MOHAMAD YANI JURUSAN TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 , \ DAFTAR 151 Halaman I. PENDAHULUAN ....................................... ... ......... .............. ..... 1-1 1.1. BIOREMEDIASI .................................................................... 1-1 1.2. BIODEGRAD!ISI POLUTAN ORGANIK ..................................... 1-2 i 1.3. JENIS POLUl a.N ORGANIK ................................................... 1-3 1.4.lINGKUP PEllELITIAN BIOREMEDIASI .................................. 1-4 II. ISOLASI, KARAK1ERISASI DAN IDENTIFIKASI MIKROBA POTENSIAL DARILOKASI TERKONTAMINASI ................................................. 2-1 2.1. ISOLASI MIKROBA ........................ '" ...... ... ......... ......... ........ 2-1 2.2. PENGAWETAN MIKROBA .................................................... 2-3 2.3. PENGUJIAN ISOLAT........................... ................................. 2-3 2.4. PERTUMBUHAN ISOLAT ...................................................... 2-6 ~ 2.5. IDENTIFIKASIISOLAT ......................................................... 2-8 III. PROTOKOL UNTUK MENENTUKAN KINETIKA BIOAVAILABILITAS DAN BIODEGRADASI POLUTAN ORGANIK TANAH DALAM SISTEM TANAH UNTUK MENINGKATKAN BIOREMEDIASI TANAH YANG TERPOLUSI ........................ ............ ...... ...... ...... ...... ......... ....... 3-1 3.1. PENDAHULUAN ...... ...... ......... ......... ... ...... ......... ............... 3-1 3.2. BAHAN............................................................................ 3-6 3.3. METODE......... ...... .......................................... .... ........ .... 3-9 3.4. CATATAN ........................................................................ 3-15 IV. PENGUJIAN BIODEGRADASI MINY AK BUMI ............... ........ ........ 4-1 4.1. PENGUJIAN BIODEGRADASILIMBAH MINYAK BUMI DAtAM AIR ................................................................................. 4-1 4.2. PENENTUAN MINYAK DALAM AIR SECARA GRAVIMETRI ..... 4-3 IV. SIMULASI PENGUJIAN TREATABILITAS LABORATORIUM UNTUK MEMPERKIRAKAN KESIAPAN LAHAN ....................................... 5-1 ii 5.1. EVALUASI TRETABILITAS .............................................. . 5-1 5.2. METODA PENGUJIAN TREA TABILITAS ............................. 5-4 5.3. STUDI KASUS TENTANG UJI TREATABILITAS KHUSUS...... 5-7 5.4. STUDI KASUS TERHADAP EVALUASI LABORATORIUM KOMPLEKS ............................................................... 5-13 LAMPIRAN - LAMPI RAN ................................. '" ............... ... ... ... ..... L iii OAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Oaftar analisis contoh limbah minyak bumi dan batas regulasinya pada Kep. 04/Bapedall09/1995 dan metoda analisisnya ................................................................ L 1 Lampiran 2. Analisis Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) dengan GC/FIO PIO (Modifikasi EPA 8015/8020) ...... ... ...... ... ......... ......... L2 1I Lampiran 3. Prosedur analisis C. N. dan P ............ ...... ....................... L3 Lampiran 4. Penghitungan bakteri pengurai hidrokarbon secara MPN ....... L4 Lampiran 5. Peratuan tentang pengolahan minyak bumi (Kep.Bapedal) .. ... L5 iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan penuntun praktikum Bioremediasi. Tujuan penulisan penuntun ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam memahami teknologi bioremediasi dan menerapkan teori yang mereka peroleh dari kuliah untuk dicoba di laboratorium dan lapangan. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada Dr. Jr. Anas Miftah Fauzi, M.Eng. dan Dr. Jr. Nastiti Siswi Indrasti, sebagai pengajar mata kuliah bioremediasi yang telah memberikan arahan dan masukan materi praktikum. Selain itu, terima kasih kepada Farida Yulianti, STP. atas bantuannya daJam pengetikan materi dan pengeditan. Kritik dan saran perbaikan materi praktikum ini sangat diharapkan, dan semoga penuntun praktikum ini dapat menambah wawasan dan keterampifan mahasiswa dan pembaca umumnya. Bogor, Nopember 2002 Penulis , I. PENDAHlILUAN 1.1. BIOREMEDIASI Bioremediasi merupakan bagian dari bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan proses alami biodegradasi dengan menggunakan aktivitas mikroba yang dapat memulihkan lahan tanah, air dan sedimen dari kontaminasi terutama senyawa organik. Mikroba telah digunakan untuk menghilangkan bahan organik dan bahan kimia beracun lainnya dari limbah domestik dan keluaran industri selama beberapa tahun terakhir. Hal yang "baru" dari bioremediasi adalah penanganan cepat pada pengolahan limbah suatu industri sejak beberapa dekade ini, dan penerimaannya sebagai suatu metoda yang efektif dan ekonomis sebagai alternatif untuk membersihkan tanah, permukaan air, dan kontaminasi air tanah dengan kandungan sejumlah bahan beracun, seperti rekalsitran dan kimia. Bioremediasi menjadi pilihan teknologi untuk pemulihan (remediasi) dari berbagai lingkungan yang terkontaminasi. khususnya lahan yang terkontaminasi hidrokarbon dari minyak bumi (petroleum) (Cookson, 1995 dan Crawford dan Cravlford, 1996). Bioremediasi juga menjadi suatu bidang intensif untuk penelitian dan pengembangan dalam akademisi, pernerintah dan industri di beberapa negara. Perkembangan ini, sehagian disebabkan perundangan baru yang mensyaratkan perlindungan yang lebih ketat terhadap lingkungan dan kewajiban membersihkan lahan yang terkontaminasi. Besarnya pendanaan antara penelitian dasar dan terapan dalam bioremediasi oleh instansi pemerintah maupun industri swasta tetah meningkat dalam beberapa dekade ini. Hasilnya berupa kemajuan yang cepat pada pengembangan efektivitas, ekonomis dalam proses mikrobial bioremediasi. Pada pandangan yang lebih luas, terjadi peningkatan aktivitas dalam bidang mikrobiologi lingkungan, suatu bidang ilmu yang mencakup spektrum disiplin yang meliputi phisiologi mikrobial dan ekologi. kimia organik. biokimia, kimia air dan tanah, geologi. hidrologi, dan teknik. Pada penelitian lingkungan di perguruan tinggi. bioremediasi menjadi ilmu pengetahuan yang Juas dan kompleks antara aspek dasar dan terapan yang memerlukan dan melibatkan multidisiplin dan membutuhkan suatu pusat peneJitian bioremediasi tersendiri. Hal ini merupakan tantangan bagi para peneliti untuk tetap mengikuti perkembangan yang capat dari bioremediasi, khususnya arahan diversitas 1-1 fingkungan dan kontaminan, sebagaimana aneka pendekatan bioremediasi yang muncul dalam beberapa tahun terakhir. Hampir sebagian besar kimia organik dan beberapa inorganik juga merupakan substrat proses enzimatis melalui aktivitas mikroorganisme hidup. Hampir seluruh polutan lingkungan di masyarakat maju meliputi kimia dan aksi enzim yang biasanya disebut dengan istilah biodegradasi. Biodegradasi dapat meliputi banyak proses dengan keluaran yang amat berbeda dan konsekuensinya. Misalnya, polutan xenobiotik mungkin dapat dimineralisasi, diubah menjadi produk oksidasi sempurna seperti karbon dioksida, atau ditransformasikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak berbahaya atau beracun, terakumulasi dalam tubuh mikroorganisma, atau terpolimerisasi atau terikat secara alami dalam tanah, sedimen, atau air. Lebih dari satu proses mungkin t e ~ a d i untuk polutan tunggal pada waktu yang bersamaan. Phenomena proses tersebut sangat berpengaruh terhadap sukses tidaknya pengolahan polutan xenobiotik dalam teknologi proses bioremediasi (Cookson, 1995 dan Crawford dan Crawford, 1996). 1.2. BIODEGRADASI POlUlAN ORGANIK Jenis polutan organik yang dapat dibiodegradasi dilaporkan sebagai berikut (Crawford dan Crawford, 1996): BlEX, minyak bumi, polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH), PCB, senyawa nitroaromatik, phenol berkhlor, senyawa alifatik terklorinasi, dan metal. Prinsip biodegradasi minyak bumi secara sederhana adalah sebagai berikut. Limbah minyak bumi yang terdiri dari berbagai jenis komponen mulai C 4 - C 40 , didegradasi oleh mikroba menjadi senyawa sederhana seperti C02, asam organic sederhana, biomass a cell. Namun demikian, selalu terdapat senyawa-senyawa yang tidak dapat dibiodegradasi oleh mikroba. Sekumpulan mikroba tertentu akan mendegradasi komponen minyak bumi secara berurutan dan berantai. Populasi yang hidup dan berkembang sesuai dengan keberadaan substrat yang tersedia padasuatu saat. Selain minyak bumi, pestisida merupakan limbah potensial yang sulit didegradasi. Oegradasi mikrobial terhadap pestisida bukan merupakan penemuan baru, tetapi telah lama dikenal. Penelitian awal terhadap degradasi pastisida dihadapkan pada kegagalan pada saat dilakukan pengulangan aplikasi pada tanah untuk mengontrol pestisida pertanian. Fenomena ini merupakan masalah yang dipertimbangkan oleh industri pertanian, tetapi merupakan 1-2 keuntungan ekologi bagi para ahU dan insinyur lingkungan. Pengulangan aplikasi ini menghasilkan pengembangan mirobial yang sacara efektif menghasilkan pestis ida yang aplikatif. Mekanisme yang pasti untuk adaptasi mikrobial terhadap pastisida belum dimengertL Mekanisme ini dapat berupa pertumbuhan populasi yang sederhana atau terjadi perubahan secara genetika. Mikroorganisme dapat memperoleh materi genetik yang menyandikan mekanisme biokimia penting dalam hubungannya dengan substrat potensial yang baru. Alternatifnya, mikroorganisme mungkin menghasilkan komponen untuk menghilangkan toksisitas, sehingga lebih baik baginya daripada menggunakannya sebagai sumber energi. Prinsip degradasi untuk pestisida, insektisida. dan herbisida tidak berbeda dengan komponen organik pada umumnya. Bahan pestis ida, insektisida, dan herbisida ini disajikan dalam bagian yang terpisah karena komponen ini ini sering ditemui sebagai kontaminan yang terpisah dari komponen organik yang lain dan sebagian besar di antaranya tidak sangat sulit untuk dibioremediasi. Kemudian dari sudut pandang insinyur, bahan kimia pestisida, insektisida, dan herbisida ini biasanya diperlakukan sendiri dan akan menjadi pertimbangan yang terpisah. 1.3. JENIS KONTAMINAN Jenis kontaminan yang perlu dibioremadiasi adalah senyawa xenobiotik (termasuk pestisida), yaitu senyawa ciptaan manusia yang sulit dibiodegradasi oleh mikroba, serta senyawa turunan rninyak bumi. Lebih dari 125 herbisida, 300 insektisida, dan 325 fungisida telah terdaftar dalam United State (Kearney, 1972). Bahan kimia ini menunjukkan bervariasinya struktur bahan kimia yang tidak sama, sebagian di antaranya sangat resisten dan beberapa yang lain dapat didegradasi menjadi komponen yang memiliki toksisitas yang lebih tinggi dari pada sebelum didegradasi. Keberadaan komponen ini dalam tanah merupakan fungsi dan beberapa variabel, dan rnenarik untuk mengukur keberadaannya dalam tanah dalam rangka mengevaluasi manfaatnya. Alexander (1977) telah melaporkan beberapa data dengan menekankan bahwa periode aktual dari klodane, DDT. dieldrin dan heptaklor mungkin lebih lama (3 - 10 tahun). Selain itu senyawa zat warna sintesis umumnya sulit didegradasi oleh mikroba. Sejumlah zat warna tekstil yang merupakan bahan pencelup mampu didegradasi oleh jamur P. chrysosporium berikut ini. TabeI1.1. Mineralisasi Bahan Pencelup Azo Oleh P. chrysosporium Bahan Pencelup Persen Mineralisasi dalam 12 Hari 4-fenilazofenol 26-38 4-fenilazo-2-metoksifenol 21-48 Dispersi yellow 3 43 4-fenilazoanilin 26 N,N-dimetil-4-fenilazoanilin 30-46 Dispersi orange 40-43 Pelarut yellow 14 5-23 Tropaeolin 0 tidak ada data Orange II tidak ada data Congo red tidak ada data Sumber: Spadaro (1992) : Cripps (1990) 1.4. LlNGKUP PENELITIAN BIOREMEDIASI Masing-masing tempat lim bah berbahaya menawarkan parameter yang membutuhkan operasi remediasi yang potensial. Bentuk kontaminan di suatu tempat umumnya terdiri atas padatan (tanah dan sludge) dan cair (kolam dan air tanah). yang dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan yang membutuhkan penanganan. Teknologi pengolahan biologi untuk bahan yang terkotaminasi ini dibagi menjadi empat katagori : (1) fase biopengolahan-padat (Iandfarming). (2) fase biopengolahan-slurry. (3) fase pengolahan bioreaktor-cair. dan (4) biopengolahan in-situ. Proses pengolahan yang spesifik membutuhkan fungsi fisiklkimia kontaminan alami dan matrik dimana kontaminan ini ditemukan. Pengolahan yang kompleks biasanya membutuhkan satu atau lebih kombinasi proses di atas dan juga intergasi dengan proses fisiklkimia untuk remediasi secara menyeJuruh pada suatu tempat. Apabila ada satu pertimbangan proses bioJogi untuk remediasi kontaminasi spesifik suatu tempat, maka pertimbangan ini penting untuk mendapat informasi yang mengindikasikan keberhasilan sebelum malaksanakan remediasi pada skala penuh. Pengujian treatibilitas di laboratorium menghasilkan data untuk mengevaluasi kesiapan proses pada tempat tertentu dan mengidentifikasi parameter yang pantas untuk impJementasi. Pengujian treatabiJitas di laboratorium meniru pengolahan yang diantisipasi untuk penggunaan di lapangan. Pengujian ini dilakukan dalam 1-4 beberapa cara yang berbeda, tergantung pada tipe pengolahan pada skala penuh yang diantisipasi. Secara umum, ada tida gipe pengujian : (1) kajian di nampan (fase padat), (2, kajian erlenmeyer (fase cair dan fase slurry), dan (3) kajian kolom (in-situ). Derajat spesifisitas dan kompleksitas pengujian spesifik akan sangat tergatung pada kebutukan p e k e ~ a a n dan pada jumlah informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang realistis tentang keperluan pengolahan untuk membersihkan tempat tertentu. Kajian dilakuakkn dari yang masih sederhana, dimana satu uji aktif dibandingkan dengan kontrok inaktif dan hanya hilangnya kontaminan target yang diamati, sampai pegujian ganda yang kompleks, dimana beberapa parameter fisik, kimia dan mikrobiologi divariasikan. Tujuan utama dari pegujian pada bench-scale treatmet adalah untuk mencapai hasil awal apakah pengolahan seperti ini yang potensial untuk aplikasi di lapangan. Keberhasilan pegujian pada skala bench akan menghasilkan data yang cukup tentang kemampuan pengolahan untuk meremediasi kontaminan untuk menjamin percobaan di lahan. Berdasarkan pada proses yang spesifik dan luasnya tempat, pengujian lahan pada skala pilot mungkin tepat sebelum mengawali pengolahan pada skala penuh. Daftar Pustaka : Cookson, J.T. 1995. Bioremediation Engineering: Design and Application. McGraw-Hili, Inc., Toronto. Crawford, R.L. dan D.L. Crawford. 1996. Bioremediation principles and applications. Cambridge University Press.Cambridge. Shaheen, E.I. 1992. Technology of Environmental Pollution Control. Pen Well Books Tulsa, Oklahoma. 1-:'l II. ~ S O L A S I J KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI MIKROBA POTENSIAL DARI LOKASI TERKONTAMINASI 2.1. ISOLASI MIKROBA Proses bioremediasi menggunakan konsorsium mikroba, untuk itu diperlukan sumber mikroba lokal dalam berbagai jenis yang dapat mendegradasi minyak bumi (senyawa organik) dengan cepat. Jenis bakteri lokal (indigenous bacteria) diisolasi dari sample limbah yang ada dilokasi lahan atau tanah terknontaminasi minyak bumi clalam waktu yang relatif lama, sehingga diharapkan telah tumbuh mikroba pendegradasi minyak bumt Tidak semua mikroba yang terdapat di lokasi (alam) dapat ditumbuhkan di laboratonum. Mikroba aerobik lebih mudah ditumbuhkan dari pada mikroba anaerobic. Bakten diisolasi dengan menggunakan medium NA (Nutrient Agan, sedangkan kapang diisolasi dengan menggunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar). Pada kegiatan ini akan dilakukan percobaan isolasi bakteri atau kapang aerobik dengan menggunakan media yang sederhana. Beberapa kegiatan yang diperlukan untuk isolasi, pengujian dan pemeliharaan mikroba. Bahan 1. Tanah, air atau sedimen terkontaminasi minyak bumi atau kontaminan B3 lainnya dalam waktu yang lama. 2. Kontainer atau botol plastik yang bersih dan telah disterilisasi dengan bilasan alcohol untuk sampel tanah. 3. Tabung pengencer yang bensi 10 ml akuades steril 4. Media NA dan PDA dalam cawan p::::tri masing-masing 6 buah. Peralatan 1. Peralatan untuk menumbuhkan bakteri : pipet, batang penyebar, lampu sprittus 2. Clean bench 3. Autoclave 4. Cawan petri, tabung reaksi, tabung ulir 5. Inkubator 2-1 Prosedur isolasi mikroba 1. Ambil sedikit sample (1 gram) (tanah. air atau sedimen) masukkan dalam tabung pengencer yang telah berisi larutan fisiologis (1-2% NaCI) atau akuades secara . aseptis. 2. Buat pengenceran sampel pada tabung yang lain sampai 10-4. 10- 5 , dan 10- 6
