Professional Documents
Culture Documents
1.1 Latar Belakang Lipstik disebut juga pemulas bibir dan merupakan kosmetik yang paling provokatif, dan sanggup membangun feminitas dan sensualitas bagi pemakainya. Lipstik atau pemulas bibir sudah dikenal sejak 5000 tahun silam dan mengukir sejarah panjang sejak masa prasejarah hingga mencapai bentuknya saat ini dalam perjalanannya. Lipstik tak hanya mengambil peran penting dalam perwujudan kata cantik tapi juga berbagai simbul yang penuh kontroversi. Di Sumeria Kuno lipstik pertama kali dipakai oleh Ratu Ur, yang kemudian dipakai pada sebuah iklan terlihat mempercantik bibirnya dengan formula kemerahan dari batu besi sebagai simbul kepemimpinan dan kejayaan. Bangsa mesir mulai mengenal pewarna bibir dari warna merah bata, merah tua dan warna lain untuk menciptakan berbagai nuansa. Warna pemulas bibir pada zaman Mesir Kuno beragam dari warna jeruk keprok yang merah muda hingga warna hitam, ini membuktikan bahwa sejak zaman prasejarahpun lipstik hitam bukan sesuatu yang baru. Sedangkan di Romawi kuno para wanita dan pria juga memakai lipstik dengan berbagai warna yang menunjukkan tingkat status sosialnya. Pada era tahun 1940-an yaitu pada perang dunia kedua menjadikan para buruh pabrik, wanita memiliki penghasilan sendiri dan mampu membeli kosmetik. Sehingga lipstik tidak lagi menjadikan barang mahal yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan atas. Dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan maka produk-produk lipstik sangat beragam dan kemudian sekitar tahun 2007 seorang ilmuwan menemukan sebuah kontroversi bahwa sepertiga dari merek lipstik yang beredar di pasaran belum melewati uji keamanan. ( http://www, resep.web.id/serba-serbi/inilah sejarah lipstik dari masa ke masa.htm di download pada tanggal 20 Nopember 2010). 1.2. Tujuan Untuk membuat formula lipstik semipermanent yang aman bagi pemakainya.
7. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket 8. Melembabkan bibir tetapi tidak mengeringkannya ( Aminah Fat, materi kuliah ) 2.1.3. Bentuk lipstik Cat bibir dapat berbentuk cairan, krim dan krayon. Yang banyak digemari adalah bentuk crayon atau disebut lipstik. Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36 380C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 620C, biasanya berkisar antara 55 750C. (Ditjen POM, 1985) 2.2. Komponen Lipstik 2.2.1. Emolien Difinisi Emolien adalah zat pelembut pada lipstik. Contohnya emolien yaitu Castrol oil, ester, lanolin, minyak alkohol ( dodecanol oktil ), minyak Jojoba, dan trigliserida.( Saputra J. Sam, Formula Dasar Kosmetik ) 2.2.2. Antioksidan Definisi antioksidan adalah senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam bahan, karena pengaruh suhu di udara atau pengaruh suhu pada waktu penyimpanan. Contoh zat anti oksidan yaitu propil galad, vitamin E tocopherol dan 2,5 ditertier butil hidrokuinon. Penggunaan bahan antioksidan telah diatur oleh Peraturan Kepala Badan PPOM No HK.00.05.42.1018 ( Bahan Kosmetik, Peraturan Badan POM ) 2.2.3. Zat pengawet Definisi zat pengawet adalah suatu senyawa yang mampu menghambat proses fermentasi, pengasaman atau bentuk kerusakan lain. Tujuan kosmetik ditambah pengawet untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan bahan kosmetik. ( Cahyadi Wisnu, Bahan Tambahan Pangan). Penggunaan bahan pengawet telah diatur oleh peraturan kepala Badan POM No.HK.00.05.42.1018.
