You are on page 1of 30

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

I. KONSEP DASAR DHF

A. DEFINISI Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapagt menyebabkan kematian. (Rohim dkk, 2002 ; 45)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16). B. ETIOLOGI 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavovirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. 1

2.

Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).

C. PATOFISIOLOGI

Infeksi Virus Dengue

Perbanyak diri di hepar

Terbentuk komplek antigen-antibodi

Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen

Mual-Muntah

PGE2 Hipotalamus

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Melepaskan histamin

Peningkatan suhu tubuh

Permeabilitas membran meningkat Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi pembuluh darah

Kerusakan

endotel

Kekurangan volume cairan Agregasi Trombosit

Ke ekstravaskuler

Trombositopenia

Merangsang dan

Mengaktivasi faktor

pembekuan Efusi pleura dan asites Dalam jangka waktu

lama menurun dan terjadi DIC

Gangguan pertukaran gas

Perdarahan

Intoleransi activity

Gangguan perfusi jaringan

Hipoksia jaringan

Asidosis Metabolik

Kematian

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati 4

(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

D. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE 1. Demam Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. 2. Perdarahan Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349). 3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . 4. Renjatan (Syok) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.

E. KLASIFIKASI DHF WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu : a. Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif. b. Derajat II 5

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. c. Derajat III Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 20 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 ) d. Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

F.

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau simptomatik berbentuk undiffereintiated fever, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindroma renjatan dengue. Gambaran klasik demam berdarah dengue ditandai oleh 4 gejala utama yaitu: demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali tanpa atau disertai renjatan, dan dua kelainan laboratorium utama yaitu trombositopenia dan hemokonsentrasi. Dasar diagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF)WHO tahun 1986: Kriteria klinis : 1. Panas dengan onset yang akut, tinggi dan menetap selama 2-7 hari 2. Menifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple leed). 3. Pembesaran hepar. 4. Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun, akral dingin dan sianosis, dan gelisah.

Kriteria laboratorium: 1. Trombositopenia (kurang atau sama dengan 100.000/ mm3) 2. Hemokonsentrasi : terdapat kenaikan hematokrit lebih atau sama dengan 20% pada masa akut dibandingkan dengan masa penyembuhan.

Menurut pedoman tersebut diagnosis klinis demam berdarah dengue sudah dapat ditegakkan bila ditemukan dua gejala klinis disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi 6

atau peningkatan hematokrit. Bila ditemukan anemia atau perdarahan hebat, efusi pleura dan atau adanya hipoalbuminemi, menandakan adanya kebocoran plasma. Syok dengan hematokrit yang tinggi (kecuali pada penderita dengan perdarahan berat) dan trombositopenia yang nyata menunjang diagnosis demam berdarah dengue/ sindrom renjatan dengue.

G. PENATALAKSANAAN Tata laksana DBD sebaiknya berdasarkan pada berat ringannya penyakit yang ditemukan antara lain : 1. kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan Penderita diperkenankan berobat jalan jika hanya menfeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan obat panas paracetamol 10-15 mg/Kg BB setiap 3-4 jam diulang jika symptom panas masih nyata diatas 38,50C. Obat panas salisilat tidak boleh dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya peradrahan dan asidosis. Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini ini adalah kasus DBD yang menunjukkanmanifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya. Apabila penderita DBD ini menunjukkan manifestasi penyulit dan konvulsi sebaiknya dianjurkan untuk rawat inap. 2. Kasus DBD derajat I dan II Pada hari ke-3,4 dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya apabila syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita disarankan diinfus kristaloid. Pada saat fase panas, penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Hematokrit yang meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam.

3. Jenis cairan Kristaloid Ringer laktat 7

5% Dekstrose di dalam larutan ringer laktat 5% Dekstrose di dalam larutan ringer asetat 5% Dekstrose di dalam larutan setengah normal garam fisiologis dan 5% Dekstrose di dalam larutan normal garam fisiologis

Koloidal Plasma ekspander dengan berta molekul rendfah (dekstran 40) Plasma 4. Kebutuhan cairan Tabel 1 Berat waktu masuk (Kg) <7 7-11 12-18 >18 Jumlah cairan ml/Kg BB perhari 220 165 132 88

Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung pada umur dan berat badan pasien. Sedangkan derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat

hemokonsentrasi yang terjadi. Pada anak yang gemuk, kebutuhan cairan disesuiakna dengan berat badan ideal anak yang berumur sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan dari tabel 2 berikut: Tabel 2 Berat badan (Kg) 10 10-20 >20 Jumlah cairan ml/Kg BB per hari 100 per Kg BB 1000+50 x Kg (diatas 10 Kg) 1500+20 x (diatas 20)

