You are on page 1of 11

ASSET

1. Pengertian FSAB mendefinisi asset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No.6,prg.25): Asset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti diperoleh atau dikuasai atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Dengan makna yang sama,PSAK No 19 revisi 2009 mendefinisikan asset sebagai berikut: Asset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan manfaat ekonomis di masa depan dari asset tersebut diharapkan diterima oleh entitas. APB No 4 mendefinisi sumber ekonomik sebagai berikut (prg.57): Asset adalah sumber ekonomik yang dimiliki perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.Asset juga mencakup suatu pembayaran tertunda yang bukan merupakan sumber ekonomik tetapi diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. APB mendefinisi asset sebagai sumber ekonomik karena adanya unsure kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikanya dari akses pihak lain melalui transaksi ekonomik.APB juga membedakan asset menjadi sumber ekonomik dan sumber non ekonomik sebagai berikut: 1. Sumber Ekonomik a. Sumber produktif: Sumber produktif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku,gedung pabrik,perlengkapan,sumber alam,paten,dan semacamnya ,jasa,dan sumber lain yang digunakan dalam produksi barang dan jasa. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi suatu hak untuk menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak lain. b. Produk,yang merupakan keluaran kesatuan perusahaan terdiri dari barang jdi yang menunggu penjualan dan barang dalam proses. c. Uang d. Klaim untuk menerima utang e. Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain 2. Nonsumber Ekonomik APB menggolongkan jenis asset selain yang disebut diatas sebagai nonsumber ekonomik yang meliputi beban atau pengurang pendapatan tangguhan (deferred charges) seperti goodwill,rugi selisih kurs,kos organisasi,dan beberapa pos yang timbul akibat penyesuaian.

2. Karakteristik Utama Aset a. Manfaat Ekonomik Untuk dapat disebut sebagai asset,suatu objek harus mengandung manfaat ekonomis di masa dating yang cukup pasti.Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa datang. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena memiliki daya beli atau daya tukar.Kas dapat ditukarkan dengan potensi jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan ekonomiknya.Daya beli uang dapat menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang. Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas,barang atau jasa,dapat digukanakan untuk memproduksi barang atau jasa dan juga dapat digunakan untuk melunasi kewajiban. b. Dikuasai oleh Entitas Untuk dapat disebut sebagai asset,suatu objek tidak harus dimiliki oleh entitas tapi cukup dikuasai oleh entitas.Kepemilikan mempunyai makna yuridis atau legal atau telah terjadi transfer hak milik.Bila kepemilikan menjadi criteria asset,akan banyak pos yang tidak masuk asset sebagai asset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Oleh karena itu,konsep penguasaan lebih oenting daripada konsep pemilikan.Penguasaan disini berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan,memelihara/menahan,menukarkan,menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Most (1982,hlm 341-342) Penguasaan atas objek dapat diperoleh dengan cara: 1.Pembelian 2.Pemberian 3. Penemuan 4.Perjanjian 5. Produksi atau transformasi 6.Penjualan 7.Lain-lain seperti pertukaran,peminjaman,penjaminan,pengkonsignan,dan berbagai transaksi komersial yang diakuai hokum atau kebiasaan bisnis. c. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik.FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karna transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi)

aset.Berbagai transaksi atau kejadian pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik suatu asset.

