You are on page 1of 8

AGAMA KELUARGA BERENCANA DAN ABORSI

Disusun oleh : Agatha Diah A. P Ahmad Aulya H. Ahmad Bukhori M. Ahmad Soleh Ajeng Nur H. Anom Permadi R. Aulia Rizka A. Bima Yuda M. Cyrilla Putri W. Desi R.\ Desinta Tri R. \ 11. 968 11. 969 11. 970 11. 971 11. 972 11. 973 11. 974 11. 975 11. 976 11. 977 11. 978

PRODI DIII KEPERAWATAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH UNGARAN 2011

I. KELUARGA BERENCANA DAN ABORSI MENURUT ISLAM A. KELUARGA BERENCANA KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya Ada lima 5 persoalan yang terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu : 1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (manu al-haml) atau menggugurkan kehamilan (isqat al-haml)? 2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat pemandulan permanen (taqim)? 3. Pemasangannya, Bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi tersebut? (Hal ini berkaitan dengan masalah hukum melihat aurat orang lain). 4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya. 5. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.

Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan (manu al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.

B. ABORSI Ada dua fakta Aborsi menurut pandangan islam yang dibedakan oleh para Fuqaha dalam masalah ini. 1. Imlash (aborsi, pengguguran kandungan). 2. Isqth (penghentian kehamilan).

1. IMLASH Imlash adalah menggugurkan janin dalam rahim wanita hamil yang dilakukan dengan sengaja untuk menyerang atau membunuhnya. Dalam hal ini, tindakan imlash (aborsi) jelas termasuk kategori dosa besar dan merupakan tindak kriminal. Pelakunya dikenai diyat ghurrah budak pria atau wanita, yang nilainya sama dengan 10 diyat manusia sempurna. Dalam kitab Ash-Shahhayn, diriwayatkan bahwa Umar meminta masukan para sahabat tentang imlsh yang dilakukan oleh seorang wanita, dengan cara memukuli perutnya, lalu janinnya pun gugur. Al-Mughirah bin Syubah berkata: Rasulullah saw. telah memutuskan dalam kasus seperti itu dengan diyat ghurrah 1 budak pria atau wanita. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Muhammad bin Maslamah, yang pernah menjadi wakil Nabi saw. di Madinah. Karena itu, pada dasarnya hukum aborsi tersebut haram. 2. ISQATH Isqth al-haml (penghentian kehamilan) atau upaya menghentikan kehamilan yang dilakukan secara sadar, bukan karena keterpaksaan, baik dengan cara mengkonsumsi obat, melalui gerakan, atau aktivitas medis tertentu. Penghentian kehamilan dalam pengertian ini tidak identik dengan penyerangan atau pembunuhan, tetapi bisa juga diartikan dengan mengeluarkan kandungan baik setelah berbentuk janin ataupun belum dengan paksa. Dalam hal ini, penghentian kehamilan (al-ijhdh) tersebut kadang dilakukan sebelum ditiupkannya ruh di dalam janin, atau setelahnya. Tentang status hukum penghentian kehamilan terhadap janin setelah ruh ditiupkan kepadanya, maka para ulama sepakat bahwa hukumnya haram baik dilakukan oleh si ibu, bapak, atau dokter. Sebab, tindakan tersebut merupakan bentuk penyerangan terhadap jiwa manusia, yang darahnya wajib dipertahankan. Tindakan ini juga merupakan dosa besar.

II. KELUARGA BERENCANA DAN ABORSI MENURUT AGAMA KATHOLIK A. KELUARGA BERENCANA Gereja Katolik memandang program KB dapat diterima. Namun, cara

melaksanakannya harus diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab suami-istri, dengan mengindahkan kesejahteraan keluarga. Geraja Katolik menyatakan bahwa KB pertama-tama harus dipahami sebagai sikap tanggung jawab. Soal metode, termasuk cara pelaksanaan tanggung jawab itu, umat Katolik harus senantiasa bersikap dan berperilaku penuh tanggung jawab. Pelaksanaan pengaturan kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan martabat manusia serta mengindahkan nilai-nilai agama dan social budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sejauh ini Gereja Katolik menganjurkan umat melaksanakan program KB dengan cara pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur).

