You are on page 1of 35

Azis Aimaduddin.

AI
PPDS I Ilmu Bedah FK UNS/ RSDM

Isi ruang intrakranial terdiri dari :

- Otak 87 % (air 77 %).


- Darah 4 %.
- Cairan Serebro Spinal 9 %.
Normal 10-15 mmHg.
TIK >20 mmHg kerusakan

otak.
Berlaku hukum Monro-Kellie.

Volume intraktranial selalu konstan. Bila ada suatu massa


seperti hematoma akan menyebabkan tergesernya cairan
dan darah vena dari ruang intracranial dengan volume yang
sama, TIK akan tetap normal.

Bila mekanisme kompensasi ini terlampaui, maka jumlah massa


yang sedikit saja akan menyebabkan kenaikan TIK yang tajam.

Tekanan perfusi otak pertukaran oksigen dan nutrisi

dari pembuluh darah ke jaringan otak.

Gejala Klinis

Macam-macam herniasi otak

Herniasi Subfalcine(Cingulate)
Definisi: gyrus cingulai mengalami

herniasi ke bawah falks cerebri.


Etiologi: lesi supratentorial lateral
Gambaran klinis:
Biasanya asymptomatic, lakukan
observasi ketat secara klinis atau
radiologis.
Waspadai terjadinya herniasi
transtentorial, yang akan beresiko
menekan arteri serebri anterior.

Herniasi Tentorial Central (Axial)


Definisi: Pergeseran otak

(diencephalon dan mesencephalon)


ke kaudal melalui incisura trans
tentorial
Etiologi: lesi supratentorial midline,

pembengkakan cerebral yang difus,


herniasi uncal tahap lanjut.

Gambaran klinis:
Deteriorasi mulai dari rostral ke caudal ( kegagalan

diencephalon sampai medulla oblongata secara berurutan).


Penurunan tingkat kesadaran ( penekanan mesencephalon).
Gangguan pergerakan bola mata gangguan gerakan ke

atas (sunset eyes)


Perdarahan batang otak akibat robekan vasa perforantes

arteri basilaris.
Diabetes insipidus (akibat penarikan tangkai hipofisis dan

hypothalamus) tanda stadium akhir.

Herniasi Tentorial Lateral (Uncal)


Definisi: uncus lobus temporalis dan hipokampus bergeser ke

medial ke arah tepi tentorial dan batang otak.


Etiologi: lasi supratentorial lateral (seringkali akibat hematoma
post trauma yang meluas secara cepat).
Gambaran klinis:
Dilatasi pupil ipsilateral, refleks negatif (tanda paling awal,
dan paling terpercaya), kelumpuhan gerak bola mata
(penekanan pada N III)
Penurunan tingkat kesadaran (penekanan mesencephalon)
Hemiplegia kontralateral.

Herniasi Tentorial Lateral (Uncal)

Beberapa kasus Kernohans


notch: kompresi pedunculus serebri
(mesencephali) kontralateral karena
pergeseran otak hemiplegia
ipsilateral (bisa mengakibatkan
kesalahan menentuan letak lesi).

Bila berlanjut gangguan batang


otak sebagai disfungsi rostro-kaudal
dari pons dan medulla oblongata
seperti pada herniasi sentral.

Koma karena Lesi Supratentorial.


Ada 3 jenis proses lesi :
Gangguan bilateral difus (kortikal dan substansia alba).
Lesi destruktive sub-kortikal.
Lesi destruktive oleh massa pada hemisferium serebri.

Sindrom herniasi sentral dari rostro-kaudal.


Tanda Klinik :
- Fase Diensefalik
- Fase Midbrain-Pons Atas
- Fase Pontin Bagian Bawah-Medulla Atas

- Fase Diensefalik : penurunan kesadaran, pernafasan Cheyne-

Stokes, pupil midriasis dan hemiparese kontralateral.


- Fase Midbrain-Pons Atas: pernafasan takipneu, oftalmoplegia

intranuklear, gangguan reflek okulo-vestibuler dan postur


deserebrasi.
- Fase Pontin Bgn Bawah-Medulla Atas : pernafasan cepat dan

dangkal (hiperventilasi), oftalmoplegia intranuklear dan tidak


ada reflek okulo-vestibuler.

