Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING :
DISEDIAKAN OLEH : KAVITHA KANDASAMY KUGAN KANDASAMY SYAFEEFAH AMALEEN GEETHAMALAR PONNIAH NOR AMIRA KAMARUZAMAN 070100286 070100281 070100308 070100263 070100290
DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan kurniaNya, penulisan Laporan Kasus : Astrocytoma, dapat diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Meskipun penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan kendala, namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari berbagai pihak, penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Di sini kami mengambil kesempatan untuk mengucapkan jutaan terima kasih kepada pembimbing kami, . Akhir kata, meskipun berbagai usaha telah dilakukan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, namun karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan dan waktu, laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
5 6 6
BAB 2
LAPORAN KASUS 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 ANAMNESIS RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN NEUROLOGIS KESIMPULAN PEMERIKSAAN DIAGNOSA PENATALAKSANAAN FOLLOW UP 7 8 9 10 18 19 19 20
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 DEFINISI INSIDENS ETIOLOGI PATOGENESE KLASIFIKASI GAMBARAN HISTOPATOLOGI 33 33 33 34 35 35
37 37 40 40 42
BAB 4
DISKUSI KASUS
44
BAB 5
PERMASALAHAN
46
BAB 6
KESIMPULAN
47
BAB 7
SARAN
47
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
Tumor sistem saraf pusat (SSP) yang primer diklasifikasikan dengan asal dari sel yang terlibat. Insidens dari tumor intrakranial yang primer adalah antara 2 hingga 19 per 100,000 orang dan tergantung pada umur. Pada dewasa, tumor supratentorial lebih umum terjadi sedangkan mayoritas dari tumor intrakranial yang primer pada masa anak-anak adalah yang terjadi pada fossa posterior. Tumor otak primer yang paling umum terjadi adalah yang berasal dari glial dan ini termasuk astrocytoma, oligodendrogliomas dan ependymomas. Tumor glial yang paling umum adalah astrocytoma yang pada pewarnaan adalah positif untuk protein glial fibrillari asidik dan adalah diklasifikasikan atau dilakukan pertahapan (grading) menurut karakteristik histologik yang mencerminkan sifat agresif dan kelangsungan hidup (survival). Dalam suatu pendekatan untuk memperbaiki korelasi antara prognosis dan grade dari tumor, World Health Organization (WHO) pada tahun 1993 mencadangkan satu sistem yang bertingkat tiga yang termasuk astrocytoma yang berdifferensiasi dengan baik, astrocytoma anaplastik dan glioblastoma multiforme. Sistem ini lebih menekankan pleomorfism seluler dan vaskular proliferasi. Astrocytoma pilosistik yang sering terlokasi pada serebellum merupakan satu neoplasma tingkat rendah yang sering terjadi pada populasi dewasa muda. Mayoritas dari astrocytoma adalah yang tipe fibrillari. Faktor yang sangat penting dalam menentukan prognosa dari seorang pasien dengan astrocytoma adalah termasuk histologik, umur pasien dan Karnofsky Perfomance Status (KPS) pasien tersebut. Pasien dengan astrocytoma anaplastik mempunyai prognosa lebih baik yang signifikan dari pasien dengan glioblastoma. Faktor resiko untuk berkembangnya satu astrocytoma adalah kurang jelas. Tumor ini selalunya sering terjadi secara sporadikal. Pada masa yang akan datang, marker genetik dapat membuka jalan untuk penemuan dimensi baru dari klasifikasi sistem dari tumor otak. 5
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
1.3 MANFAAT
Makalah ini adalah bermanfaat untuk para pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai Astrocytoma.
