You are on page 1of 27

Mohammad Zain (2005 : 43) mendefinisikan

bahwa :
proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak
atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa
sehingga utang pajaknya, baik wajib pajak
penghasilan maupun pajak-pajak lainnya,
berada dalam posisi yang paling minimal
sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan
perundang-undangan perpajakan maupun
secara komersial.
Tax saving
Tax avoidance
Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan
Menunda pembayaran kewajiban pajak
Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Strategi Umum
Perencanaan Pajak
1. Menahan Diri
Penghindaran pajak
dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
2. Pindah Lokasi
Yang dimaksud dengan
menahan diri yaitu wajib
pajak tidak melakukan
sesuatu yang bisa dikenai
pajak
Memindahkan lokasi usaha
atau domisili dari lokasi yang
tarif pajaknya tinggi ke loksi
yang tarif pajaknya rendah
Penghindaran Pajak
Secara Yuridis
Perbuatan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-
perbuatan yang dilakukan tidak terkena pajak.
Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kekosongan atau
ketidak jelasan undang-undang
Penyelundupan Pajak
Tax Evasion merupakan usaha
penghindaran pajak yang terutang secara
ilegal, sepanjang wajib pajak tersebut
mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa
akibat dari perbuatnnya tersebut
kemungkinan besar mereka tidak akan
dihukum serta yakin pula bahwa rekan-
rekannya melakukan hal yang sama
Teknik Dasar Manajemen Pajak
Beberapa Teknik dari Manajemen
Pajak :
Membuat rekonsiliasi data akuntansi dan pajak seperti:
Beban pegawai vs Nilai penghasilan bruto di SPT PPh psl 21 ,Sales
revenue (as per book/PL) vs Peredaran dari SPM PPN.
Mengontrol dokumentasi untuk mendukung transaksi yang
terjadi. Misalnya: Surat Perintah Kerja (Kontrak), Perjanjian Jual Beli,
Akte Notaris.
Sistem administrasi keuangan untuk memastikan
perhitungan pajak yang tepat dan pembayaran yang tepat waktu.
Sistem arsip laporan dan korespondensi pajak yang teratur
serta terkontrol.
Management atas proses tax audit
Aspek-aspek dalam Tax Planning

1. Aspek Formal dan
Administratif :
- Kewajiban mendaftarkan
diri untuk memperoleh
NPWP dan (NPPKP);
- Menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan;
- Memotong dan/atau
memungut pajak;
- Membayar pajak;
- MenyampaikanSurat
Pemberitahuan.
2. Aspek Material
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak.
Dalam rangka optimalisasialokasi sumber
dana, manajemen akan merencanakan
pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak
kurang. Untuk itu, objek pajak harus
dilaporkansecara benar dan lengkap.
Keputusan Manajemen
1. Pemberian Dalam Bentuk
Natura :
Makanan dan/atau Minuman
Bagi Seluruh Pegawai
Natura dan Kenikmatan di
Daerah Tertentu
Natura dan Kenikmatan Yang
Merupakan Keharusan
Dalam Pekerjaan
Biaya Setelah Pajak
Contoh keputusan manajemen yang dapat diambil untuk mengurangi
hasil penjualan dengan tujuan meringankan beban pajak adalah
dengan melakukan pengeluaran yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha. Pengeluaran biaya tersebut dilakukan dalam rangka
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta didukung
dengan bukti yang memadai (valid & reliable) dalam hal ini kegiatan
tersebut adalah kegiatan pemasaran dan promosi dari sebuah
perusahaan terhadap produknya.
Pendanaan
Investasi
Investasi yang tidak menghasilkan laba (non- provit
investment)
Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable
provit investment).
Investasi dalam penggantian equipment (replacement
investment).
Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment).
beberapa jenis-
jenis investasi
yang ada antara
lain :
Pengaruh Pencatatan dan Sistem Akuntansi dalam
Manajemen dan Perencanaan Pajak