Herniasi Tonsil (Coning)


Definisi: tonsil cerebelli herniasi melalui

foramen magnum (disebut juga herniasi


foramen magnum)
Etiologi: lesi infra tentorial, atau terjadi
setelah adanya herniasi tentorial central
Gambaran klinis:
Kompresi pusat kardiovaskuler dan
respirasi di medulla oblongata (fatal)
Dapat diakibatkan oleh LP (lumbar
punction) pada pasien dengan SOL
(space occupying lesion) (umumnya
di fossa posterior basis cranii)

Herniasi ke atas (Upward)


Definisi: heniasi vermis cerebelli melalui incisura tentorii,

dan menekan mesencephalon.


Etiologi: massa yang besar di fossa posterior basis cranii
sehingga menyebabkan herniasi serebellum ke arah
rostral, sering kali setelah VP (ventriculo-peritoneal)
shunting
Gambaran klinis:
Kompresi arteri cerebelli superior infark cerebelli
Kompresi aqueductus cerebri (mesencephali)
hydrocephalus

Penatalaksanaan
Tujuan:
Menjamin pasokan oksigen dan nutrisi serebral yang

adekuat dengan memelihara TPO dan oksigenasi arteriol


dan menghindari hipoglikemia dan hiperglikemia.
Mencegah terjadinya peningkatan metabolisme otak

yang berlebihan yang dapat memicu kenaikan TIK lebih


hebat.

Mencegah timbulnya faktor-faktor pencetus peningkatan

TIK seperti demam, kejang, nyeri obat-obat stimulasi


SSP seperti ketamin, hiperkapnea, hipoksemia, batuk
dan muntah dan mengejan.
Menghilangkan penyebab primer misalnya evakuasi

massa intracranial, VP-shunt untuk hidrochepalus dan


mengatasi edema serebri.
Menurunkan TIK dengan memposisikan kepala lebih

tinggi dan pemberian obat-obatan (manitol) dan operasi


craniotomi dekompresi.

Manajemen Tekanan Intra Kranial


Pemasangan TIK Monitor
Menjaga CPP 60 - 70 mmHg
Drainase Cairan Serebrospinal (CSF)
Manitol 0,25 - 1,0 gr/KgBB
Hiperventilasi PaCO2 30-35 mmHg (pada kasus impending

herniasi)
Terapi tersier: barbiturat dosis tinggi, hyperventilation PaCO2

<30mmHg, Hypothermia, Decompressive Craniectomy.

Monitor TIK
Monitor TIK perlu dilakukan pada pasien cedera otak

berat (GCS 3-8 setelah resusitasi) dengan CT Scan


kepala abnormal (hematoma, contusio, edema atau
penyempitan sisterna basalis ).
Monitor TIK juga perlu dipasang pada pasien Cedera
Otak Berat (COB) dengan CT scan kepala normal jika
didapatkan dua atau lebih dari hal berikut :
a. Usia > 40 tahun
b. Tekanan darah sistolik < 90
c. Postural bilateral atau unilateral

Komplikasi Herniasi Otak


Iskemik hingga kematian parenkim otak
Penekanan pembuluh darah dan akibat dari infark (akibat

penekanan arteri cerebral posterior menyebabkan gangguan


kortek pengelihatan)
Kompresi saraf (misalnya N. III pada hernia trantentorial

menyebabkan dilatasi pupil gangguan gerakan bola mata).


Kematian (akibat kompresi brainstem pada herniasi tentorial).

Brain death: berhentinya fungsi otak secara irreversible.


Tidak ada pernafasan spontan setelah PaCO2 50 mmHg

selama 10 menit.
Dilatasi pupil dan tidak ada reflek cahaya.
Tidak ada reflek okulosefalik maupun okulovestibuler.
Tidak ada respon terhadap rangsang nyeri.
Tidak dalam pengaruh obat-obatan.
Pemeriksaan EEG dapat membantu : tidak ada aktivitas

otak.

You might also like