You are on page 1of 24

Konstipasi

Konstipasi ?

Kesulitan berak.
Keras
Masa bertambah besar.
Menimbulkan rasa sakit
Bowel habit ( kebiasaan
berak ) normal :
frekwensi, konsistensi,
warna dan ukuran.

Mitos Konstipasi
Mitos : buang air besar diperlukan setiap
hari.
Mitos : Sisa makan yang terkumpul akan
diabsorpsi dan berbahaya untuk tubuh
atau akan memperpendek usia.
Pemakaian laksan berlebihan.
$400 juta /tahun untuk laksan.( usia dewasa )

Bowel habit normal

Pra-sekolah : 3 x/hari ; 3 x/minggu.


Bayi minggu I : 1 9 x/hari
Bayi minggu II : 1 7 x/hari.
Konsistensi normal.
Ukuran besar normal.

Kriteria belum jelas.


Tinja keras, tidak kerap
keluar, ukuran besar.
Bukan penyakit, gejala.
Definisi : kesulitan
pengeluaran tinja dan
menimbulkan penderitaan.
Kronis : > 2 minggu

Batasan :
Secara praktis istilah konstipasi biasanya
mencakup beberapa gejala dan tanda
tanda adanya kesulitan dalam hal
pengeluaran tinja atau suatu retensi yang
abnormal dari
tinja yang dapat
menyebabkan penderitaan pada pasien
( Murphy, 1996 ).

Frekwensi berak

Berak Normal

Konsistensi tinja
Ukuran besar tinja
Konstipasi

Berak Abnormal

Enkopresis
Fecal Soiling

Fisiologi
Aspek Sensori : serat somatosensori
aferen (merasakan keberadaan sesuatu
dalam saluran anal)
Aspek Motor : otot polos sfingter anal
internal dan otot bergarisn lantai pelvis dan
sfingter anal eksternal

Patofisiologi
Gangguan pada salah satu atau lebih aspek
sensori dan motor.
Idiopatik : tidak diketahui penyebabnya.
Predisposisi genetik, lesi korda
spinalis,spastisitas nervus levator ani,
gangguan relaksasi otot pubo rektalis,
kelainan anorektal primer/sekunder sebagai
akibat sistemik, menahan tinja intensional.
Enkopresis/fecal soiling : inkontinensia tinja
bukan karena organik.(konstipasi psikogenik)

Epidemiologi

3% dari kunjungan klinik.


30% dari kunjungan ahli gastroenterologi.
Prevalensi : 0.3% - 28% (usia muda lebih sering )
Laki : 70.3% - Perempuan : 29.63% ( Pitono
Soeparto 1991 )
Konstipasi kronik : 15.05% Hirschprung ; 39.78%
megakolon dengan PA normal.
35.48% : radiologi normal.
2.15% : hipomotilitas usus.

Penyebab Organik

Kelainan anatomi anorektum.


Stenosis anal kongenital.
Striktur kolon ( NEC/IBD).
Gangguan primer saraf enterik atau otot
polos usus (Hirschprung); neuropati
viseral (diabetes)

Penyebab Fungsional
Sebagian besar penyebab konstipasi
kronik.
Studi motilitas:perpanjangan masa
transit intestinal.
Peningkatan nilai ambang sensitisasi
distensi rektal.
Faktor lingkungan, genetik,psikososial
dan diet.

Gejala Klinik

Kesulitan defekasi.
Anoreksia ringan.
Tenesmus.
Nyeri perut.
Flatus berlebihan.
Bercak garis darah akibat fisura ani.
Menarik perhatian ( soiling )
Keengganan memakai toilet.

Diagnosis :
Sebagian besar idiopatik.
Riwayat penyakit yang cermat dan
DP.
Bayi / anak : masalah pemberian
diet, lesi anatomi, obat, metabolik
atau endokrin.
Riwayat diet.

Menentukan penyebab Konstipasi


Darah lengkap, urine
dan feses, uji fungsi
tiroid, kalsium, glukosa
dan elektrolit.
Proctoscopi kolon.
Pemeriksaan lain.

Apakah konstipasi ini


keadaan yang serius ?
Merupakan tanda dari
penyakit lain.
Perdarahan per rektum :
fisura ani.
Kadang : penyebab prolaps
rektum.

Catatan penting
Konstipasi kronik masa bayi sering
didapatkan penyebab yang mendasari.
Konstipasi kronik pada masa anak sering
karena idiopatik/konstipasi fungsional.
Keterlambatan pengeluaran mekoneum
pada usia bayi, kegagalan pertumbuhan
dan distensi abdominal sering sebagai
petunjuk penyebab organik.

Penanganan :

Tergantung penyakit dasar.


Manipulasi diet.
Laksan atau minyak mineral.
Tahap pertama : disimpaction.
Tahap kedua : mencegah penumpukan.
Tahap ketiga : Toilet training

Aganglionosis Kongenital
(Penyakit Hirschprung )
Tidak adanya sel ganglion di dalam
pleksus mienterikus dan submukosa.
Segmen usus yang terkena bervariasi.
80% tidak sampai kolon sigmoid, 3%
meliputi seluruh kolon dan jarang
samapi duodenum.
1 dalam 5000 kelahiran hidup

Patogenesis/patofisiologi
Kegagalan migrasi kranio-kaudal dari cikal
bakal sel ganglion sepanjang usus pada
minggu ke 5 sampai minggu ke 12.
Kegagalan deferensisasi atau kelangsungan
hidup neuron daerah yang terkena.
Hilangnya peristalsis propulsif segmen
aganglionik dan sfingter anal internal gagal
untuk relaksasi pada saat distensi rektum.
Gejala obstruksi, distensi dan konstipasi.

Klinis
Mekonium terlambat keluar pada hari pertama
kelahiran.(lebih dari 48 jam)
Curiga pada anak dengan konstipasi sejak masa
neonatus.
Konstipasi masa neonatus perlu diperiksa
secara teliti.
Gejala obstruksi pada hari ke dua.( distensi
abdominal, minum kurang dan muntah)
Pemeriksaan rektal : saluran anal dan ampula
rekti yang kecil.

Radiologi dan PA

Penanganan
Stabilisasi keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Antibiotika.
Pembedahan.
Myectomy ( segmen pendek )

You might also like