Salmonellae typhi S.typhi bersifat menekan pembentukan sel polimorfonuklear dan eosinofil Famili Enterobacteriaceae dari genus Salmonella Berbentuk batang, Gram negatif, tidak berspora, motile, berflagela, dan berkapsul Hidup subur pada media yang mengandung empedu Kuman ini mati pada pemanasan suhu 54,4 0 C selama satu jam dan 60 0 C selama 15 menit
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin Mampu bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam fagosit mononuklear folikel limfoid, hati, dan limpa
Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak menyebar) Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil. Antigen Vi = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin
Salmonella typhi sekurang kurangnya mempunyai tiga macam antigen, yaitu: KUMAN tertelan LAMBUNG
USUS HALUS SUBMUKOSA USUS
DUKTUS THORAKIKUS/PEREDARAN DARAH BAKTERIEMIA I
HATI, LIMPA, (MULTIPLIKASI) BAKTERIEMIA II
GEJALA DEMAM TIFOID PATOLOGI & PATOFISIOLOGI Fase 1 : hiperplasia folikel limfoid Fase 2 : nekrosis folikel limfoid selama seminggu kedua melibatkan mukosa dan submukosa Fase 3 : ulserasi pada usus dengan kemungkinan perforasi dan pendarahan Fase 4 : penyembuhan terjadi pada minggu keempat dan tidak menyebabkan terbentuknya struktur seperti pada tuberkulosis usus Hucksteppatologi dalam plaque Peyeri dalam empat fase. Keempat fase ini akan terjadi secara berurutan bila tidak segera diberikan antibiotik yaitu
MANIFESTASI KLINIS Masa inkubasi 7-14 hari (bervariasi antara 3-21 hari). Variabilitas berkaitan dengan jumlah inokulum bakteri awal yang tertelan dan status imun dari pejamu (host). Selama masa inkubasi asimtomatis MANIFESTASI KLINIS (2) Onset penyakit Perlahan, tetapi bisa juga timbul secara tiba-tiba Demam suhu meningkat bertahap seperti anak tangga (stepwise fashion) selama 2-7 hari. Gejala prodromal tidak spesifik : sakit kepala bagian frontal, malaise, menggigil, anoreksia, batuk kering, pilek, nyeri menelan, nyeri perut, nyeri otot, nyeri sendi. MANIFESTASI KLINIS (3) Akhir minggu pertama Demam 38.8C-40.5C Sakit kepala hebat, tampak apatis, bingung, dan lelah Typhoid tongue : lidah tampak kotor dilapisi selaput putih/kecoklatan, tepi hiperemis dan tremor Roseola tifosa (rose spots) : Makula/makulopapular kemerahan, 2-4 mm, perut bag. atas dan dada bag. bawah, menghilang stl 2-5 hr Hepar dan lien biasanya membesar. MANIFESTASI KLINIS (4) Minggu kedua Demam tinggi terus berlangsung, kontinu Bradikardia relatif (nadi relatif lambat dibandingkan dengan kenaikan suhu tubuh) pada <50% penderita. Keadaan fisik penderita makin menurun, apatis, bingung, sulit istirahat atau tidur. MANIFESTASI KLINIS (5) Minggu ketiga dan keempat Typhoid state : disorientasi, bingung, insomnia, lesu, tidak bergairah, delirium. Feses lunak, wrn kecoklatan/kehijauan dan berbau busuk (pea-soup diarrhea). Plak Peyeri nekrotik dan ulserasi perdarahan dan perforasi intestinal. Akhir minggu ketiga suhu mulai menurun, mencapai normal pada minggu berikutnya. DIAGNOSIS Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anemia sedang, LED 15-25 % lekopeni dan netropeni Trombositopenia, PT, aPTT SGOT, SGPT, AP, LDH, bilirubin serum hingga 2x nilai normal. Hiponatremia, hipokalemia ringan. DIAGNOSIS (2) Kultur Kultur darah 90% (+) mg I, smp 50% pd mg III Kultur tinja 60-70% (-) mg I, (+) mg III. Kultur sumsum tulang 90% (+) slm perjlanan penyakit walau sudah th/ antibiotik. Hasil kultur darah + sumsum tulang + sekresi intestinal = >90% (+) DIAGNOSIS (3) Tes Serologi Widal Mengukur tk aglutinasi Ab thd Ag O,H S.typhi. 