2.1 2.1.1
ANAMNESIS IDENTITAS PRIBADI Nama Jenis Kelamin Usia Suku Bangsa Agama Alamat : : : : : : Suwani Perempuan 28 Tahun Jawa/ Indonesia Islam Jalan By Pas Gg.Selamat.Sirandorung, Rantau Utara Labuhan Status Pekerjaan Tanggal Masuk Tanggal Keluar : : : : Belum Bernikah 19.01.2011 04.02.2011 (PAPS)
2.1.2
Hal ini dialami oleh os lebih kurang dua minggu yang lalu. Sakit kepala dirasakan perlahan-lahan dan gejala semakin memberat saat pagi hari. Os juga mengeluh lemah lengan dan tungkai kanan. Riwayat muntah projektil (-). Riwayat kejang (+). Os 7
mengalami kejang lebih dari dua kali sejak sakit ini. Demam (-), BAK normal, BAB tidak teratur. Riwayat penyakit terdahulu: Kelainan jantung bawaan (TOF) Riwayat penggunaan obat: Tidak jelas
2.1.3
ANAMNESA TRAKTUS Traktus respiratorius Traktus sirkulatorius Traktus digestivus Traktus urogenitalis Penyakit terdahulu & kecelakaan : : : : : Dalam batas normal Kelainan jantung bawaan Dalam batas normal Dalam batas normal Terbentur kepala pada beca dua bulan sebelum timbul gejala dan sakit kepalanya timbul sebulan selepas benturan. Dalam batas normal
2.1.4
ANAMNESA KELUARGA Faktor herediter Faktor familier Lain-lain : : : (-) (-) (-)
2.1.5
ANAMNESA SOSIAL Kelahiran & pertumbuhan Imunisasi Pendidikan Pekerjaan Perkawinan & anak : : : : : Dalam batas normal Tidak diimunisasi SMP -
2.2
PEMERIKSAAN JASMANI 8
2.2.1
PEMERIKSAAN UMUM Tekanan darah Nadi Frekuensi nafas Temperatur Kulit & selaput lender Kelenjar & getah bening Persendian : : : : : : : DBN DBN DBN
2.3.2
KEPALA & LEHER Bentuk & posisi Pergerakan Kelainan panca indera Rongga mulut & gigi Kelenjar parotis Desah : : : : : : Bulat & Medial Bebas Dalam batas normal Dalam batas normal -
2.2.3
RONGGA DADA & ABDOMEN Rongga dada Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : : : : Simetris fusiform Stem Fremitus Ka=Ki Sonor Vesikuler Rongga abdomen Simetris Soepel Tympani Peristaltik (+) Normal
2.2.4
2.3 2.3.1
2.3.2
KRANIUM Bentuk Fontanella Palpasi Perkusi Auskultasi Transluminasi : : : : : : Bulat Tertutup Pulsasi a.temporalis, a.carotis (+), normal Cracked Pott Sign (-) Desah (-) Tidak dilakukan pemeriksaan
2.3.3
PERANGSANGAN MENINGEAL Kaku Kuduk Tanda Kerniq Tanda Laseque Tanda Brudzinski I/II : : : : -/-
2.3.4
10
2.3.5
NERVUS KRANIALIS NERVUS I Normosmia Anosmia Parosmia Hiposmia : : : : Meatus Nasi Dextra (+) (-) (-) (-) Meatus Nasi Sinistra (+) (-) (-) (-)
: : : : :
: : : : :
11
Lebar Bentuk Bulat RC Langsung RC Tidak langsung Rima palpebra 7mm Deviasi konjugasi
: : : : : :
3mm, Isokor
Bulat (+) (+) 7mm (-) TDP (-)
3mm,
Isokor
(+) (+)
(-)
(-)
NERVUS V Motorik
Kanan
Kiri
Membuka & Menutup mulut Palpasi otot masseter & temporalis DBN Kekuatan gigitan DBN
: : :
+ DBN DBN
Sensorik
: :
DBN DBN
Refleks kornea
Langsung
(+)
(+)
12
Tidak langsung : :
: (-) TDP
(+)
Kanan
Kiri
Mimik Kerut kening Menutup mata Meniup sekuatnya Memperlihatkan gigi Tertawa
: : : : : : (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah Produksi kelenjar Ludah Hiperakusis Refleks stapedial
: : : :
Kanan
Kiri
Test schwabach
Vestibularis
Nistagmus
(-)
(-)
13
NERVUS IX,X Pallatum mole Uvula Disfagia Disartria Disfonia Reflek muntah Pengecapan 1/3 belakang : : : : : : : Simetris Medial (-) (-) (-) (+) (+)