3. Pindahkan 1 ml biakan dari tabung pengencer ke atas media NA dan PDA dalam cawan petri, masing-masing dua ulangan. kemudian ratakan dengan batang glass. Bisa juga dilakukan goresan 4 kuadran dengan menggunakna ose. 4. Inkubasikan pada suhu 30C, 3PC atau suhu ruang selama 2-3 hari 5. Setelah terlihat ada pertumbuhan bakteri atau kapang. ambil single koloni secepatnya dan goreskan atau pindahkan ke media NA atau PDA yang baru. Setelah terlihat tumbuh kembali pada media baru, lanjutkan pemurnian isolat hingga benar-benar tidak ada isolat lain yang tumbuh. 6. Pad a pemurnian isolat ini dapat dilakukan beberapa kali, hingga benar-benar mumi atau tidak terkontaminasi oleh lainnya dengan cara melihat dibawah mikroskop. 7. Amati morphologi isolat secara visual pada cawan petri dan di bawah mikroskop. Catet hasil pengamatan pada Tabel berikut. 8. Isolat yang tumbuh, dimumikan kembali untuk meyakinkankan tidak terkontaminasi oleh yang lainnya dan disimpan sebagai stok sementara. TabeI2.1. Pengamatan isolasi mikroba No Kode Sumberl Media Suhu Morphologi secara isolat lokasi tumbuh inkubasi visual (wama, bentuk NA PDA 30 37 koloni, dll) 1 2 3 4 5 2-2 2.2. PENGAWETAN MIKROBA Prosedur pengawetan mikroba : 1. Setelah murni, isolat diperbanyak dalam media agar miring dan cawan petri untuk dilakukan pengujian karakterisasi isolat. 2. Pengawetan isolat dilakukan pula dalam media cair (Nutrient broth atau media lainnya), dengan penambahan gliserol steril 20 - 50%. Tuangkan 0.8 ml kultur segar pada akhir phase logaritmiknya ke dalam tabung eppendorf steril dan tambahkan 0.2 ml gliserol steril, kemudian tutup tabung dan beri label kode isolat dan tanggal pembuatan. Setelah itu, simpan secara bertahap pada suhu -20C (penyimpanan pada suhu ini akan mengawetkan mikroba selama beberapa bulan) selama 1-2 hari, kemudian pindahkan ke frezer suhu -70C untuk penyimpanan beberapa tahun. 3. Bila telah isolat telah dikarakterisasi atau diidentifikasi, maka pengawetan mikroba selaian dilakukakn seperti diatas, lakukan pula pengawetan dengan Iyopilisasi dalam tabung hampa udara yang dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa tahun. 2.3. PENGUJIAN ISOLA T Pengujian kemampuan mikroba dilakukan dengan menggunakan media selektif baik dalam pada media padat maupun cairo Pengujian pada media padat dilakukan untuk mengetahui kemampuan isolat dalam mendegradasi atau menggunakan substrat tertentu. Sedangkan pengujian pada media cair dilakukan untuk menentukan laju degradasi substrat (subtsrat terbaik hasil pengujian pertama). 2.3.1. Pengujian pada media selektif padat I Pengujian kemampuan isolat terhadap senyawa kontaminan atau polutan tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan media selektif. Media ini terdiri dari komponen mineral dan sebagai sumber nitrogen, kemudian sumber karbonnya dapat menggunakan senyawa polutan target. Pengujian ini dilakukan sebagai tahapan seleksi isolat berdasarkan kemampuannya memanfaatkan sumber karbon dari minyak diesel, minyak tanah atau turunan minyak bumi lainnya, Asumsinya, isolat yang 2-3 mampu memanfaatkan sumber satu-satunya karbon yang berasal dari minyak diesel berarti bisa mendegradasi komponen hidrokarbon dalam minyak diesel. Sebelum pengujian dilakukan, substrat minyak yang akan diujikan terlebih dahulu disaring menggunakan membran organik ke dalam tabung ulir steril setelah itu diletakkan di bawah sinar ultraviolet selama 20 menit. Seluruh proses persiapan substrat tersebut dilakukan secara aseptis untuk menghidari tumbuhnya mikroorganisme kontaminan. Sebanyak 2 persen minyak tersebut kemudian dilarutkan dalam Carbon Minimal Salts Culture Media (CMSC) yang sudah disteriliasi dengan autoklaf. Media yang sudah homagen selanjutnya dituang ke cawan petri masing masing sebanyak 15 - 20 ml. Isolat digoreskan ke media yang sudah padat untuk diamati pertumbuhannya setiap hari. Komposisi CMSC adalah sebagai berikut : Table 2.1. Komposisi media mineral CMCS dalam 1 liter akuades. Bahan Berat K 2 HP0 4 .3H 2 O 2.2 9 KH 2 P0 4 0.73g (NH4)2S04 1 9 NaCI 30g MgS04 0.2 9 * Agar 15 g ** * Tambahkan setelah media selesai diautoklaf dan suhunya mencapai suhu ruang. ** Untuk media padat. Untuk kebutuhan seleksi kemampuan isolat dalam menderadasi sumber karbon yang lain, dapat dilakukan pengujian dengan menggantikan sumber karbon dari polutan lainnya. Polutan B3 antara lain PCB, PAH, PCP, atau senyawa turunnya, dan sebagainya. 2-4 2.3.2. Pengujian pad a media padat dengan substrat berbeda Selain menggunakan media selektif di atas, dapat pula menggunakan media mineral yang mengandung nitrogen (yeast ekstrak), kemudian sumber karbonnya dari senyawa polutan target diujikan dalam spot kertas saring sebagai berikut : 1. Siapkan media CMCS (bisa juga ditambahkan yeast ekstrak) padat. Siapkan media tadi dalam cawan petri seperti biasa, dan beri label media yang sesuai. 2. Siapkan substrat minyak bumi (sludge, pelumas, diesel, bensin, minyak tanah), minyak makan I minyak sawit atau minyak goreng. Semua bahan disterilasi terpisah dengan cara tiltrasi dan sinar UV selama 20 menit. 3. Siapkan pula cincin stainless stell (diameter 5mm) atau bulatan kertas saring yang dibuat dengan punch hole, kemudian sterilkan dengan panas atau kering. 4. Tuangkan 0.1 ml suspensi bakteri yang segar ke dalam masing-masing cawan yang berisi media padat. kemudian tebarkan dengan batang gelas penyebar sampai rata (homogen). 5. Pasang 5 cincin pada media yang berisi mikroba, kemudian tuangkan 100 1-11 substrat minyak steril. Cara lain adalah dengan mencelupkan bulatan kertas sa ring ke dalam substrat. kemudian tempelkan di atas media yang teJah disebarkan mikroba (Lihat Gambar) 6. Inkubasikan kultur cawan tersebut pada suhu yang sesuai (30 0 atau suhu ruang) selama 2-7 hari. Amati pertumbuhan mikroba pada daerah sekitar cine in atau bulatan kertas saring yang berisi substrat. 7. Bila mikroba dapat tumbuh di sekitar cincin atau bahkan dapat tumbuh di atas bulatan kertas saring, menandakan bahwa mikroba terse but dapat menggunakan atau mendegradasi substrat terse but, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1. 8. Catat pengamatan tersebut dalam table. 2-5 Gambar 2.1. Contoh pengujian isolat dengan menggunakan 5 jenis substrat, mulai dan atas searah jarum jam : lim bah minyak bumi (1), olilpelumas (2), minyak diesel (3), minyak goreng (4) dan minyak tanah (5). Tabel 2.2. Pengujian pertumbuhan isolat pada media padat dengan substrat minyak No Kode isolat Pert:.ambuhan pada substrat yang diujikan Sludge Pelumas diesel kerosin m. sawit 1 2 3 4 5 2.4. PERTUMBUHAN ISOLAT Karaktensasi isolat yang penting adalah pengukuran grafik pertumbuhan isolat dalam media cairo Kecepatan oksidasi minyak bumi dilakukan dalam media cair dengan menggunakan medium mineral dan 5 substrat yang sama dan dibandingkan dengan kontrol substrat tanpa mikroba. Kecepatan pelarutan minyak dalam medium dan oksidasi minyak oleh mikroba diamati secara fisik kimia dengan mengamati perubahan : kekentalan, konsistensi, wama, homogenitas, kekeruhan media, dan pH. 2-6 Prosedur 1. Siapkan stok isolat pada media padat atau cair yang sehat dan segar. 2. Sediakan media cair CMCS yang mengandung senyawa polutan target pad a konsentrasi 1, 5, dan 10 % pada botol serum atau botol berulir volume 100 ml. 3. Inokulasikan isolat pad a media cair dan inkubasikan pada shaker incubator suhu 30 D C. 4. Pada selang 24 jam. ambil 2 ml sample secara aseptis, ukur pH. kekeruhan (OD 660 dengan spektrophotometer). Kemudian inkubasikan kembali seperti yang lainnya. 5. Amati perubahan pada media bakteri dan kosistensi substrat. 6. Catat hasil pengamatan pada Tabel berikut. Bila perlu catat perubahan lainnya pada lembaran lain. 7. Buat grafik perubahan kekeruhan dan pH terhadap waktu. 8. Bila terlihat grafik menujukkan hasil mendekati phase pertumbuhan logaritmik. maka perlu diJakukan pengamatan pada selang 12 jam atau 6 jam, untuk mendapakan phase Iogartitmik yang baik. Tabel 2.3. Pengamatan visual kultur bakteri dan konsistensi substrat Kode isolat Substrat yang diujikan Mulai pengamatan Hariltanggal Pukul 2-7 I 2.5. IDENTIFIKASI ISOLA T 2.5.1. Pengujian gram Sesuai dengan bahan identifikasi yang tersedia untuk bakteri gram negatif, maka lakukan pengujian gram terhadap isolat bakteri. 2.5.2. Identifikasi Bakteri Prosedur identifikasi isolat menggunakan Microbact 1. Specimen diinokulasikan ke media, inkubasi selama 18 - 24 jam. 2. lakukan uji oksidasi. 3. Ambil koloni tunggal yang sudah diisolasi dart kultur berumur 18 - 24 jam yang ditumbuhkan pada media non selektif atau pun selektif. [Bila koloni terlalu keeil atau pertumbuhannya terhambat, inokulasikan koloni ke dalam 3 ml larutan pepton lalu inkubasikan pada suhu 35C selama 4 jam. Pindahkan 2 - 3 tetes ke dalam 3 ml garam fisiologis.] 4. Siapkan suspensi isolat dalam 3 ml garam fisiologis steril, kocok hingga merata. Hari ke Kultur Bakteri Konsistensi substrat kekeruhan warna pH kekeruhan volume warna 0 1 2 3 4 5 6 7 " 14 2-8 5. Inokutasikan masing-masin sumur uji dengan 3 tetes atau 100 III suspensi kultur sampai larlltan memenuhi setengah tinggi sumur tarutan. 6. Teteskan minyak mineral steril pada sumur: 7. Pada kultur dengan hasil uji oksidasi negatif, minyak diteteskan pada sumur bertanda lingkaran hitam penuh. 8. Pada kultur dengan hasil uji oksidasi positif. minyak diteteskan pada sumur bertanda lingkaran hitam putus-putus. 9. Inkubasi 18 - 24 jam Enterobacteriaceae atau 48 jam untuk berbagai basilus gram negatif. 10. Cocokkan hasil tes dengan tabel warna. Tambahkan reagent yang sesuai pada sumur dengan lingkaran hijau. Pastikan proses pembentukan wama terjadi dengan sempurna. 2.5.3. Identifikasi Kapang Prosedur identifikasi kapang secara sederhana dapat dilakukan dengan mengamati morphologi kapang di bawah mikroskop, dan dibandingkan dengan buku manual identifikasi kapang. Daftar Pustaka Sheehan, D. (ed). 1997. Methods in Biotechnology: Bioremediation protocols. Humana Press, New Jersey. 2-9 III. PROTOKOL UNTUK MENENTUKAN KINETIKA BIOAVAILABILITAS DAN BIODEGRADASIPOLUTAN CRGANIK TANAH DALAM SISTEM TANAH UNTUK MENINGKATKAN BIOREMEDIASI TANAH YANG TERPOLUSI 3.1. PENDAHULUAN Kajian treatabilitas penting untuk mensukseskan implementasi teknologi bioremediasi baik secara in situ maupun ex situ. Sedikit tempat terkontaminasi yang identik dan hanya dapat diaplikasikan dalam jumlah yang terbatas. Beberapa veriabel yang mempengaruhi keberhasilan proses bioremediasi yang merupakan fungsi dan kondisi lingkungan. tipe kontaminan, dan media yang terkontaminasi. Protokol untuk melakukan kajian treatabilitas diperlukan untuk mengevaluasi keefektifan substrat primer, substrat tambahan. aseptor elektron dan modelnya untuk pemindahan elektron. Pengetahuan tentang kinetika bioremediasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan teknologi bioremediasi in situ maupun ex situ. Kajian laboratorium untuk menentukan kecepatan biodegradasi dapat digunakan sebagai uji penseleksian untuk menentukan kecepatan dan keluasan bioremediasi yang mungkin dicapai selama remediasi dan untuk menyediakan kriteria desain. Secara tradisional, kinetika biodegradasi secara in situ telah ditentukan dengan menggunakan mikrokosm tanah. yang sulit untuk. dimodelkan secara matematika. Kajian laboratorium meliputi reaktor slurry tanah yang telah dilaporkan oleh Bachmann et a/. ( ). Kaplan dan Kaplan. Mihelcic dan Luthy, dan Brunner et a/. ( ) Saat ini tidak ada metodologi yang sistematis untuk menentukan kinetika biodegradasi kontaminan dalam sistem tanah yang padat. Biodegradasi dalam tanah merupakan proses yang agak kompleks. yang meliputi difusi kontaminan ke dalam matrik tanah yang berongga. adsorpsi ke permukaan tanah, dan biodegradasi dalam biofilm yang ada pad a partikel tanah dan dalam pori yang besar, dan juga dalam ikatan dan fase air bebas setelah desorpsi dari permukaan tanah. Dalam reaktor slurry tanah, biodegradasi kontaminan terjadi dalam fase cair oleh mikroorganisme dari matrik tanah dan oleh biofilm terimobilisasi pad a permukaan partikel tanah. Dalam sistem tanah yang padat, biodegradasi t e ~ a d i dalam fase air bebas dan air terikat, 3-1 terutama oleh mikroorganisme tanah yang terimobilisasi dan kontribusi mikrobiota yang tersuspensi dalam air. Kontribusi mikrobiota ini kedl karena kadar air yang rendah. Bab ini lebih menitik beratkan kajian biodegradasi terhadap fenol, beberapa alkil fenol (p-cresol, 2,4-dimetil fenol, katekol, hidroquinon, dan resorcinol), dan hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) terseleksi (nafialena, fenantrena, acenafialena, dan acenafiilena). Model matematika untuk slurry tanah, air, reaktor kolom atau tabung berpori digunakan untuk menentukan difusivitas kontaminan dan kinetika biodegradasi dalam slurry tanah dan sistem tanah yang padat. Informasi tentang difusivitas kontaminan dan biokinetika dalam tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi segala sesuatu yang dapat dicapai pad a titik akhir untuk bermacam-macam teknologi treatment tanah, seperti biotreatment slurry tanah, land farming, bioventing, atau bioremediasi in situ. 3.1.1. Fenol dan Fenol Tersubstitusi Fenol merupakan salah satu komponen organik yang telah digunakan secara luas secara terus menerus, dan merupakan unit struktur dasar untuk bermacam-macam komponen organik sintesis, termasuk bahan kimia pertanian. Fenol dan fenol tersubstitusi merupakan kontaminan yang ada di dalam tanah dan air. Keberadaannya dalam tanah atau air mungkin disebabkan oleh degradasi pestisida dan bahan kimia lain yang diaplikasikan secara sengaja terhadap tanah atau oleh pembuangan dengan sengaja dari proses pabrikasi, produksi energi, dan prosedur penanganan limbah. Fenol telah dilaporkan terdapat dalam limbah dari pembakaran dan konversi bahan bakar fosil. Karena komponen fenolik merupakan fraksi yang signifikan dari komponen organik terlarut dalam air yang ada dalam lim bah cair dari proses industri, maka komponen ini penting dalam pengaturan pemilihan penanganan lim bah dan konsentrasinya merupakan subjek dalam pengujian kualitas air. Komponen organik juga menjadi perhatian, karena komponen ini lebih terlarut sehingga memiliki mobilitas yang lebih tinggi pada permukaan tanah, tidak seperti komponen polisiklik. Teknik penanganan untuk meminimalkan mobilitas dan bahaya dari limbah kimia beracun harus didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi polutan organik dan interaksi antara polutan tersebut dengan zat organik tanah. 3-2 Diskusi yang lebih detail tentang literatur yang malatarbelakangi penyerapan dan biodegradasi komponen fenol telah ditampilkan di muka. Hal ini telah disimpulkan bahwa biodegradasi dalam bioremediasi tanah mungkin dihambat oleh faktor abiotik, seperti penyerapan komponen pada partikel tanah dan oleh bahan organik. 3.1.2. Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (PAH) Sifat fisika dan kimia yang mempengaruhi interaksi antara PAH dengan tanah, penting untuk mengevaluasi transporasinya dan secara kebetulan, komponen terse but ada di dalam tanah dan sedimen, yang tidak dikarakterisasi atau dihitung. Penyerapan diketahui sebagai faktor penting dalam menentukan faktor ketidaksengajaan dari molekul hidrofobik terse but dalam sistem airlsedimen atau tanahlair. Pengalaman yang diperoleh dari kajian terhadap remediasi tanah secara biologi menunjukkan bahwa biodegradasi mungkin dihambat oleh faktor abiotik. Hal ini dianggap bahwa satu faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan biodegradasi komponen adalah penyerapan terhadap partikel tanah dan bahan organik. Kemudian, kemampuan biodegradasi PAH yang terserap dalam tanah mungkin berhubungan dengan keefektivan degradasi mikrobia! dan juga terhadap perkiraan resiko toksikologi. Karena pengetahuan tentang faktor abiotik terse but masih kurang, maka penting untuk menentukan karakteristik tanah yang mempertahankan biodegradasi PAH dan untuk meneliti hubungan biodegradabilitas dan biotoksisitas PAH yang terserap. Mekanisme dimana polutan seperti PAH memasuki air tanah perlu dipelajari dan diidentifikasi, dan teknik sesuai untuk memperkirakan perjalanannya dalam Iingkungan perairan perlu untuk dikembangkan. Karena sifat hidrofobik PAH, penyerapan menjadi sangat penting dalam menentukan transportasinya dan ketidaksengajaannya dalam sistem subpermukaan tanah. Diskusi yang lebih detail tentang PAH, ketidaksengajaan dalam lingkungan, dan biodegradasi dalam tanah telah disajikan di muka. 3.1.3. Penentuan Kinetika Biodegradasi Dengan Menggunakan Respirometri 8aru-baru ini, beberapa penelitian melaporkan penggunaan respirometri untuk mengevaluasi kinetika biodegradasi polutan organik dalam tanah. Analisis respiromeri 3-3 terhadap biological oxygen demand (BOD) dalam jangka panjang telah dicoba untuk kajian skala bench untuk memantaLi respirasi bak1eri secara kontinyu selama pertumbuhan d a ~ a m campuran limbah organik dari air dan tanah yang terkontaminasi, untuk memperkirakan potensial untuk menstimulasi biodegradasi limbah tersebut. Informasi ini digunakan untuk membuat penentuan awal mengenai kebutuhan eksplorasi bioremediasi lebih lanjut sebagai potensi teknologi remediasi yang digunakan pada tempat yang terkontaminasi, sebelum pengujian skala pilot. Kajian treatabilitas menggunakan respirometer elektrolitik dan biometer untuk menentukan potensial biodegradasi minyak mentah (lumpur pengeboran, bahan yang tertinggalltersisa, dan hidrokarbon berat) sebagai kontaminan pada tanah yang terpolusi. Data treatabilitas menyediakan efisiensi biotreatment limbah petroleum dan digunakan untuk memastikan waktu pembersihan (clean up) dengan bioremediasi. Panggunaan radioisotop dalam kajian biodegradasi dapat meningkatkan sensitifitas pengukuran biodegradasi dengan signifikan dan memperkirakan secara realistis terhadap biodegradasi yang dapat dicapai dengan interferensi analitik yang minimum dari matrik lingkungan, pada konsentrasi yang biasanya melebihi kisaran metode screening. Produk biodegredasi mungkin dapat dihitung dengan menggunakan kombinasi pembagian dan teknik deteksi radiokimia. Baru-baru ini, teknik ini dikembangkan untuk pengukuran koefisien kinetika Monod, hasil mikrobial, dan koefisien kematian indogen, melalui pengukuran kecepatan awal dalam durasi percobaan yang singkat dengan menggunakan substrat yang radiolabel. Aplikasi teknik substrat radiolabel baru-baru in; telah dikembangkan menjadi penentu biodegradasi terhadap komponen organik dalam tanah. Teknik radiolabel digunakan untuk mempelajari keberadaan pentaklorofenol (PCP) dan timbal klorida dalam tanah, efeknya terhadap mikrobiota, dan kemampuan untuk mengembalikan kerusakan terhadap berbagai tipe tanah, pada konsentrasi substrat yang berbeda. Kajian juga dilaporkan pada determinasi kecepatan biomineralisasi komponen kimia dengan karbon C-14 dalam minyak bumi tersuspensi secara aerobik dan anaerobik. Pengembangan model biodegradasi terhadap polutan organik dalam tanah adalah sulit, karena adanya beberapa faktor yang kompleks, meliputi : 1. Adanya difusi barier komponen, oksigen atau nutrien.dalam pori mikro dan makrotanah 3-4 2. Pengaruh penyerapan kimia ke tanah lempung dan bahan humic. 3. Adanya bahan organik lain yang biodegradabele dalam tanah. 4. Perubahan pertumbuhan mikrobiota yang dihasilkan dari protozoa paras it terhadap populasi biodegradasi. 5. Pengaruh kelarutan komponen pada fase cairo 6. Formasi biofilm pada perrnukaan tanah dalam hubungannya dengan kultur tersuspensi. 7. Adanya mikrobiota tanah yang tidak teraklimatisasi. Hampir semua model kinetika biodegradasi mengabaikan penyerapan kontaminan pada partikel tanah, yang menunjukkan pentingnya pemindahan kontaminan. Secara kinetika. penyerapan merupakan proses dua fase. dengan tahap awal yang cepat 1 jam) yang diikuti oleh fase panjang yang lebih lambat (hari). yang dikontrol oleh difusi terhadap adsorpsi internal. Tanah memiliki bermacam-macam ukuran pori, dengan kira-kira 50% dari total volume pori memiliki pori dengan jari-jari < 1 mm. Hampir semua bakteri tanah berukuran dari 0.5 sampai 0.8 mm, dan oleh karena itU, bagian yang signifikan dari tanah yang mug kin tidak dapat diperoleh dari hampir semua bakteri. Peranan agregat tanah dan pengaruh dari karakteristiknya terhadap bioremediasi dalam tanah telah dianalisis dalam model bioremediasi agregat terkontaminasi (CAB). Analisis sensitivitas model CAB menunjukkan pengaruh jari-jari agregat, koefisien pembagi, dan konsentrasi awal kontaminan pada waktu tertentu dan mekanisme remediasi. Kecepatan difusi sUbstrat dan kinetika peningkatan oksigen dan biodegradasi terbukti mampu mengontrol mekanisme remediasi dalam agregat. Keberhasilan proses bioremediasi terletak pada degradasi kontaminan organik dan pada penurunan toksisitas dan potensial migrasi bahan berbahaya dalam tanah. Hasilnya menunjukkan bahwa kinetika yang pertama menggambarkan hilangnya komponen fenol dengan baik dan hilangnya kontaminan dalam bentuk fraksi terlarut da1am air lebih cepat dibandingkan dengan bahan kimia yang sama dalam tnah. Labih lanjut, toksisitas fraksi yang terlarut dalam air menurun deng2n konsentrasi dan tidak meningkatkan mobilisasi dari bahan kimia yang dicoba, yang dipantau selama proses degradasi. 3-5 Berdasarkan pada penelitian awal terhadap kinetika bioavalabilitas dan biodegradasi komponen fenolik dan hidrokarbon polisiklik aromatik. protokol multilevel yang sistematik (ditunjukkan dalam Gambar 1) dikembangkan untuk mengevaluasi bioavailabilitas (kesetimbangan dan kinetika penyerapanl desorpsi). pendekatan difusi kontaminan dan peningkatan oksigen. dan kinetika biodegradasi polutan organik dalam sistem tanah yang padat. Pendekatan ini meliputi penggunaan mikrokosm tanah dan tiga tipe respirometik slurry tanah. air dan bioreaktor kolom dan tabung prous. Protokol ini dapat diaplikasikan untuk tanah yang terkontaminasi. difusivitas dan kinetika biodedgradasi yang dieapai dari model matematika yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi treatment tanah yang terkontaminasi dengan menggunakan proses bioremediasi. 3.2. BAHAN 3.2.1. Karakterisasi Tanah 1. Tanah terseleksi untuk kajian ini adalah top soil yang tidak terkontaminasi (Faywood silty loam, kemiringan 12-20 %, kelompok : baik, mesic; SUbgrup : typic Hapludalfs; Order: Alfisols) dengan kelembaban tanah 17.5-20 % basis berat, densitas 1060 (gIL). kandungan total karbon 0.415 %, pH 6.65 dalam air distilata deionisasi dan pH 5.79 dalam CaCI 2 0.01 M. 2. Tanah dikeringkan dengan kering udara dan dilalukan pada sieve 2-mm. 3. Distribusi ukuran prtikel tanah yang terukur adalah sebagai berikut (J!m, wt %) : <2 J!m. 15.65 wt %; 2-10, 5; 10-20, 7.75; 20-75, 13.45; 75-150, 6.5; 150-300, 14.3; 300 600, 22.10; 600-1000, 16.25. Perhitungan rata-rata ukuran pertikel tanah adalah 0.0334 em. 4. Porositas partikel tanah, diukur sebagai porosimetri adsorpsi dan desorpsi nitrogen (micrometries ASAP 200). adalah 0.03. Porositas tanah padat dalam reaktor tabung, diukur sebagai densitas bulk, adalah 0.2. 3.2.2. Metode Analisis Konsentrasi komponen kimia dalam contoh cair dianalisis deengan menggunakan tiga metode : ekstraksi standar (metode EPA 604 dan 610) dengan metilen klorida yang 3-6
diikuti dengan anal isis -GC/MS; analisis HPLC; dan perhitungan pancaran sinar radiasi C 14 menggunakan komponen radiolabel. Ketiga metode analisis tersebut dikalibrasi dengan menggunakan larutan standar. Data kalibrasi digunakan untuk mengkonversi peak area (GC/MC atau HPLC) atau menghitung disintegrasi per-menit (OPM) kompponen radiolabel menjadi konsentrasi larutan yang sebenamya. GC yang digunakan adalah model HP-5890A yang membutuhkan detektor ionisasi cahaya (FlO). Kondisi berikut digunakan untuk mengukur konsentrasi fenol : suhu awal oven adalah 60 OCt waktu holding awal adalah 5 menit, kecepatan suhu oven adalah 8 C/menit. suhu akhir oven adalah 280 OCt waktu holding akhir adalah 5 menit, temperatur injektor 225 c, suhu detektor 310 OCt kecepatan gas (nitrogen) 35 mUmenit, kecepatan aliran gas detektor 32 mUmenit hidrogen dan 435 mU menit udara, gas pembawa (helium) 2 mUmenit, kolom HP-5 gum meti! silikon dan ketebalan film 5 m x 1.53 mm x 2.54 mm dan softmware HP Chemstation. 3.2.3. Persia pan tarutan Stok Kontaminan Untuk fenol, buat 1.0 L atau lebih larutan fenol stok utama dengan konsentrasi 2.5 gIL fenol dalam air biaquades. Gunakan larutan stok utama, buat 50-200 mL larutan stok percobaan dengan konsentrasi fenol 500 mglL atau 1 gIL, sesuai keperluan. Oalam kasus PAH, tim bang masing-masing bahan kimia yang setara dengan 80 % standar kelarutan dalam heksan. Larutkan bahan kimia yang telah ditimbang dalam heksan dengan sempuma. Capai larutan standar yang mengandung 60, 40, 20 dan 10 % level kelarutan standar dengan mengencerkannya dengan heksan. Gunakan HPLC kolom (Supelco LC PAH 15 x 4.6 cm) untuk mencapai peak area untuk masing-masing larutan standar. Buat plot peak area terhadap konsentrasi untuk mencapai kurva kalibrasi standar untuk masing-masing bahan kimia. Untuk bahan kimia dengan kelarutan yang sangat rendah 1 ppm), gunakan komponen radiolabel dengan perhitungan pancaran sinar radiasi. Buat larutan satndar dalam zat yang sarna dan kalibrasi dengan hitungan disintregasi per menit (OPM). Buat larutan stok masing-masing bahan kimia PAH dengan pertama-tama menimbang bahan kimia yang setara dengan kira-kira dua kali level kelarutan standar dalam air. Campur bahan kimia dengan air yang ultra mumi menggunakan batang magnetic stirer yang dilapisi dengan teflon selama 48 jam. Kemudian larutan didiamkan 3-7 selama 48 jam. Tuangkan larutan dan saring dengan menggunakan saringan milipore 5 )lm untuk menghilangkan semua partikel terJarut. A"alisis konsentrasi cairan dengan menggunakan HPLC atau perhitungan pancaran sinar radiasi. Capai larutan stok yang lain dengan mengencerkannya dengan air ultra mumi untuk mencapai larutan dengan level kelarutan standar 80, 60, 40, 20, dan 10 %. 3.2.3. Persiapan Tanah Terkontaminasi Dalam kasus fenol, tambahkan larutan stok fenol secara langsung ke'tanah pad a saat mempersiapkan slurry tanah, wafer tanah, tabung porous, atau reaktor kolom tanah. Dalam kasus PAH, yang terhambat pada kelarutan air yang rendah, larutkan komponen PAH dalam aseton dan gunakan laritan aseton untuk mengkontaminasi tanah. Khususnya, larutkan 700 mg naftalena dalam 0.5 L aseton. Cam pur aseton dengan baik untuk memastikan naftalena yang ditambahkan yang terlarut sempuma. Diamkan 1 kg. tanah yang tidak terkontaminasi dengan 0,5 L larutan aseton yang mengandung 700 mg naftalena. Cam pur tanah pada saat penambahan larutan terkontaminasi. Semprotkan tanah dan kemudian sebarkan pada permukaan yang inert dengan lapisan tipis dan tinggalkan dalam ruang asam selama 24 jam untuk menguapkan aseton. Secara periodik baliklah tanah untuk membuat permukaan menjadi segar selama periode 24 jam. Buat empat contoh dari tanah sebelum dan setelah larutan kontaminan ditambahkan dan tentukan konsentrasi naftalena dalam tanah dengan menggunakan prosedur ekstraksi EPA. 3.2.4. Persiapan Larutan Stok Nutrien Larutan nutrien yang digunakan dalam respirometer adalah medium sintetis OECD yang mengandung bahan-bahan berikut dalam air biaquades : KH 2 P0 4 (85 mg/L), K 2 HP0 4 (217.5 mg/L). Na 2 HP0 4 .2 H 2 0 (334 mg/L), NH 4 CI (25 mg/L), MgS0 4 .7H 2 0 (22.5 mg/L), CaCh (27.5 mg/L) dan FeCb.6H 2 0 (0.25 mg/L), MnS04-H 2 0 (0.0399 mg/L). H 3 B0 3 (0.0572 mg/L). ZnS04.7H20 (0.0:428 mg/L), (NH 4 )6MOJ024 (0.0347 mglL), FeCb.EDTA (0.1 mg/L) dan yeast extract (0.15 mg/L). Tanah digunakan sebagai sumber inokulum. 3-8 3.3. METODE 3.3.1. Pengukuran Adsorpsi Bakteri Tanah Secara Isotenn 1. tnkubasi mikrobiota tanah dengan fenol radiolabel dalam reaktor r-espirometrik sampai kestabilan peningkatan oksigen tercapai, mengindikasikan bahwa semua fenol te/ah dibiodegradasi menjadi biomass a C-14 dan CO 2 -14, yang diadsorpsi dalam tarutan KOH. 2. Biarkan tarutan mengendap da/am 30 menit 3. Ambi/ sampet sebanyak 1 mL supematan dan ukur aktivitas C-14 nya dengan perhitungan scintillation cair (Packard scintillation counter) 4. Tentukan kesetimbangan jumlah biomassa C-14 yang diadsorpsi ke dalam tanah dengan subtracting persen C-14 dalam biomassa dalam suspensi dan persen C-14 sebagai karbon dioksida yang diadorpsi dalam larutan KOH dari total C-14 yang ditambahkan di awal. Rasio biomassa teradsorpsi terhadap tanah dan persen biomassa dalam suspensi yang memberikan parameter adsorpsi isoterm biomassa/tanah. 3.3.2. Reaktor Mikrokosm Tanah Metodologi untuk membuat reaktor mikrokosm dalam skala bench, meliputi konfigurasi realdor dan deskripsi kebutuhan yang mendukung, tidak diganggunya lubang sampling tanah yang dimasukkan ke dalam mikrokosm. prosedur untuk mengkontaminasi lapisan tanah dengan seri homolog komponen organik, deskripsi aplikasi nutrien, dan operasi realdor mikrokosm (analisis penurunan CO 2 dan analisis kimia terhadap sampel tanah dan realdor lumpur untuk komponen induk dan metabo/it) lelah dideskripsikan dengan jelas pada bagian yang lain. Skema realdor mikrokosm tanah ditunjukkan pada Gambar 2. Reaktor mikrokosm merupakan kotak persegi panjang yang kedap udara dengan ukuran 50 x 30 x 30 em, yang terbuat dari bahan gelas (kaca) dan didukung oleh panel stainless steel. Nutrien dan kontaminan yang diduga disemprotkan dari atas dengan menggunakan penyemprot atom cairo Pada dasar reaktor dilengkapi dengan suatu sisi untuk memberikan drainase pada lumpur. Pengotrolan terhadap kecepatan 3-9 aliran karbon dioksida sebagai udara bebas yang dialirkan metalui reaktor dan gas buangan adalah dengan menghitung gelembung yang melalui larutan potasium hidroksida untuk mengetahui kecepatan evolusi rata-rata karbondioksida dalam reaktor. Masing-masing reaktor mikrokosm menunjukkan pengontrolan setempat. yang pada akhirnya menyeleksi aklimatisasi populasi mikrobial indogen dalam tanah untuk mengkontaminasi bahan organik. Sampel tanah kemudian diambil dari reaktor mikrokosm dan digunakan sebagai sumber inokulum mikrobial teraklimatisasi untuk mengukur peningkatan oksigen secara cepat dengan menggunakan met ode respirometri ; kinetika penurunan karbon dioksida dalam reaktor shaker flask; dan untuk mempelajari sistem reaktor tanah yang lain. Unit reaktor mikrokosm juga digunakan secara langsung untuk mengevaluasi biodegradabilitas polutan organik dan untuk mengukur kecepatan biodegradasi rata-rata secara lengkap, tanpa menggangu lapisan tanah. 8eberapa reaktor mikrokosm dikontaminasi dengan campuran komponen fenol yang dilarutkan dalam air biaquades sehingga total chemical oxygen demad (COD) per kilogram tanah dalam rekator mikrokosm mencapa 300 mg. Konsentrasi fenol, resorcinol, katekol, 2,4-dimetil fenol, cresol dan hidroquinon yang setara digunakan dalam campuran. Reaktor mikrokosm yang lain dikontaminasi dengan 25 ppm dari masing-masing PAH yang dilarutkan dalam campuran air biaquades dengan 0.5 % larutan surfaktan, Triton X 100. Reaktor mikrokosm kontrol merupakan sistem tanah yang tidak dikontaminasi, yang hanya disemprot dengan air biaquades dengan jumlah yang setara dan reaktor yang dikontaminasi dengan 0.5 % larutan surfaktan, Triton X-100. 3.3.3. Kajian Adsorpsi 1. Keringkan tanah secara alami dengan udara dan kemudian ayak dengan menggunakan ayakan dengan diameter lubang 2.00 mm. 2. Gunakan botol yang distriffer dengan baik secara batch dalam suhu ruang yang konstan untuk kajian ini. 3. Tempatkan 10 gram sampel tanah dalam masing-masing boto' dan campur dengan 100 mL air biaquades yang mengandung konsentrasi komponen dan timbal klorida yang bervariasi untuk meminimalkan biodegradasi. Rasio tanah : larutan 3-10 menunjukkan massa equivalen adsorben kering oven dalam gram per volume larutan. 4. Ambil sampel setelah 2, 4,8,10,12,14,16,18,20, dam 24 jam 5. Sentrifuse isi botol dan ambil sampel cair dengan menggunakan syringe yang dihubungkan dengan membran filter penahan yang terbuat dari perak dengan ukuran pori 0.45 j..lm. Filter menahan partikel tanah agar tidak masuk ke dalam sampel. 6. Analisis sampel cair dengan menggunakan analisis HPLC, analisisGC/MS dan perhitungan pancaran cahaya radisi untuk komponen yang radiolabel (lihat Catatan 1.). 7. Capai jumlah komponen yang teradsorpsi dalam tanah dengan mengurangi jumlah total awal dengan jumlah komponen yang ada dalam fase cair (lihat Catalan 2). 3.3.4. Kajian Desorpsi 1. Cam pur 100 mL air biaquades dengan 20 9 tanah dan konsentrasi awal bahan kimia tertentu, seperti dalam kasus adsorpsi. 