You are on page 1of 9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI

TUGAS PERBAIKAN PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI ACARA : PENGAMBILAN DATA LAPANGAN JUDUL : KONDISI GEOLOGI SUNGAI BOYONG-SUNGAI CODE

OLEH : REFI NOER FAUZAN 10/301432/TK/36988

ASISTEN ACARA: ADITYA ARIEWIJAYA GIZAL ANDIKA DHARMAWAN

YOGYAKARTA JANUARI 2012

Kondisi Geologi Sungai Boyong Sungai Code

Sungai Boyong dan Sungai Code yang dalam bahasa setempat disebut Kali Boyong dan Kali Code merupakan suatu sistem sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi. Sungai Boyong beserta sungai-sungai lain seperti Sungai Kuning dan Sungai Gendol yang berada di kaki bukit Gunung Merapi yang merupakan jalur limpahan atau penampung material hasil erupsi dari Gunung Merapi. Sungai Boyong ini mengalir mulai dari lereng Gunung Merapi bagian selatan dan kemudian menerus hingga mencapai daerah di Yogyakarta. Sungai ini kemudian disebut sebagai Sungai Code. Sungai Code ini mengalir hingga daerah Imogiri Kabupaten Bantul dan pada daerah Pleret Sungai ini bergabung dengan Sungai Opak yang terus mengalir ke selatan dan bermuara pada Samudera Hindia tepatnya pada Pantai Samas yang terletak di Kabupaten Bantul. Menurut Wikipedia indonesia sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju samudera, danau, atau laut, atau ke sungai lain. Sebagai suatu sistem sungai, Sungai Boyong dan Sungai Code telah mengalami proses-proses tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa aspek misalnya debit air, material sedimen terangkut, kompetensi air sungai dan lain sebagainya. Debit air dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh besar atau kecilnya curah hujan dan secara langsung maupun tidak mempengaruhi kompetensi dari sistem sungai ini dalam mentransport material sedimen yang sebelumnya telah mengalami erosi dari batuan atau material asal. Karena debit airnya dipengaruhi oleh hujan dan terjadi perubahan debit air maka kedua sungai tersebut digolongkan sebagai sungai periodik. Provenance Sungai Boyong yang kemudian menerus menjadi Sungai Code deretan sungai yang berada pada lereng Gunung Merapi bagian selatan. Pada erupsi Gunung Merapi tahun 2006 silam terjadi suatu fenomena dimana kubah lava pada bagian selatan mengalami longsoran sehingga lereng selatan dari gunung ini mendapat

ancaman baru baik itu dampak langsung dari erupsi dan dampak tidak langsung. Dampak tidak langsung ini lah yang sekarang kita amati melalui analisa sedimen yang berada di sepanjang sungai yang berhulu di gunung tersebut. Material piroklastik hasil dari erupsi gunung api ini mengalami transportasi akibat adanya suatu mekanisme. Pada awalnya erupsi menyebabkan lereng dari Gunung Merapi mengalami kekeringan sehingga jika terjadi hujan terjadilah lahar hujan atau yang biasa dikenal dengan lahar dingin. Lahar dingin inilah yang mengalir melalui sungai-sungai yang berhulu pada Gunung Merapi seperti Sungai Boyong, Sungai Kuning dan Sungai Gendol. Mekanisme transportasi sedimen tersebut tidak terlepas dengan adanya proses erosi pada bagian puncak atau pada bagian lereng dimana material yang tererosi bersifat labil. Hal ini dapat disebabkan karena material ini belum mengalami litifikasi yang sempurna atau karena mengalami proses pembekuan yang sangat cepat sehingga lebih tidak stabil dan mudah untuk mengalami pelapukan. Selain kondisi yang berhubungan dengan suhu pelapukan pada lereng Gunung Merapi juga dipengaruhi oleh besar kecilnya curah hujan dan kelerengan. Berdasarkan Field Trip Geomorfologi 1 yang praktikan laksanakan praktikan melihat adanya suatu mekanisme transportasi sedimen oleh air pada badan Sungai Gendol. Dapat praktikan amati pada saat kondisi debit air yag sedikit proses transportasi terjadi pada material sedimen berukuran halus seperti pasir halus melalui mekanisme transportasi secara saltasi, yaitu sedimen berukuran pasir yang berprilaku seperti meloncat akibat dari arus air dan adanya gaya gravitasi sehingga sedimen berukuran pasir tersebut dapat kembali kedasar sungai. Kemudian dapat dilihat juga ada suspensi ditandai dengan warna air dari sungai yang keruh.

