You are on page 1of 50

PPh Badan

Widy Setiawan, S.E.

Dasar Hukum
UU No. 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
TERAKHIR DENGAN UU No. 36 TAHUN 2008
Berbagai peraturan dalam Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri Keuangan, dan peraturan
pelaksanaan lainnya

PAJAK PENGHASILAN
(PPh)

ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK

Subjek Pajak
- ORANG PRIBADI dan - WARISAN YG
BELUM TERBAGI
Badan
BENTUK USAHA TETAP (dipersamakan
dengan badan)

Subjek Pajak (lanj.)

Dalam Negeri
Luar Negeri

Subjek Pajak (lanj.)


Dalam Negeri
o orang pribadi yang bertempat tinggal/berada di
indonesia lebih dari 183 hari dlm 12 bulan;
atau dalam suatu tahun pajak berada di
indonesia dan mempunyai niat bertempat
tinggal di indonesia
o Badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia
o Warisan yang belum terbagi

Subjek Pajak (lanj.)


Luar Negeri
o orang pribadi yang TIDAK bertempat
tinggal/berada di indonesia TIDAK lebih dari
183 hari dlm 12 bulan;
o Badan yang TIDAK didirikan atau TIDAK
bertempat kedudukan di Indonesia
YANG MENJALANKAN USAHA ATAU KEGIATAN
MELALUI BUT DI INDONESIA atau
YANG MENERIMA PENGHASILAN BUKAN DARI
MENJALANKAN USAHA ATAU KEGIATAN MELALUI
BUT DI INDONESIA

Bentuk Usaha Tetap


BENTUK USAHA YANG
DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI
SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN

BADAN
SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
DI INDONESIA

Bentuk Usaha Tetap


(Lanj.)
DAPAT BERUPA:
oTempat kedudukan manajemen
oCabang perusahaan
oKantor perwakilan
oGedung kantor
oPabrik
oBengkel, Gudang, Ruang Promosi & Penjualan
oPertambangan dan penggalian sumber alam,
owilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
oPerikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
oProyek konstruksi/instalasi/perakitan
oPemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
oAgen yang kedudukannya tidak bebas
oAgen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima
premi atau menanggung resiko di Indonesia
okomputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF


Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI

SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI

ORANG PRIBADI

SELAIN BUT

MULAI :
- SAAT DILAHIRKAN
- SAAT BERADA ATAU BERNIAT
TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR :
- SAAT MENINGGAL
- MENINGGALKAN
INDONESIA UNTUK
SELAMANYA.

BADAN
MULAI :
SAAT DIDIRIKAN/BERKEDUDUKAN
DI INDONESIA
BERAKHIR :
SAAT DIBUBARKAN ATAU TIDAK
LAGI BERKEDUDUKAN DI
INDONESIA.

MULAI :
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DARI INDONESIA
BERAKHIR :
SAAT TIDAK LAGI
MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN
DARI INDONESIA

WARISAN
YG BELUM
TERBAGI

MULAI :
SAAT TIMBULNYA
WARISAN
BERAKHIR : SAAT
WARISAN
SELESAI
DIBAGIKAN

BUT
MULAI :
SAAT MELAKUKAN USAHA /
KEGIATAN MELALUI BUT DI
INDONESIA
BERAKHIR :
SAAT TDK LAGI MENJALANKAN
USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT
DI INDONESIA.

10

Objek PPh
objek PPh adalah penghasilan, yaitu:
setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun

Tambahan Kemampuan Ekonomis


Penghasilan dari
usaha/kegiatan
Penghasilan dari
modal/investasi
Penghasilan lain-lain

Penghasilan dari usaha atau


kegiatan
laba usaha
premi asuransi

iuran yang diterima/diperoleh


perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan
usaha / pekerjaan bebas
hadiah dari pekerjaan atau kegiatan
dan penghargaan

Penghasilan dari modal/investasi


Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
1.keuntungan karena
pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2.keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan dan
badan lainnya;
3.keuntungan
karena
likuidasi,
penggabungan,
peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi
dengan nama dan dalam bentuk apapun;
4.keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali hibah pasal 4 ayat 3; dan
5.keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan

Penghasilan dari modal/investasi


(lanj.)
bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan karena jaminan pengembalian
utang
dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
royalti atau imbalan atas penggunaan hak
sewa & penghasilan lain sehub dengan
penggunaan harta

Penghasilan Lain-lain
hadiah dari undian
penerimaan kembali pembayaran pajak
yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
penerimaan atau perolehan pembayaran
berkala
keuntungan karena pembebasan utang,
kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah

Penghasilan Lain-lain
(lanj.)

keuntungan selisih kurs mata uang asing


selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak
penghasilan dari usaha berbasis syariah
imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan
Surplus Bank Indonesia