5. Penatalaksanaan DBD derajat III dan IV Dengue syok syndrome termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan penggnati secara cepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu dipikirkan 8

kemungkinan dapat terjadinya DIC. Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (ringer lakatat, 5% dekstrose dalam larutan ringer laktat atau 5% dekstrose dalam larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam. Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2x). Jika syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam fal atau plasma) dapat diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam. 6. Koreksi elektrolit dan kelaianan metabolik Pada kasus yang berat hiponatremia dan asidosis metabolik sering dijumpai, oleh karena itu kadar elektrolit dan gas dalam darah sebaiknya ditemtukan secara teratur terutama pada kasus dengan renjatan yang berulang. Kadar kalium dalam serum kasus yang berat biasanya rendah terutama kasus yang memperoleh plasma dan darah yang cukup banyak. Kadang-kadang terjadi hipoglikemia. 7. Obat penenang Pada beberapa kasus, obat penenang memang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat gelisah. Obat yang hepatoksik sebaikbnya dihindarkan, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5 50 mg/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat hipnotik. 8. Terapi oksigen Semua penderita dengan renjatan sebaiknya diberikan oksigen 9. Transfusi darah Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis danmelena diindikasikan untuk memperoleh transfusi darah. Darah segar sangat berguna untuk mengganti volume masa sel darah merah agar menjadi normal. 10. Kelainan Ginjal Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum mencukupi 2 ml/Kg BB/ jam sedangakn cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furasemid 1 mg/ kg BB daapt diberikan. Pemantaun tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kaadr ureum dan kreatinin. Tetapi bila diuresis tetap belum mencukupi pda 9

umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan central venous pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya. 11. Monitoring Tanda vital dan hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur. 12. Kriteria memulangkan pasien Pasien dapat dipulangkan apabila : Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik Nafsu makan membaik Tampak perbaikan secara klinis Hematokrit stabil Tiga hari setelah syok teratasi Jumlah trombosit > 50.000/ mm3 Tidak dijumpai distress pernapasan ( disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

10

Kasus
Identitas Nama Umur Nama ibu Usia Pendidikan Pekerjaan Suku/ bangsa Alamat : An. Ratna (perempuan) : 6 tahun : Ny. Asrifah : 36 tahun : SLTA : IRT : Jawa/WNI : Ngentak, Bantul, DIY Bapak : Tn. Mudjono : 38 tahun : SLTA : Swasta

Keluhan utama

: Demam disertai mimisan, tidak ada mual dan muntah

Riwayat penyakit sebelumnya : Prenatal : ibu melakukan ANC teratur di dokter spesialis kandungan, selama ANC kondisi janin baik Natal :

Komplikasi persalinan : (-) Cara persalinan Tempat Postnatal Berat lahir : 3300 gram : pervaginam : Rumah sakit ditolong dokter

Panjang badan : 51 cm Setelah kelahiran kontrol rutin ke puskesmas Penyakit yang pernah diderita Penyakit seperti anak-anak kebanyakan : btuk, demam, pilek sejak kecil anak sering mimisan. Hospitalisasi Belum pernah dirawat, tidak pernah mengalami kecelakaan Alergi Tidak ada Imunisasi 11

Lengkap, sesuai KMS Pengobatan Bila sakit, minum obat sesuai anjuran dokter Riwayat munculnya masalah saat ini : 7 hari sebelum masuk RS anak panas tinggi mendadak, anakm mengeluh sakit kepala dan bagian lain, dibawa ke dokter diberi obat puyer. 3 hari sebelum masuk RS, apanas masih tinggi tetapi tidak seperti sebelumnya, keluhan disertai batuk, pilek, kemudian dibawa ke dokter diberi puyer kembali. Hari masuk RS, demam (+), pilek dan mimisan, berhenti dengan sendirinya.

Riwayat keluarga dan sosial Klien adalah anak 1 dari 2 bersaudara; bapak/ ibu tidak menderita penyakit kronis begitu juga dengan 3 generasi sebelumnya. Selama di raawat di RS anggota keluarga yang dapat dihubungi adalah bapak/ibu. Lingkunagn: rumah tinggal permanen tinggal di kompleks perumahan; terdapat ventilasi; sumber air minum berasal dari sumur; terdapat ruang bermain bagi anak, anak biasa main di lapangan atau halaman rumah, tidak ada hewan peliharaan, sampah dibakar.