3
Contoh zat
pengawet yaitu Metil paraben, propil paraben atau butil paraben Penggunaan bahan bahan pengawet telah diatur oleh Peraturan Kepala Badan PPOM No HK.00.05.42.1018 2.2.4. Zat pewarna ( coloring agent ) Definisi zat pewarna adalah sebagai suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Pewarna terbagi menjadi dua yaitu : 2.2.4.1. Pewarna alami Pewarna alami adalah pewarna ( pigmen ) yang berasal dari hewan, tumbuhan atau dari sumber-sumber mineral. Contoh pewarna alami yaitu flavonoid, tannin, klorofil, heme dan lain-lain. ( Cahyadi Wisnu, Bahan Tambahan Makanan ) 2.2.4.2. Pewarna sintetik Pewarna sintetikadalah pewarna yang dibuat dengan melalui berbagai prosedur pengujian sebelum digunakan sebagai pewarna. Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah. (Cahyadi Wisnu, Bahan Tambahan Pangan) Penggunaan zat pewarna telah diatur sesuai dengan yang diizinkan oleh Badan POM dan tertuang dalam Peraturan Badan POM No. HK.00.05.42.1018 2.2.4.3. Syarat zat warna pada lipstik adalah : a. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit b. Tidak mengandung senyawa Arsen, timbal dan pengotor yang lain c. Harus dapat digerus halus sekali sehingga bila dipakai tidak tak terasa berpasir d. Mempunyai intensitas warna yang tinggi
e. Terdispersi secara halus pada minyak, tidak menjadi kering dan tengik Pemakaian
Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna
Eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah castrol
4
oil. Tetapi furfuril alkohol beserta ester-esternya, terutama stearat dan ricinoleat, memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylolamides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang sangat intensif pada bibir. 2.2.5. Bahan pewangi ( fragrance ) Bahan pewangi adalah zat yang berguna untuk memberi rasa segar, harus menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan. Salah satu sifat dari parfum adalah tidak menyebabkan iritasi pada kulit. ( Tranggono Retno, Buku Pegangan Kosmetik ) 2.2.6. Bahan Pengeras Bahan pengeras adalah bahan dasar dari lipstik yang digunakan untuk membawa color . bahan ini meliputi :
A. Lilin
Lilin gunanya untuk memberikan bentuk dan menjaga bentuk lipstik agar selalu dalam keadaan padat walaupun pada musim panas. Campuran lilin yang cocok mempunyai keuntungan dan sifat dapat memelihara bentuk lipstik pada suhu lebih tinggi dari 500C, mengikat fase minyak supaya tidak mengalir keluar tapi tetap licin, mudah mewarnai bibir dengan tekanan yang kecil saja.( Aminah Fat, Tata Rias Wajah ). Contohnya yaitu :
-
Lilin karnauba adalah lilin yang sifatnya keras, titik lebur 850C dan mempunyai Lilin kandelila mempunyai titik lebur kurang dari 850C Lilin lebah berfungsi sebagai pelunak lipstik dan mempunyai sifat berkilau Parafin mempunyai sifat lipstik menjadi terlalu lembek, mudah rusak tapi Setil alkohol adalah lilin yang licin, lunak dan dipakai dalam jumlah yang kecil
didalam lipstik ( menjadikan lipstik berkilau ) mempunyai sifat menambah kemilau di dalam lipstik atau sedikit dan mempunyai sifat menambah efek tiksotropi B. Minyak : minyak yang baik mempunyai sifat-sifat :
5
Dapat melarutkan zat warna yang baik Viskositasnya rendah Tidak berbau dan stabilitasnya tinggi Mudah didapat
Macam-macam minyak : -
Minyak tumbuh-tumbuhan : oleum sesami, oleum olivarum Minyak ini mempunyai sifat mudah tengik dan daya melarutkan zat Minyak mineral yang mempunyai sifat menyebabkan lipstik kotor dan Minyak jarak minyak yang kekentalanya tinggi Minyak biji gandum Oleil alkohol, butil stearat, isopropil palmitat
Lemak asli contohnya lemak babi Oleum cacao : Sifat-sifatnya titik lebur dekat dengan suhu tubuh, mudah Vaselin sifat-sifatnya sangat stabil, menambah kilauan, dipakai dalam Lanolin sifat-sifatnya membantu meratakan warna, dalam jumlah
mempermudah pemakaian. 2.3. Metoda Pembuatan 2.3.1. Formula Lipstik 2.3.1.1. Pra Formula Lipstik
Tabel 1. Pra Formulasi Lipstik Nama Bahan Castrol oil Lilin kandela Lilin lebah/beeswax Lilin karnauba Ozokerit Lanolin Fluorecein Zat warna Parfum Mineral oil Parafin Silikon Resin Catrilic trigliserida Isodagol Polyisobutene 800 Isoeicasane Vit E tocopherol Euxcyl PE 900 Vit C Microcristallin wax Hexyl gliserin Bordeaux White LC 9781 Brown LC 8780 Red 3739 Formula I ( g ) 30 15 10 qs 15 15 10 10 Formula II ( g ) 60 0,7 0,7 0,3 0,3 0,5 0,3 0,2 qs Formula III ( g ) 19,94 6,43 3,44 4,59 Qs 14,64 6 15,6 4,59 0,19 0,8 0,48 1,84 Qs 7 8 3 2
2.3.2. Cara Pembuatan Lipstik Campur semua bahan menjadi satu kecuali parfum dan pengawet, panaskan pada suhu 650C sampai 750C aduk sampai homogen, Campuran yang sudah homogen tersebut ditambah parfum dan zat pengawet (euxyl PE 900 dan hexyl gliserin),
7
kemudian
dinginkan lalu dimasukkan ke dalam cetakan lipstik atau molt. Campuran didiamkan kalau sudah keras dimasukkan ke dalam casing lipstik atau tempat lipstik. 2.4. Evaluasi 1. Tes Organoleptik
- Warna : Cara uji, lipstik dioleskan di kulit warna sesuai yang diinginkan atau tidak - Bau
: Alat yang digunakan gelas arloji Cara uji, Lipstik dihaluskan dan ditaruh diatas gelas arloji, dicium baunya dengan cara dikipas-kipas ke hidung kita
Cara uji, lipstik dihaluskan dan ditaruh diatas diatas gelas arloji kemudian dirasakan
-
Skin Feel : Cara uji, lipstik dioleskan di bibir atau kulit kemudian dilihat lembut tidaknya atau ada granul ( bentuk kasar ) pada lipstik.