Kiri
: (-) (-)
(-)
Ujung lidah sewaktu Istirahat Ujung lidah sewaktu Dijulurkan 2.3.6 SISTEM MOTORIK Tropi Tonus otot
: :
Eutropi Normotonus 14
Kekuatan otot
Sikap
Duduk Berbaring
2.3.7
(-)
2.3.8
: :
: : :
2.3.9
REFLEKS
Biceps
Babinsky Oppenheim Chaddock Gordon Schaefer Hoffman-trommer Klonus lutut Klonus kaki
: : : : : : : :
(-)
2.3.10 KOORDINASI
Lenggang Bicara Menulis Percobaan apraksia Mimik Tes telunjuk-telunjuk Tes telunjuk-hidung
: : : : : : :
Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal 16
: : :
2.3.11 VEGETATIF
: : : : : :
Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal TDP
: : :
PERGERAKAN
Leher Pinggang
: :
2.3.13 TANDA PERANGSANGAN RADIKULER Laseque Cross laseque Test Lhermitte Test Naffziger : : : : (-) (-) (-) (-)
17
2.3.14 GEJALA-GEJALA SEREBRAL Ataksia Disartria Tremor Nistagmus Fenomena rebound Vertigo Dan lain-lain : : : : : : sulit dinilai (-) : (-) (-) (-) (-) (-)
2.3.15 GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL Tremor Rigiditas Bradikinesia Dan lain-lain : : : : (-) (-) (-) (-)
2.3.16 FUNGSI LUHUR Kesadaran kualitatif Ingatan baru Ingatan lama Orientasi
: : :
: : : :
Ekspresif Represif :
: : (-)
(-) (-)
Apraksia Agnosia
: : : :
2.4
KESIMPULAN PEMERIKSAAN Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke RSUP HAM dengan keluhan sakit kepala. Hal ini dialami oleh os lebih kurang dua minggu yang lalu. Sakit kepala dirasakan perlahan-lahan dan gejala semakin memberat saat pagi hari. Os juga mengeluh lemah lengan dan tungkai kanan. Riwayat muntah projektil (-). Riwayat kejang (+). Os mengalami kejang lebih dari dua kali sejak sakit ini. Demam (-), BAK normal, BAB tidak teratur. Os mempunyai kelainan jantung bawaan (TOF) sebagai riwayat penyakit terdahulu. Riwayat penggunaan obat tidak jelas.
Sensorium Tekanan Darah Heart Rate Respiratory Rate Temperatur Sensorium Peningkatan TIK Perangsangan meningeal
STATUS NEUROLOGIS Compos mentis Muntah (-) Kejang (-) Sakit kepala (+) Kaku kuduk (-) 19
Kernig sign
(-)
NI N II, III N III, IV, VI NV N VII N VIII N IX, X N XI N XII Biceps / Triceps KPR / APR Babinsky Hoffman / Tromner ESD : 33333 33333 EID : 33333 33333
Brudzinski i/ii (-/-) NERVUS KRANIALIS Normosmia RC +/+, pupil isokor 3mm Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke kiri Pendengaran (+) Uvula medial Angkat bahu (+) Lidah dijulurkan ke medial REFLEKS FISIOLOGIS Kanan +/+ Kanan +/+ REFLEKS PATOLOGIS Kanan Kanan -/KEKUATAN MOTORIK ESS : 55555 55555 EIS : 55555 55555
2.5
DIAGNOSA Diagnosa Fungsional : Secondary Headache ec SOL intracranial dd Astrocytoma Diagnosa Etiologik : Space Occupying Lesion (SOL) Intracranial Secondary Headache ec SOL Intracranial
2.6
PENATALAKSANAAN
20
IVFD RSol 20gtt/i Inj. dexamethasone 1amp/6jam Inj. Ranitidin 1amp/12jam B Comp 3x1 2.7 FOLLOW UP STATUS PRESENS 20-01-2011 21-01-2011 Compos mentis Compos mentis 100/60 mmhg 120/80 mmhg 54 x/i 60 x/i 24 x/i 23 x/i 37.10c 36.30c STATUS NEUROLOGIS Compos mentis Compos mentis Muntah (-) Muntah (-) Kejang (+) Kejang (-) Sakit kepala (+) Sakit kepala (+) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) NERVUS KRANIALIS Normosmia Normosmia Rc +/+ Rc +/+ Pupil isokor Pupil isokor