2. Setelah kesetimbangan adsorpsi tercapai (Iihat Catatan 2), tambahkan 100 mL air biaquades yang mengandung 2 gIL timbal klorida untuk menghambat biodegradasi (lihat Catalan 3). 3. Ambil 20 mL sampel dengan menggunakan syringe pada jam ke-4, 8, 16, 24, 48, 72, 96, dan 120, masing-masing sampel diambil dari botol yang terpisah dan disaring dengan filter yang berukuran 0.45 j..lm. 4. Analisis konsentrasi komponen dalam sampel cair dengan menggunakan ekstraksi metilen klorida yang diikuti oleh analisis GCIMS atau HPLC. Analisis perhitungan pancaran sinar radiasi C-14 mungkindapat digunakan untuk komponen yang radiolabel (lihat Catatan 1). 3.3.5. Teknik Rasiokimia Untuk Menentukan Biodegradasi OrganikOalam Tanah 1. Siapkan reaktor percobaan dan reaktor kontrol dalam respirometer. 2. Tambahkan 1 mL komponen radiolabel C-14 (konsentrasinya setara dengan 1 j..lCi/mL) untuk masing-masing reaktor percobaan dan kontrol. Satu j..lCi selara dengan 2.22 x 10 6 DPM. 3-11 - - - - - - - - - - - - - ~ ' - - - - - . . . ; ; ; , . . . . . . - ' - - ~ - - - - : . . : . . . . - - 3. Tambahkan 5 mL larutan KOH 2 N setelah wakttu aklimatisasi yang diperkirakan, berdasarkan pada komponen yang akan dipelajarL Tambahkan 5 mL larutan KOH 2 N segar untuk melanjutkan adsorpsi CO 2 -14. 4. Campur 5 mL sampel KOH deengan larutan cocktail (Ultima Gold) dengan perbandingan 1 : 10 (1 mL KOH dengan 9 mL larutan coctail). Analisis sampel dengan menggunakan perhitungan pancaran sinar radisi cairan (Packard TRI-CARB 2500 TR Uquid Scintillation Analyzer). 3.3.S. Kajian Bioreaktor Respirometrik Konsentrasi tanah terseleksi dalam reaktor labu bervariasi dari 2 sampai 10 % basis berat, menggunakan berat kering tanah sebagai basis. Total volume slurry dalam labu adalah 250 mL Tiga tipe bioreaktor digunakan untuk menentukan parameter kinetika mikrobiota tersuspensi dan terimobilisasi dan parameter pendukung dari kontaminan dan oksigen dalam matrik tanah. Ketiga tipe reaktor tersebut adalah : 1. Bioreaktor slurry, dimana konsentrasi tanah adalah 5 % slurry yang dicampur dengan kontaminan dengan cepat, dilarutkan dalam air bersama dengan nutrien. 2. Reaktor wafer, dimana lapisan tipis wafer tanah didiamkan bersama dengan kontaminan dan nutrien yang terlarut dalam air, untuk mencapai kelembaban total tanah 50 % 3. Reaktor kolom atau tabung berpori, dimana tanah disaring dengan kontaminan yang dipadatkan dalam tabung gelas yang berpori atau kolom dengan kelembaban yang hampir sama dengan reaktor wafer. Skema reaktor slurry tanah, wafer, tabung berpori dan kolom ditunjukkan dalam Gambar 3 dan 4. Dalam reaktor slurry tanah, tidak ada pendekatan oksigen yang berdifusi secara bebas ke dalam slurry yang diaduk dengan baik dan nutrien yang terlarut dalam fase cairo Oleh karena itu, kecepatan biodegradasi dalam reaktor slurry tanah tergantung pada kecepatan biokinetika intrinsik, konsentrasi mikroorganisme dalam matrik tanah dan diffusivitas yang melekat pada kontaminan. Dalam reaktor wafer tanah, difusi bebas oksigen melalui matrik tanah yang tipis, dan oleh karena itu, kecepatan biodegradasi dikontrol oleh kandungan wafer sebagai tambahan parameter intrinsik yang 3-12 lain, seperti dalam kasus reaktor slurry tanah. Dalam reaktor kolom atau tabung berpori, kecepatan biodegradasi dikontrol oleh kandungan air dan difusivitas oksigen dan parameter biokinetika intnnsik yang lain. Reaktor kolom atau tabung berpori memberikan perkiraan kecepatan biodegradasi yang lebih baik untuk bioremediasi in situ dari pada reaktor wafertanah dan slurry tanah. 3.3.7. Reaktor slurry tanah 1. Campur 25 gram tanah yang telah didiamkan dengan 250 mL air biaquades, nutrien OECD dan 7 mL inokulum (lihat Catatan 4) dan shaker flask dengan menggunakan batang stirrer yang dilapisi dengan teflon. Lakukan secara duplo (buat duplikasinya) untuk meyakinkan reproducibilitasnya. 2. Siapkan reaktor kontrol yang mengandung 25 gram tanah yang tidak terkontaminasi dengan 250 mL air biaquades, nutrien OECD dan 7 mL inokulum (Iihat Catatan 4) dan shaker flask. 3. Hubungkan tabung (flask) dengan respirometer ycmg mengukur peningkatan oksigen kumulatif dan penurunan karbon dioksida secara terus menerus (lihat Catatan 5). Dalam kasus fenol. 20 gram tanah yang tidak terkontaminasi dicampur dengan 250 mL air biaquades dan 2.5-10 mL larutan stok percobaan untuk menghasilkan konsentrasi fenol yang diinginkan dalam tiap-liap tabung (flask). 3.3.8. Reaktor wafer tanah 1. Campur 25 g tanah yang telah didiamkan dengan 250 mL air biaquades, nutnen OEDC dan 7 mL inokulum (Iihat Catatan 4) dan shaker flask dengan menggunakan batang stirrer yang dilapisi dengan teflon. 2. Biarkan air dalam tabung (flask) menguap sampai kelembaban lanah yang diinginkan tercapai. 3. Tempatkan tanah dalam reaktor flask sebagai lapisan tipis (Iihat Catatan 6). 3-13 4. Kontaminasi tanah dengan !arutan stok komponen dan aduk tanah dengan batang geJas untuk meyakinkan komposisi yang seragam. 5. Biarkan keJebihan air menguap pada suhu ruang untuk mencapai kelembaban yang diinginkan. 6. Set reaktor kontrol tanpa kontaminan (seperti langkah 4 dan 5). 7. Hubungkan tabung (flask) dengan respirometer. Dalam kasus fenol, 20 gram tanah yang tidak terkontaminasi dicampur dengan 20 30 mL air aquabidest ditempatkan dalam reaktor flask dan teJah tercampur dengan baik untuk membenkan konsentrasi biomassa yang seragam dalam matrik tanah. Wafer dari reaktor flask diuapkan pada suhu ruang sampai kandungan air daJam tanah yang diinginkan tercapai. Wafer tanah dikontaminasi dengan 2.5-10.0 mL larutan stok percobaan, tergantung pada konsentrasi yang diinginkan, dan wafer tanah dicampur dengan syringe needle ketika larutan stok diinjeksikan. 3.3.9. Reaktor kolom tanah 1. Campur 100 9 tanah yang telah didiamkan dengan nutnen OECD, dan 28 mL inokulum (Iihat Catatan 4) dan shaker flask dengan menggunakan batang stirrer yang dilapisi dengan teflon. 2. Biarkan air dalam tabung (flask) menguap sampai kelembaban tanah yang diinginkan tercapai. 3. Masukkan tanah ke dalam tabung gelas berpori atau dalam labu (flask) sebagai kolom (lihat Catatan 7). 4. Kontaminasi tanah dengan Jarutan stok komponen dan aduk tanah dengan batang kaca untuk meyakinkan komposisi yang seragam. 5. Biarkan kelebihan air menguap pada suhu ruang untuk mencapai kelembaban yang diinginkan. 6. Set reaktor kontrol tanpa kontaminan (seperti langkah 4 dan 5). 7. Hubungkan tabung (flask) dengan respirometer. 3-14 Dalam kasus fenol, tabung gelas berpori yang digunakan terbuat dari gel as vycor, dengan diameter pori rata-rata 40 nm. Ukuran pori ini dipilih karena ukuran pori ini terbukti paling baik untuk menahan semua tanah dan air dalam tabung berpori ketika dialirkan oksigen dari udara bebas. Dalam kasus ini, tabung gelas tidak mempengaruhi hasil peningkatan oksigen yang diperlukan untuk percobaan, tabung gelas ini hanya digunakan untuk mendukung tanah selama proses kontaminasi dan biodegradasi. Percobaan dengan tabung ini membiarkan degradasi bahan kimia dilakukan mikroorganisme tanah secara menyeluruh terhadap tanah yang terkontaminasi agar disimulasi pada kondisi yang iebih tertutup. Kinetika adsorpsi dan desorpsi abiotik kontaminan ke dalam matrik tanah dan data peningkatan oksigen yang dicapai untuk reaktor slurry tanah, wafer tanah, dan kolom digunakan dalam hubungannya dengan model matematika yang mendetail untuk memberikan parameter biokinetika dan transportasi intrinsik. Protokol yang digambarkan dalam bab ini diaplikasikan untuk fenol, alkif fenol, dan PAH, dan hasil yang telah dicapai disajikan dalam tulisan yang lain. Respirometer elektrolitik termodifikasi (didiskusikan dalam tulisan yang baru) digunakan untuk memonitor peningkatan oksigen dan penurunan karbon dioksida secara kontinyu. Sebagai tambahan, kontaminan yang radiolabel digunakan untuk memperkuat peningkatan oksigen dari kontaminan daripada yang dihasilkan dari respirasi tanah secara normal. 3.4. CATATAN 1. HPLC memiliki manfaat yang jelas yang tidak membutuhkan ekstraksi dengan pelarut, seperti dalam kasus analisis GC/MS. Meskipun demikian, metode HPLC tidak cukup sensitif untuk fase cair dengan konsentrasi di bawah 1 ppm. Ekstraksi pelarut membutuhkan waktu yang cukup lama, menggunakan jumlah pelarut yang berlebih, biasanya tidak dapat menghasilkan pemumian komponen sampai 100 %. Perhitungan pancaran sinar radiasi C-14 membutuhkan komponen yang bersifat radiolabel tetapi dapat digunakan dengan cepat dan mudah. Meskipun demikian, jumlah komponen C-14 yang tersedia terbatas dan mahal. Lebih lanjut, metode perhitungan pancaran sinar radiasi menghasilkan turunan limbah radioaktif yang 3-15 membutuhkan penanganan yang lebih. Untuk fase cair dengan konsentrasi di bawah 1 ppm, perhitungan pancaran sinar radiasi C-14 merupakan metode yang lebih disukai. Untuk konsentrasi yang lebih tinggi dan untuk komponen dengan koefisien partisi oktanol-air yang rendah, HPLC lebih baik digunakan daripada ekstraksi dengan pelarut organik dan analisis GC/MS. Dalam kajian ini, hasil dari ketiga metode analisis yang ditetapkan sebagai anal isis yang tertutup. 2. Kesetimbangan didefinisikan sebagai tempat dimana konsentrasi cairan yang dicapai berada pada nilai yang stasioner, yang biasanya dicapai dalam waktu 24 jam. Data kesetimbangan digunakan untuk mendapatkan parameter isoterm Freundlich. 3. Awalnya, fase' cair dituang setelah sentrifugasi, dan kemudian air aqua bides ditambahkan untuk membiarkan komponen diserap dari tanah. Meskipun demikian. hal ini telah terbukti, setelah sentrifugasi, fase air mengandung partikel koloid yang memiliki sejumlah kompopnen teradsorpsi yang signifikan. Oleh karena itu diusahakan untuk menggunakan filter dengan ukuran pori yang lebih kecil, yang membutuhkan gradien tekanan yang besar untuk memberi tenaga agar cairan dapat melaui filter. 4. Set beberapa shaker flask. masing-masing terdiri dari 100 9 tanah dari reaktor mikrokosm yang telah diaklimatisasi, dan campur dengan 1 Lair aquabides yang mengandung 4 mL sludge teraktivasi sekunder dan nutrien OECD. Inokulum diambil dengan mengambil sejumlah volume slurry yang tetap dari shaker flask. 5. Percobaan terhadap slurry tanah memberikan wawasan tentang degradasi kontaminan dalam kedua fase tanah dan cairo Bakteri dan kontaminan berdifusi dari fase tanah ke fase cair sampai mencapai kesetimbangan. Peningkatan oksigen kumulatif dan penurunan karbon dioksida dikontrol oleh difusi dan transpor kontaminan dari dalam partikel tanah ke larutan. S. Seperti pada sistem slurry, air yang ada dalamreaktor wafer adalah sangat kecil dan stasioner, yang meningkatkan konsentrasi kontaminan dan menurunkan transfer massa dalam fase cairo Peningkatan oksigen dan penurunan karbondioksida sangat dipengaruhi oleh perbedaan tersebut. 7. Reaktor kolom tanah mirip dengan reaktor tabung berpori karena reaktor ini membiarkan oksigen rnempengaruhi kecepatan biodegradasi dalam sistem tanah yang padat untuk dikaji. Alasan menggunakan kolom tanah untuk kajian PAH 3-16 terutama disebabkan oleh sistem tabung berpori dapat digunakan jika jumlah tanah yang harus dianalisis kecil, khususnya < 30 g. Jika komponen menunjukkan kelarutan dalam air yang kecil, seperti PAH, maka harus dipelajari jika air jenuh dibiarkan dengan kontaminan sehingga menghasilkan konsentrasi kontaminan yang rendah dalam tanah. Lebih lanjut, konsentrasi kontaminan yang rendah dapat digunakan untuk mencegah efek penghambatan. Jika konsentrasi kontaminan dalam tanah rendah, kelebihan tanah digunakan dalam reaktor untuk mencapai peningkatan oksigen kumulatif yang signifikan daripada reaktor kontrol yang berisi tanah yang tidak terkontaminasi. Oleh karena itu, reaktor kolom tanah dikembangkan, dim ana jumlah tanah yang lebih besar secara' signifikan (Iebih dari 30 g) dapat diuji sebagai pembanding terhadap reaktor tabung berpori. Dafta Pustaka Cookson, J.T. 1995. Bioremediation Engineering: Design and Application. McGraw-Hili, Inc., Toronto. Sheehan, D. (ed). 1997. Methods in Biotechnology: Bioremediation protocols. Humana Press, New Jersey. 3-17 IV. PENGU..IIAN BIODEGRADASI MINYAK BUMI 4.1. PENGUJIAN BIODEGRADASI LlMBAH MINYAK BUMI OALAM AIR Percobaan ini bennaksud menguji aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi minyak bumi. Oalam hal ini digunakan kultur campuran untuk mendegradasi minyak bumi dalam air pada suhu kamar dengan kondisi aktif (dikocok) selama 24 jam. Peralatan 1. Inkubator pengocok 2. Inkubator 3. Autoklaf 4. Rotary evaporator 5. Eksitkator 6. Alat-alat gelas 7. Instrumen penguji minyak Bahan 1. Nutrient broth (NB) untuk medium uji di Erlenmeyer 2. Agar nutrient broth (NBA) untuk medium penanaman mikroorganisme di cawan petri 3. Minyak bumi steril 4. Akuades steril Prosedur kerja Kegiatan ini dilakukan dalam kondisi aseptic 1. Siapkan media NB pada Erlenmeyer kapasitas 250ml. NBA dalam cawan petri dan akuades dalam tabung reaksi. Erlenmeyer diisi dengan 100ml medium, cawan petri diisi 10 ml medium, dan tabung diisi 9 ml akudes. 2. Sehari sebelum dilakukan pengujian lakukan pengaktifan kultur campuran dalam medium dan kondisi yang sarna untuk pengujian serta dikocok dalam incubator pengocok. 3. Ke dalam 4 erlenmeyer yang telah berisi media yaitu P1 sampai P4 masukkan kultur campuran yang telah diaktifkan masing-masing sebanyak 5 ml. 4-1 4. Setelah diaduk merata dari Erlemeyer P1 dan P2 masing-masing diambil 1 ml untuk dimasukkan ke dalam 9ml akuades pada tabung reaksi. Hal inidilakukan bertahap untuk pengenceran. Masing-masing pengenceran diambil 0.1 ml inokulasikan ke dalam medium cawan petri selanjutnya diinkubasikan. Hal ini untuk melihat populasi pada jam ke O. 5. Masukkan 2ml minyak bumi masing-masing ke dalam Erlenmeyer P1 sampai dengan P4 serta Erlenmeyer lain yang telah berisi medium yaitu Erlenmeyer K 1 dan K2. 6. Erlenmeyer P1, P2, K1 dan K2 diinkubasikan dalam incubator pengocok pada suhu kamar selama 24 jam. 7. lsi Erlenmeyer P3 dan P4 masing-masing diekstrak dengan menggunakan metode kerja penentuan minyak dalam air secara gravimetric. Hal ini untk menentukan Kadar karbohirbon pad a jam ke O. 8. Setelah inkubasi 24jam. dari P1 dan P2 secara hati-hati (minyak jangan sampai terbawa) diambil1 ml medium dan selanjutnya dilakukan kegiatan seperti pada butir 4. Kemudian isi P1, P2, K1 dan K2 diekstrak dan selanjutnya dilakukan kegiatan seperti prosedur butir 7. Dari sini akan diperoleh data kandungan hidrokarbon dan populasi pada jam ke 24. Perhitungan Dari hasil pengujian ini dapat dihitung koefisien laju pertumbuhan kultur yang diuji dan besamya biodegradasi. Dasar perhitungan dapat ditentukan dengan rumus berikut: 1. Koefisien laju pertumbuhan ( ~ ) ~ = 2.3ft log (alb) dimana t = waktu inkubasi b = jumlah populasi setelah tx a = jumlah populsi pada to 4-2 2. Persentase biodegradasi (PB) (M1-M2) - (S1-S2) PB =------x100% M1 Dimana M1 = total hidrokarbon jam ke 0 (mgll) dalam kondisi steril M2 = total hidrobarbon jam ke x (mgll) dalam kondisi steril S 1 =total hidrokarbon jam ke 0 (mgll) dalam kondisi non steril S2 =total hidrokarbon jam ke x (mg/l) dalam kondisi non steril 4.2. PENENTUAN MINYAK DALAM AIR SECARA GRAVIMETRI Prinsip Penentuan minyak dalam air didasarkan pada kelarutannya dala kloroform. Minyak yang terlarut atau teremulsi dalam air dapat diekstraksi dengan kloroform. Setelah ekstraksi pelarut diuapkan, dan minyak daoat ditentukan secara gravimetric. Bahan 1. HCl 1: 1 dalam akuades 2. Kloroform 3. Sodium sulfat anhidrat Peralatan 1. Corong pemisah 500 ml 2. Labu didih 100ml, 250ml 3. Rotary evaporator 4. Kertas saring Prosedur kerja 1. Dalam 100ml contoh yang mengandung minyak tambahkan 5ml HC11:1 dalam akuades sampai pH 2 4-3 2. Pindahkan *e corong pemisah, bilas botol contoh dengan 30 ml kloroform, kemudian masukkan ke dalam corong pemisah 3. Kocak corong pemisah selama 2 men it, kemudian biarkan ke dua fasa terpisah 4. Keluarkan kloroform dan lewatkan melalui kertas saring yang diisi dengan 1 gram Na2S02 anhidrat dan ditampung dalam labu didih. 5. Lakukan kembali ekstraksi 2 x 30ml dengan kloroform, setelah ekstraksi, botol contoh dibilas dengan pelarut. 6. Satukan hasil ektraksi ke dalam labu didih di atas 7. Cuci kertas saring dengan 10-20 ml petarut 8. Uapkan pelarut dalam rotary evaporator pada suhu 70C. 9. Masukkan dalam incubator suhu 100C selama 15menit dan kemudian simpan di eksikator selama 30 menit, dan timbang sampai be rat konstan. 