You are on page 1of 27

REFERAT

ALERGI OBAT PADA ANAK



Pembimbing :
dr. Supriyanto, Sp.A

Disusun Oleh :
Lucky mariam G1A212100


KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2014
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
PENDAHULUAN
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Latar belakang
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Keselamatan pasien keselamatan dari efek obat yang merugikan
Salah satu dampak penggunaan obat yang merugikan alergi obat
Menyebabkan lebih dari 770.000 kesakitan dan kematian setiap
tahun
Sekitar 28-95% alergi obat dapat dicegah
Sekitar 75-80% reaksi obat disebabkan oleh efek non imunologis
(farmakologis) yang tidak dapat diprediksi
Sebanyak 20-25% disebabkan oleh efek yang tidak dapat diprediksi
Reaksi imun terjadi pada 5-10% reaksi obat dan merupakan
hipersensitifitas obat
Latar belakang
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Alergi obat pada anak jarang dibanding dewasa
Angka kejadian pada bayi dan anak lebih rendah dibanding dewasa,
dan akan meningkat siring dg pertambahan usia
Manifestasi klinis bervariasi dan mekanisme belum jelas sulit
dikenali
sebesar 0,01% dengan manifestasi terbanyak pada kulit
sebesar 0,07% dengan manifestasi terbanyak berupa urtikaria
Efek obat dapat ringan berat kematian
Alergi obat dapat dicegah perlu pemahaman tentang definisi,
etiologi, hingga penatakelolaan alergi obat pada anak
TINJAUAN PUSTAKA
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Definisi
Alergi : reaksi terhadap alergen

Alergi obat pada anak adalah reaksi alergi
terhadap beberapa jenis obat

Reaksi alergi obat pada anak dapat berupa
reaksi yang dirantarai imun maupun non imun
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Faktor resiko
Jarang pada bayi dan usia tua
Berhubungan dengan involusi dan imaturitas
imun
Genetik/ herediter
Riwayat atopi
Riwayat alergi pada orang tua
Faktor properti kimiawi obat/ struktur obat (BM
>, struktur > kompleks resiko)
Penggunaan obat yang berulang
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Faktor resiko
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Reaksi obat umum (non imun) Reaksi hipersensitifitas obat (imun)
Perempuan Perempuan
Penyakit serius Dewasa
Insufisiensi hati Infeksi HIV
Penyakit hati Infeksi virus bersamaan dengan
penyakit lain
Polifarmasi Rawayat hipersensitifitas obat
sebelunya
Infeksi HIV Asma
Infeksi herpes Penggunaan beta blocker
Alkoholisme Polimorfisme genetic spesifik
Lupus eritematosis sistemik Lupus eritematosis sistemik
Etiologi
Obat tertentu diantaranya: golongan penisilin,
sulfa, salisilat dan pirazolon

Obat lain yang sering dilaporkan:
analgetik lain (asam mefenamat),
sedative (terutama luminal),
trankuilizer (fenotiazin, fenergen, klorpromazin,
meprobamat)
antikonvulsan (dilantin, mesantoin, tridion)
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Patofisiologi
Mekanisme alergi obat
Diperantai IgE.
Reaksi sitotoksik ec pengikatan hapten pd
membran sel reaksi Ab + hapten
Kompleks imun * yg diaktifkan oleh Ab

Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Patofisiologi
Reaksi yang diperantarai imun
obat + membran sel kompleks obat-protein
kompleks hapten-protein interaksi sel T dan
sel B Ab (spesifik) reaksi hipersensitifitas

BM < 1000 : jarang imunogenik
BM yang lebih besar : imunogenik
* Karena membentuk polimer rantai panjang
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Reaksi imun VS non imun
Tipe hipersensitifitas
menurut Gell dan Comb
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Reaksi imun Mekanisme Klinis Waktu reaksi
Tipe I (diperantarai
IgE)
Kompleks IgE-obat
berikatan dengan sel mas,
melepaskan histamine dan
mediator lain
Urtikaria, angioedema,
bronkospasme, muntah,
diare, anafilaktik
Menit sampai jam
setelah paparan
Tipe II (sitotoksik) Antibody IM atau IgG
spesifik terhadap sel
hapten-obat
Anemia hemolitik,
neutropenia,
trombositopenia
Variasi
Tipe III (kompleks
imun)
Deposit jaringan dari
kompleks antibody-obat
dengan aktifasi komplemen
Serum sickness,
demam, ruam, atralgia,
limfadenopati,
vaskulitis, urtikaria
1-3 minggu setelah
paparan
Tipe IV (lambat,
diperantarai oleh
seluler)
Presentasi molekul obat
oleh MHC kepada sel T
dengan pelepasan sitokin
Dermatitis kontak alergi 2-7 hari setelah
paparan
Patofisiologi
Reaksi non imun
Pseudoalergi
hasil aktivasi sel mast secara langsung, tidak melibatka IgE
spesifik dan degranulasi
Contoh: opiate, koloid ekspander, polipeptida, antiinflamasi
non-steroid dan media kontras
idiosinkrasi
hanya terjadi pada sebagian kecil populasi, seperti
hemolisis yang diinduksi obat pada orang dengan defisiensi
glucose-6-phospatase dehydrogenase (G6PD)
Intoleransi
ambang batas yang lebih rendah terhadap aksi farmakologi
obat, seperti terjadinya tinnitus setelah pemberian aspirin

Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Mekanisme reaksi non imun
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Tipe reaksi non imunologi Contoh
Dapat diprediksi
Efek samping farmakologi Mulut kering oleh antihistamin
Efek samping farmakologi sekunder Trush oleh antibiotic
Toksisitas obat Hepatotoksik oleh metotreksat
Interaksi obat Seizure oleh kombinasi teofilin dan
eritromisin
Overdosis obat Seizure oleh kelebihan lidokain

Tidak dapat diprediksi
Pseudoalergi Reaksi anfilaktoid setelah media
radiokontras
Idiosinkrasi Anemia hemolitik pada pasien G6PD oleh
primakuin
Intoleransi Tinnitus oleh aspirin dengan dosis kecil,
tunggal
Diagnosis
1. Anamnesis :
- Gatal? Kemerahan? *setelah menggunakan
obat tertentu
- Riwayat atopi *urtikaria dan asma?
2. Pemeriksaan fisik:
- Contoh status lokalis reaksi obat:
- Erupsi kulit: tempat bekas injeksi obat, dengan ruam
merah dan gatal
- Urtikaria
- Dermatitis

Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Urtikaria e.c penisilin
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Pemeriksaan penunjang
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Uji in vivo
Uji kulit/ skin prick test
Uji provokasi beresiko anafilaktik *dg
prosedur eliminasi obat
Uji in vitro
Untuk kepentingan penelitian
Merupakan uji spesifik untuk IgE
Kriteria diagnosis IDAI
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Gejala pasien sesuai dengan reaksi imunologi terhadap
obat.
Pasien mendapatka obat yang memang dapat
memberikan gejala alergi (struktur kimia obat memang
telah dikaitkan dengan reaksi imun).
Terdapat hubungan temporal antara pemberian obat
dengan timbulnya gejala reaksi alergi.
Tidak ada penyebab lain yang jelas terhadap manifestasi
klinis pasien yang sedang menggunakan obat tertentu
yang memang dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas.
Data laboratorium menunjang meanisme imunologi yang
dapat menjelaskan reaksi obat.

Diagnosis banding
- Interaksi obat
- modifikasi efek suatu obat oleh obat lain yang
kebetulan telah diberikan sebelumnya atau
diberikan secara bersama-sama

- Idiosinkrasi obat
- Respons tidak terduga terhadap suatu obat
yang secara kualitati abnormal dan berbeda
dari efek farmakologis obat tersebut.

Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Uji diagnostik
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Reaksi imun Uji laboratorium Terapi
Tipe I Uji kulit, RAST, serum
triptase
Penghentian obat, epinefrin,
antihistamin, kortikosteroid
sistemik, bronkodilator, rawat RS
bila berat
Tipe II Uji Coombs direk dan
indirek
Penghentian obat, kortikosteroid
sistemik, transfuse bila berat
Tipe III Laju endap darah, C-
reactive protein,
kompleks imun,
komplemen,
autoantibody, biopsy
jaringan, imunoflurosens
Penghentian obat, antiinflamasi
non-steroid, antihistamin atau
kortikosteroid sistemik atau
plasmafaresis bila berat
Tipe IV Patch testing,
pemeriksaan proliferasi
limfosit
Penghentian obat, kortikosteroid
topikal, antihistamin atau
kortikosteroid topikal bila berat
Tatalaksana
- Penghentian obat
- Pengobatan
- Ringan: tidak perlu obat khusus. Misal: pruritus,
urtikaria, atau edema angioneurotik
- Reaksi kompleks imun hilang sendiri, terapi
simptomatik dg antihistamin (loratadin) dan
antiinflamasi (hidrokortison atau desonid)
- Berat: anafilaktik adrenalin, patensi jalan nafas, O
2,

cairan intravena.
- Berat: dermatitis eksfoliatif,nekrolisis epidermaltoksik,
sindrom steven Johnson, vaskulitis, kelainan paru,
kelainan hematilogis kortikosteroid


Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Prognosis
- Dapat sembuh dengan baik
- Penghindaran obat tertentu untuk masa datang
perlu dilakukan pada pasien dengan riwayat
alergi obat
- Dapat terjadi perlekatan kulit, kontraktur,
simblefaron, atau kebutaan bila tindakan
pencegahan terlambat dilakukan
- Angka kematian dilaporkan 1 dari 10.000
kejadian
- pada sindrom steven Johnson angka kematian
dapat meningkat sampai 5-10%
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
KESIMPULAN
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Reaksi alergi obat reaksi abnormal terhadap
obat yg dapat diperantarai oleh mekanisme
imun dan non imun
Diagnosis berdasarkan kriteris hipersensitifitas:
gejala sesuai reaksi imunologi terhadap obat,
mendapatkan obat yang memang dapat memberikan
gejala alergi,
terdapat hubungan temporal antara pemberian obat
dengan timbulnya gejala reaksi alergi,
tidak ada penyebab lain yang jelas,
serta data laboratorium menunjang mekanisme
imunologi yang dapat menjelaskan reaksi obat
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Dasar utama penanganan alergi obat:
penghentian obat yang dicurigai kemudian
mengatasi gejala yang timbul

Komplikasi:
reaksi anafilaktik akut, dermatitis eksfoliatif,
nekrolisis epidermaltoksik, sindrom steven
Johnson, vaskulitis, kelainan paru, dan kelainan
hematologis
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Secara umum
reaksi alergi obat tanpa komplikasi dapat
sembuh dengan baik.
Meskipun pengentian obat yang menimbulkan
reaksi telah dilakukan, namun erupsi obat masih
dapat muncul secara lambat atau memburuk
dalam beberapa hari
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/Jan 2014
Terimakasih
Lucky/SMF ilmu kesehatan anak/J an 2014

You might also like