TANGGAL Sensorium Tek. Darah Heart rate Res. Rate Temperatur Sensorium Peningkatan TIK
Perangsangan meningeal
22-01-2011 Compos mentis 120/80 mmhg 56 x/i 20 x/i 35,10c Compos mentis Muntah (-) Kejang (-) Sakit kepala (+) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Normosmia Rc +/+ Pupil isokor
NI N II, III N III, IV, VI NV N VII N VIII N IX, X N XI N XII Biceps / Triceps KPR / APR Babinski Hoffman / Trommer
3mm
Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+)
3mm
3mm
Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke kiri Pendengaran (+) Uvula medial Angkat bahu (+) Lidah dijulurkan medial KIRI +/+ KIRI +/+ KIRI KIRI -/21 +/+ +/+ -/-
Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut simetris kiri Pendengaran (+) Pendengaran (+) Uvula medial Uvula medial Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Lidah dijulurkan medial Lidah dijulurkan medial REFLEKS FISIOLOGIS KANAN +/+ +/+ +/+ +/+ KANAN +/+ +/+ +/+ +/+ REFLEKS PATOLOGIS KANAN KANAN -/-/-/-/-
TANGGAL
Kekuatan motorik
Diagnosis kerja
20-01-2011 ESD : ESS : 33333 55555 33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555 Secondary Headache ec DD : Sol Intracranial
Terapi
- IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/6jam - Inj. Ranitidin 1amp/12jam. - B Comp 3x1.
21-01-2011 ESD : ESS : 33333 55555 33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555 Hemiparese Dextra + Parese N.Vll Dextra UMN+ Secondary Headache ec DD Sol Intracranial (Asterocytoma) @ Abses cerebri - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/6jam - Inj. Ranitidin 1amp/12jam. - B Comp 3x1.
22-01-2011 ESD : ESS : 33333 55555 33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555 Secondary Headache ec DD : Sol Intracranial(Asterocyto ma) @ Abses Cerebri
- IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 2amp IV/6jam - Inj. Ranitidin 1amp/12jam. - Inj ceftriaxon 2gr/12jam- skin test - Dulcolac supp 1x1 (k/p) - B Comp 3x1.
22
TANGGAL Sensorium Tek. Darah Heart rate Resp. Rate Temperatur Sensorium Peningkatan TIK
Perangsangan meningeal
STATUS PRESENS 23-01-2011 24-01-2011 Compos mentis Compos mentis 110/70 mmhg 110/70 mmhg 58 x/i 64 x/i 28 x/i 22 x/i 0 36.0 c 36.50c STATUS NEUROLOGIS Compos mentis Compos mentis Muntah (-) Muntah (-) Kejang (-) Kejang (-) Sakit kepala (+) Sakit kepala (+) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) NERVUS KRANIALIS Normosmia Normosmia Rc +/+ Rc +/+ Pupil isokor Pupil isokor
25-01-2011 Compos mentis 120/90 mmhg 48 x/i 24 x/i 35.80c Compos mentis Muntah (-) Kejang (-) Sakit kepala (-) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Normosmia Rc +/+ Pupil isokor
3mm
3mm
3mm
Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke kiri Pendengaran (+) Uvula medial Angkat bahu (+) Lidah istirahat ke medial Kiri +/+ Kiri +/+ Kiri Kiri -/-
Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke kiri kiri Pendengaran (+) Pendengaran (+) Uvula medial Uvula medial Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke medial medial REFLEKS FISIOLOGIS Kanan +/+ +/+ +/+ +/+ Kanan +/+ +/+ +/+ +/+ REFLEKS PATOLOGIS Kanan Kanan -/-/-/-/-
Diagnosa kerja