Gambar 01. Sungai Gendol Pasca Erupsi 2010 Sumber laporan field trip Geomorfologi 1 Pada bagian tepi dan tengah sungai terdapat material sedimen yang terendapkan. Material sedimen tersebut belum terlitifikasi dan masih dapat mengalami proses transportasi kembali. Material sedimen tersebut berupa material sedimen berukuran pasir, bongkah, dan lain sebagainya. Adanya material sedimen dengan ukuran besar dengan mekanisme sedimentasi mekanik yang disebut juga dengan psefit menandakan kompetensi dari sungai tergantung pada debit airnya. Sehingga dimungkinkan material tersebut tertransportkan pada saat terjadi hujan lebat dilereng Gunung Merapi dan kemudian terangkut bersama material sedimen yang berukuran lebih kecil. Material sedimen dari Gunung Merapi yang ditemukan disepanjang Sungai Boyong ini tidak hanya berasal dari satu periode erupsi saja, melainkan beberapa periode. Telah sama-sama kita ketahui bahwa Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia dan termasuk tipe gunung api yang sering meletus. Gunung ini memiliki periode letusan pendek antara 2-5 tahun, periode menengah sekitar 5-7 tahun, dan periode istirahat mencapai 30 tahun lebih yang pernah terjadi pada awal-awal kemunculan dari gunung api ini. Hingga tahun 2006 telah tercatat terjadi 83 kali letusan dari gunung ini.

Material tersebut mungkin telah mengalami proses misalnya alterasi sehingga material tertentu baik berupa mineral maupun non mineral mengalami perubahan membentuk mineral baru. Kemudian material ini mengalami transportasi bersamaan dengan material yang tidak mengalami proses alterasi. Sebagai terusan dari Sungai Boyong, sedimen yang mengalami transportasi oleh Sungai Code berasal dari asal yang sama yaitu sedimen asal material volkanik dari Gunung Merapi. Sedimen ini mengalami trasnportasi dan pada kondisi tertentu akan mengalami proses transportasi pada badan sungai tersebut. Sungai Code sendiri merupakan sungai yang berada pada Cekungan Yogyakarta dimana memotong Formasi Sleman dan Formasi Yogyakarta. Formasi Sleman merupakan kenampakan bagian bawah dari unit volkanik klastik asal Merapi muda dengan penyebaran mulai dari lereng Gunung Merapi bagian selatan hingga mencapai daerah Bantul dengan ketebalan yang makin menipis kearah selatan. Kemudian Formasi Yogyakata yang merupakan kenampakan bagian atas dari inti volkanik klastik Merapi Muda yang melampardari morfologi lereng gunung api ke bagian selatan.

Foto Sungai Code saat terjadi lahar hujan pasca erupsi 2010

Sumber : http://us.foto.detik.com/comment/2010/11/14/154422/1493969/157/5/1/airkali-code-naik Stratigrafi Stratigrafi yang berkembang pada Sungai Boyong dan Sungai Code memiliki keragaman masing masing karena sungai tersebut melewati beberapa formasi dan satuan-satuan tertentu. Sungai boyong secara garis besar tersusun atas tiga satuan, yaitu Satuan Volkanik Merapi Tua yang tersusun atas breksi laharik, aglomerat dan leleran lava termasuk andesite dan basalt (Van Bemmelen, 1949). Endapat tersebut tersebar disekitar daerah Turgo, Plawan, dan Kinahrejo. Kemudian Satuan Volkanik Merapi Muda yang pembentukannya terjadi setelah pengendapan Satuan Volkanik Merapi Tua. Satuan ini tersusun atas breksi laharik. Dan yang terakhir Satuan Volkanik Merapi Terbaru yang merupakan endapan termuda yang berasal dari kegiatan Gunung Merapi yang terbaru. Terdiri dari meterial gunung api yang tersusun dari campuran abu, pasir, dan fragmen-fragmen andesite dengan ukuran kerikil hingga bongkah yang didominasi oleh adanya abu dan pasir. Sungai Code seperti yang telah disebutkan pada provenance merupakan bagian dari Cekungan Yogyakarta yang terdiri dari Formasi Sleman dan Formasi Yogyakarta. Formasi Sleman tersusun atas endapan volkanik klastik asal Merapi Muda yang tersusun atas kerikil-bongkah yang terdiri dari tuff, lanau, pasir, kerikil dan breksi. Formasi Yogyakarta tersusun atas perselingan pasir, kerikil, tuff, lanau dan lempung. Secara garis besar Formasi Sleman memiliki karakteristik ukuran butir yang lebih kasar dibandingkan Formasi Yogyakarta. Van Bemmelen (1949) berpendapat bahwa Gunung Merapi dapat dibagi menjadi dua satuan, yaitu satuan breksi andesit dan satuan batupasir tufaan. Satuan breksi andesite merupakan satuan tertua yang tersingkap karena adanya pengangkatan pada daerah ini. Satuan ini tersusun atas breksi andesite,