2. Tes Fisika - Melting Point ( titik lebur ) : Alat yang digunakan Totoli aparatus . Syarat suhu lebur antara 550C 750C.
- pH
- Sweeping
: Alat yang digunakan cawan petri Cara uji : lipstik ditaruh diatas cawan petri dan didiamkan pada suhu kamar selama 1 minggu minyak dalam
: Alat yang digunakan Karl Fisher, syarat kadar air tidak boleh lebih dari 5 %
- Kekerasan
: Alat yang digunakan Hardness Tester. Syarat lipstik tidak mudah patah atau cara uji bisa dengan cara lipstik dicoretkan pada kertas lipstik mudah patah tidak.
3. Tes Kimia : Meliputi uji logam berat antara lain Raksa ( Hg ), timbal ( Pb ), Arsen ( As )
A. Uji raksa : Alat yang digunakan tabung reaksi
Cara uji : Celupkan lembaran tembaga yang mengkilap ke dalam larutan uji, terjadi lapisan tipis yang setelah digosok menjadi mengkilat keperakan. Syarat tidak boleh mengandung raksa ( Hg )
B. Uji Timbal ( Pb ) : Alat yang digunakan tabung reaksi
Cara Uji : Tambahkan asam sulfat 2 N ke dalam larutan uji, terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam klorida 3 N atau asam nitrat 2 N, tetapi endapan akan larut ke dalam natrium hidroksida 1 N hangat dan larut dalam amonium asetat LP. Syarat tidak boleh mengandung timbal ( Pb ).
C. Arsen ( As ) : Alat yang digunakan tabung reaksi
Cara uji : Tambahkan larutan asam sulfida ke dalam larutan uji, terbentuk Endapan kuning yang tidak larut dalam asam klorida pekat tetapi larut dalam asam nitrat pekat.
4. Tes Mikrobiologi :
- Uji Bakteri
: Alat yang digunakan tabung reaksi dan cawan petri, syarat harus negatif
- Uji Jamur
: Alat yang digunakan tabung reaksi dan cawan petri, syarat harus negatif
- Uji Angka Lempeng Total ( ALT ) : Alat yang digunakan tabung reaksi dan
5. Tes Efektifitas : Cara uji : Lipstik dioleskan di kulit bibir kemudian dilihat apakah warna
lipstik bisa merata di bibir apa tidak dan warna bisa menempel di bibir apa tidak.
Tabel 2. Evaluasi
10
Syarat - Warna sesuai yang diinginkan - Bau sesuai yang diinginkan, tidak ada bau keton/aldehid/ tengik - Sesuai yang dinginkan dan tidak mempunyai rasa pahit atau getir - Lembut tidak, ada granul tidak 550C 750C 4,5 7,5 Tidak ada tetesan minyak 5% Tidak mudah patah, bila dioleskan di bibir mudah menempel dan mudah terdispersi warnanya Harus negatif Harus negatif Harus negatif Harus negatif Harus negatif 300 CPU Warna bisa terdispersi dan menempel di kulit bibir tidak
- Skin Feel 2. 3. 4. Tes Fisika : Titik lebur pH Sweeping Kadar air Kekerasan
Tes Kimia Uji Raksa Uji timbal Uji arsen Tes Mikrobiologi Jamur atau kapang Bakteri/mikroba - ALT(AngkaLempeng Total ) 5. Tes Efektifitas
2.5.