33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555 Secondary Headache ec DD. Sol Intracranial (Asterocytoma) @ abses Cerebri
33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555 Secondary Headache ec DD. Sol Intracranial (Asterocytoma)@ abses Cerebri - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam - Inj. Ranitidin 1amp/12jam. - Inj ceftriaxon 2gr/12jam - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV
Terapi
- IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam -Inj Ranitidin 1amp/12jam. - Inj ceftriaxon 2gr/12jam- skin test -Dulcolac supp 1x1 (k/p) - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV-skin test
33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555 Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN + Secondary Headache + ec DD Sol Intracranial(Asterocytom a) @ Abses cerebri - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam -Inj Ranitidin 1amp/12jam -Inj ceftriaxon 2gr/12jam - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV -Asam Mefenamat 3x500mg -Inj Diazepam 1amp/IV (k/p)
STATUS PRESENS 26-01-2011 27-01-2010 Compos mentis Compos mentis 120/80 mmhg 120/79 mmhg
NI N II, III
60 x/i 68 x/i 24 x/i 25 x/i 0 36.2 c 36.50c STATUS NEUROLOGIS Compos mentis Compos mentis Muntah (-) Muntah (-) Kejang (-) Kejang (-) Sakit kepala (-) Sakit kepala (-) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) NERVUS KRANIALIS Normosmia Normosmia RC +/+ RC +/+ Pupil isokor Pupil isokor
68 x/i 32 x/i 36.10c Compos mentis Muntah (-) Kejang (-) Sakit kepala (-) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Normosmia RC +/+ Pupil isokor
3mm
N III, IV, VI NV N VII N VIII N IX, X N XI N XII Gerakan bola mata (+)
3mm
Gerakan bola mata (+)
3mm
Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke kiri Pendengaran (+) Uvula medial Angkat bahu (+) Lidah istirahat ke medial Kiri +/+ Kiri +/+ Kiri Kiri -/+/+ +/+ -/-
Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke kiri kiri Pendengaran (+) Pendengaran (+) Uvula medial Uvula medial Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke medial medial REFLEKS FISIOLOGIS Kanan +/+ +/+ +/+ +/+ Kanan +/+ +/+ +/+ +/+ REFLEKS PATOLOGIS Kanan Kanan -/-/-/-/-
TANGGAL
Kekuatan Motorik
26-01-2011 ESD : ESD : 33333 33333 33333 33333 EID : EID : 33333 33333 33333 33333
27-01-2010 ESD : ESS : 33333 55555 33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555
28-01-2010 ESS : ESS : 55555 55555 55555 55555 EIS : EIS : 55555 55555 55555 55555 25
Diagnosis Kerja
Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses otak. Astrocytoma
Terapi
Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses otak. Astrocytoma + TOF - IVFD RSol 20gtt/i. - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp - Inj. Dexamethason IV/8jam 1amp IV/8jam -Inj Ranitidin 1amp/12jam -Inj Ranitidin -Inj ceftriaxon 2gr/12jam 1amp/12jam - B Comp 3x1. -Inj ceftriaxon -Inj Metronidazole 2gr/12jam 500mg/8jam IV - B Comp 3x1. -Asam Mefenamat 3x500mg -Inj Metronidazole -Inj Diazepam 1amp/IV 500mg/8jam IV (k/p) -Asam Mefenamat K/T dulcolax Supp 1x1 3x500mg (malam) -Inj Diazepam 1amp/IV
Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses otak. Astrocytoma + TOF - O2 2l/,menit (nasal kanul) - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam -Inj Ranitidin 1amp/12jam -Inj ceftriaxon 2gr/12jam - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV -Asam Mefenamat 3x500mg -Inj Diazepam 1amp/IV
STATUS PRESENS 29 hingga 01-01-2011 02,03-02-2011 Compos mentis Compos mentis 130/90 mmhg 124/84 mmhg 61 x/i 65x/i 27 x/i 28 x/i 36.30c 36.00c STATUS NEUROLOGIS
26
Compos mentis Compos mentis Muntah (-) Muntah (-) Kejang (-) Kejang (-) Sakit kepala (+) Sakit kepala (+) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) NERVUS KRANIALIS Normosmia Normosmia RC +/+, PUPIL RC +/+, PUPIL ISOKOR 3mm Gerakan bola mata (+) ISOKOR 3mm Gerakan bola mata (+)
Compos mentis Muntah (-) Kejang (-) Sakit kepala (+) Kaku kuduk (-) Kernig sign (-) Brudzinski i/ii (-/-) Normosmia RC +/+, PUPIL ISOKOR 3mm Gerakan bola mata (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut jatuh ke kiri Pendengaran (+) Uvula medial Angkat bahu (+) Lidah istirahat ke medial Kiri +/+ Kiri +/+ Kiri Kiri -/+/+ +/+ -/-
Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+) Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke kiri kiri Pendengaran (+) Pendengaran (+) Uvula medial Uvula medial Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke medial medial REFLEKS FISIOLOGIS Kanan +/+ +/+ +/+ +/+ Kanan +/+ +/+ +/+ +/+ REFLEKS PATOLOGIS Kanan Kanan +/+/+/-/-
TANGGAL
Kekuatan motorik
Diagnosis kerja
29 hingga 01-01-2011 ESD : ESD : 33333 33333 33333 33333 EID : EID : 33333 33333 33333 33333 Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses
02,03-02-2011 ESD : ESS : 33333 55555 33333 55555 EID : EIS : 33333 55555 33333 55555 Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses
04-02-2011 ESS : ESS : 55555 55555 55555 55555 EIS : EIS : 55555 55555 55555 55555 Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses 27
Terapi
otak. Astrocytoma + TOF - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam -Inj Ranitidin 1amp/12jam -Inj ceftriaxon 2gr/12jam - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV -Asam Mefenamat 3x500mg -Inj Diazepam 1amp/IV
otak. Astrocytoma + TOF - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam -Inj Ranitidin 1amp/12jam -Inj ceftriaxon 2gr/12jam - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV -Asam Mefenamat 3x500mg *Tanggal 03 diberikan Ranitidin 2x1 tab
otak. Astrocytoma + TOF - IVFD RSol 20gtt/i. - Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam -Ranitidin 2x1 tab -Inj ceftriaxon 2gr/12jam - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV -Asam Mefenamat 3x500mg
2.8
PEMERIKSAAN PENUNJANG HASIL LAB HEMATOLOGI Darah lengkap (CBC) Hemoglobin (HGB) 18.2g% (11.7-15.5) Eritrosit (RBC) 6.86x 106/mm3 (4.2-4.87) Leukosit (WBC) 20.20x103/mm3 (4.5-11) Hematokrit 58.10% (38-44) Trombosit (PLT) 267x103/mm3 (150-450) 28
EKG (RSUPHAM)
