You are on page 1of 27

Skrining dua arah (bidirectional screening)

tuberculosis dan diabetes


melitus di layanan primer
studi pendahuluan
Indah S. Widyahening
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI

dr. Indah S Widyahening, MS, MSc-CMFM


Pendidikan:
Fakultas Kedokteran UI
MSc in Clinical Medicine Family Medicine, University of the Philippines
Manila
Pekerjaan: Staf Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran UI, Divisi Kedokteran Keluarga
Organisasi:
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)
Anggota Kelompok Kerja Percepatan Pelaksanaan Program Dokter
Layanan Primer
Anggota Deklarator Dokter Spesialis Layanan Primer Indonesia
Anggota Komite Ahli Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Nasional

IDF Diabetes Atlas 2013

IDF Diabetes Atlas 2013

Latar belakang

World Health Organization

Peningkatan ancaman beban ganda


diabetes dan tuberkulosis
TB
22 negara
dengan
beban TB
tinggi
(WHO);
meliputi
80% kasus
TB di
seluruh
dunia (2008)

Cina
India
Brazil
Banglade
sh
Indonesi
a
Pakistan
Rusia

Diabet
10
negara
es
dengan
jumlah
penyandang
DM
terbanyak

Tuberkulosis dan Diabetes


Penyandang diabetes memiliki risiko 2-3 kali lebih besar
mengalami TB daripada yang tidak memiliki diabetes.
Pasien TB yang memiliki diabetes berisiko 4 kali lebih tinggi
mengalami kematian akibat TB dan mengalami kekambuhan
pasca terapi.
Pasien TB yang memiliki diabetes lebih sering memiliki sputum
positif dan lebih lama mengalami perubahan menjadi sputum
negatif.
TB dikaitkan dengan buruknya pengendalian gula darah pada
penyandang diabetes.

Rekomendasi
A. Membangun mekanisme kolaborasi
B. Deteksi dan penatalaksanaan TB pada pasien
diabetes
C. Deteksi dan penatalaksanaan diabetes pada
pasien TB

Tujuan
Mengetahui prevalensi tuberkulosis pada penyandang
diabetes di puskesmas
Mengetahui prevalensi diabetes pada pasien
tuberkulosis di puskesmas

Metode
Studi cross-sectional di 5 kota: Jakarta (11 pkm), Bogor
(5 pkm), Kupang (6 pkm), Manado (4 pkm), Ternate (7
pkm)
Subyek: pasien dewasa dengan diabetes dan
tuberkulosis yang berobat di puskesmas
Pengumpulan data: September 2013-April 2014

Alur skrining pasien TB*

*Konsensus Perkeni 2011

Alur skrining pasien DM

*Panduan deteksi dini tuberkulosis dan DM


di layanan primer. IKK-IPD-Pulmonologi

Hasil

Prevalensi

Faktor yang berhubungan


terhadap keberadaan TB pada
pasien DM
Berat badan turun (OR=1,7; 95% CI= 1,1-2,9)
Badan lemas (OR=2,2; 95% CI= 1,3-3,7)
Riwayat merokok (OR=4,9; 95% CI= 2,9-8,4)
Usia <40 tahun (OR=3,8; 95% CI= 1,6-9,2)
Gizi kurang (OR=10,8; 95% CI= 4.0-29.5)

Faktor yang berhubungan


terhadap keberadaan DM pada
pasien TB
Gizi lebih dan obesitas (OR=3,1; 95% CI= 1,3-7,7)
Tingkat pendidikan rendah (OR=2,1; 95% CI= 1,1-3,9)

Perbandingan prevalensi di
beberapa negara
DM pada pasien TB

TB pada pasien DM

Taiwan: 27,9%

Taiwan: 3,89 per 1000


pasien

Hanoi-Vietnam: 8,8%

Mexico: 51,3% LTBI

India: 25,3%

India: 2,7%

Negara-negara Timur
Tengah: 4-41%
Nigeria: 12,3%

Tantangan dalam melaksanakan


skrining di layanan primer
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis TB yang
tersedia di puskesmas hanyalah pemeriksaan sputum.
Bila pasien tidak memiliki gejala klinis dan tidak bisa
mengeluarkan sputum maka pasien harus dirujuk.
Rendahnya motivasi pasien untuk melakukan skrining
Program PTM di puskesmas belum berjalan sebaik
program TB
Di tingkat puskesmas, belum ada koordinasi antara
program PTM dengan program TB

Panduan pengelolaan TB-DM di FKTP


(Kemkes RI 2015)
Penapisan TB pada penyandang DM di FKTP:
Wawancara untuk mencari salah satu gejala/faktor risiko TB di bawah ini:

Batuk, terutama batuk berdahak 2 minggu


Demam hilang timbul, tidak tinggi (subfebris)
Keringat malam tanpa disertai aktivitas
Penurunan berat badan
TB ekstra paru antaralain: pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
Sesak, nyeri saat menarik napas, atau rasa berat di satu sisi dada

Pemeriksaan foto toraks untuk mencari abnormalitas paru apapun. Indikasi


pemeriksaan foto toraks ulang ditentukan oleh dokter.
Jika salah satu pemeriksaan positif, penatalaksanaan sesuai pedoman
penanggulangan TB nasional (diagnosis dengan pemeriksaan sputum mikroskopis)
Jika negatif, wawancara diulang setiap kunjungan, pemeriksaan foto toraks sesuai
indikasi

Konsensus pengelolaan TB-DM


Indonesia, 2015

Panduan pengelolaan TB-DM di FKTP


(Kemkes RI 2015)
Untuk semua kasus TB terduga DM di FKTP penegakkan Diagnosis
DM dengan kriteria :
Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126mg/dl (puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam), atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dengan
keluhan klasik (keluhan klasik DM : Poliura, polidipsi, polifagi,
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya),
atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl 2 jam setelah
TTGO dengan beban 75 gram. Pemeriksaan glukosa dengan
menggunakan metode ensimatik dengan spesimen darah vena

Konsensus pengelolaan TB-DM


Indonesia, 2015

Kesimpulan
Program skrining dua arah TB-DM bisa dilaksanakan di
layanan primer, namun diperlukan koordinasi lintas
program dan integrasi dalam pencatatan dan pelaporan.
Pemerintah perlu memikirkan ketersediaan pemeriksaan
penunjang untuk deteksi tuberkulosis selain pemeriksaan
sputum mikrobiologis di layanan primer.
Petugas di lapangan perlu mendapat pelatihan edukasi
agar dapat memotivasi pasien melakukan skrining.

Acknowledgement
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUIRSP
Center for Research and Integrated Development of
Tropical Health and Infectious Diseases (CRID-TROPHID) UI
Dinas Kesehatan Propinsi DKI, Kota Bogor, Kota Kupang,
Kota Manado dan Kota Ternate
World Diabetes Foundation

Terima kasih

You might also like