Perkembangan Personal social Menurut ibu klien, klien punya banyak teman, mampu mengingat dan menyebut nama teman, dapat mengambil makanan sendiri, gosok gigi dan berpakaiann tanpa bantuan Adaptif-motorik halus Menurut ibu klien, klien mampu meniru sesuatu seperti goyang inul; membuat garis dan menggambar lingakaran dengan 2 mata. Bahasa Klien bicara dengan lancar, jelas, semua kata dapat dimengerti Motorik kasar Menurut ibu klien, klien mampu berlari, melompat dan berdiri dengan satu kaki.

12

Kesehatan fungsional sebelum dan selama sakit Persepsi dan pemeliharan kesehatan An. Ratna dibawa orang tuanya ke dokter bila sakit, orang tua ratna membutuhkan pengetahuan tentang perawatan anak demam Nutrisi Kualitas diet sehari-hari: Nasi, lauk, sayur dan buah ( konsumsi buah rutin, tetapi sedikit); tidak mendapatkan tambahan suplemen/ vitamin; tidak ada kesulitan menelan/mengunyah; kuantitas makanan sehari-hari: 3X sehari porsi masing-masing tidak tetap, terutama pagi hari lebih banyak habis 1/3 porsi kadang kurang. Selama di RS: diet nasi 3 x sehari, TKTP, klien menyukai telur. Aktivitas Sebelum sakit, Ratna biasa bermain dengan teman-temannya, nonton TV; dan lain-lain. Selama dirawat di RS Ratna harus istirahat di atas temapt tidur dan main di tempat tidur. Tidur dan istirahat Tidur siang : pkl 10.00-11.00 WIB; malam 20.00-05.00 WIB; tidak terdapat ganguan tidur kecuali bila sakit; kebiasaan sebelum tidur nonton televisi atau mendengar cerita ibu. Selama sakit klien kadang terganggu apalagi jika suhu meningkat. Eliminasi BAK baik sudah dapat mulai toilet training; BAB 1 x sehari lewat anus. Selama sakit BAB 3 hari sekali. Pola hubungan Ratna dapat berinteraksi dalam keluarga dan teman-temannya, selama bermain dapat melakukan komunikasi dengan baik. Temperamen dan disiplin yang diterapkan Ratna ramah dan mudah beradaptasi, selama dirawat agak rewel bila ibu tidak mendampingi. Anak mengatakan bosan di RS dan ingin jalan-jalan. Kognitif dan persepsi Persepsi sensorik baik Konsep diri Belum dapat dikaji, anak masih dalam kondisi lemah Seksual 13

Ratna berjenis kelamin perempuan, amasalh alin belum terkaji Nilai Agama islam, sudah mulai ikut kegiatan beribadah

Masalah aktif medis : DHF; demam hari ke-6; tonsilofaringitis akut Keadaan kesehatan dan pemeriksaan sat ini ( hari kedua perawatan) Keadaan umum : Kesadaran : compos mentis; PCS: 15; Nadi : 100 x/menit; RR: 24 x/ menit; Suhu: 38,2oC; TD: 100/60 mmHg,BB/TB: 18,5 Kg/ 123 cm Pemeriksaan fisik - Kepala bentuk bulat, rambut hitam, lurus, tebal, kulit kepala bersih - Muka simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, hidung simetris, pernafasan cuping hidung (-), fungsi baik. - Mulut : gigi normal; gigi susu sudah tanggal 2, tidak ada karies, faring hiperemis - Leher: kaku kuduk (-); JVP tidak meningkat; sdimetris dangerak bebas - Dada simetris, retraksi sub costal intercostal (-), dengan auskultasi vesikuler, jantung S1 S2 murni, batuk (+) - Abdomen tidak disertai distensi, peristaltik (+) - Punggung simetris, tidak ada kelainan - Ekstremitas hangat, perfusi < 2; nyeri sendi di daerah pergelangan tangan dan kaki; edema (+) - Genital normal, fungsi baik - Kulit tampak berwarna kemerahan pada muka, turgor baik. Data tambahan: Klien mendapatkan nutrisi TKTP; nasi 3 x 1 porsi; FCM 2 x 200 cc; protein 50 mg. Kebutuhan cairan : 1600 cc/ hari :

Obat-obatan yang diberikan Paracetamol 200 mg (k/p) Infus RL Pemeriksaan penunjang: - Hb : 10,8 g/dl

- Hct : 33% 14

- Plt

: 163.000

- Erit : 4,82 x 106 - Baso : 0,6%

- Eos : 0,1 % - segmen - MCV : 68,5 - MCHC Foto thoraks: : 32,8 : 30,2%

- Monosit - MCH : 22,5

: 16,3%

Kesan : pulmo dan konfigurasi cor normal, tak tampak tanda efusi pleura

15

Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344) Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit. Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejangkejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan. Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) Belum atau tanpa renjatan: Grade I dan II 1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan surface cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen, asetosal tidak boleh diberikan Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari 2. Terapi cairan 1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama sama di berikan minuman oralit, air buah susu secukupnya 2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak banyaknya dan sesering mungkin. 3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut : 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg 16

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan Grade III 3. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut : 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg. 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg. 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

4.

Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan cairan RL sebanyak kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

5.

Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral 17

dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

18

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN IDENTITAS Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ). Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat. KELUHAN UTAMA Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Sering terdapat riwayat sakit kapala, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, panas. Sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU Tidak ada hubungan antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang dengan strain yang berbeda.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Penyakit ini tidak ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu. Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena penyakit ini dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

19

RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes: Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter. Aedes albapictus.

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG Tahap pertumbuhan Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

Tahap perkembangan. 1. Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. 2. Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ). 3. Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking. 4. Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan 20

kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga. 5. Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman. 6. Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baiknakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya. 7. Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation . Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes. 8. Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana. 9. Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar. 10. Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga. RIWAYAT IMUNISASI Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak. RIWAYAT NUTRISI Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi =
BBSekarang 100% BBideal

Klasifikasinya sebagai berikut : Gizi buruk kurang dari 60% Gizi kurang 60 % - <80 %

21

Gizi baik 80 % - 110 % Obesitas lebih dari 120 %

DAMPAK HOSPITALISASI
Sumber stressor : 1. Perpisahan a. Protes : pergi, menendang, menangis b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi 2. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,

ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut. 3. 4. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM


1. Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).

2.

Sistem Cardiovaskuler Pada grade I : uji tourniquet positif, trombositipenia, perdarahan spontan dan

hemokonsentrasi.Pada grade II disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah (tachycardia),tekanan nadi sempit, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jarijari, kulit dingin dan lembab.Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

3.

Sistem Persyarafan / neurologi Pada grade I dan II kesadaran compos mentis. Pada grade III dan IV gelisah, rewel, cengeng apatis sopor coma. Grade 1 sampai dengan IV dapat terjadi kejang, nyeri kepala dan nyeri di berbagai bagian tubuh, penglihatan fotopobia dan nyeri di belakang bola mata.

4.

Sistem perkemihan Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada grade III, akan 22

mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

5.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa disertai dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).

6.

Sistem integumen Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam makulopapular

1.

Riwayat Tumbuh Kembang


b. Tahap pertumbuhan Pada anak umur empat tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untu anak usia pra sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi. b. Tahap perkembangan. 1. Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. 2. Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ). 3. Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.

23

4.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

5.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman.

6.

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendektinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

7.

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation . Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.

8.

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.

9.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.

10. Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

24

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia).

2.

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

3.

Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

4.

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

5.

Resiko terjadinya cidera (perdarahan) berhubungan dengan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )

6. 7.

Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Intervensi & Rasional

1.

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia). Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan perawatan. Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 37, membran mukosa basah, nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt), Nyeri otot hilang. Intervensi : a. Berikan kompres (air biasa / kran). Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. c. Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat pada klien. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering. Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui

25

keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat antipiretik sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

2.

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok hipovolemik. Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal (TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral hangat, Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat. Intervensi : a. Observas vital sign tiap 3 jam/lebih sering Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler b. Observasi capillary Refill Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer c. Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ urine. Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi) Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah. Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

3.

Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal Intervensi : a. Monitor keadaan umum pasien Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok

26

b.

Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok

c.

Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d.

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

e.

Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

4.

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang. Intervensi : a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi b. Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ) Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. d. Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster. e. Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

27

f.

Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas. Rasional : : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.

g.

Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan bagi proses penyembuhan.

h. i. j. k.

Sajikan makanan dalam keadaan hangat. Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual. Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat. Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.

5.

Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni ). Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan. Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, tidak ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena), trombosit dalam batas normal (150.000/uL). Intervensi : a. Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring ( bedrest ) Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. b. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk segera melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi, hidung(epistaksis), berak darah (melena), atau muntah darah (hematemesis). Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan. c. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah dan Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan). Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut. d. e. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah lengkap). Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

28

f.

Monitor trombosit setiap hari Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

g.

Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate).

29

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.

Rohim,

Abdul,

dkk.

(2002).

Ilmu

Penyakit

Anak,

Diagnosis

dan

Penatalaksanaan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta

You might also like