3. Karakteristik Pendukung Selain karakteristik diatas,FASB menyebutkan beberapa criteria pendukung yaitu melibatkan kos,berwujud,tertukarkan,terpisahkan,dan berkekuatan hokum. a. Melibatkan Kos Perolehan asset pada umumnya melibatkan kos(pengeluaran sumber ekonomik,misalnya kas).Jika suatu objek diperoleh melalui pertukaran atau pembelian yang melibatkan kos maka objek tersebut lebih kuat untuk dikatakan sebagai asset,tetapi tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek digolongkan sebagai asset.Contohnya asset bias diperoleh melalui hadiah atau hibah yang tidak melibatkan pengeluaran sumber ekonomik.Walaupun demikian,kos objek tersebut tetap harus ditentukan atau ditaksir secara layak sebagai dasar pencatatan akuntansi. b. Berwujud Suatu sumber ekonomik lebih kuat diakui sebagai asset jika objek tersebut dapat diamati secara fisik.Namun objek yang tidak berwujud (intangibles) juga dapat dikatakan sebagai asset seperti hak paten,hak cipta,merk dagang,dan goodwill.Jadi keterwujudan bukan criteria untuk mendefinisi asset. c. Tertukarkan Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik memiliki daya atau nilai tukar.Namun syarat ini disanggah karena manfaat ekonomik tidak hanya terletak pada daya tukar tetapi juga dari daya guna suatu objek untuk kegiatan produksi kesatuan usaha.Contohnya mesin,yang sering kali tidak punya daya tukar tetapi dapat digunakan untuk menghasilkan produk. d. Terpisahkan Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran.Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dangan sumber ekonomik lainnya.Syarat ini diajukan oleh Chambers dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai berbagai asset dan kewajiban secara individual. e. Berkekuatan Hukum Penguasaan atau hak atas asset tidak harus didukung secara yuridis formal.Contohnya piutang usaha tidak harus didukung oleh dokumen yang memiliki daya paksa secara hokum untuk memenuhi definisi asset.Memang pada umumnya,kemampuan suatu entitas untuk menguasai manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak hokum.Meskipun demikian,hak paksa yang melekat pada hak hokum bukan merupakan syarat mutlak untuk mangakui adanya asset.

4. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek asset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis asset tersebut.

Perolehan asset terdiri dari serangkaian kegiatan misalnya,order barang,menerima barang,meneliti kecocokan,mengangkut barang,mencoba barang,menyimpan atau menempatkan barang dan akhirnya menggunakan barang tersebut.Tiap kegiatan biasanya melibatkan pengorbanan sumber ekonomiik.Pengukuran besar kecilnya kos yang harus dicatat ditentukan oleh 2 hal: 1. Batas kegiatan 2.Jenis penghargaan 1. Batas Kegiatan Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber ekonomik(kegiatan) apa saja yang membentuk kos suatu asset.secara teoritis dan ketentuan umum,batas akhir kegiatan untuk memasukkan unsur kos sebagai bagian dari kos suatu asset adalah saat dimulainya penggunaan asset.Denag kata lain, Secara konseptual pembentuk kos suatu asset adalah semua pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akibat kegiatan pemerolehan suatu asset sampai asset tersebut ditempatkan dalam kondisi siap pakai atau berfungsi sesuai dengan tujuan pemerolehannya. 2. Jenis Penghargaan Masalah ini berkaitan dengan penetuan kos utama yang harus dicatat.Dalam transaksi pertukaran,penghargaan kesepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk sumber ekonomik atau instrument yang diserahkan untuk perolehan asset (instrument dapat berupa uang tunai atau barang lainnya seperti saham atau obligasi). Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam system akuntansi,penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang.Perolehan asset dapat terjadi dari transaksi yang melibatkan kas atau non kas. Jika penghargaan terhadap asset berwujud uang tunai (kas),maka kos tunai merupakan pengukur asset yang paling handal dan objektif. Kalau sumber ekonomik nonkas merupakan penghargaan yang digunakan dalam tarnsaksi,pengukur untuk menentukan kos asset adalah jumlah rupiah yang akan diperoleh seandainya sember ekonomik tersebut dijual secara tunai kepada umum. Bila asset diperoleh tanpa penghargaan (hadiah),kos asset ditentukan atas dasar setara tunai atau kos tunai terkandung asset yang diterima pada saat transaksi atau kejadian. Kos Dalam Barter Barter adalah pemerolehan asset (biasanya asset berwujud atau nonmoneter)dengan penghargaan berupa asset berwujud atau nonmoneter lainnya.Bila hal ini terjadi,pengukuran asset yang diperoleh bergantung pada apakah asset yang