10. Perbedaan penimbangan menunjukkan berat minyak bumi. Perhitungan (x-y) Berat minyak bumi (mg/l) = ----x 1000 ml contoh x = Berat labu didih + minyak (gram) y =Berat labu didih kosong (gram) Daftar Pustaka Arnold E. Greenberg, at sl., 1992. Standar methods for the examination of water and wastewater, 18 th -ed. Udiharto, M. 1996. Bioremediasi Minyak Bumi. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya "Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan-, Cibinong 24-28 Juni 1996. LlPI-BPPT-HSF. 4-4 V. SIMULASI PENGUJIAN TREATABILITAS LABORATORIUM UNTUK MEMPERKIRAKAN KESIAPAN LAHAN Pad a simulasi pengujian treatabilitas memberikan gambaran yang dilakukan sebelum implementasi di lapangan, mendiskusikan pengujian laboratorium yang lebih kompleks, dan menghadirkan beberapa studi kasus dari tipe treatabilitas yang berbeda untuk memberi contoh kebutuhan mereka sebagai langkah awal pada implementasi pada skala penuh. Studi kasusini menunjukkan kebutuhan pelaksanaan pengujian laboratorium yang relatif murah sebelum mengawali operasi di lapangan yang mahal. 5.1. EVALUASI TREATABILIT AS Bagian ini mendiskusikan metodologi dan pendekatan umum yang diikuti selama pengembangan pengujian treatabilitas untuk memeperkirakan implementasi teknologi yang spesifik. Tujuan dari evaluasi treatabilitas adalah untuk membangun antisipasi proses yang dapat diterapkan untuk membersihkan suatu tempat. Hal ini mencakup karakterisasi bahan untuk parameter kimia dan mikrobiologi dan optimalisasi proses untuk mencapai standar kebersihan yang diinginkan pada interval waktu yang sing kat. langkah-Iangkah evaluasi treatibilitas: rencana k e ~ a , evaluasi latar belakang permasaJahan, perencanaan sampling, sampling. dan analisis sample. analisis data, dan laporan akhir Rencana kerja merangkum semua aktifitas proyek yang disiapkan untuk perizinan oleh kHen danlatau agen pengatur yang tepat sebelum memulai pekerjaan. Rencana kerja meliputi rencanasampling, desain percobaan dan kebutuhan analitik dan program quality assurance untuk evaluasi biotreatabilitas. Biasanya, latar belakang data mengenai tanah di suatu tempat, keberadaan kontaminan, dan sejarah operasi disediakan sebelum pengujian treatabilitas. Tinjauan tantang ketersediaan data dipilih untllk membiasakan orang-orang dalam 5-1 proyek dengan data yang ada dan untuk mengidentifikasi perbedaan informasi dan keperluan pertimbangan untuk mengevaluasi teknik remediasi. Sampel tanab dan/atau air untuk evaluasi biotreatabilitas dikumpulkan setelab dilakukan tinjauan terhadap data pendabuluan. Rencana sampling diperlukan untuk mengindentifikasi sampel yang mewakili kontaminan yag menjadi perhatian. Rencana sampling dikhususkan pada area dimana sam pel yang mewakili akan dikumpulkan untuk kajian tipe treatabilitas yang dipilih. Sampel dari suatu tempat mula-mula dianalisis untuk memberikan data fisik, kimia dan mikrobiologi dasar. Ada beberapa tujuan untuk dicapai dalam melaksanakan analisis ini. Pertama adalah untuk menentukan tipe dan konsentrasi kontaminan yang ada dalam sampel yang akan digunakann untuk memperkirakan biotreatabilitasnya. Hal ini penting untuk memperkirakan konsentrasi awal yang akurat dari kontaminan yang ada dalam sampel yang dikaji untuk mengevaluasi reduksi level kontaminan. Tujuan lain adalah untuk menentukan jika nutrien, seperti nitrogen dan fosfor, ada dalam konsentrasi yang cukup untuk mendukung peningkatan aktivistas mikroba. Analisis dilaksanakan untuk mengevaluasi parameter yang mungkin dapat menghambat aktivitas mikroba (sebagai contoh. konsentrasi logan, pH dan lain-lain yang tinggi). Analisi fisika dan kimia dirangkum dalam Tabel 5.1. Pada penyelesaian kajian treatabilitas, laporan akhir disiapkan secara garis besar untuk semua i1mu yang ditemukan dan data yang mendukung. Metode yang digunakan untuk memperkirakan keberadaan biodegradasi yang potensial pada suatu tempat diterangkan secara te:-perici. Tipe informasi di bawah ini didukung oleh data laboratorium di antaranya : 1. Keberadaan level aktivitas mikrobial dalam sampel yang diambil dari suatu tempat 2. Keberadaan potensial biodegradasi kontaminan di dalam sam pel yang diambil dari suatu tempat 5-2 3. Oiskusi tentang rencana remediasi berdasarkan pada evaluasi pada skala bench. Ookumen ini biasanya digunakan sebagai landasan untuk menyiapkan rencana tindakan remediasi (remedial action plan / RAP), dimana garis besar langkah menjadi acuan implementasi pada skala penuh. Tabel 5.1. Analisis Fisika dan Kimia Parameter Fisika Analisis ukuran pasir Porositas Kelembaban Oensitas, di tempat dan partikel Permeabilitas Kadar air Reologi. viskosotas, % padatan Analisis Kimia Parameter Anorganik pH Oksigen terlarut Temperatur Chemical oxygen demand (COD) Total padatan terlarut Kation utama Anion utama Fosfat Kekerasan Alkalinitas Kondukstivitas elektrik Parameter Organik Total Organic Carbon (TOC) Biochemical Oxygen Demad (BOO) Total Petroleum hydrocarbon (TPH) Kontaminan target 5-3 5.2. METODA PENGUJIAN TREATABILITAS Karakterisasi bahan di bawah ini, satu atau lebih pengujian skala-bench dilakukan untuk menentukan potensial penggunaan teknik biodegradasi pada suatu tempat. Pada interval yang tetap selama periode inkubasi, aktivitas mikrobial diperkirakan dengan pengujian mikrokopis atau teknik hitunya standar yang lain. Biodegradasi kontaminan dimonitor dengan teknik analisis yag tepat. Untuk mengevaluasi penurunan hidrokarbon petroleum, sebagai contoh. digunakan spektroskopi infra merah (infrared spectroscopy fiR) dan kromatografi gas (GC). Peningkatan biodegradsi kontaminan dengan penambahan nutrien dievaluasi dalam seri pengolahan dalam laboratorium m ikrokom is. Seleksi terhadap pilihan pengolahan yang tepat ditentukan oleh hasH evaluasi kimia dan mikrobiologi. Contoh evalusl pengolahan khusus adalah : 1. Tanpa pengo/ahan (kontrol). Pengolahan ini mnegukur kecepatan populasi mikroba yang ada yang dapat mendegradasi kontaminan pad a kondisi oksigenasi yang baik tanpa penambahan nutrien tambahan. 2. Pengaturan Nutrien Anorganik. Jika evalusi kimia memberi kesan bahwa nitrogen dan fosfor ada pada konsentrasi minimum untuk pertumbuhan. maka konsentrasi nutrien ini diatur untuk menyediakan rasio C:N:P yang optumum. Pengolahan ini akan menentukan berapa kecepatan pembersihan kontaminan dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan rasio ini. 3. /noku/asi. Jika evaluasi mikrobial dasar menunjukkan bahwa aktivitas alami mikrobial yang t e ~ a d i dalam sampel tanah dan air tanah tidak mencukupi kebutuhan untuk meningkatkan degradasi kontaminan, maka limbah perlu diinokulasi dengan mikroorganisme yang telah diketahui dapat mendegradasi kontaminan target pada suatu tempat. Evaluasi ini akan menentukan apakah kecepatan pembersihan kontaminan dapat ditingkatkan oleh inokulasi mikroba. 5-4 4. Kontrol steril. Pengolahan kontrol steril didesain untuk menentukan pengaruh proses amotik, seperti penguapan, konsentrasi kontaminan. Metode yang tepat untuk sterilisasi sampel dipilih setelah meninjau data kimia dasar. Metoda pengujian treatbilitas pada umumnya dibagi dalam 3 cara sesuai dengan maksuda dan tujuannya, yaitu kajian labu erlemeyer, kajian nampan, dan kajian kolom masing. 5.2.1. Kajian Labu Erlenmeyer Kajian pada labu atau botol relatif sederhana dan murah. Berdasarkan pada pengujian yang spesifik, satu labu dapat disampling dengan cepat atau labu replikasi dibuat untuk masing-masing sampling. Pengujian dilakukan secara terbuka atau masuk dalam sistem. Kajian pada labu digunakan untuk menguji biodegradasi kontaminandalam air atau dalam tanah sebagai slurry tanah/air. Pangujian ini mung kin digunakan untuk menstimulasi pengolahan slurry air atau tanah yang terkontaminasi dalam bioreaktor dengan kepercayaan bahwa data laboratorium akan mencerminkan hasil yang dapat dicapai di lapangan. Tipe pengkajian ini digunakan untuk menentukan parameter untuk proses bioremediasi yang diharapkan dapat dilaksanakan pada fase padat atau pengolahan in-situ (dalam sub permukaan). Kajian pada labu marupakan indikator yang berguna untuk menentukan apakah bioremediasi memungkinkan pada kondisi yang terakhir ini, tetapi karena kajian ini tidak setertutup kondisi di lapangan, kajian ini tidak seharusnya digunakan untuk menentukan pemrograman secara langsung untuk pengolahan pada skala penuh. Kajian pada labu ini layak digunakan karena indikator untuk pengolahan in-situ atau pada fase padat yang digunakan sebagai penyaring yang relatif cepat dan murah untuk menentukan apakah bioremediasi mungkin atai tidak mungkin Jika hasilnya seperti yang diharapkan, kajian lebih lanjut harus dilakukan, seperti dilakukannya pengujian pada skala pilot di lapangan atau pada fase padat atau treatabilitas kolom-padat untuk fase padat atau pengolahan in-situ. 5-5 5.2.2. Kajian Pada Kolom Kajian pada kolom dibuat sebagai kolom yang direkatkan diisi dengan tanah setempat, dialirkan melalui air, dengan atau tanpa perubahan. Tujuan kajian pad a kolom ini adalah untuk mensimulasi kondisi in-situ. Tipe kajian ini mensimulasi kondisi in-situ yang lebih baik daripada kajian pada labu. Kajian pad a kolom ini menyediakan informasi yang lebih konsisten seperti apa yang diharapkan di lapangan, seperti pembilasan tanah terhadap biodegradasi, mengidentifikasi pembatas fisik pengiriman nutrien dan mengidentifikasi pembatas presipitasi kimia dan penyumbatan. Kajian pembuatan dan pengoperasian kolom lebih luas dibandingkan dengan kajian pada labu, dihasilkan dalam pelaksanaan yang lebih mahal. Juga, dalam kajian pada kolom adanya perbedaan potensial antara replikasi kolom mungkin menghasilkan variansi yang besar secara statistika; Proses dan konsentrasi pelaksanaan kajian pada kolom terhadap kajian pada labu untuk aplikasi dilapangan secara in-situ harus dipertimbnagkan dengan matang. 5.2.3. Kajian pada Nampan Kajian pada nampan atau pada fase padat merupakan kajian treatabilitas khusus yang dibuat pada nampan stainless steel atau gelas, tanpa menggunakan dilusi. bahan padat, tanah khusus, dari suatu tempat. Kajian ini menguji kemampuan tanah atau sludge untuk dipengolahan tanpa dilusi ke dalam slurry cairo Kajian ini menguji kemungkinan penanganan bahan daJam matrik padat dengan perubahan dan pengadukan fisik yang tepat dengan menggunakan met ode yang mirip dengan yang digunakan pada landfarming. TJpe treatabilitas ini sangat bermanfaat untuk memperkirakan kecepatan dan tingkat biodegradasi kontaminan selama pengolahan pada fase padat pada skala penuh. 5-6 5.3. STUDI KASUS TENTANG TRETABILITAS KHUSUS Studi kasus di bawah ini memberi simulasi tipe treatabilitas yang umum yang dicoba untuk mengevaluasi proses bioremediasi untuk membersihkan tempat yang spesifik. Dari 2 studi kasus berikut ini, buat pembahasan hasil uji tretabilitasnya, kemudian perkirakan tahap selanjutnya pada kondis lapangan. 5.3.1. Kajian Treatabilitas Pada Labu,Dan Kolom Untuk Tanah Terkontaminasi Dengan Pelumas Dan Pentaklorofenol Contoh kajian treatabilitas pada tabu dan kolom merupakan satu set kajian yang dilaksanakan untuk membentuk fasilitas penanganan kayu yang tetah dioperasikan selama hampir 100 tahun. Bahan-bahan yang digunakan untuk memelihara kayu terdiri dari seng kloroda, minyak pelumas, dan pentaklorofenol (PCP). Limbah yang dibersihkan dari tanaman berdasarkan pada standar, menghasilkan kontaminasi kira-kira 100 acre. Kontaminasi terdiri dari sejumlah besar immiscrible. lebih rendah dari campuran air dengan minyak pelumas dan PCP. Pada prinsipnya komponen yang menjadi perhatian adalah PCP dan hidrokarbon poliaromatik (PAH). Kisaran tempat kontaminasi bervariasi dari pasir dan kerikil yang jenuh dengan minyak sampai air tanah yang metarutkan fenol, PCP, PAH, dan fraksi hidrokarbon petroleum yang lain dengan level ppb. Tempat yang dijamin dengan sistem isolasi kontaminan dan tindakan lain yang difokuskan pada pembersihan dengan penghilangan kontaminan dan teknologi biopengolahan. Kondisi lapangan (site) menunjukkan formasi batu yang lebih berat dan porositas tanah yang tinggi .. Kajian awal pada labu mengindikasikan degradasi yang kuat untuk komponen target (PCP dan PAH), kajian pada kolom dilaksanakan untuk menentukan apakah degradasi kontaminan dapat dicapai pada kondisi insitu yang disimulasi. Berdasarkan pada apakah pengolahan pendahuluan dipilih untuk pembersihan pada skala penuh, bioremediasi secara in-situ dapat diimplementasikan dalam satu atau dua lingkungan tanah yang berbeda. Jelaskan kemungkinan tahapan pengolahan ? Kajian pad a kolom di laboratorium dilaksanakan untuk mengevaluasi bioremediasi secara in-situ dalam tanah yang dicuci dan yang tidak dicuci. Kajian dilakukan untuk mengevaluasi bioremediasi secara in-situ dalam tanah yang tidak dicuci yang didesain untuk menjawab pertanyaan di bawah ini : 1. Dengan pertimbangan toksisitas kontaminan tertentu, dapatkah aktivitas degradatif mikroba disimulasi dalam tanah yag terkontaminasi berat setelah pemurnian minyak utama ? 2. Apakah pengolahan spesifik dibutuhkan untuk stimulasi aktivitas yang lebih efektif di dalam tanah ini ? 3. Apakah level pembersihan dapat dicapai sebagai fungsi waktu dalam proses yang spesifik ?? 5-8 Tabel 5.2. Level Residu Kontaminan Yang Dicapai Dalam KajianBioreklamasi Sub Permukaan Terseleksi Setelah 15 Minggu Parameter Pengolahan 1 a ----Pengolahan 2D Pengolahan 3 c Awal Setelah Persen Awal Setelah Persen Awal Setelah Persen 15 Minggu Reduksi 15 Minggu Reduksi 15 Minggu Reduksi COD 7900 3800 16500 11500 13000 17250 TPH 415 123 650 70 300 300 Minyak & Pelumas 325 207 964 72 580 290 Hidrokarbon Polinuklear Aromatik cincin PAH k e ~ 2 dan k e ~ 3 59.4 ND 365 76.4 189 62 cincin PAH k e ~ dan ke-5 70 14.6 175 157.4 138 81 PAH total 129.4 14.6 540 233.8 329 143 a Perlakuan dengan air yang diaerasi b Perlakuan dengan air yang diaerasi dan mengandung nutrien anorganik C Perlakuan dengan air yang diaerasi dan mengandung nutrien anorganik dan inoulum 5-9 TabeI5.3. Reduksi Kontaminan (mg/kg) dalam Kajian Bioreklamasi Sub Permukaan Pada Kolom Yang Mewakili Tanah Parit-1 Tanah Parit-4 Parameter Pengolahan 1 Pengolahan 2b Pengolahan 2Ab Awal Setelah Setelah Awal Setelah Setelah Awal Setelah Setelah 15 Minggu 92 Minggu 15 Minggu 92 Minggu 15 Minggu 92 Minggu COD 10000 8000 9500 38400 35000 28000 24480 23000 14000 Minyak & Pelumas 1025 692 5660 4240 5100 5230 2380 2800 TPH 865 572 5760 4000 4436 4410 3500 2460 PAH total 659 68 33.5 2850 1010 583 2490 183 359 a Perlakuan dengan air yang dioksigenasi (sampai DO 12 mgll) yang mengandung nutrien anorganik b Perlakuan dengan air yang mengandung nutrien anorganik dan hidrogen peroksida 100-250 ppm 5-1() 5.3.2. Treatabilitas Fase Padat Untuk Bahan Bakar Diesel Tabel 3.4. merupakan data tentang karakterisasi dari tanah yang membutuhkan pengolahan untuk mereduksi kontamaminasi oleh bahan bakar diesel. Standar bersih adalah TPH 100 ppm dengan menggunakan metoda GC. Kajian remediasi pada fase pad at merupakan bagian dari kajian kemungkinan yang lebih besar yang juga mengevaluasi data slurry. Tabel 5.4. Perkiraan Dasar Secara Analitik dan Biologi Analisis TempatYang TempatYang Off-site Lebih Tinggi Lebih Rendah pH 8.7 8.0 8.3 Komponen Anorganik COD 1 4 0 0 0 m g O ~ g 43000 mg 02/kg 24000 mg 02/kg CI 3.1 mg/kg 4.0mg/kg 14 mg/kg N0 3 -N <0.11 mglkg <0.11 mg/kg 0.44 mg/kg 0-P0 4 -P 2.0 mg/kg 1.3 mg/kg 1.3 mg/kg S04 87 mg/kg 35 mg/kg 12 mg/kg TKN 300 mglkg 210 mg/kg 40 mg/kg TOC 5100 mglkg 11000 mglkg 2000 mg/kg Komponen Logam (ICP) AI 13800 mglkg 15300 mg/kg 25300 mg/kg Ba 58 mg/kg 91 mg/kg 115 mg/kg Ca 6600 mglkg 6890 mglkg 8990 mg/kg Fe 17200 mg/kg 20600 mg/kg 33100 mg/kg Mg 5270 mglkg 7400 mglkg 12500 mg/kg Mn 261 mg/kg 292 mglkg 505 mg/kg K 1190 mglkg 1150 mg/kg 3130 mg/kg Na 696 mg/kg 513 mg/kg 948 mg/kg Bahan Organik 010A) T ermodifikasi 624 5-11 Etilbenzena 8450 I!g/kg Xilena(Total) 23000 I!g/kg Benzena 730 I!9/kg 2-Butanon 3550 1!9/kg 1850 1!9/kg Aceton 175 mg/kg Bahan Organik (TPH) TPH (IR) Termodifikasi 418.1 3240 mg/kg 9140 mg/kg 1780 mg/kg TPH (GC) 2040 mglkg 7800 mg/kg 1770 mg/kg Mikrobiologi Total Heterotrop 3.9 x 10 6 cfu/g 5.8 x 10 6 cfu/g 1.1 x 10 6 cfu/g Total pendegradasi petroleum 2.5 x 10 4 cfu/g 2.5 x 10 3 cfu/g 9 x 10 2 cfu/g Parameter Fisik Kelembaban berat basah 10.2 % 10.4 % 17.5% Catatan : Analisis anion berdasarkan pada perbandingan air terhadap ekstrak tanah 5: 1 5.4. STUD. KASUS TERHADAP EVALUASI LABORATORIUM KOMPLEKS Pola "kajian treatabilitas sering digunakan untuk menggambarkan operasi laboratorium yang bervariasi yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi kondisi yang pantas untuk remedisi di lapangan yang sukses. Pernyataan keras, kajian treatabilitas yang sederhana menguji kemampuan suatu proses untuk mencapai penghilangan target kotaminan yang diinginkan; kemudian kajian akan menguji satu kondisi pengolahan yang tetap. membandingkan hasilnya dengan kontrol tanpa perlakuan yang tepat. Kemampuan untuk melaksanakan uji treatabilitas yang sederhana tergantung pada proses antisipasi yang telah didefinisikan secara lengkap; kemudian uji treatabilitas sudah cukup kuat sebelum penelitian dasar dan pengembangan proses dilakukan. Selain itu dibutuhkan pengetahuan tentang 5-12 Gambar 5.1. menunjukkan hasil dari kajian treatabilitas Gambar 5.2. menghadirkan hasil analisis dengan GC dari sampet TPH dari titik utama kajian dan untuk kontrol steril dan kehidupan setelah 6 minggu pengolahan. 