
siluman
karena
kurangnya
transparasi
tersebut maka ditetapkan e
budgeting pada APBD DKI
2015. Setiap anggaran yang
keluar
dapat
terlihat,
sehingga bisa meminimalisir
penyelewengan anggaran.
KESIMPULAN
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
PENUTUP
Karena
ada
beberapa
masalah
tersebutterjadi
perubahan penurunan nilai
APBD-P dikarenakan adanya
beberapa
perubahan
dan
penambahan
terkait
penyertaan modal pemerintah
(PMP) dan belanja daerah
serta
dikarenakan
adanya
penurunan
nilai
anggaran
pendapatan
daerah
dan
belanja daerah.
Penyelesaian masalah dana
siluman pada APBD-P adalah
dengan cara ditetapkannya ebudgeting pada APBD DKI
2015
TERIMAKASIH
ADA PERTANYAAN ?