Uji Stabilitas Stabilitas adalah sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk
bertahan dalam batas spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karateristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Periode penyimpanan dan penggunaan itu disebut shelf life atau waktu simpan. Waktu simpan adalah periode waktu dimana suatu produk tetap memenuhi
11
spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi penjualan dipasar. Spesifikasi release adalah spesifikasi yang harus dipenuhi pada waktu pembuatan , misal 95 % - 105 %. Spesifikasi periksa atau spesifikasi waktu simpan atau spesifikasi umur produk, adalah spesifikasi yang harus dipenuhi sepanjang waktu simpannya, misal 90 % 110 %. Waktu simpan minimum sama dengan periode waktu yang dibutuhkan untuk produk yang berada pada batas spesifikasi release saat pembuatan untuk mencapai batas spesifikasi periksa. Stabilitas suatu produk ditunjuk oleh beberapa hal yaitu kestabilan isi kandungan dan interaksi antara isi kandungan dengan wadahnya. Stabilitas produk yaitu stabilitas dari produk yang disimpan dalam wadah inert dan tidak permeabel yang tidak berinteraksi dan sepenuhnya melindungi produk dari atmosfer. Stabilitas wadah produk adalah termasuk semua interaksi yang mungkin terjadi antara produk dan wadah. Misalnya absorbsi konstituen produk oleh wadah, melarutnya konstituen wadah oleh produk, korosi oleh efek buruk lain dari produk pada wadah dan sifat barrier wadah.
12
Dalam formulasi ini formula yang dipakai adalah formula nomor tiga ( 3 ), karena dianggap formula nomor tiga lebih jelas dan lebih sempurna dibanding formula yang lain. Di dalam formula nomor tiga ( 3 ), Microcristalyn wax, lilin kandela, lilin karnauba, ozokerit berfungsi sebagai bahan dasar pembawa color atau pengeras. Castrol oil, Catrilic trigliserida, Isodagol, Polyisobutene 800, Isoeicasane berfungsi sebagai Emolient atau pelembut. Vitamin C dan Vitamin E tocopherol berfungsi sebagai antioksidant. Sedangkan Hexyl gliserin dan Euxyl PE 900 berfungsi sebagai preservative atau pengawet. Gabungan pewarna Bordeaux ( kuning kecoklatan), White LC 9781, Brown LC 8780, Red 3739 akan dihasilkan warna merah kecoklatan. Sebagian besar pewarna yang dipakai pada produk lipstik adalah pewarna sintetis sehingga perlu diuji kandungan logam beratnya antara lain uji logam merquro atau merquri, uji arsen dan uji timbal. Pada proses pembuatan pewarna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lainnya yang bersifat racun. Adanya logam berat di dalam lipstik bisa menyebabkan kulit iritasi dan pemakaian dalam jangka lama bisa menyebabkan kanker kulit. ( Cahyadi Wisnu, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan ) Bahan dasar dari lipstik terdiri dari lemak, minyak dan asam lemak yang bisa menyebabkan ketengikan. Ketengikan ada 2 type yaitu ketengikan oksidatif dan ketengikan keton. Ketengikan oksidatif disebabkan oleh adanya asam lemak tidak jenuh yang mengalami oksidasi menjadi aldehid. Reaksi oksidatif ini disebabkan adanya oksigen atmosfer kontak lemak dengan udara. Ketengikan karena adanya pengaruh oksigen di udara atau ketengikan oksidatif ditandai dengan adanya bau yang tidak enak dan menyebabkan iritasi pada kulit. ( Joshita dan Juheny, Teknologi Kosmetik ) Ketengikan keton disebabkan karena adanya mold Aspergillus dan Penicillium, sehingga lemak atau asam lemak akan teroksidasi menjadi keton. Ketengikan baik ketengikan oksidatif dan ketengikan keton bisa di tes melalui uji organoleptik dengan cara tes bau. Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya ketengikan yaitu : - Adanya logam berat, besi, tembaga cobal, mangan. Timah dan nikel dimana logam-logam ini bersifat katalis. - Adanya pengaruh cahaya
14
Penyimpanan yang kurang baik ( pada tempat panas ). ( Joshita dan Juheny, Teknologi Kosmetik ) Titik lebur pada lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu mendekati suhu bibir, bervariasi hingga antara 360C 380C , tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi , yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62 0C, biasanya berkisar antara 550C 780C. ( Ditjen POM 1985 ). pH lipstik berkisar antara pH 4,5 7,5 sesuai dengan pH balance, apabila lipstik mempunyai pH kurang dari 4,5 atau pH lipstik lebih besar dari 7,5 maka akan menyebabkan iritasi pada kulit dan gatal-gatal.