PENGHASILAN TERTENTU YANG


PENGENAAN PAJAKNYA TELAH DIATUR DGN
PERATURAN PEMERINTAH (PP)
1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)
2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN ( PP No. 132 TAHUN 2000)
3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
(PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No. 79 TAHUN 1999 jo. 71 TAHUN 2008)
4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SBI ( PP No. 131 TAHUN 2000 jo KMK No.51/KMK.04/2001)

5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


( PP No. 29 TAHUN 1996 Jo. PP No. 5 Tahun 2002 )
6. PENGHASILAN BERUPA OBLIGASI YG DIPERDAGANGKAN
DI BURSA EFEK (PP Nomor 16 TAHUN 2009 Jo. PMK No. 85/PMK.03/2011)
7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTAN
( PP No. 51 TAHUN 2008 jo. PP No. 40 TAHUN 2009 jo.
PMK No. 187/PMK.03/2008 jo. 153/PMK.03/2009)

Penghasilan yang dapat dikenai PPh


Final
penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
penghasilan berupa hadiah undian;
penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi,
usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
penghasilan tertentu lainnya.

Bukan Objek PPh


bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah; dan
harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, badan kegamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang

Bukan Objek PPh (lanj.)


Warisan;
harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
pembayaran dari perusahaan asuransi kepada
orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

Bukan Objek PPh (lanj.)


dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara,
dan badan usaha milik daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (duapuluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
(syarat mempunyai usaha aktif dihapus di UU Baru)

Bukan Objek PPh (lanj.)


iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota
dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi;
Dihapus (Bunga Obligasi yg diterima Perusahaan
Reksadana)

Bukan Objek PPh (lanj.)


penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dgn syarat badan pasangan usaha tersebut :
1. merupakan perusahaan kecil, menengah, atau
yang menjalankan kegiatan dalam sektorsektor usaha yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia.

Bukan Objek PPh (lanj.)


beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuan-nya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri keuangan.

Biaya Fiskal
Prinsip Biaya Fiskal
Non-biaya Fiskal
Contoh Kasus

Biaya Fiskal
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, yaitu:
a.biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:
1.biaya pembelian bahan;
2.biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
3.bunga, sewa, dan royalti;
4.biaya perjalanan;
5.biaya pengolahan limbah;
6.premi asuransi;
7.biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
8.biaya administrasi; dan
9.pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b.penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 11A;

Biaya Fiskal (lanj.)


c.iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
d.kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
e.kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g.biaya beasiswa, magang, dan pelatihan (dengan memperhatikan kewajaran);
h.piutang yang nyatanyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1.telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2.Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
3.telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
4.syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Biaya Fiskal (lanj.)


i.

sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana


nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Kompensasi Kerugian
Jika pengeluaranpengeluaran yang
diperkenankan berdasarkan ketentuan setelah
dikurangkan dari penghasilan bruto didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan
dengan penghasilan neto atau laba fiscal selama
5 (lima) tahun berturutturut dimulai sejak tahun
berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian
tersebut

Non-biaya Fiskal
Alasan Titik Pemajakan
1.pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2.biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
3.biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang
yang menjadi tanggungannya;
4.penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
5.jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
6.harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

Non-biaya Fiskal (lanj.)


Alasan Pengalihan Saat Pemajakan
premi asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib
Pajak yang bersangkutan

Non-biaya Fiskal (lanj.)


Alasan Insentif Investasi atau Prinsip Realisasi
pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1.cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan
usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan
anjak piutang;
2.cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan
sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3.cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4.cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5.cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;
dan
6.cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri, yang ketentuan dan syaratsyaratnya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Non-biaya Fiskal (lanj.)


Alasan Membina Kepatuhan Wajib Pajak
sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan
perundangundangan di bidang perpajakan

Alasan Penghindaran Penghitungan Berganda


Pajak Penghasilan

Alasan Penegasan Standar Akuntansi


gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham

Koreksi atas Penghasilan


Penghasilan diakui secara komersial tetapi secara
fiskal bukan obyek pajak (Pasal 4 ayat 3 UU PPh).
Penghasilan yang dikenakan PPh final diakui baik
secara komersial maupun fiskal, tetapi karena
sudah dikenakan PPh final maka harus dikoreksi
pada waktu menghitung PPh terutang.
Ketentuan perpajakan tertentu, mis : leasing dll.