5-13 proses, pekerjaan laboratorium yang lebih mendalam untuk mencapai informasi yang cukup untuk keberhasilan transisi ke lahan. Jika infonnasi tentang ketersediaan bioremediasi secara kimia sangat sedikit, penelitian dasar harus dilakukan di laboratorium dalam usaha untuk menemukan proses yang mungkin cocok untuk aplikasi di lapangan. Pada level dasar, kompleksitas kajian pada level yang paling tinggi, menghasilkan biaya pokok untuk pelaksanaanya sedangkan kemungkinan berhasil masih belum tentu. Usaha pada level kajian laboratorium dibenarkan apabila biaya untuk ketersediaan teknologi berlebih, dan pengembangan alternatif dan metode secara biologi akan menghasilkan reduksi biaya yang besar untuk pembersihan. Level lebih lanjut dari pengujian laboratorium adalah pengembangan proses. Pada level ini, satu atau lebih proses telah diidentifikasi yang mungkin berguna untuk aplikasi di lapangan, tetapi sedikit telah dilakukan untuk menentukan parameter kritik untuk keberhasilan implementasi. Pada level kompleksitas pertengahan ini, jumlah parameter (seperti oksigen, nutrien, mikroorganisme) mungkin divariasikan untuk membuat sesuatu kombinasi yang lebih efektif untuk perlakuan. Biaya untuk kajian tipe ini adalah biaya menengah dan kemungkinan berhasil merupakan cukup beralasan. Kajian treatabilitas yang sederhana merupakan kajian yang cukup kompleks dan cukup mahal. Tujuannya adalah untuk membuat proses yang biasanya telah dikembangkan dan telah diuji di lapangan yang akan dilaksanakan sebagai harapan pada tempat yang spesifik (seperti dalam tipe tanah dan kondisi Iingkungan yang spesifik). Kajian ini dapat dibenarkan apabila beberap penyimpanan yang dilakukan setelah teknologi lebih disukai. Bagian berikut ini menghadirkan studikasus penelitian dasar dan pengembangan proses untuk menpengolahan kontaminan dalam air tanah. Kajian pertama mengahadirkan pengembangan sistem pengolahan terhadap kontaminan air tanah setelah ekstraksi. Kajian kedua menghadirkan pengembangan sistem untuk pengolahan air tanah teerkontaminasi secara in-situ. Pengolahan biologi 5-14 secara in-situ bersandar pada pengembnagan aktivitas mikroba dalam sub permukaan, menghasilkan kerusakan kontaminan tanpa ekstraksi. 5.4.1. Pengembangan Sistem Pengolahan Untuk Air Tanah Yang Terkontaminasi Pelarut Fasilitas pencampuran, penyimpanan dan distribusi bahan kimia berlokasi pada tempat seluas 12 acre (4.9 ha) pada California'shank Silicon Valley telah terkontaminasi dengan 11 tipe pelarut hidrokarbon, meliputi toluena, aceton, bermacam-macam keton, alkohol dan etHena glikol. Tempat tersebut terdiri dari perkantoran, dermaga truk dan kereta muatan, warehouse, tempat penyimpanan dan 36 unit tangki bawah tanah. Tangki ini digunakan untuk menyimpan bahan organik yang volatil (VaC) maupun yang non-volatil dalam tangki sebesar 6000 sampai 10000 galom (23000 sampai 38000 L). Sejumlah pengujian untuk menkarakterisasi tempat dan mengevaluasi teknologi remediasi untuk tempat yang akan diremediasi telah diimplementasikan. Investigasi hidrogeologi pada suatu tempat menghasilkan empat kesimpulan di bawah ini: 1. Tempat didasarkan pada tiga zona air dugaan : tanah Iiat berlumpur, tanah liat berpasirl pasir yang mengandung tanah liat, dan pasir dan kerikil. 2. Aliran langsung air tanah ke arah barat laut, dengan rata-rata kecepatan rembesan pada zona yang dangkal diperkirakan sebesar 20 kaki (6.1 m)/tahun. 3. Peningkatan kontaminasi air tanah oleh vac didefinisikan dengan baik. secara horizontal dan vertikal. Konsentrasi VOC dan alkohol yang tinggi yang ditemukan pada mata air yang terletak dekat tangki penyimpanan; konsentrasi yang terletak di perbatasan sebelah barat laut adalah rendah tetapi mengindikasikan bahwa migrasi telah terjadi di atas zona air dugaan. 5-15 Peningkatan kontaminasi air tanah secara vertikal didefinisikan dengan lebih jelas di dekat area tangki dari pada di perbatasan. 4. Kontaminasi alkohol pada mata air yang terletak di dekat area tangki sangat tinggi; perbandingan antara konsentrasi alkohol dalam air dan dan dalam tanah memberi kesan bahwa sumber dapat berasal dari permukaan tumpahan atau dari kebocoran yang berasal dari bawah tangki penyimpanan. Investigasi lingkungan dilakukan dalam beberapa fase sejak tahun 1983 sampai 1987, sistem telah dibangun pada tempat yang terkontaminasi untuk menangani kontaminasi air tanah oleh voe dan komponen organik terlarut, . termasuk hidrokarbon terklorinasi, komponen aromatik, dan bermacam-maccam keton, alkohol dan glikol. Desain sistem didasarkan pada data yang diperoleh selama kajian treatabilitas di laboratorium. Untuk memperkirakan kondisi di lapangan secara akurat, sampel air tanah dikumpulkan dari tujuh tempat mata air yang ditemukan untuk analisis kimia dan evaluasi mikrobioJogi. Dafiar bermacam-macam dan' konsentrasi kontaminan ditentukan dari masing-masing mata air, yang disajikan pada Tabel 5.5 5-16 TabeI5.5. Rangkuman Analisis Kimia (konsentrasi dalam ppb) Komponen Nomor Mata Air 6 14 15 16 29 30 31 1,1 ,1-trikloroetana 1 ,1-dikloroetana 1,1 ,2-trikloroetana 1,1-dikloroetena Trans-1,2-dikloroetena Etilbenzena Metilen klorida Tetrakloroetena Toluena Trikloroetena Vi nil klorida Aceton 2- Butanon Total xilena 320000 NO NO 35000 NO NO 870000 48000 100000 43000 NO 500000 100000 23000 NO NO NO 3800 3500 NO ND NO 970 NO 16000 NO NO NO 320 4700 NO NO 6800 NO NO 1000 430 NO 92000 3300 NO ND 72000 5700 NO 8900 8300 3200 67000 67000 9600 16000 3900 32000 13000 14000 100 a 500 100 a 900 100 a 500 100 a 500 100 a 2500 0.5 5 1000 5000 280 500 1.7 20 280 580 200 1000 NA NA NA NA 0.9 5 1600 650 50 970 6400 21 500 2500 48 720 150 NA NA 51 Catatan : NO : tidak terdeteksi NA : tidak dianalisis a : nilai yang sebenamya ditentukan di bawah treshold ini Tabel 5.6. Kajian Pada SkalaBench Yang Menurunkan Konsentrasi (ppm) Kontaminan Terlarut Yang Terseleksi Kontaminan Konsentrasi Awal Konsentrasi Setelah 24 Jam Aseton 101 BOL Metil elil keton 20 BOL Metil isobutil keton 21 BOL Isopropanol 53 12 Etilena glikol 131 77 Catatan: BOL : di bawah batas deteksi Batas deteksi =1 ppm 5-17 Tabel 5.7. Konsentrasi Kontaminan Organik Pada Kajian Aliran Kontinyu (ppm) Hari Influent Effluent ke- ACE MEK MIBK EG IPA ACE MEK MIBK EG IPA 1 159 35 40 103 80 4 4 NO 32 6 2 159 35 40 103 80 4 NO NO 69 27 3 151 31 38 97 71 6 NO NO 70 12 4 156 30 39 99 77 4 NO NO 75 14 5 155 32 39 ' 101 73 NO NO NO 40 18 6 156 31 37 101 74 NO NO NO 3 6 7 154 30 35 102 73 NO NO NO 4 9 8 151 30 35 97 75 NO NO NO NO 3 9 153 31 36 101 73 NO NO NO NO 5 10 151 31 35 100 74 NO NO NO NO 4 15 NO . . . Catatan : NO ; Tldak terdeteksl. Level deteksl minimum untuk ACE, MEK, MIBK adalah 1 ppm; untuk EG dan IPA adalah 0.5 ppm. 5.4.2. : Pengembangan Sistem In-situ Untuk Biodegradasi TCE Hampir semua diskusi terdahulu tentang biodegradasi telah menunjukkan bahwa keadaan dimana terdapat kontaminan merupakan substrat pertumbuhan (seperti makanan) bagi mikroorganisme. Prinsip yang termasuk dalam percobaan tipe proses biologi ini adalah didasarkan pada optimasi kondisi lingkungan sebagai tempat tumbuh mikroorganisme yang paling baik pada kontaminan target. Situasi yang lain yang berlangsung terus secara alami juga digunakan untuk bioremediasi. Jumlah proses mikrobial telah diidentifikasi, di mana mikroorganisme akan merubah satu komponen (komponen A) hanya dalam keadaan dimana komponen kedua (komponen B) tersedia. Komponen B sering digunakan, tetapi tidak diperlukan, sebagai substrat pertumbuhan bagi mikroorganisme. Komponen ini juga diperlukan 5-18 untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan, atau mungkin menjadi komponen yang diperlukan untuk perubahan komponen A. Komponen A sendiri tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme dan mungkin digunakan apabila tersedia kmponen B. Fenomena yang digambarkan di sini mengacu kepada kometabolisme, dan aplikasinya untuk bioremediasi adalah sangat potensial. Bagian ini menggambarkan penemuan dan pengembangan sistem kometabolisme untuk biodegradasi trikloroetilena (TCE). Beberapa tahun yang lalu, proses kometabolisme untuk biodegradasi TCE telah diidentifikasi. Proses yang asli membutuhkan penggunaan Pseudomonas cepacia strain G4 atau organisme yang sejenis yang diinduksi dengan fenol dan telah dikembangkan untuk digunakan dalam bioreaktor untuk menangani air tanah yang terkontaminasi TCE dalam tipe remediasi pompa-dan-pengolahan. Penelitian lebih lanjut menunjukkan penggamtian fenol dengan komponen yang tidak berbahaya seperti Suplemen Karbon yang juga dapat memelihaya aktivitas strain G4 untuk mendegradasi TCE. Penemuan ini memberikan kesempatan untuk menggunakan proses pengolahan secara in situ untuk perairan yang terkontamonasi oleh TCE. Kajian juga melakukan sejumlah uji yang menentukan kebutuhan terhadap strain G4 dan juga menguji apakah sisten akan dioperasikan pada temperatur yang diharapkan dalam sub permukaan perairan. Percobaan degradasi TCE dilakukan pada temperatur yang lebih rendah untuk menyesuaikan dengan degradasi dalam perairan yang lebih akurat. Percobaan ini dilakukan pada suhu 15C dan dilakukan pengujian terhadap degradasi TCE setefah 1 dan 4 hari inkubasi (TabeIS.) 5-19 Tabel 5.8. Oegradasi TeE (/-lg/ml) Oleh Strain G4 dan Mikroflora Alami Pada Suhu 15 DC Kultur Inducer Hari ke-1 Hari ke-4 TeE Persen yang dipertahankan a TeE Persen yang dipertahankan Tanpa kultur Strain G4 Strain G4 Mikroflora alami b Mikroflora alami b Tanpainducer Fenol Karbon tambahan Fenol Karbon tambahan 2.250.05 1.60O.09 2.050.06 1.820.21 1.990.04 101 72 92 82 89 2.190.15 0.250.02 0.070.03 0.240.02 . 1.920.09 98 11 3.1 11 86 a TCE ditentukan dengan kromatografi gas (detektor ECD). TCE pada awal percobaan =2.23 0.12 Jlg/ml (100 %) b Mikroflora alami yang digunakan adalah berasal adari sampel yang diperoleh dari danau dekat Redmond, WA. Organisme diperkaya untuk pertumbuhan pada fenol atau tambahan karbon dengan pengayaan kultur pada suhu 15 DC. Tabel 5.9. Konsentrasi (/-lg/ml) dalam Perairan Yang Oisimulasi Sebelum dan Sesudah Dilalukan Melalui Zona Aktif Waktu Sampling a Konsentrasi TeE Gradien Atas Gradien 8awah Persen Penghilangan Sebelum inokulasi 1.8 2.2 -22 Pada saat inokulasi (+4 0.6 0.75 -20 jam) Setelah inokulasi 2.2 0.68 69 (+48 jam) 3.2 0.14 96 (+60 jam) 2.1 0.24 89 (+72 jam) 2.7 0.11 96 (+96 jam) Waktu relatif untuk memperkenalkan strain G4 5-20 Daftar Pustaka Cookson, J.T. 1995. Bioremediation Engineering: Design and Application. McGraw-Hili, Inc., Toronto. Sheehan, D. (ed). 1997. Methods in Biotechnology: Bioremediation protocols. Humana Press, New Jersey. 5-21 Lampiran 1. Daftar analisis contoh limbah minyak bumi dan batas regulasinya pada Kep. 04IBapedal10911995 dan metoda analisisnya NO Deskripsl analisis PHENOL 1Pentachlorophenol (PCP) 22. 4, 5 - Trichlorophenol 4, 6 - Trichlorophenol "onocycllc Aromatic
tro/uene _3 !=thvlbenzene .4 IXvlenes (total) Batas regulasi UNIT maksimum A B 10 1 mg/Kg mg/Kg mg/Kg mglKg 7C 7 mg/Kg mg/Kg 20C 2 mg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg 100C 100 mg/Kg 10000 1000 mg/Kg - - mg/Kg 10 1 m{l/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg mg/Kg mgli(g mg/Kg mg/Kg mglKg mg/Kg mgIKg mg/Kg - - mglKg - - mg/Kg - - mg/Kg - - mg/Kg Metoda Analisis Lampiran 2. Analisis Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) dengan GCIFID-PID (Modifikasi EPA 8015/8020) LlNGKUP: SOP ini meliputi penentuan MBTXE dan TPH/Gasoline-range volatile hydrocarbons (TVH) dalam air, air limbah, dan matriks padatan. Metode ini dapat diterapkan untuk penentuan MTBE sampai 20 I-Ig/Kg dalam tanah, 2 I-Ig IL dalam air, dan BTEX sampai 5 lJ9/kg dalam tanah, dan 0.5 I-Ig IL dalam air. Juga dapat diterapkan untuk penentuan TVH (as gasoline) sampai 1.0 mg/kg dalam tanah dan 50 I-Ig IL dalam air. PENGAWETAN SAMPEL & WAKTU PENANGANAN : Pengawetan air: Hel sampai pH < 2. Waktu penanganan : 14 hari untuk sam pel tanah dan air yang telah diawetkan (7 hari untuk sampel air yang tidak diawetkan) INSTRUMEN: Gas Kromatografi ; Hewlett-Packard, 5890 Konsentrator Sam pel : 014460 Purge-and-Trap : Dynatech PT A-30 WI Dynatrap - Dynatech Kolom Analitik : 30 meter x 0.53mm 1.0., 3.0 IJm film thickness. Primary: Restek RTX-1 Secondary: Restek RTX-502.2 Photoionization Detector (PID) : 01, Model 4430 Flame Ionization Detector (FlO) : 01. Model 4410 Sistem Data Kromatografi : PE-Nelson, Turbochrom IV PROSEDUR: 1.0) Kl:llibrasi Awal: Kalibrasi awat harus dilakukan jlka standar kalibrasi selanjutnya tidak memenuhi kriteria, atau jika dilakukan pemeliharaan yang mempengaruhi kondisl analisis (misalnya pemasangan kolom baru, pembersihan detektor, dll). Blanko instrumen harus dianalisis sebelum standar kalibrasi awal. untuk menunjukkan bahwa sistem bebas dari kontaminan dan tidak mempengaruhi standar konsentrasi rendah. Blanko instrumen juga dianalisis setelah standar L2-1 konsentrasi tinggi untuk menunjukkan bahwa standar tidak terbawa. 2.0) Analisis Sampel: 3.1) Artefak Sampel: Ketika menimbang sampel untuk analisis, analis harus memperhatikan keragaman sampel yang disebabkan oleh tanah yang bercampur sisa tanaman, batu dan benda-benda lain. Jika sampel memiliki keragaman yang nyata, buat catatan dalam buku persiapan sampel, dan usahakan sedapat mungkin untuk mengambil sampel yang secara visual paling mewakilL Persiapan rangkaian sistem data untuk analisis satu batch dali sampel. Pastikan bahwa pengenceranifaktor konsentrasi dimasukkan secara benar. Rangkaian sampel harus dibatasi sampai tidak iebih dan satu batch untuk menjaga kesederhanaan perhitungan data. Jika diketahui atau diduga sampel mengandung hidrokarbon dengan konsentrasi tinggi. blanko instrumen dianalisis segera mengikuti sampel untuk mencegah terbawanya hidrokarbon pada sampel berikutnya. Jika konsentrasi yang sangat tinggi terdeteksi dalam sampel, dan blanko instrumen tidak dianalisis segera setelah sampel konsentrasi tinggi. ujilah data dari sampel berikutnya untuk menentukan apakah ada senyawa terbawa yang ikut terdeteksi. Jika diduga terjadi hal tersebut, analisis kembali sampel untuk memastikan seberapa jauh pengaruhnya. 3.3) SAMPEL CAIR: PTA-30 W/S dan Dynatrap Tempatkan vial 40 ml pada posisi yang tepat dalam autosampler; catat informasi sampel dalam catatan run, dan pada rangkaian Turbochrome. Autosampler akan menambahkan campuran surrogate dan melakukan purging pada suhu 40C. Catat pH sampel dan kode wadah dalam catatan run. 3.4} SAMPEL PADAT: PTA 30-W/S and Dynatrap Timbang 1.0 0.1 9 (atau secukupnya) ke daram vial 40 mL. Catat nomor samper, kode wadah, timbang sampai dua desimal, dan catat berat dalam buku persiapan sampet. Letakkan vial ke lokasi yang tepat dalam autosampler. Autosampler akan menambahkan campuran surrogate dan melakukan purging pada suhu 40C. L2-2 Buat ekstrak metanol seperti di bawah ini, jika sampel diduga mengandung senyawa target dengan konsentrasi yang tinggi dan/atau jika pengellceran >2x (atau < 0.5g berat sampel) akan dibutuhkan. Autosampler akan menambahakan campuran surrogate dan melakukan purging sampel pada suhu 40C. Catat informasi sampel dalam catatan run dan rangkaian data Turbochrom. Ekstraksi untuk sampel tanah dengan kontaminasi tinggi. Timbang 5.0 0.5 9 ke dalam vial bersih 20mL, dan gunakan pipet tera untuk menambahkan reagen metanol 5.0mL. Catat berat sampai 2 desimal, nomor sampel, dan kode wadah dalam buku persiapan sampet. Vorteks selama dua menit dan tempatkan dalam sentrifus sampai metanol dan air terpisah seluruhnya. Tambahkan sejumJah volume ekstrak metanol, sampai 200 uL t ke daJam VOA sampai konsentrasi berada di setengah bagian atas kurva kalibrasi. Catat faktor pengenceran dalam catatan run dan file sistem data. Uhat Appendix_5 untuk tabel pengenceran metanol untuk tanah. Pindahkan ekstrak metanolyang tersisa ke dalam vial bertutup ulir 4 mL dan simpan di freezer suhu < _5C. 4.0) Analisis SampeJ Batch QC Kriteria penerimaan in-house LCSI MSI MSD adalah spesifik di daJam SOP 'TVHlMBTXE Laboratory Control Umits, Table-1'. Batas ini diperoJeh secara tahunan, menggunakan bagan kontrol. 