Professional Documents
Culture Documents
TOKSOPLASMA GONDII
Toksoplasmosis pada kehamilan dapat menyebabkan infeksi janin kongenital.
Janin yang terinfeksi kongenital tersebut mengalami kerusakan organ/struktur hidrosefalus, korioretinitis dan kalsifikasi serebralis.
Hidrosefalus
Pelebaran ventrikel lateral, dimana lebar
Bila toksoplasmosis terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu, 20% janin mengalami infeksi kongenital 25% dari janin yang terinfeksi ini memperoleh kerusakan organ berat, 15% kerusakan organ ringan serta sisanya 60% bersifat subklinis (Foulon et al, 1994).
Kehamilan dengan serokonversi adanya perubahan dari seronegatif menjadi seropositif selama kehamilan.
Penderita memiliki resiko tinggi untuk terjadinya transmisi vertikal dari maternal ke janin serta mengakibatkan infeksi janin (toksoplasmosis kongenital).
DIAGNOSTIK PRENATAL
Konsep lama hanya bersifat empiris dan berpedoman pada hasil uji serologis ibu hamil.
Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan amniosentesis dengan panduan ultrasonografi guna memperoleh darah janin ataupun cairan ketuban sebagai pendekatan diagnostik
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia kehamilan 14-27 minggu (trimester II).
Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin melalui tali pusat) ataupun amniosentesis (aspirasi cairan ketuban) dengan tuntunan ultrasonografi.
PRINSIP ULTRASONOGRAFI
CHORDOCYNTHESIS
AMNIOSENTESIS
Pemeriksaan dengan teknik P.C.R guna mengidentifikasi DNA T.oxoplasma gondii pada darah janin atau cairan ketuban.
Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin guna mendeteksi antibodi IgM janin spesifik (anti toksoplasma).
(aspirasi cairan ketuban), saat ini paling sering dilakukan guna mendeteksi adanya infeksi janin kongenital. Dengan tindakan diagnostik prenatal ini akan diperoleh deteksi DNA (Deoxyribonucleic acid) T.gondii dalam cairan ketuban melalui metode PCR (Polymerase Chain Reaction) secara akurat dan cepat.
TERAPI
Spiramycin 1-3 g/hari diberikan selama 3 minggu diselingi 25 mg pyrimethamine, 3 g sulfadiazine/hari selama 3 minggu juga sampai kelahiran
RUBELA
Selama kehamilan, virus ini menjadi penyebab langsung kematian janin dan bahkan yang paling penting malformasi kongenital berat.
Dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, terutama pada wanita berusia subur.
Diagnosis
Konfirmasi infeksi rubela sulit dilakukan.
Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit lain, dan sekitar seperempat dari infeksi rubela bersifat subklinis walaupun terjadi viremia yang telah menginfeksi mudigah atau janin.
Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan, infeksi pada janin semakin kecil menyebabkan malformasi kongenital.
Cacat rubela dijumpai pada semua bayi yang memperlihatkan tanda infeksi intrauterus sebelum minggu ke-11, tetapi hanya 35% dari mereka yang terinfeksi pada usia 13 sampai 16
minggu
Bayi yang lahir dengan rubela kongenital menyebarkan virus sehingga merupakan ancaman bagi bayi lain, serta orang dewasa rentan yang berkontak dengan bayi tersebut.
karakteristik sehingga terlihat sel membesar (sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata burung hantu.
Penularan
Transmisi horisontal terjadi melalui droplet infection dan kontak dengan air ludah.
Transmisi vertikal penularan proses infeksi maternal ke janin.
transplasenta.
Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan pertama kali atas individu infeksi primer.
Infeksi primer berlangsung simtomatis ataupun asimtomatis serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu yang tak terbatas infeksi laten.
kehamilan, dan infeksi pada umur kehamilan kurang sampai 16 minggu menyebabkan kerusakan serius. Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pola imunologis seronegatif dan non primer bila ibu hamil dengan seropositif. Infeksi endogenus suatu reaktivasi virus yang sebelumnya dalam keadaan laten.
DIAGNOSIS
Metode serologis diagnosa infeksi maternal primer
dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dari seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV) Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan dengan menggunakan uji immuno fluoresen.
DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu
dengan kehamilan yang menunjukkan infeksi primer pada umur kehamilan sampai 20 minggu. Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus pada cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis.
Oligohidramnion, Polihidramnion Hidrops non imun Asites janin Gangguan pertumbuhan janin Mikrosefali, Ventrikulomegali serebral (hidrosefalus)
terapi intervensi karena pengobatan dengan anti virus (ganciclovir) tidak memberi hasil yang efektif serta memuaskan. Dengan demikian konseling, infeksi primer yang terjadi pada umur kehamilan 20 minggu setelah memperhatikan hasil diagnosis prenatal dapat dipertimbangkan terminasi kehamilan
Virologi
Berdasarkan perbedaan imunologi dapat dikenali 2
jenis herpes simpleks virus (HSV) HSV tipe 1 (Non genital) HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui hubungan seksual.
Diagnosis
Penemuan virus dengan biakan jaringan
keluarkan dari serviks atau saluran genital bawah. Virus menginvasi uterus setelah selaput ketuban pecah atau berkontak dengan janin saat persalinan.
Penatalaksanaan Antepartum
Seksio sesarea diindikasikan pada wanita dengan lesi
genital aktif. Dengan demikian seksio sesarea dilakukan hanya apabila tampak lesi primer atau rekuren saat mejelang persalinan atau saat selaput ketuban pecah.
TERIMA KASIH