MCV 84.8fL (85-95) MCH 26.5pg (28-32) MCHC 31.2g% (33-35) RDW 15.8% (11.6-14.8) MPV 9.68 Fl (7-10.2) PCT 0.259% PDW 018.9 fL Hitung jenis : Netrofil 76.9% (37-80) Limfosit 15.6% (20-40) Monosit 6.52% (2-8) Eosinofil 0.01% (1-6) Basofil 0.964% (0-1) Netrofil Absolut 015.5x103/uL (2.7-6.5) Limfosit Absolut 03.15 x103/uL (1.5-3.7) Monosit Absolut 01.31 x103/uL (0.2-0.4) Eosinofil Absolut 0.003 x103/uL (0-0.10) Basofil Absolut 0.194x103/uL (0-0.1) Dilakukan CT scan kepala tanpa dengan kontras IV, potongan aksial, tebal irisan 5 dan 10mm dengan hasil: SOL ( Astrositoma kistik) dengan ukuran +/- 5 X 5 X 6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri denagn edema luas disekitarnya yang menekan basal ganglia, thalamus dan mesensefalon dan mendorong midline anterior ke kanan serta menyempitkan ventrikel lateral kiri dan III+Brain swelling diffuse terutama sisi kiri. Os klavaria dan basis kranii intak. KIMIA KLINIK HATI AST/SGOT 27U/L (<32) ALT/SGPT 39U/L (<31) METABOLISME KARBOHIDRAT Glukosa Sewaktu -Glukosa Darah 88.00md/dL (<200) GINJAL Ureum 38mg/dl (<50) Kreatinin 0.80mg/dl (0.5-0.9) ELEKTROLIT ELEKTROLIT SERUM Natrium(Na) 135mEq/L (135-155) Kalium (K) 3.6mEq/L (3.6-5.5) Klorida (Cl) 105mEq/L (96-106) Interpretation : Marked sinus bradycardia with sinus arrhythmia 29
19 Jan 2011
Rightward ais ST&Marked T wave abnormality, consider anterolateral ischemia Abnormal ECG Measurement Results : QRS : 82ms QT/QTC : 528/425 ms PR : 130 ms P : 70 ms RR/PP : 1424/1535 ms P/QRS/T : 24 / 98/ 147 Degrees Aorta -root diameter 30.7mm (20-37) Atrium Kiri -dimension 20.0mm (15-40) -LA/VAo rasio 0.65mm (<1.3) Ventrikel Kiri -EDD 30.8mm (35-52) -ESD 22mm (26-36) -IVS Diastole 11.5mm (7-11) -IVS Systole 9.5mm (7-11) -EF 56.8% (53-77) -PW Diastole 9.5mm (7-11) -PW Systole 9.2mm (7-11) -FS 28.7% Atrial situs solitus AV-VA corcandance IAS intact. Terlihat IVS ada defek dengan 25.2mm Muara-muara vena pada tempatnya Katup mitral : baik Katup aorta : overriding aorta Katup tricuspid : TR mild Katup pulmonal : PS infundibular severe (vel:3.98m/s , PG : 32.32mnt) DImensi ruang-ruang jantung -RA-RV dilatasi -Tek RV > Tek LV SEC (-), thrombus (-), efusi pericard (-) Wall motion : global normokinetik Fungsi sistolik LV baik, LVEF : 56.8% Kesan : RA-RV dilatasi + VSD + PS severe + overriding aorta = TOF HEMATOLOGI Darah lengkap (CBC) Hemoglobin (HGB) 18.8g% (11.7-15.5) 30
27 Jan 2011
Eritrosit (RBC) 6.7x 106/mm3 (4.2-4.87) Leukosit (WBC) 20.50x103/mm3 (4.5-11) Hematokrit 56.5% (38-44) Trombosit (PLT) 226x103/mm3 (150-450) MCV 84.4fL (85-95) MCH 28pg (28-32) MCHC 33.2g% (33-35) RDW 17.6% (11.6-14.8) LED 2mm/jam (<20) Hitung jenis : Netrofil 85% (37-80) Limfosit 6.83% (20-40) Monosit 7.8% (2-8) Eosinofil 0.05% (1-6) Basofil 0.332% (0-1) Netrofil Absolut 017.4x103/uL (2.7-6.5) Limfosit Absolut 01.40 x103/uL (1.5-3.7) Monosit Absolut 01.60 x103/uL (0.2-0.4) Eosinofil Absolut 0.010 x103/uL (0-0.10) Basofil Absolut 0.068 x103/uL (0-0.1) Morfologi eritrofil, leukosit, trombosit dalam batas normal Kesan : limfositopenia + leukositosis FAAL HEMOSTASIS PT+INR WAKTU PROTROMBIN -kontrol : 13 dtk -pasien : 20.60 dtk INR APTT -kontrol : 29.8 dtk -pasien: 42.7 dtk WAKTU TROMBIN -kontrol:12.5 dtk -pasien: 15.3 dtk KIMIA KLINIK HATI Bilirubin total 0.51mg/dl (<1) Bilirubin direk 0.15mg/dl (0-0.2) Fosfastase alkali (ALP) 49U/L (35-104) AST/SGOT 33U/L (<32) ALT/SGPT 47U/L (<31) GINJAL Ureum 23.10mg/dl (<50) Kreatinin 0.51mg/dl (0.5-0.9) 31