Catatan pajak dapat dikelompokkan ke
dalam empat klasifikasi utama :
Kalender pajak
Catatan informasi
Berkas kertas kerja (working paper files)
Buku besar pendukung (suorting ledger)
Etika dalam Manajemen Pajak
Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet
on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai
berikut:
SRTP Nomor 1: "Secara umum, akuntan pajak perlu mempunyai suatu good-
faith kepercayaan bahwa posisi keuntungan pajak direkomendasikan
mempunyai suatu kemungkinan yang realistis secara administratif atau
secara hukum didukung atas baik buruknya suatu tantangan."
SRTP Nomor 2: "Seorang akuntan pajak perlu membuat suatu usaha yang
layak untuk memperoleh informasi yang diperlukan dari seseorang wajib
pajak
SRTP Nomor 3: Kewajiban untuk menguji atau memverifikasi data
pendukung, dapat mempercayakan kepercayaan dari wajib pajak
untuk menyediakan informasi yang akurat, dan akuntan perlu
membuat pemeriksaan yang layak apabila informasi yang disediakan
oleh klien ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
SRTP Nomor 4: Penggunaan estimasi: seorang akuntan pajak boleh
menggunakan perkiraan wajib pajak untuk memperoleh data yang
tepat.
SRTP Nomor 5: Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya
disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau
keputusan pengadilan.
SRTP Nomor 6: Kesalahan Pengetahuan: Apa yang harus dilakukan
ketika seorang akuntan menyadari akan suatu kesalahan yang
dilakukan pada laporan wajib pajak? maka akuntan tersebut harus
segera menginformasikan kesalahan tersebut kepada wajib pajak
yang bersangkutan dan merekomendasikan tindakan koreksi.
SRTP Nomor 7: Jika selama pembuatan laporan, akuntan mendeteksi
adanya kesalahan, maka akuntan perlu meminta persetujuan wajib
pajak untuk melakukan koreksi. Namun jika wajib pajak tidak
menyetujui hal ini, wajib pajak dapat terkena sanksi administrasi
karena terdapat kesalahan pada pelaporan pajaknya.
SRTP Nomor 8: Seorang akuntan memiliki kewajiban untuk
merekomendasikan nasihat atau saran bagi wajib pajak yang
memerlukan dalam penyampaian laporan pajak mereka sebagai
cerminan dari kemampuan profesional yang dimiliki oleh akuntan
tersebut.
Contoh Kasus
1. Perencanaan Pajak Sederhana Dalam Memilih
Bentuk Badan Usaha

Pemilihan
Bentuk Usaha
1.Seperti diketahui pembagian laba atau
keuntungan dari PT kepada
anggota/pengurus yang berstatus orang
pribadi disamakan atau dianggap
sebagai deviden (Ps.4 ayat 1 huruf g. UU
PPh) merupakan objek PPh.
2.Sebaliknya, bagian keuntungan yang
diterima anggota/pengurus untuk CV
bukan merupakan objek pajak Ps.4 ayat
3 huruf I UU PPh.
Asumsi :
Penghasilan Rp 1.000.000.000,00
Gaji Direktur Rp 150.000.000,00
Laba Kena Pajak Rp850.000.000,00
PPh (25%) Rp 212.500.000,00
Laba Stl Pajak Rp 637.500.000,00
A. Jika berbentuk PT. ABC.
Jika 50% dibagikan kepada pemegang saham (perseorangan), maka
terutang PPh Ps.23 sebesar = 15% x 50% x Rp 637.500.000,00 = Rp
47.812.500,00

Gaji Direktur Rp 150.000.000,00
Pengurangan Rp 25.800.000,00
Penghasilan Kena
Pajak Rp 124.200.000,00
PPh (5%,10%) Rp 9.920.000,00
PPh 21 atas Gaji Direktur:

PPh Badan Rp 212.500.000,00
PPh Ps. 23 Deviden Rp 47.812.500,00
PPh Ps. 21 Rp 9.920.000,00
Jumlah Beban PPh Rp 270.232.500,00
Total Beban Pajak Bentuk PT:

Rasio =
270.232.500.00
X 100% =27,02%
1.000.000.000,00
Penghasilan Rp 1.000.000.000,00
Gaji Direktur Rp 0,00
Laba Kena Pajak Rp 1.000.000.000,00
PPh (25%) Rp 250.000.000,00
Laba Stl Pajak Rp 750.000.000,00
Jika berbentuk CV
Laba Stl Pajak ini dibagi kepada pengurus CV.ABC, maka bagian masingmasing
pengurus bukan lagi objek pajak sehingga beban pajak hanya 25%.
PPh Badan 27,02%
PPh CV 25,00%
Penghematan 2,02%
Maka Total Beban Pajak Bentuk PT dibanding CV :

Perencanaan Pajak Sederhana Dalam Pajak Penghasilan
(PPh 21)
Gaji setahun Rp 60,000,000.00
Pengurang :
Biaya jabatan (5%) Rp 3,000,000.00
Iuran Pensiun (1%) Rp 600,000.00
Iuran THTn (1,5%) Rp 900,000.00 Rp 4,500,000.00
Penghasilan Netto setahun Rp 55,500,000.00
PTKP K/3 Rp (32,400,000.00)
PKP Rp 23,100,000.00
PPh Ps 21 (5%) Setahun Rp 1,155,000.00
PPh Ps 25 (25%) Setahun yang
muncul karena pajak ditanggung
tidak dianggap biaya/pengurang
fiskal
Rp 288,750.00
Total Pengeluaran Perusahaan
(Gaji+PPh 21+PPh Badan)
Rp 61,443,750.00
Dwiyanto (K/3), karyawan memperoleh gaji setahun Rp 60 jt, iuran pensiun
1% dari gaji, iuran THT 1,5% dari gaji. Alterna Perencanaan sebagai berikut :
1. Pajak Ditanggung Perusahaan, atau
2. Diberi Tunjangan Pajak
Pajak ditanggung Perusahaan



Diberi Tunjangan Pajak


Gaji sebulan Rp 60,000,000.00
Tunjangan Pajak Rp 1,155,000.00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 61,155,000.00
Pengurang :
Biaya jabatan (5%) Rp 3,000,000.00
Iuran Pensiun (1%) Rp 600,000.00
Iuran THTn (1,5%) Rp 900,000.00 Rp 4,500,000.00
Penghasilan Neto setahun Rp 56,655,000.00
PTKP K/3 Rp (32,400,000.00)
PKP Rp 24,255,000.00
PPh Ps 21 (5%) Setahun Rp 1,212,750.00
Total Pengeluaran Perusahaan Rp 61,212,750.00
Pajak Ditanggung Rp 61,443,750.00
Diberi Tunjangan Pajak Rp 61,212,750.00
Penghematan Perusahaan Rp 231,000.00
Penghematan yang dapat dilakukan oleh perusahaan
Sehingga apabila perusahaan memberikan tunjangan pajak perusahaan
dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp. 231.000,/ satu orang
karyawan.
2. Manajemen Pajak

Contoh Manajemen Pajak :
Suatu perusahaan melakukan penjualan dengan orientasi ekspor.
Sedangkan, bahan baku banyak dibeli di dalam negeri. Dengan
demikian, maka PPN masukan yang diperoleh lebih besar daripada
PPN keluaran, akibatnya harus dilakukan restitusi, mungkin tiap
tahun atau tiap bulan harus dilakukan proses tersebut. Divisi
perpajakan harus melakukan suatu proses Tax Management berupa
me-manage restitusi pajak yang berjalan.
Misalnya : me-mantain suatu rekonsiliasi pajak antara Penjualan
menurut PPh badan dan menurut SPM PPN, merapikan faktur
pajak masukan, serta bank account ataupun voucher pembayaran
yang diperlukan. Kita bisa bayangkan jika hal ini tidak ter- manage
dengan baik, restitusi akan membawa denda dan hutang pajak yang
materiil tentunya.

You might also like