You are on page 1of 5

Prosedur kerja Uji Kuantitatif Vitamin B1 1.

Analisis Kuantitatif Analisis kuntitatif ini bertujuan untuk menentukan kadar tiamin hidroklorida. Langkah langkah dalam analisis kuantitatif adalah sebagai berikut. a. Pemisahan tiamin hidroklorida Pemisahan tiamin hidroklorida dilakukan dengan memasukkan larutan sampel sebanyak 10 mL kedalam tabung kolom kromatografi yang telah diisi dengan 15 g adsorben alumina oksid (Al2O3) yang dilarutkan dalam 25 mL kalium klorida. Larutan sampel

dibiarkan melewati kolom sampai tidak ada lagi yang menetes. Tiamin hidroklorida dicuci dengan menggunakan larutan kalium klorida (KCl) 25% mendidih secara bertahap sebanyak 5 mL larutan kalium klorida (KCl) 25%. Tetesan (eluat) sebanyak 15 mL ditampung dengan gelas ukur 25 mL. Setelah itu 5 mL eluat dimasukkan ke dalam corong pemisah dan dicampur secara merata dengan menambah 3 mL natrium hidroklorida (NaOH) 15%. Selanjutnya Larutan kalium ferisianida (K3Fe(CN)6 1% ditambahkan sebanyak 1 tetes dan digojog dengan kuat kemudian didiamkan selama 1 menit lalu ditambahkan 15 mL larutan nButanol (C4H9OH) dan digojog perlahanlahan. Larutan bagian bawah dipisahkan, sehingga yang tertinggal lapisan n-Butanol(C4H9OH). Lapisan n-Butanol (C4H9OH) yang dihasilkan kemudian dimasukkan dalam labu ukur 25 mL. Selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer UV-VIS 200-400 nm. b. Pembuatan larutan standar Tiamin hidroklorida 1000 ppm Standar tiamin hidroklorida yang telah ditimbang seberat 0,1 gram dilarutkan dalam HCl 0,1 N sampai 100 mL dalam labu ukur 100 mL. Untuk membuat larutan standar tiamin hidroklorida 0,05 ppm; 0,1 ppm; 0,15 ppm; dan 0,2 ppm dibuat dengan mengencerkan larutan standar 1000 ppm tersebut. Cara pengenceran larutan standar tiamin hidroklorida tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya masingmasing larutan standar tersebut diambil 10 mL dan dilakukan pemisahan tiamin hidroklorida seperti prosedur pemisahan tiamin hidroklorida pada sampel.

c. Pembuatan larutan blanko Eluat hasil pemisahan larutan standar tiamin hidroklorida 0,01 ppm sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam corong pemisah, kemudian ditambahkan 3 mL natrium hidroklorida (NaOH) 15% lalu dikocok dan didiamkan. Larutan ditambahkan 15 mL n-Butanol (C4H9OH). Lapisan n-Butanol (C4H9OH) yang dihasilkan kemudian dimasukkan dalam labu ukur 25 mL. Selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis. d. Penentuan panjang gelombang maksimum ( maks ) Penentuan panjang gelombang maksimum ( maks ) diperoleh dengan mengukur absorbansi larutan standar tiamin hidroklorida pada panjang gelombang () 200-400 nm (Nasoetion, 1991). Dari pengukuran larutan standar tersebut diperoleh panjang gelombang maksimum. e. Pembuatan persamaan garis regresi linier (Y= ax + b ) Larutan seri standar tiamin hidroklorida 0,05 ppm; 0,1 ppm;0,15 ppm; 0,2 ppm diukur pada panjang gelombang () maksimum. Persamaan garis regresi linier dapat diperoleh dari kurva kalibrasi antara absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar tiamin hidroklorida. f. Penentuan kadar tiamin hidroklorida Berdasarkan kurva kalibrasi larutan standar tiamin hidroklorida dan absorbansi sampel yang terukur maka kadar tiamin hidroklorida dalam sampel dapat ditentukan.

Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran


Oleh Drs. Damin Sumardjo EGC

Google AdSense

Zat besi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Zat besi Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan.[1] Dalam tubuh manusia zat besi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut electron di dalam proses pembentukan energi di dalam sel.[1] Untuk mengangkut oksigen, zat besi harus bergabung dengan protein membentuk hemoglobin di dalam sel darah merah dan myoglobin di dalam serabut otot.[2] Bila bergabung dengan protein di dalam sel zat besi membentuk enzim yang berperan di dalam pembentukan energi di dalam sel.[1] Laki-laki dewasa (berat badan 75 kg) mengandung 4000 mg zat besi, sementara wanita dewasa (berat badan 55 kg) mengandung 2100 mg zat besi.[1] Laki-laki memiliki cadangan zat besi di dalam limpa dan sumsum tulang sebanyak 500-1500 mg, itulah sebabnya kekurangan darah (anemia) jarang dijumpai pada laki-laki.[1] Sebaliknya, wanita hanya mempunyai cadangan zat besi 0 300 mg sehingga rentan terhadap anemia, apalagi pada usia subur wanita mengalami menstruasi.[1] Kebutuhan zat besi tergantung kepada jenis kelamin dan umur.[1] Kecukupan yang dianjurkan untuk anak 2-6 tahun 4,7 mg/hari, usia 6-12 tahun 7,8 mg/hari, laki-laki 12-16 tahun 12,1 mg/hari, gadis 12-16 tahun 21,4 mg/hari, laki-laki dewasa 8,5 mg/hari, wanita dewasa usia subur 18,9 mg/hari, menopause 6,7 mg/hari, dan menyusui 8,7 mg/hari.[1] Angka kecukupan ini dihitung berdasarkan ketersediaan hayati (bioavailability) sebesar 15%.[2] Zat besi dalam makanan dapat berasal dari sumber nabati dengan ketersediaan hayati 2-3% dan sumber hewani dengan ketersediaan hayati 20-23%.[2] Untuk meningkatkan ketersediaan hayati, zat besi yag berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat ditambahkan dengan vitamin C dan asam organik lainnya.[2] Garrow JS dan James WPT. 1993. Human Nutrition and Dietetics, Ninth Edition. Edinburgh: Churchill Livingstone. Page 174-180. ^ a b c d (Inggris) Drummond KE dan Brefere LM. Nutrition for Foodservice and Culinary Professionals, Seventh Edition. New Jersey: John Wiley & Sons. Page 241-244.

You might also like