PENENTUAN HARGA PEROLEHAN


ATAU HARGA PENJUALAN
TIDAK DIPENGARUHI
HUBUNGAN ISTIMEWA

JUMLAH SESUNGGUHNYA
DIKELUARKAN/DITERIMA

DIPENGARUHI
HUBUNGAN ISTIMEWA

JUMLAH YG SEHARUSNYA
DIKELUARKAN/DITERIMA

DALAM HAL
TUKAR MENUKAR

3. DALAM RANGKA :
- LIKUIDASI
- PENGGABUNGAN
- PELEBURAN
- PEMEKARAN
- PEMECAHAN ATAU
- PENGAMBIL ALIHAN
USAHA

JUMLAH YG SEHARUSNYA
DIKELUARKAN/DITERIMA
BERDASARKAN HARGA PASAR.
JUMLAH YANG SEHARUSNYA
DIKELUARKAN/DITERIMA
BERDASARKAN HARGA PASAR
KECUALI DITETAPKAN LAIN
OLEH MENTERI KEUANGAN.

4 PENGALIHAN HARTA
YG MEMENUHI PSL 4
AYAT (3) HURUF a & b

DASAR PENILAIAN BAGI YG MENERIMA:


- SAMA DG NILAI SISA BUKU
DARI PIHAK YG MENGALIHKAN

- ATAU NILAI YG DITETAPKAN DIREKTUR JENDERAL PA

PENGALIHAN HARTA YG
TIDAK MEMENUHI PSL 4
AYAT (3) HURUF a.

DASAR PENILAIAN BAGI YG MENERIMA:


- SAMA DG NILAI PASAR DARI HARTA tsb

NGALIHAN HARTA
DASAR PENILAIAN BAGI BADAN YG MENERIMA
BAGAIMANA DIMAKSUD
- SAMA DG NILAI PASAR DARI HARTA tsb.
L 4 AYAT (3) HURUF c

ERSEDIAAN & PEMAKAIAN


NTUK PENGHITUNGAN
ARGA POKOK

DINILAI BERDASARKAN HARGA PEROLEH


YG DILAKUKAN SECARA RATA- RATA ATAU
MENDAHULUKAN PERSEDIAAN YANG
DIPEROLEH PERTAMA

PSL 10 AYAT (1), (2), (3), (4), (5), DAN (6)

Sumber: Agus Budihardjo

Penilaian dan Pemakaian


Persediaan utk Perhitungan Harga
Pokok
Average
FIFO
LIFO

Penyusutan
PENYUSUTAN NON BANGUNAN
KELOMPOK HARTA

MASA MANFAAT

GARIS LURUS

SALDO MENURUN

KELOMPOK I

4 TAHUN

25 %

50 %

KELOMPOK II

8 TAHUN

12,5 %

25 %

KELOMPOK III

16 TAHUN

6,25 %

12,5 %

KELOMPOK IV

20 TAHUN

5%

10 %

PENYUSUTAN BANGUNAN
KELOMPOK HARTA

MASA MANFAAT

GARIS LURUS

PERMANEN

20 TAHUN

5%

NON PERMANEN

10 TAHUN

10 %

Prinsip Penyusutan
Nilai residu tidak diakui.
Tanah tidak disusutkan.
Aktiva Tetap yang diperoleh sebelum tahun 2001,
pada tahun perolehannya disusutkan setahun
penuh.
Aktiva tetap yang diperoleh sejak 1 Januari 2001,
pada tahun perolehannya, disusutkan mulai bulan
perolehan.
Pengelompokkan aktiva tetap sesuai masa
manfaatnya diatur di KMK 138/KMK.02/2002.

Amortisasi
AMORTISASI ADALAH ALOKASI NILAI AKTIVA TIDAK BERWUJUD UNTUK
DIBEBANKAN SELAMA MASA MANFAAT.
METODE DAN TARIF AMORTISASI ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
KELOMPOK HARTA

MASA MANFAAT

GARIS LURUS

SALDO MENURUN

KELOMPOK I

4 TAHUN

25 %

50 %

KELOMPOK II

8 TAHUN

12,5 %

25 %

KELOMPOK III

16 TAHUN

6,25 %

12,5 %

KELOMPOK IV

20 TAHUN

5%

10 %

Prinsip Amortisasi
a.
b.

c.

Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya


pengeluaran.
Untuk harta tidak berwujud yang masa manfaatnya
tidak tercantum pada kelompok masa manfaat yang
ada, maka menggunakan masa manfaat yang
terdekat.
Diatur pula amortisasi untuk biaya-biaya tertentu :

Biaya pendirian dan biaya perluasan


modal

Biaya Pra Operasi

Biaya
memperoleh
hak
dibidang
penambangan minyak dan gas bumi
Biaya
memperoleh
hak
dibidang
penambangan selain minyak dan gas
bumi

Rekonsiliasi Fiskal (format 1)


No

Uraian

Penjualan

HPP

Laba Bruto

Biaya Umum Adm

Biaya Penjualan

Laba Operasi

Pend (Biaya) Luar


Usaha

Laba Bersih

R/L
Komersi
al

Koreks
i
Positif

Koreksi
Negatif

R/L
Fiskal

Rekonsiliasi Fiskal (format 2)