B. ABORSI Dalam agama Kristen, khususnya Katolik, tradisi Gereja amat jelas. Gereja membela hidup anak di dalam kandungan. Gereja Katolik berpendapat semenjak terjadinya fertilisasi (pertemuan antara sel telur dan sel sperma) itulah kehidupan dimulai. begitu hidup pribadi manusia dimulai, pembunuhan sebelum kelahiran dinilai sama seperti pembunuhan setelah kelahiran.makadari itu Gereja Katolik sangat tegas melarang tindakan aborsi semenjak terjadinya fertilisasi atau pertemuan antara sel telur dan sel sperma, dan Kitab Hukum Kanonik mengenakan hukuman ekskomunikasi (dikeluarkan sebagai anggota Gereja)

III. KELUARGA BERENCANA DAN ABORSI MENURUT AGAMA KRISTEN A. KELUARGA BERENCANA Pengertian umum KB : Negatif Positif Ekpresi tanggung jawab suami istri terhadap keluarga yang akan di bentuk. KB berdasarkan iman artinya KB berhubungan dengan hukum Tuhan yang berbunyi jangan membunuh [keluaran 20 ayat 13] jangan berzina [keluaran 20 ayat 14] B. ABORSI Abortus Provokatus = abortus sengaja Membatasi kelahiran anak Kontrasepsi (menghindari kehamilan)

Abortus Provokatus : pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan sebelum minggu ke-28 Di Indonesia abortus belum di legalisir selain indikasi kesehatan. Berbagai indikasi abortus provokatus (sebagai terapi) Indikasi vital Indikasi eugenis Indikasi kriminal Indikasi sosial Alasan : Indikasi vital : Demi untuk menyelamatkan nyawa ibu.

Indikasi eugenis kemungkinan

: Anak yang lahir cacat/sedemikian sakit sehingga

hidup bahagia tidak ada. Indikasi kriminal Indikasi sosial kepada Anak. : bila kehamilan terjadi akibat perkosaan : bila keberatan secara ekonomi tidak bisa memberi nafkah

IV. KELUARGA BERENCANA DAN ABORSI MENURUT AGAMA HINDU A. KELUARGA BERENCANA Ada keserasian dan keselarasan antara tujuan KB dengan tujuan keluarga hindu yaitu untuk menciptakan kehidupan keluarga yang sejahtera dan bahagia lahir-batin. Oki agama hindu tidak menolak KB.

B. ABORSI Ketika mempertimbangkan aborsi , cara Hindu untuk memilih tindakan yang akan merugikan setidaknya untuk semua yang terlibat: ibu dan ayah, janin dan masyarakat. Hinduisme adalah karena itu umumnya menentang aborsi kecuali bila perlu untuk menyelamatkan nyawa ibu.

Klasik Hindu teks yang sangat menentang aborsi: 1. satu teks membandingkan aborsi dengan pembunuhan seorang imam 2. teks lain menganggap aborsi adalah dosa yang lebih buruk daripada membunuh orang tuanya 3. teks lain mengatakan bahwa seorang wanita yang membatalkan anaknya akan kehilangan kasta nya Hinduisme tradisional dan banyak modern Hindu juga melihat aborsi sebagai pelanggaran kewajiban untuk menghasilkan anak-anak dalam rangka untuk melanjutkan keluarga dan menghasilkan anggota baru masyarakat. Banyak menganggap Hindu produksi keturunan sebagai 'tugas publik', bukan hanya sebuah 'ekspresi individu pilihan pribadi' (lihat Lipner, "Pandangan Hindu klasik tentang aborsi dan status moral yang belum lahir" 1989).

V. KELUARGA BERENCANA DAN ABORSI MENURUT AGAMA BUDHA A. KELUARGA BERENCANA Agama Buddha memandang keluarga berencana dari sudut pandang kelahirannya, kelahiran menurut agama Buddha disebut punarbhava. Kelahiran merupakan awal kehidupan saat ini, dan kematian adalah akhir dari kehidupan saat ini. Kelahiran dan kematian merupakan lingkaran kehidupan yang selalu dialami setiap makhluk hidup selama masih diliputi oleh lobha, dosa dan moha. Proses terjadinya kelahiran tidak lepas dari hukum Paticca samuppada. Memilih cara KB yang terpenting adalah tidak melanggar sila, khususnya sila pertama dari pancasila Buddhis.

ABORSI Tindakan aborsi adalah merupakan pelanggaran sila pertama dari pancasila buddhis, yaitu melakukan pembunuhan terhadap makhluk hidup. Syarat terjadinya pembunuhan : Adanya makhluk hidup Sadar bahwa makhluk itu hidup Ada pikiran/niat untuk membunuh Melakukan pembunuhan Makhluk itu mati

You might also like