dipertukarkan sejenis atau tak sejenis.Aset yang sejenis artinya asset yang fungsinya sama dan tidak harus asset yang identik.Misalnya truk dan pick-up dianggap sejenis kalau fungsinya sama-sama untuk mengirimkan barang. Jika asset yang dipertukarkan tersebut sejenis,secara konseptual perusahaan dianggap melakukan pemeliharaan terhadap kapital atau daya produksi dan bukan merupakan transaksi penjualan.Oleh karna itu jika terjadi untung,tidak selayaknyalah untung tersebut diakui karena untung tidak dapat timbul dari transaksi pemeliharaan,kalau terjadi rugi,dapat segera diakui karna alasan konservatisme. Bila kesatuan usaha menukarkan asset tidak sejenis,secara konseptual diianggap menjual asset yang diserahkan secara tunai kemudian seketika itu pula menggunakan seluruh kas yang diterima untuk membeli asset yang diterima.Dengan dijualnya asset,kontribusi asset dalam pembentukan pendapatan telah selesai sehingga bila dalam penjualan asset tersebut membrikan keuntungan,maka untung tersebut dapat diakui dan dimasukkan dalam laporan laba rugi. Barter Asset dengan Saham Pada transaksi tertentu,asset dapat diperoleh dengan mempertukarkannya dengan saham. Pengukur yang tepat untuk menentukan kos yang sebenarnya adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan diterima perusahaan seandainya perusahaan menerbitkan saham-saham yang digunakan untuk penghargaan atas perolehan asset tersebut. Kos dalam Reorganisasi Bila suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian mengalami reorganisasi,perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk menentukan kos asset yang dikuasainya.Karena tujuan reorganisasi biiasanya adalah menetukan nilai perusahaan pada saat tersebut,maka diperlukan taksiran yang wajar terhadap seluruh asset perusahaan dengan memppertimbangkan kondisi asett dan keadaan pasar pada saat itu. Hadiah atau Hibah AAset yang barasal dari hadiah atau hibah tidak melibatkan pengorrbanan sumber ekonomik perusahaan.Artinya perusahaan mendapatkan manfaat ekonomik tanpa harus mengeluarkan kos atau biaya untuk memperolehnya.Namun nilai asset tersebut tetap harus ditaksir dan dicatat untuk tujuan pelaporan asset perusahaan tanpa harus memandang ada atau tidaknya pegorbanan sumber ekonomik perusahaan. Kos dalam Pembelian Kredit Untuk asset yang dibeli secara kredit,kos yang sebenarnya adalah harga tunai implisit.Harga tunai implisit ditentukan atas dasar jumlah rupiah yang diperlukan seandainya utang tersebut dilunasi pada saat transaksi.

Potongan Tunai dan Keringanan Diperlakukan sebagai pengurang kos perolehan asset,harga sesungguhnya yang harus dicatat adalah harga tunai neto,tapi pencatatan kos atas dasar harga tunai neto sering tidak dilakukan karna kebiasaan mencatat transaksi dalam jumlah rupiah yang tercantum dalam faktur.

Rugi dalam Perolehan Aset Karna sesuatu hal (atau keadaan yang tidak normal) potensi jasa tertentu menjadi tidak mempunyai lagi kemampuan atau daya dalam menghasilkan pendapatan,manfaat ekonomiknya telah hangus atau menguap dan merupakan rugi.Contohnya kebakaran. Perlakuan yang tepat atas kejadian ini adalah pemisahan jumlah rupiah rugi tersebut sebagai defisit atau dalam keadaan tertentu dilakukan penghapusan atas jumlah rupiah rugi tersebut dengan pengurangan terhadap modal . 5. Penilaian Di dalam akuntansi,istilah pengukuran dan penilaian sering kali tidak dapat dibedakan karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik suatu objek.Pengukuran biasanya digunakan dalam akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat perolehan.Penialaian biasanya digunakan untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos laporan keuangan pada saat penyajian. a. Tujuan Penilaian Aset Tujuan penialaian seiring dengan tujuan pelaporan keuangan.Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah,saat,dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha.Jadi,tujuan penilaian asset adalah mempresentasi atribut pos-pos asset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. b. Konsep dan Basis Penilaian Hendriksen dan Van Breda (1992) membahas konsep dan dasar penilaian asset untuk tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran asset dan waktu. karena aset merupakan komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu,basis pengukuran untuk menilai asset pada saat tersebut yang paling valid adalah harga atau nilai pertukaran(exchanges prices atau values).Nilai pertukaran dijadikan basis penilaian