2 spesimen serum yg diambil dgn interval 7-10 hari. titer 4x dlm titer aglutinin O (somatik)/ H (flagela): Kenaikan titer O ( 1:160) infeksi aktif. Titer H tinggi ( 1:160) pasca imunisasi / infeksi terdahulu. Titer antibodi yg tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada beberapa karier. 1. Komplikasi Intestinal - Perdarahan usus (bila gawat harus dilakukan pembedahan) - Perforasi usus (harus dilakukan pembedahan) - Ileus paralitik 2. Komplikasi Ekstra-Intestinal 1. Darah : Anemia hemolitik, trombositopenia, DIC, Sindroma uremia hemolitik 2. Kadiovaskular : Syok septik, miokarditis, trombosis, tromboflebitis 3. Paru-paru : Empiema, pneumonia, pleuritis, bronkhitis 4. Hati dan kandung empedu : Hepatitis, kholesistitis 5. Ginjal : Glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis 6. Tulang : Osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis 7. Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, encephalopaty, Sindrome Guillian Barre, psikosis, impairment of coordination, sindroma katatonia. Komplikasi yang langsung dan lanjut berupa perdarahan dan perforasi tukak di ileum, kolesistitis akut dan kronik, hepatitis tifosa, osteomielitis dan perdarahan pada otot yang rusak karena toksin kuman tifoid Terjadi pada minggu ke-3 dan ke-4 Resiko tinggi terjadinya perdarahan dan perforasi, yaitu kadar albumin serum yang rendah (< 2,5 gr%) Gejala yang harus dicurigai sebagai tanda awal perforasi adalah tekanan sistolik yang menurun, kesadaran menurun, suhu badan naik, nyeri perut dan defens muskuler akibat rangsangan peritoneum
Relaps timbul kembali gejala demam tifoid disertai bakteriemia dan kelainan patologik gastrointestinal Terjadi pada hari 7 -10 hari setelah tidak demam, 3 minggu setelah afebril, atau 3 bulan setelah terapi kloramfenikol dihentikan Komplikasi lain seperti pankreatitis, abses hepatik dan lien, endokarditis, perikarditis, orchitis, hepatitis typhosa, meningitis, nefritis, miokarditis, pneumonia, arthritis, osteomielitis, dan parotitis, jarang terjadi insidensinya dapat dikurangi dengan pengobatan antibiotik yang tepat TATALAKSANA ANTIBIOTIK LINI PERTAMA Kloramfenikol Ampisilin-amoksisilin Trimetoprim-Sufametoksazol ANTIBIOTIK LINI KEDUA Ceftriaxone Cefixime ( efektif untuk anak) Quinolone ( tidak dianjurkan untuk anak bawah 18) TATALAKSANA (pedoman pengendalian demam tifoid MENKES) Individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi Salmonella typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57C beberapa menit atau dengan proses iodinisasi/klorinisasi Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid Vaksin demam tifoid oral penyimpanan pada suhu 2C-8C umur 6 tahun atau lebih cara pemberian tiap hari ke 1, 3, dan 5 ditelan 1 kapsul vaksin 1 jam sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari 37C. Kapsul ke-4 pada hari ke-7 terutama bagi turis. tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid, atau antimalaria yang aktif terhadap salmonella individu yang terinfeksi tifus sebaiknya diberikan 3-4 kapsul tiap 5 tahun
Vaksin polisakarida parenteral 0,5 ml mengandung kuman Salmonella typhi, polisakarida 0,025 mg, fenol dan larutan bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat, monosodium fosfat dan pelarut untuk suntikan penyimpanan pada suhu 2C-8C, jangan dibekukan tiap 3 tahun