4.1) MS/MSD: Siapkan matriks spike dan spike duplikat, untuk MBTEX atau Gasoline, untuk masing-masing duapuluh sampel atau kurang. Pilih sampel dari klien untuk dilakukan spike secara bergiliran, sehingga tidak ada sampel salah satu klien yang dominan selama periode waktu. Untuk Gasoline, tambahkan 5 uL dar! 2,000 mgIL standar Gas. Untuk MBTEX, tambahkan 5 uL dan sumber kedua 20 mgIL larutan standar MBTEX. 4.2) LCS: Untuk MBTXE. LCS harus disiapkan dari standar yang berbeda sumber dengan larutan standar yang digunakan untuk kalibrasi dan untuk CCV. Siapkan LCS untuk MBTEX dengan menYUlltikkan 5 ul dari 20mg/L larutan standar MBTEX. Gunakan hanya standar yang tercatat dalam LlMS; catat nomor LlMS di tempat yang tepat (level 20 ppb). L2-3 Karena rnasing-rnasing standar gasoline adalah komposit yang unik, tide-k diper1ukan standar kedua. Gas CCV yang pertama juga berfungsi sebagai lCS. Siapkan 10,000 nanogram Gasoline lCS dengan menambahkan 5 ul dari standar Gasoline 2.000mgll ke 5 mt air dalam vialVOA. 5. PERHITUNGAN KONSENTRASI SAMPEL (Sampel cair): Menggunakan metode katibrasi eksternal standar, tentukan konsentrasi analit dari larutan yang tidak diketahui berdasarkan respon dari instrumen terhadap konsentrasi analit yang sarna, yang piketahui konsentrasinya. [Ax * A * Vt * DJ Konsentrasi ugll = [avRf * Vi VsJ Dimana: Ax = Respon Area untuk analit dalam sampel A = Jumlah (massa) standar kalibrasl yang disuntikkan dalam ng AvRf = Rata-rata faktor respons dari kurva kalibrasi awal Vi = Volume ekstrak yang disuntikkan dalam ul D = Faktor pengenceran, jika tanpa pengenceran 0 =1, tanpa satuan Vt = Volume Ekstrak Total dalam ul. Untuk ekstraksi PIT, Vt=1 Vs = Volume Sampel yang diekstrak (purged) dalam mt. KONSENTRASI SAMPEL (Sampe' Non-Aqueous): Menggunakan metode kalibrasi ekstemal standar, tentukan konsentrasi analit dan larutan yang tldak dlketahul berdasarkan respon instrumen terhadap analit yang sama, yang aiketahui konsentrasinya. [Ax A Vt OJ Konsentrasi IJg /kg = -,----- [avRf * Vi * W] Oimana: Ax = Respon Area untuk analit dalam sampel L2-4 A = Jumlah (massa) standar kalibrasi yang disuntikkan dalam ng AvRf = Rata-rata faktor respons dari kurva kalibrasi awal Vi = Volume ekstrak yang disuntikkan dalam uL o = Faktor pengenceran, jika tanpa pengenceran 0 =1, tanpa satuan Vt = Volume Ekstrak Total dalam uL. Untuk ekstraksi PIT, vt=1 W = Massa Sampel yang diekstrak (purged) dalam gram. FAKTOR RESPON (Rf): Untuk kalibrasi standar ekstemal. tentukan faktor respon suatu analit dengan membagi respon instrumen (area peak) dengan konsentrasi analit dalam standar. Area Total dan Peak Rf = Massa yang Disuntikkan (nanogram) APPENDIX_1 : REAGEN & STANDAR REAGEN ________________________________________________ Metanol: Metanol Purge & Trap Grade harus digunakan untuk persiapan seluruh standar dan pengenceran dengan metanol dilakukan untuk sam pel konsentrasi tlnggi. AirDI: Hanya air bebas bahan organik, yang diproses dengan sistem MiIIi-Q Deionization, yang digunakan untuk persiapan standar dan sampel. Gas Pembawa: Helium harus 99.99% mumi atau lebih tinggi. PERSIAPAN STANDAR ___________________ Alat & Bahan: Reagen: Metanol: Purge & Trap Grade. Air: Bebas bahan organik dengan sistem MiIIi-Q Deionization. Syringe: 1, 10, 25, 50, dan 100 mikroliter gas-tight. SmL dan 10mL tabu takar. L2-S Persiapan & Penyimpanan: 1. Semua standar harus disiapkan dalam lingkungan yang bebas kontaminan. 2. Standar kerja segar harus disiapkan setiap 3 bulan atau lebih cepat tergantung dari penggunaan. Waktu kadaluwarsa standar kerja tidak dapat melebihi waktu kadaluwarsa sumber standar yang digunakan untuk menyiapkan standar kerja. 3. Larutan stok baru disiapkan setiap 6 bulan atau lebih cepat jika kUlva kalibrasi menunjukkan penurunan. 4. Larutan stok disiapkan dalam metano\ dengan komposisi seperti di bawah. 5. Standar kerja disiapkan da\am metano\ dengan komposisi seperti di bawah. 6. Standar disimpan dalam freezer pada suhu < -5 derajat. Dokumentasi: 1. Semua standar stok dicatat dalam LlMS Source Standard database setelah diterima; LlMS memberikan nomor standar stok (SS#). Vial standar dilabel dengan LlMS (SS#) dan tanggal penerimaan. 2. Srtifikat Analisis dari ~ t a n d a r stok dilabel dengan LlMS SS# dan tanggal penerimaan, dan dimasukkan dalam binder 3 lubang. 3. Persiapan semua standar kerja harus didokementasikan dalam buku catatan dan dalam LlMS Working Standards database; LlMS memberikan nomor standar kerja (WS#). Entri yang dicatat dalam buku catatan adalah tanggal persiapan, konsentrasi dan LlMS SS#, volume SS yang digunakan, volume akhir, tanggal kadaluwarsa, inisial petugas preparasi. Vial standar dilabel dengan LlMS WS# dan tanggal kadaluwarsa. STANDARSTOK__________________________________________ BFB: 1-Brom0-4-fJuorobenzene Nama LlMS: BFB densitas 1.593 glmL (Aldrich) . TFT: a,a,a-Trifluorotoluene, 99% NamaLIMS: TFT densitas 1.199 g1mL (Aldrich) L2-6 MBTXE: Larutan Stok Primer: MTBE, Benzene. Toluene. Ethylbenzene, and o,m.p,-Xylenes Masing-masing 2,000 uglm:" dalam Metano!. Restek Cat# 30402-520 (lIMS: MTBE_ONLY) & 30213-520 (lIMS: BTXE) Sumber Kedua (lCV) Larutan Stok : MTBE, Benzene. Toluene, Ethylbenzene. and o,m,p,-Xylenes. Masing-masing 2,000 ug!mL dalam Metanol. Protocol Cat# BTEX-CT (lIMS: BTXE-CT) GASOLINE: Larutan Stok Primer dan Sekunder: Nama LlMS: GASXHC Unleaded Gasoline Composite Standard 50,000 ug/mL Diperoleh daTi Restek, Nomor Katalog 30205. Lot yang berbeda digunakan untuk konfirmasi dan kalibrasi. PERSIAPAN STANDAR SEKUNDER_____________ Standar Stok Campuran Surrogate TFT! BFB 45,000 mglL (Nama LlMS: SS45KSTOCK): Menggunakan timbangan analitik, tambahkan 2.25g masing-masing neat surrogate (TFT dan BFB) dalam Metanol Purge-&-Trap grade dalam labu takar 100mL Class-A dan tepatkan volumenya. Balikkan 3 kali untuk mencampur, pindah dalam vial VOA 40mL yang dilabel dan disimpan dalam freezer suhu < -5"C. Catat berat sesungguhnya dan LlMS SS# untuk masing-masing standar dalam buku catatan persiapan standar. Standar kadaluwarsa dalam 180 hari. Standar Kerja Harian TFT! BFB 450 mgIL (Nama LlMS: DAILYSS450): Tambahkan 1.0 mL dan 45,000 mg/L Stok Campuran Surrogate ke dalam Metano! Purge &-Trap grade dalam labu takar 100mL Class-A dan tepatkan volumenya. Balikkan 3 kali untuk mencampur, pindah dalam vial VOA 40mL yang dilabel dan disimpan dalam freezer suhu < -5"C. Catat volume sesungguhnya dan lIMS SS# daTi stok 45K dalam buku catatan persiapan standar. Standar kadaluwarsa dalam 90 hari. Intermediet Gasoline: L2-7 Dalam labu takar 2.0 mL Class-A, encerkan standar stok 50,000 ug/mL seperti di bawah, tepatkan volumenya menggunakan Metanol Purge-&-Trap grade, buat pengenceran beriurut-turut dan standar : Kons. yang dibutuhkan Stok Penambahan Stok (ug/mL) (ug/mL) Volume (uL) LlMS WS-Name 10,000 50,000 400 GAS 10000 2,000 10,000 400 GAS 2000 500 2,000 500 GAS 500 50 500 200 GAS SO Intermediet BTXE: Da/am tabu takar 2.0 mL Class-A, encerkan volume yang sama dan dua standar stok (MTBE dan BTXE) 2,000 ug seperti di bawah, tepatkan volumenya menggunakan Metanol Purge-&-Trap grade. Kons. yg StokMTBE Stok BTXE LlMS dibutuhkan(ug/mL) Volume (uL) Volume (uL) WS-Name 100 100 100 MBTXE100 50 SO SO MBTXESO 20 20 20 MBTXE20 2.5 2.S 2.S MBTXE2.S 0.5 400 dr MBTXE 2.5, 400 dr MBTXE2.5 MBTXEO.5 STANDAR KALIBRAS' __________________ Standar Waktu Retensi: Waktu retensi LUFT dan peak Heptane (C7) sampai peak Dodecane (C12). Untuk Alaska, Arizona. dan Washington, waktu retensi GRO berasal dan peak pertama (Hexane. C6) sampai peak terakhir (Decane, C10) dan standar GRO. n-Heptane (C7) pada 1000 mg/mL, katalog Supelco # 44-2677 L2-8 n-Dodecane (C 10) pada 1000 mglmL, katalog Supelco # 44-2671 Persiapan: Tambahkan 1.0 uL masing-masing standar ke dalam 5mL air Millipore. Standar Kalibrasi Awal Gasoline & JP-4 : Persiapkan kurva kalibrasi awal dengan menambahkan volume berikut dari intermediet ke 5mL air deion Millipore dalam vial VOA: Level Cal Konsentrasi Intermediet Intermediet (mg/L) (uL) GAS_1 50 GAS_2 500 GAS_3 2,000 GAS_4 10,000 GAS_5 10,000 Volume Final (ng) 5.0 5.0 5.0 2.5 5.0 Konsentrasi 250 2,500 10.000 25,000 50,000 L2-9 Lampiran 3. PROSEDUR ANALISIS C, N, dan P Prosedur pengujian kadar tanah yang tercemar minyak bumi dianalisis dengan parameter kadar aair, abu, N, C. dan P (modifiktasi dan AOAC, 1980) sebagai berikut : .1. Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode oven. Sebanyak 2 - 10 gram sampel ditimbang dalam cawan yang telah diketahui bobotnya. Sampel lalu dikenngkan dalam oven bersuhu 105C selama 2 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai bobotnya konstan. Kadar air (%) = bobot awal- bobot akhir x 100 % Bobot awal 2. Kadar Abu Cawan poselein dimasukan ke dalam tanur selama 30 menit pada suhu 550C. kemudian didinginkan dalam desikator. Cawan tersebut kemudian ditimbang. Contoh sebanyak 2 - 3 gram ditimbang dan dimasukan ke dalam cawan porselein tersebut. Pengabuan dilakukan selama 30 menit pada suhu 550C. Cawan kemudian dimasukan dalam desikator. ditimbang dan ditentukan kadar abunya. Bobotabu Kadar abu =----- x 100% Bobot contoh 3. Kadar Nitrogen Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan H 2 S0 4 pekat sebanyak 2,5 ml dan 0,25 gram sele. Larutan tersebut kemudian didekstruksi hingga jernih. L3-1 Masukan larutan dekstruksi ding in ke tabu destilasi, bilas dengan sedikit aquades, kemudian ditambahkan NaOH 40% 15 ml. Siapkan larutan penampung dalam Erlenmeyer 100 ml yang terd!ri 10 ml H 3 B0 3 4% dan BCG-MR(Bromooressol Green- Methylene Red) dua atau tiga tetes. Destilasi dihentikan apabila tidak ada lagi gelembung-gelembung yang keluar pada larutan penampung. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan HCI 0,01 N. Kadar Nitrogen dihitung sebagai berikut : (ml titrasi contoh - ml ttrasi blanko) x N HCI x 14 x 100 %N= mg sampel 4. Kadar Karbon Total Contoh kenng udara sebanyak 0,25 gram dimasukan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5 ml K2Cr2071 N dan 2,5 ml H 2 S0 4 perla han lahan. Larutan tersebut dikocok-kocok hingga reaksi sempurna. Sebanyak 1 ml larutan di atas dimasukan ke dalam Erlenmeyer 125 mil dan ditambah 9 ml aquadest. Kemudian. dititrasi dengan Fe2S0.. 0,1 N dengan indicator diphenilamin sebanyak 2 atau 3 tetes. Trtrasi dihentikan jika berubah menjadi wama hijau. Kadar karbon dihitung dengan rumus sebagai berikut: (ml titrasi blanko - ml titrasi contoh) x N Fe2S0 .. x3 x 100 x 10 %C= mgsampel 5. Kadar Fostor Kadar tostor diukur dalam bentuk P20S. Sebanyak 2 gram sampel I kompos direndam dalam 10 ml HCI 25 % dan disimpan selama kurang lebih 24 jam. Rendaman terse but kemudian diambil 2 ml dan ditambah 18 ml aqudest. Dan larutan tersebut diambil 1 ml untuk dlakukan pengenceran 10 kali. L3-2 Ke dalam larutan hasil pengenceran ditambahkan 0,5 ml ammonium molybdat serta 2 sampai 3 tetes SnCI 2 , kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 700 nm. Hasil pengukuran dikonversikan dengan menggunakan grafik untuk mendapatkan konsentrasi Fosfor dalam contoh. Sumber Pustaka : AOAC SNI L3-3 Lampiran 4. Penghitungan Bakteri Pengurai Hidrokarbon I. Pendahuluan Produk petroleum (misalnya gasolin, diesel, creosot) yang mencemari tanah dan air dapat dihilangkan menggunakan bioremediasi, yang tergantung dari aktivitas mikroorganisme yang menguraikan hidrokarbon. Secara khusus, nutrien dan/atau akseptor elektron ditambahkan ke dalam tanah untuk merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri ini. Peningkatan jumlah bakteri pengurai hidrokarbon pada tanah yang terpolusi sejalan dengan perkembangan bioremediasi merupakan bukti bahwa bakteri berperan penting dalam penghilangan polutan. Teknik MPN (Most Probable Number) menggunakan media mineral cair dalam tabung reaksi dan hidrokarbon volatil sebagai sumber karbon dan energi tunggal bersifat selektif terhadap bakteri pengurai hidrokarbon, akan tetapi membutuhkan waktu banyak untuk mempersiapkan dan harus diinkubasi dalam waktu yang cukup panjang (1-2 bulan) untuk menghasilkan titik akhir dari pertumbuhan bakteri yang dapat teramati. Selama waktu inkubasi, sejumlah kecil hidrokarbon yang diuji dapat ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi. Konsentrasi awal hidrokarbon mungkin bersifat toksik terhadap populasi yang tidak diketahui jumlahnya dan perkiraan yang lebih rendah dari jumlah yang sebenamya dari bakteri pengurai hidrokarbon mungkin t e ~ a d i . Suatu hidrokarbon volatil dapat digunakan sendiri maupun dalam bentuk campuran. Penghitungan bakteri yang dapat menguraikan hidrokarbon non volatil dapat disempumakan dengan menguji koloni pada agar cawan terhadap kemampuannya untuk mengubah lapisan hidrokarbon yang tidak larut air (misalnya hidrokarbon polisiklik aromatik atau PAH). Lapisan ini ditambahkan sebelum atau pada saat inokulasi, atau setelah inkubasi agar cawan yang telah diinokulasi. Disini akan dijelaskan metode pelapisan atas fenantren (phenanthrene overlayer method). Metode ini akan menghindari penyemprotan agar cawan dengan PAH yang terlarut dalam pelarut organik, dengan demikian mencegah kontaminasi atmosfir dan ruang asam dari hidrokarbon. Adanya bakteri pengurai hidrokarbon dideteksi dengan pengurangan jumlah iodonitrotetrazolium violet yang ditambahkan, atau dengan tampaknya metabolit berwama dalam cairan. U-l 2. Bahan 1. Sampel tanah dikumpulkan dalam botol steril atau stoples, dengan peralatan yang steril, dan disimpan dalam gelap pada suhu 4-8C sebelum dianalisis, lebih disukai dalam 5 hari. Sam pel cair dikoleksi dalam volume besar (> 1L) dalam wadah steril (diisi penuh). disampan dalam gelap pada suhu 4-8C dan diproses dalam 16 jam setelah pengumpulan untuk mencegah perubahan populasi mikroba. 2. Medium mineral yang cocok (Tabel 1) dibuat menggunakan air murni dapat menyediakan semua nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri kecuali karbon. yang disediakan oleh hidrok.arbon. Nilai pH ditetapkan 7.0-7.2 dengan NaOH atau HC!. Medium cair non steril untuk MPN dimasukkan sebanyak 8 ml ke dalam tabung reaksi bertutup 13x125 mm (volume lebih kecil digunakan untuk tabung yang lebih kecil) atau medium steril dimasukkan ke dalam plat mikrotiter secara aseptik. Untuk metode pelapisan-atas fenantren. medium mineral untuk lapisan bawah dipadatkan dengan Noble Agar (Difco Products, Detroit, MI) atau Purified Agar (Baltimore Biological Laboratories, Baltimore, MD) (Tabel 1 dan 2). Setelah diotoklaf dan didinginkan sampai suhu 60C, sikloheksimida (Acti-Dione) dapat ditambahkan untuk menghilangkan kapang yang mung kin tumbuh jika diinokulasi dengan sampel bukan berasal dari laut. Medium mineral untuk pelapisan atas disiapkan dengan agarosa untuk biologi molekuler (suhu gelling 26C) (Type VII Sigma, St. Louis, MO) dan 3.5 ml medium dimasukkan dalam tabung reaksi kecil bertutup. Semua media disterilkan dengan otoklaf. 3. Seri 10 kali pengenceran dari sam pel air atau tanah dilakukan dengan larutan p13ngencer bebas partikel dibuat dengan air reverse osmosis-purified atau air destilata (17-18 megaQ) dan disaring melalui filter ukuran pori 0.22 J.1m. Penyaringan ini tidak perlu aseptik (filter dapat digunakan kembali) tetapi larutan pengencer harus digunakan segera, jika akan disimpan pada suhu ruang harus diotoklaf. 