karena dianggap paling objektif sehingga memenuhi kualitas keterandalan (reliability) informasi. Nilai pertukaran itu sendiri dapat dipandang dari dua sisi yaitu pertukaran dalam perolehan (niali masukan) dan pertukaran dalam pemanfaatan asset (dikonsumsi atau dijual) atau disebut juga dengan nilai keluaran. Konsep nilai masukan dan nilai keluaran sebenarnya berkaitan dengan konsep kesatuan usaha yang dianggap menguasai sumber ekonomik (asset) dan harus menjelaskan asset tersebut.Oleh karena itu,yang dimaksud dengan masukan adalah transaksi pertukaran (exchange) dalam rangka memperoleh suatu asset sedangkan keluaran adalah transaksi pertukaran dalam rangka menjual suatu pos asset atau objek jasa tertentu. Nilai Masukan Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh asset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha.Kalau tujuan menyajikan makna asset adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit usaha (seandainya unit usaha harus memperoleh objek jasa yang sama),maka nilai masukan merupakan alternative nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak ada pasar objek tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur secar.Beberapa dasar penilaian yang masuk dalam kategori nilai masukan adalah: a.Kos historis Kos historis menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadinya.Salah satu keunggulan kos historis dari sudut konsep adalah dapat diujinya hasil penilaian tersebut (verifiable) karena kos historis terjadi dari hasil kesepakatan antara dua pihak yang independen.Karena dapat diuji validitas penilaiannya,kos historis dapat diandalkan sebagai informasi..Akan tetapi ditinjau dari sudut relevansi informasi,penilaian menggunakan kos historis ini menjadi tidak rekevan karena nilai asset berubah seiring dengan berjalannya waktu baik akibat perubahan daya beli atau perubahan harga. b. Kos pengganti Kos pengganti atau kos masukan sekarang merupakan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara (ekuivalen).Harga pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha (input market) sehingga harga pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai asset bersangkutan. Alternatif penilaian yangb masuk kategori nilai pengganti adalah: 1. Nilai penaksiran

2. Nilai wajar 3. Nilai terealisasi neto dikurangi laba normal. c. Kos harapan Kos harapan suatu asset adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa datang seandainya potensi jasa ast tersebut diperoleh secara bagian demi bagian dan bukan sekaligus.Untuk penilaian sekarang,kos harapan harus didiskon menjadi kos harapan sekarang atau kos masukan masa datang didiskon.Bila perolehan asset dilakukan dengan kontrak utang,utang yang disepakati dan angsurannya dapat dijadikan pengganti untuk kos potensi jasa masa datang. Nilai Keluaran Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya (nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu asset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi.Secara umum,penilaian ini lebih berhubungan dengan asset yang tujuannya adalah untuk dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk kegiatan konversi. Beberapa dasar penilaian yang masuk kategori nilai keluaran adalah: a.Harga jual masa lalu Harga jual masa lalu sebenarnya menunjukkan kas yang cukup pasti akan diterima dari konversi suatu asset yang timbul karena transaksi masa lalu.Pos yang mempunyai atribut semacam ini adalah piutang usaha karena jumlah rupiah piutang usaha merupakan harga jual masa lalu. b. Harga jual sekarang Nilai jual sekarang sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai sekarang.Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah atau daya beli yang dapat direalisasi dengan cara menjual setiap jenis asset di pasar bebas dengan kondisi perusahaan melikuidasi (menjual) assetnya secara normal.Kelemahannya adalah tidak semua asset mempunyai pasar sehingga hasil pengukuran kurang handak. c. Nilai terealisasi harapan Nilai terealisasi harapan suatu asset adalah penerimaan kas atau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.Untuk penilaian sekarang suatu asset,nilai terealisasi harapan harus didiskon menjadi nilai terealisasi harapan sekarang.Dasar ini dapat digunakan apabila harapan penerimaan cukup pasti dan senggang waktu sampai penerimaan cukup panjang tapi tanggal penerimaannya pasti,misalnya investasi dalam obligasi,piutang wesel jangka panjang,dan deposito berjangka.