Laba Bersih
Komersial

Koreksi-koreksi

xxx
Positif

Negatif

xxx

xxx

..........................
..........................
Jumlah koreksi
3

Laba Bersih Fiskal

xxx

Tarif PPh Badan


UU Lama - s.d. Tahun 2008
Tari
f
Lapisan PKP
10%
15%
30%

s.d. Rp.50 juta


> Rp.50 juta s.d. Rp.100
juta
diatas Rp.100 juta

UU Baru - Sejak tahun


2009
Tari
f
Lapisan PKP
Untuk semua lapisan
28
PKP
%
(berlaku tahun 2009)

25%

Untuk semua lapisan PKP


(berlaku sejak 2010)

Tarif Khusus
5% LEBIH RENDAH DARIPADA
TARIF UMUM
SYARAT :
1.

40% SAHAM DIPERDAGANGKAN DI BURSA


EFEK DI INDONESIA

2. SYARAT LAIN YG DIATUR PP

Tarif Khusus (lanj.)


WP BADAN DENGAN PEREDARAN BRUTO
S.D. Rp.50 MILYAR
MENDAPAT FASILITAS PENGURANGAN TARIF
50% DARI TARIF UMUM
YANG DIKENAKAN ATAS
PENGHASILAN KENA PAJAK DARI BAGIAN
PEREDARAN BRUTO S.D. Rp.4,8 MILYAR

BAGAN SUBJEK PAJAK

Objek
Objek Pajak
Pajak

Orang
Orang
Pribadi
Pribadi

SUBJE
SUBJE
K
K
PAJAK
PAJAK
Pasal
Pasal
2(2)
2(2)

SUBJEK
SUBJEK
PAJAK
PAJAK
DALAM
DALAM
Pasal
Pasal
NEGERI
NEGERI
2(3)
2(3)

Badan
Badan

Pasal
Pasal 44

Warisan
Warisan
yang
yang belum
belum
terbagi
terbagi

SUBJEK
SUBJEK
PAJAK
PAJAK LUAR
LUAR
NEGERI
NEGERI
Pasal
Pasal
2(4)
2(4)

Seluruh
Seluruh Penghasilan
Penghasilan

Orang
Orang
Pribadi
Pribadi

Bada
Bada
n
n

BUT
BUT
Non
Non
BUT
BUT

Sumber Tim TaxSys

Penghasilan
Penghasilan dari
dari kegiatan
kegiatan
operasi
operasi dan
dan harta
harta yang
yang
dimiliki/dikuasai
dimiliki/dikuasai
Penghasilan
Penghasilan kantor
kantor pusat
pusat
Penghasilan
Penghasilan lainnya
lainnya yang
yang
diperoleh
diperoleh sehubungan
sehubungan
dengan
dengan penghasilan
penghasilan
kantor
Pasal
kantor pusat
pusat
Pasal
5(1)
5(1)

Penghasilan
Penghasilan yang
yang
diperoleh
diperoleh dari
dari Indonesia
Indonesia

Pasa
Pasa
5(1
5(1

Penghitungan PPh
Luar
Luar
Negeri
Negeri

Pasal
Pasal 24

Indonesia
Indonesia

Pasal
Pasal 23

Pasal
Pasal 6
6

Pasal
Pasal 22,
23,
23, 24,
24, 25
25

Pembayaran
Pembayaran dari
dari Luar
Luar
Negeri
Negeri

Pembayaran
Pembayaran ke
ke Luar
Luar
Negeri
Negeri

WAJIB
WAJIB PAJAK
PAJAK
BADAN
Laporan
Laporan Laba
Laba // Rugi
Rugi
Penghasilan
Penghasilan
xxx
xxx
Biaya
Biaya
(xxx)
(xxx)
Laba
Laba
xxx
xxx
Koreksi
Koreksi Fiskal
Fiskal
xxx
xxx
Penghasilan
Penghasilan Kena
Kena Pajak
Pajak
xxx
xxx
Pajak
Pajak Terutang
Terutang

Pasal
Pasal 26

Pasal
Pasal 23

Pasal
Pasal 4
4
Pasal
Pasal 9
9
Pasal
Pasal 17
17
Pasal
Pasal 29
29

PEMBAYARAN PPh
DALAM TAHUN BERJALAN

PPh DIBAYAR

MELALUI
PIHAK LAIN

DIBAYAR
SENDIRI
PPh Psl 25
FISKAL LN
PPh Atas
Penjualan
Tanah

DIPERHITUNGKAN
DENGAN PEMBAYARAN
PPh AKHIR TAHUN
SELAIN YANG
DIKENAKAN PPh FINAL

PPh Psl 21/26


PPh Psl 22
PPh Psl 23
PPh Psl 24/
KPLN

You might also like