Faktor-faktor yang menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit bibir yaitu : - Pemakaian zat warna dalam jumlah besar
- Parfum yang dipakai jumlah banyak dan tipe berbeda-beda - Minyak sebagai pelarut warna daya penetrasinya lebih besar dan daya emoliennya
kurang dari minyak jarak - Pemakaian pada bibir dengan digosok-gosok sehingga menghilangkan lapisan film dari minyak dan lilin yang seharusnya menjadi pelunak dan pelindung.
Kadar air dalam lipstik tidak lebih dari 5 %, karena air dalam kosmetik merupakan media yang baik bagi bakteri, apabila kadar air lebih besar dari 5 % lipstik akan mudah mengalami kerusakan, mudah lembek dan mudah mengalami reaksi hidrolisis sehingga lipstik mudah menjadi tengik dan berbau tidak enak. Sedangkan uji bakteri atau jamur dalam lipstik harus negatif karena bakteri dan jamur bisa merusak bahan yang terkandung di dalam lipstik dan lipstik bisa mengalami reaksi oksidasi.
15
4.1. Kesimpulan Dalam pembuatan lipstik maka yang perlu diperhatikan adalah :
- Pemilihan bahan dasar apakah sesuai dengan yang diharapkan - Sifat fisika dan kimia dari masing-masing bahan dasar sesuai tidak
- Homogenitas pada waktu pencampuran material baik material bahan dasar maupun material bahan pewarna.
- Melakukan Quality control in Proses dan Quality control Finish proses
Karena bahan dasar dari lipstik terdiri dari minyak, lemak dan asam lemak maka pada pembuatan lipstik diperlukan antioksidan yang berfungsi untuk menghambat terjadi oksidasi karena pengaruh udara, mikroba, adanya logam berat dan lain-lain. Didalam formulasi ini bahan dasar yang dipakai sebagai antioksidan adalah Vitamin E tocopherol dan Vitamin C atau bisa digunakan bahan antioksidan lain yang diizinkan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.42.1018 Penetapan kadar air sangat diperlukan dalam evaluasi pembuatan lipstik, karena air merupakan media bagi mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada produk kosmetik ( Lipstik ), sehingga untuk membuat lipstik diperlukan bahan pengawet. Bahan pengawet disini digunakan Euxyl PE 900 dan Hexyl gliserin atau bisa digunakan bahan pengawet lain yang diizinkan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.42.1018 Pewarna yang dipakai pada produk kosmetik terutama untuk produk lipstik adalah pewarna sintetik atau buatan yang mana harganya lebih murah dan intensitas warna lebih jelas atau terang dibanding dengan pewarna alami, sehingga penambahan warna sintetik untuk produk lipstik harus sesuai dengan pewarna yang diizinkan oleh pemerintah yaitu sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.42.1018
16
Adanya logam berat dalam lipstik perlu diperhatikan, karena merupakan senyawa toksin yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan iritasi pada kulit dan pemakaian dalam jangka lama bisa menyebabkan kanker kulit. 4.2. Saran Sebaiknya zat pewarna yang digunakan pada pembuatan lipstik adalah dari pewarna alami baik yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan dan unsur-unsur mineral. Penambahan parfum sebaiknya juga berasal dari pewangi alami bukan pewangi sintetis yang bisa menyebabkan iritasi di kulit. Penggunaan zat antioksidan dan zat pengawet harus mempunyai sifat sinergis dimana zat antioksidan dan zat pengawet bisa mencegah terjadinya reaksi oksidasi pada lipstik.
17
DAFTAR PUSTAKA Cahyadi Wisnu, 2008, Bahan Tambahan Makanan, Penerbit Bumi Aksara, Bandung, hal 61-75 De Man John M, 1997, Kimia Makanan, Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung, hal 238 282. Fat Aminah. Sediaan tata Rias Wajah. Materi kuliah Formularium Kosmetika Indonesia, 1985, Depkes RI http://id.Wikipedia.Org/Wiki/Bahan Pewarna http://informasi sehat.Wordpress.com/2009/05/21/Bahaya Zat Pewarna Pada Makan Kodeks Kosmetika Indonesia, 1997, Depkes RI Peraturan Kepala Badan POM, No.HK.00.05.42.1018. Tentang Bahan Kosmetik, 2008 Saputra J Sam, 2009, Formula Dasar Kosmetik, Garansindo Academy Press. Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pengantar Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Vogel, Analisys Inorganik Qualitatif, 1990, Kaiman Medika Pustaka, Jakarta. Wilkinson, B.J. Harrys Cosmeticologi, 1982, George Godwin London
18
19