Penilaian Menurut FASB Dasar penilaian menurut FASB (SFAC No.5,prg.67) adalah sebagai berikut: a.Historical cost Tanah,gedung,perlengkapan,pabrik,dan kebanyakan persediaan dailaporkan atas dasar nilai historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh asset tersebut.Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah diapresiasi atau diamortisasi. b.Current(replacement cost) Jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau asset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.

c.Current market value Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual asset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi).Nilai pasar sekarang biasanya juga digunakan untuk asset yang kemungkinan akan laku dijual di bawah nilai bukunya. d.Net realizable value Beberapa jenis piutang jangka pendek dan persediaan disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskon) dari asset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi asset tersebut menjadi kas atau setaranya.

e.Present (or discounted) value of future cash flows Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa datang sampai piutang terlunasi (dengan tariff diskon implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut. 6. Pengakuan Penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui asset adalah: (Belkaoui 1993 hlm 194195): 1. Deteksi adanya asset.Untuk mengakui asset,harus ada transaksi yang menandai timbulnya asset. 2. Sumber ekonomik dan kewajiban.Untuk mengakui asset,suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka,dibutuhkan dan berharga.

3. Berkaitan dengan entitas.Untuk mengakui asset,kesatuan usaha harus harus mengendalikan atau menguasai objek asset. 4. Mengandung nilai.Untuk mengakui asset,suatu objek harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter. 5. Berkaitan denga waktu pelaporan.Untuk mengakui asset,semua penguji diatas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca). 6. Verifikasi.Untuk mengakui asset,harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi. Impairment of Aset / Penurunan Nilai Aset
PSAK 48 Penurunan Nilai Aktiva (Impairment Of Assets) :

Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aktiva, perusahaan harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut.
Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva, paling tidak perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal berikut :

1. Informasi dari luar perusahaan 2. Informasi dari dalam perusahaan Pengakuan dan Pengukuran Kerugian Penurunan Nilai Aktiva Tetap:
Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih kecil dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan harus diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.

Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aktiva lebih besar dari nilai tercatat aktiva, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan dalam PSAK lain. Kerugian Penurunan Nilai Unit Penghasil:
Kerugian penurunan nilai unit penghasil kas harus diakui :

1. Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit tersebut lebih kecil dari jumlah agregat nilai tercatat semua aktiva dalam unit tersebut. 2. Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tidak dapat ditentukan secara individual, kerugian penurunan nilai harus diakui untuk unit penghasil kas aktiva tersebut. Alokasi Kerugian Penurunan Nilai dalam Unit Penghasil Kas :
Jika kerugian penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas, kerugian penurunan nilai harus dialokasikan antar semua aktiva dalam unit tersebut.

Pemulihan Rugi Penurunan Nilai


Nilai tercatat aktiva yang rugi penurunan nilainya telah diakui harus dinaikkan kembali menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, hanya jika terjadi perubahan dalam taksiran yang digunakan untuk menentukan nilai aktiva yang dapat diperoleh kembali sejak saat terakhir kali rugi penurunan nilai diakui. Kenaikan tersebut merupakan pemulihan rugi penurunan nilai dan harus diakui segera sebagai laba dalam laporan rugi laba.

Pengungkapan
Untuk setiap kelompok aktva, laporan keuangan harus mengungkapkan :

1. Rugi penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai yang telah dimasukkan. 2. Pemulihan kerugian penurunan nilai yang telah diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah pulih.

You might also like