aglomerate dan lelehan lava ( termasuk andesite dan basalt yang mengandung olivin ), ( Van Bemmelen 1949 ). Batuan penyususn satuan ini memiliki resistensi tinggi sehingga cendrung tahan terhadap pengikisan oleh lahar hujan dengan tebing-tebing sungai yang terjal dan stabil. Endapan dari satuan ini tersebar di daerah Turgo, Plawangan dan Kinahrejo. Kemudian satuan batupasir tufan yang pembentukannya terjadi setelah pengendapan satuan breksi andesite. Satuan ini tersusun atas endapan batupasir tufan dan breksi yang mengalami konsolidasi secara lemah serta endapan longsoran awan panas. terdapat breksi yang tidak kompak dan merupakan hasil dari perombakan sungai dan perombakan breksi lahar. Morfologi Pada daerah yang dibahas dalam paper ini secara garis besar terdapat 7 satuan morfologi. Morfologi tersebut antara lain: 1. Satuan Puncak Gunung Api Satuan ini berada pada bagian timur laut yaitu bagian puncak dari Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 1.200-2.633 m dpl. Satuan ini berupa kerucut gunung api yang memiliki lembah lembah sempit dan curam serta memanjang. Hal ini menyebabkan tinginya tingkat erosi secara vertikal dan membentul lembah yang menyerupai huruf V. Satuan ini mempunyai pola pengaliran yang radier sentraifugal dari puncak gunung memencar mengalirkan air melalui lerenglerengnya. Satuan ini tersusun atas endapan volkanik merapi muda berupa braksi tuff dan endapan volkanik merapi tua berupaaliran lava andesit dan basalt. 2. Satuan Lereng Gunung Api Satuan ini merupakan bagian dari Gunung Merapi yang miring ke selatan dengan kemiringan yang landai. Berada pada ketinggian 600-1.200 m dpl. Pola aliran yang berkembang berupa parallel yang menandakan kemiringan dari lereng yang menjadi pengontrol dari aliran dan juga memiliki litologi yang seragam.

Tersusun atas endapan dan rombakan hasil erupsi Gunung Merapi Muda berupa tuff, breksi aliran lava, kerikil, pasir dan aglomerat.

3.

Satuan Kaki Gunung Api Satuan ini merupakan daerah kaki Gunung Merapi yang terletak pada suatu

lembah yang memanjang ke arah selatan yang disebut Graben Bantul. Satuan ini memiliki ketinggian 400-600 m dpl membentang hingga Yogyakarta ke arah

selatan. Terdapat pola pengaliran yang sub-dendritik. Pola pengaliran yang berada para satuan ini melewati endapan volkanik merapi muda dan kemudian mengalami transportasi oleh sungai-sungai yang ada seperti Sungai Woro, Sungai Gendol, Sungai Kuning, Sungai Boyong, Sungai Ledhok, Sungai Krasak, Sungai Gedhong, Sungai Lamat, Sungai Sat, Sungai Senowo, Sungai Srinsing dan Sungai Apu.

Daftar Puskata http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai, diakses pada tanggal 15 September 2011 http://materiilmupelajaran.blogspot.com/2011/04/mekanisme-transportasisedimen.htmlhttp://tamansinggah.wordpress.com/2011/08/07/, pada tanggal 15 September 2011 http://rovicky.wordpress.com/2010/10/26/sejarah-gunung-merapi-sejak-700000-tahun-yang-lalu/, diakses pada tanggal 15 September 2011 http://udhnr.blogspot.com/2010/04/tipe-tipe-sungai.html, diakses pada tanggal 15 September 2011 http://www.scribd.com/doc/50672358/KONDISI-GEOLOGI-SUNGAI-CODE, diakses pada tanggal 15 September 2011 http://zakariyaaddimmki.blogspot.com/2011/04/kondisi-geologi-sungai-boyongsungai.html, diakses pada tanggal 15 September 2011 Srijono, et all. 2011. Geomorfologi. Jurusan Teknik Geologi fakultas Teknik UGM : Yogyakarta. diakses

You might also like