4. Plat mikrotiter steril dengan 24 sumur untuk metode layar mengkilap (sheen screen) pada hari inokulasi diisi dengan 2.5 ml medium mineral per sumur, minimum lima sumur untuk satu pengenceran, berkisar dari tanpa pengenceran sampai 1: 10 8 , dan satu baris dari sumur yang tidak diinokulasi sebagai kontrol untuk perubahan abiotik dari sifat kilap minyak. Beberapa sumur dapat dimuati dengan medium cair non L4-2 selektif, misalnya trypticase soy broth atau air laut buatan ditambah suksinat, asetat dan gliserol dan dibiarkan tanpa inokulasi untuk menentukan apakah bakteri bergerak dari sumur yang diinokulasi. Setelah menghangatkan minyak kira-kira 37C untuk menurunkan viskositas, sterilisasi dapat dilakukan dengan filter hidrofobik sekali pakai (ukuran pori 0.22 atau 0.45 ).1.m). Plat mikrotiter 96 sumur diisi dengan hidrokarbon polisiklik yang dipilih (misalnya fenantren, naftalen, dibenzothiofen. anthracen, atau campuran) dengan cara menimbang secara aseptik dan melarutkan sejumlah total 80 mg dalam 10 ml n- atau isopropanol dan pentana (3:1) dan memipet 100 ).1.1 ke dalam setiap sumur. Tutup masing-masing plat disangga empat sudutnya dengan pipet tip steril dan dibiarkan dalam ruang asam (dengan kipas angin menyala) semalam atau sampat pelarut menguap. Plat mungkin digunakan segera atau dibungkus dalam Parafilm atau pita elastis 3M Scotch Brand lebar 1 in dan d!simpan pada suhu -20C. 3. Metode 3.1. Persia pan Sampel Kocok sampel air dengan tang an selama 1 men it sebelum dituangkan. Gunakan homogenizer tangan rJWR Scientific, South Plainfield, NJ) steril dengan penggerus Teflon untuk memecah gumpalan yang terlihat. Timbang secara aseptik 1 9 tanah atau sedimen (tanpa batu atau kerikil) ke dalam 24 ml larutan pengencer dalam botol steril tertutup dan kocok dengan keras menggunakan tangan selama 1 menit. Tuang ke dalam vial kecil steril dan biarkan pasir mengendap selama 2 menit; pipet bagian atas 10 ml. Siapkan seri 10-kali pengenceran dan gunakan dalam waktu 1 jam. Larutan pengencer dibuffer dengan fosfat, berisi pirofosfat atau surfaktan atau dilakukan sonikasi dan agitasi. Penerapannya harus dievaluasi untuk masing-masing studi (lihat catatan 1). 3.2. MPN Berdasarkan Turbidititas Inokulasi lima tabung medium mineral cair dengan 0.1 ml dari masing-masing pengenceran. dan termasuk set dari lima tabung masing-masing 0.1 ml dan 1 ml sam pel air atau suspensi tanah tanpa pengenceran. Setelah inokulasi, tambahkan 10 ).1.1 L4-3 --_......._------------- hidrokarbon volatil atau campuran (benzen:toluen:xylen = 1: 1: 1) digunakan jika menghitung pengurai gasolin pada masing-masing tabung, kocok perlahan, dan ketatkan tutup, tambahkan hidrokarbon jika diperlukan (diduga dari hilangnya droplet tidak cam pur air), biasanya dua minggu sekali. Inkubasi tabung dengan tutup rapat pad a suhu yang dipilih (misalnya 25C untuk sampel dari iklim subtropis) selama 1-3 bulan (lihat catatan 2). Munculnya turbiditas dalam cairan, seperti diduga dari perbandingan visual dengan tabung tanpa inokulasi, adalah bukti adanya pertumbuhan bakteri pengurai hidrokarbon. ..Iika tidak ada penambahan hidrokarbon volatil, hanya tabung yang diinokulasi dengan sampel tanpa pengenceran yang menunjukkan turbiditas karena karbon diperoleh dari sampel air atau tanah. Hitung MPN menggunakan tabel atau program komputer. Tabel 1. Contoh dari Media Mineral untuk Penghitungan Bakteri Pengurai Hidrokarbon (HK) dari Tanah dan Air Tawar Bahan-bahan Junlah yang ditambahkan ke 1 L mineral base 8 untuk penentuan dari : Unit Pembentuk Koloni dari Pengurai Fenantren MPNdalam Tabung dengan Plat Mikrotiter dengan Lapisan bawah Lapisan Atas HK Volatil Meta-toluat HKnon-vol Trace Metals ad 5mL 5mL 5mL 5mL 5mL Stok Vitamin C 0.1 mL Asam Meta-toluat d 2.72g Noble or purified agar 18 9 Agarose titik leleh rendah 10 ge Acti-Dione f 0.1 9 L4-4 a Mineral base adalah modifikasi dari larutan Winogradsky Salts seperti diterangkan pada ref.21. Ke dalam 1 Lair destilata atau reverse osmosis ditambahkan 0.5 g, KH 2 P04; 0.25 g, MgS0 4 .7H 2 0, 0.25 g. NaCI; 10 mg, FeS04.7H20; 10 mg, MnS04.4H 2 0;10 mg, Na2Mo04.2H20;0.1 g, NH 4 CI dan/atau KN03;0.OS g, CaCI2. Karena tidak semua bakteri dapat menggunakan nitrat sebagai sumber nitrogen, garam ammonium lebih berguna. (Enam bahan pertama dapat disiapkan sebagai larutan stok 10x, dan pH ditepatkan menjadi 7.2 dengan NaOh pelet. Pengendapan adalah normal). Pekerja lain (misalnya 27) menggunakan Bushnell-Haas mineral salt broth (Difco) sering tanpa penambahan trace metai atau vitamin. bLarutan stok ini mengandung (mg/L): FeS04.7H 2 0, 200; ZnS04.7H 2 0. 10; MnCI 2 .4H 2 0.3; CoCI 2 .6H 2 0,20; CuCb.2H 2 0,1; NiCb.6H 2 0, 2; Na2Mo04.2H20. 500; H 3 B0 3 .30. CLarutan stok vitamin mengandung (mg/100mL) : biotin.2; asam folat,2; thiamin HCI,S; asam d-phantotenat. garam kalsium,S; vitamin B12.S; riboflavin,5; niacin,20; pyridoxal HCI,3; asam paraaminobenzoat,2. CSetelah penambahan semua bahan-bahan, panaskan sambil diad uk sampai asam meta-toluat larut dan tepatkan pH menjadi 7.2 dengan kira-kira 15 pelet NaOH . .,.ambahkan bubuk agarosa sang at perlahan ke dalam medium dengan pengadukan yang kuat; panaskan sambil diaduk sampai suhu 90C sampai seluruh agarosa meleleh. Dinginkan sampai kira-kira 6ifC. tuangkan 3.5 mL ke dalam 11 x 100-mm tabung reaksi, tutup dengan penutup plastik. dan otoklaf. Tabung masih dapat digunakan sampai lebih dari 4 bulan jika disimpan tegak dalam kantung plastik dalam refrigerator. 'Timbang secara aseptik Acti-Dione, larutkan dalam sejumlah minimum aseton dalam tabung reaksi kecil, dan ditambahkan dalam lapisan bawah medium sebelum dituang ke dalam cawan. Seluruh etanol dibiarkan menguap. Inkubasi plat mikrotiter pada suhu lUang, bungkus dalam plastik jika ingin dicegah dari evaporasi, dan amati sumursetiap minggu untuk melihat gangguan sifat kilau minyak (lihat catatan 3). Turbiditas mungkin tidak terbentuk atau sulit untuk dikenali karen a lapisan minyak mengaburkan cairan. L4-5 3.3. MPN Berdasarkan Penampakan Produk Metabolit Berwarna Letakkan plat mikrotiter dengan 96 sumur yang diisi PAH dalam suhu ruang sebelum melepas pembl!ngkusnya. Tambahkan 270 ~ L medium mineral stenl cair ke masing masing sumur. Inokulasi set dari lima sumur dengan 30 ~ L sampel dari masing-masing seri pengenceran 10 kali. Tutup rapat dengan ParafilmR atau pita elastis dan inkubasi pada suhu ruang atau 25C (suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan kondensasi air pada tutup dan menyebabkan kontaminasi silang dari sumur). Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 24 minggu untuk penampakan produk metabolit berwarna dalam sumur dan/atau turbiditas baur (Iihat catatan 4). Inokulasi seri sumur yang tidak mengandung PAH untuk menentukan perbedaan antara turbiditas yang disebabkan oleh sampel dan oleh bakteri. Juga termasuk disamping sumur yang diinokulasi terdapat kolom untuk sumur yang tidak diinokulasi diisi dengan medium non selektif (misalnya trypticase soy broth) untuk mengontrol pergerakkan bakteri diantara sumur. 3.4. MPN Berdasarkan Pengurangan Dye untuk mendeteksi Adanya Bakteri yang Berespirasi Pengujian adanya bakteri yang dapat merespirasi minyak bakar No. 2 dalam plat mikrotiter dengan 96 sumur dilakukan dengan penambahan 50 ~ L iodonitrotetrazolium violet (INn (3g/L) steril setelah periode inkubasi. ..lika INT tereduksi oleh elektron dari rantai transpor elektron respirasi bakteri yang ada dalam sumur, terbentuk formazoan merah yang tidak larut. Sumur berwarna merah muda atau merah diberi skor positif terhadap adanya bakteri yang dapat menguraikan minyak bakar No.2. Jika minyak berwarna sang at gelap (misalnya minyak mentah), wama merah tidak dapat terlihat. Reduksi resazurin oleh bakteri yang tumbuh da!am tabung berisi medium mineral dengan hidrokarbon mungkin berguna untuk mendeteksi keberadaannya. 3.5. CFU dart Pengurai Hidrokarbon Nonvolatil Menggunakan Metode Plating Pelapisan Masukkan tabung agarossa ke dalam air mendidih steril dalam gelas piala kecil sampai meleleh, biasanya 15-20 menit. Pindahkan tabung satu buah dalam satu waktu ke dalam penangas air bersuhu 300C selama 1-2 menit atau sampai suhu agarosa kira-kira 350C. Keringkan air di luar tabung, tambahkan 0.2 mllarutan 0.212 9 fenantren dalam 14-6 95% ethanol yang disiapkan secara aseptik (Iihat catatan 5), dan segera vorteks untuk mengendapkan fenantren menjadi partikel kecil dan untuk melarutkan etanol. Tambahkan cairan (0.1 atau 0.2 mL) dan sam pel hasil pengenceran {Iihat catatan 4), vorteks kembali, dan segera tuang diatas permukaan lapisan bawah dalam cawan (lihat catatan 5). Ketukkan tetes terakhir agarosa dengan memukulkan ke meja secara perlahan pergelangan tangan yang memegang tabung. Miringkan cawan untuk menyebarkan agarosda secara merata. Partikel fenantren harus sangat kecil dan membentuk kabut tipis menutupi agarosa. Setelah inkubasi, uji lapisan atas melalui dasar cawan dengan mikroskop dissecting yang mengiluminasi cawan dan bawah menggunakan pembesaran 10 kalL Koloni yang mengandung bakten yang dapat melarutkan fenantren akan dikelilingi oleh zone bening; zone ini harus jelas sepanjang tepi koloni. Hitung koloni jenis ini setiap 5-7 hari selama 4 minggu. Koloni pengurai fenantren sering tampak antara 14 han sejak plating jika sampel berasal dari tanah yang terpolusi, tetapi dapat sampai 3-4 minggu jika sampel tidak terpolusi (14) (lihat catatan 5). Catatan 1. Air reverse osmosis (RO) digunakan secara rutn untuk mengencerkan air tawar dan tanah karena air tersebut tidak mengganggu penghitungan langsung dengan acridine orange (28). Akan tetapi, perlu diingat ada kemungkinan air RO dapat secara osmotik mengejutkan bakten tanah dan lamanya waktu bakten berada dalam kondisi ini harus diminimumkan. Sedimen dan laut selalu diencerkan dengan air yang memiliki kekuatan setengah air laut buatan (TabeI2). 2. Penentuan MPN bakteri pengurai BTX membutuhkan masa inkubasi sedikitnya 1 bulan; yang terbaik adalah menginkubasi secara rutin untuk 2 bulan, atau lebih lama jika suhu inkubasi di bawah suhu kamar. Plat mikrotiter tidak dapat digantikan dengan tabung gelas karena plastik mempengaruhi kebanyakan dan hidrokarbon volatil, sehingga turbiditas sulit diukur, dan evaporasi dan medium cair tinggi. 3. MPN dari pengurai hidrokarbon nonvolatil menggunakan plat mikrotiter 96 sumur adalah teknik baru. Hidrokarbon yang berbeda (misalnya fenantren, naftalen, pyren, salisilat, atau campuran) dapat digunakan karena masing-masing cukup larut dalam pelarut yang digunakan. Pelarut tidak boleh melarutkan plastik dan plat mikrotiter L4-7 atau mendorong masuknya PAH ke datam plastik. Turbiditas yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri atau kristal harus ditentukan dengan hati-hati dengan cara membandingkan antara sumur yang tidak diinokulasi yang mengandung hidrokarbon dan medium. Pada sa at ini belum diketahui secara pasti apakah turbiditas mencerminkan pertumbuhan bakteri pada PAH atau pada komponen organik lain (dari udara, medium, atau inokulum) dengan adanya PAH. Jika jumlah PAH lebih sedikit (misalnya 0.1 sebagai ganti dari 0.8 mg), turbiditas mung kin tidak terbentuk meskipun timbul intermediet berwarna yang menunjukkan adanya bakteri yang mampu menyerang hidrokarbon, meskipun tidak berarti mampu menguraikannya secara lengkap. Brian A. Wrenn (komunikasi pribadi) secara rutin memasukkan f1uoren (0.01 mg/sumur) dengan campuran PAH karena metabolit berwarna kuning cerah terbentuk dari senyawa itu oleh bakteri pengurai PAH, dengan demikian mudah untuk mengenali sumur yang positif. 4. Gunakan selalu pengenceran lengkap dari sampel karena bakten yang diinginkan mungkin jumlahnya sangat sedikit. Sebagai contoh, 15 koloni pengurai fenantrenlml ditemukan dalam penampungan air minum San Diego dan 1.9 x 104/g tanah kebun di pemukiman. Senngkali pertumbuhan yang bersamaan dan koloni non pengurai fenantren pada lapisan atas mengaburkan zone pelarutan fenantren di sekitar koloni. 5. Perhatikan bahwa lapisan atas agarosa telah ding in sampai suhu 30-32oC sebelum menambahkan bakten. Kejutan panas yang lemah dapat merusak beberapa bakteri psikrofilik atau psikotropik. Untuk meminimalkan kejutan panas, cairan dan masing masing pengenceran dapat disebarkan diatas permukaan lapisan bawah menggunakan batang gelas steril, dan lapisan atas agarosa-fenantren diberikan setelah kelembaban hilang (0.5-1 jam) . .. L4-8 Tabel 2. Contoh Media Mineral untuk Penghitungan Bakteri Pengurai Hidrokarbon (HK) dari Tanah dan Air Tawar Ingredient Jumlah yang ditambahkan ke 500 mL AASW b untuk penentuan dari : 331r Colony-forming units of Most probable number in Phenanthrene degraders Tubes with Microtiter plates Underlayer Overlayer Volatile HC With non-vol HC NH 4 N0 3 1.0 g NH 4 CI 0.2g 0.2 g FeS04.7H20 0.025 g 0.025g 0.025 g K 2 HP0 4 0.057 9 - 0.057 9 Trace Metals Bd 1 mL 1 mL 1 mL Tris-HCI (1M, pH 7.5) 5mL 5mL Pure water To make 1L To make 1L To make 1L To make 1L Noble or purified agar 18 9 Low melting point agarose 12g Daftar Pustaka Sheehan, D. (ed). 1997. Methods in Biotechnology: Bioremediation protocols. Humana Press, New Jersey. L4-9 lampiran 5. PERATUAN TENTANG PENGOLAHAN 11MBAH MINY AK BUMI (KEP .BAPEDAl) A. BIOREMEDIASI Pengolahan limbah sludge minyak bumi menggunakan teknik bioemediasi ek-situ. Untuk teknik ini lapisan dasarnya harus dipersiapkan agar dapat mencegah infiltrasi. Penyiapan lapisan dasar harus menggunakan lapisan tanah lempung dan geomembran serta dilengkapi system drainase. Lindi yang keluar dari bioremediation site harus ditampung untuk kemudian diolah sebagai limbah cairo Tahapan bioremediasi adalah sebagai berikut: 1. Rancang bangun tempat bioremediasi a. Di atas tanah setempat dipasang lapisan tanah lempung dengan ketebalan 60cm setelah dipadatkan serta memiliki permeabilitas K = 10- 7 cm/detik =3.6 x 10-4 cmljam. b. Di atas tanah lempung yang dipadatkan. dipasang lapisan geomembran dengan ketebalan 1.5 - 2.0 mm. c. Memiliki saluran air !indian dan ditempatkan pada suatu bak penampung untuk diolah sebagai limbah cair sebelum dibuang ke Iingkungan. 2. Pelaksanaan bioremediasi a. Sludge minyak yang diolah maksimal mengandung minyak 20% dicampung dengan tanah dan bulking agent sampai rata. Perbandingan antara materi pencampur (tanah dan bulking agent) dan limbah sludge maksimal 3:1. Untuk menjaga kelembaban maka dapat dicampur dengan air yang sudah mengandung nurien pengauya bakteri. b. Bakteri atau mikroorganisme dapat ditambahkan ke dalam air yang disebutkan dalam huruf a) untuk mempercepat proses dan untuk menjamin terjadinya pengurangan kandungan TPH. c. Apabila menggunakan bakteri seperti yang disebutkan oada huruf b) sebaiknya menggunakan bakteri local yang diisolasi dan Iokasi atau dari tempat lain di Indonesia. Penggunaan bakeri impor hanya diizinkan apabila bakteri tersebut
LS-l tidak tennasuk GMO (Genetically Modified Microorganism) dan wajib mendapat persetujuan dan Departemen Pertanian. d. Melakukan pengamatan terhadap penurunan kandungan minyak atau dalam bentuk TPH. e. Untuk meyakinkan terjadinya proses biodegradasi dapat dilakukan dengan pengukuran terhadap pertumbuhan jumlah koloni bakteri dalam tanah dan transfonnasi nitrogen. f. Proses bioremediasi limbah sludge lebih baik dilakukan pada kondisi aerob, oleh karena itu suplai oksigen perlu dijamin. g. Kelembaban dan proses bioremediasi perlu dijaga. Kondisi yang terlalu basah atau kering tidak menguntungkan proses bioremediasi. h. Pengolahan secara bioremediasi dinyatakan layak apabila berhasil menurunkan kadar minyak sebesar 70% dan total kandungan minyak sebelum proses dalam waktu 4 bulan, dan menurunkan kandungan petroleum hidrokarbon dengan C S 9 sebesar 80% dan total kandungan C S 9 sebelum proses atau dengan telah membuktikan telah t e ~ a d i penambahan jumlah mikroorganisma, akumulasi intennediate product dan penambahan jumlah electron aseptor secara signifikan dalam waktu 4 bulan. Hal ini bukanlah sebagai target bioremediasi tetapi hanya sebagai indicator keberhasilan proses bioremediasi. i. Menyiapkan laporan hasil monitoring untuk parameter TPH, hasil uji TCLP log am berat dan BTX (Benzene, Toluen, Xylene). 3. Limbah Padar Sisa Bioremediasi Limbah padat sisa bioremediasi dapat ditimbun ke dalam landfill. ditempatkan secara pennanen dalam proses backfill dan/atau dimanfaatkan . .. LS-2