Asam urat 4.2mg/dl (<5.7) ELEKTROLIT ELEKTROLIT SERUM Natrium(Na) 136mEq/L (135-155) Kalium (K) 3.8mEq/L (3.6-5.5) Klorida (Cl) 108mEq/L (96-106) Kedua sinus costophrenikus lancip, kedua diafragma licin. Tidak tampak infiltrate pada kedua lapangan paru. Jantung ukuran normal CTR <50%. Trakea di tengah. Tulangtulang dan soft tissue baik. Kesimpulan : tidak tampak kelainan pada cord an pulmo Dilakukan CT Scan kepala dengan kontras IV CECT : infratentorial cerebellum dan ventricle IV tampak normal. Supratentorial tampak lesi hypodens di daerah lobus frontal-temporalis kiri. Lesi tampak mendesak ventrikel lateral kiri ke arah kanan. Pada pemeriksaan zat contrast, tampak ring enhance pada lesi tersebut. Kesan : Abcess otak (cerebral abcess)
2.9
JAWAPAN KONSUL
1) Departemen Kardiologi tanggal 19 Januari 2011 Diagnosis : Dari hasil pembacaan EKG SB, QRS rate, 30 x/i, QRS axis RAD, P wave (+) N, PR int 0,16, QRS dur 0,08, nonspecific T inv V1-V6, LVH (-), VES (-). Kesan : Sinus Bradycardi + RAD WD/ : Cyanotic CHD ec. TOF Echocardiography
Anjuran
2) Departemen Gigi Dan Mulut tanggal 27 Januari 2011 Diagnosis : Gangren Pulpa 32
Anjuran
3) Konsul Departemen Kardiologi tanggal 27 Januari 2011 Diagnosis : Bradikardi + P wave (-) LVH (-)
5) Konsul Departemen Bedah Saraf tanggal 4 Februari 2011 Penemuan Diagnosis Anjuran : : : Dari hasil CT, dijumpai massa hipodens di daerah fronto-parietal kiri. Serebri abscess Pasien diambil alih rawat di Departemen Bedah Saraf untuk pemeriksaan selanjutnya dan rencana operasi
3.1
DEFINISI Astrocytoma merupakan satu tumor yang berawal dari dalam otak atau batang otak dari proliferasi sel-sel kecil yang berbentuk seperti bintang yang dikenali sebagai astrosit dimana astrosit merupakan satu tipe sel glial atau sel pendukung. Lokasi dari tumor ini tergantung pada usia pasien. Astrocytoma sering terjadi pada serebrum pada
33
dewasa sedangkan pada anak-anak tumor ini berawal dari batang otak, serebrum dan serebellum.
3.2
INSIDENS Astrocytoma merupakan tumor yang paling banyak terjadi pada anak-anak. Sekitar 700 anak-anak didiagnosa dengan astrocytoma tingkat rendah setiap tahun. Pada anak-anak sekitar lebih dari 80 % dari astrocytoma yang terjadi adalah bertingkat rendah dan hampir 20 % adalah yang bertingkat tinggi. Pada anak-anak, astrocytoma adalah kedua hanya pada leukemia dalam prevalensi kanker. Astrocytoma merupakan tumor supratentorial intra axial yang paling sering terjadi pada kesemua kelompok umur. Insidens dari astrocytoma adalah 1.22 kasus per 100,000 orang yang berumur dari 0-19 tahun dan 1.29 kasus per 100,000 pada orang yang berumur dari 0-14 tahun.
3.3
ETIOLOGI
a) Etiologi dari astrocytoma yang difus telah menjadi bahan untuk penelitian
epidemiologic yang analitik dan yang dimana menunjukkan adanya hubungan terjadi astrocytoma dengan beberapa gangguan dan pemaparan. Tanpa melibatkan irradiasi terapeutik dan mungkin bahan-bahan nitroso contohnya nitrosurea, identifikasi dari pemaparan lingkungan yang kausal secara spesifik atau agen-agen tidak berhasil. Walaupun ada beberapa penelitian yang mencadangkan bahwa penggunaan telepon selular sebagai faktor resiko untuk perkembangan dari glioma namun penelitian yang besar tidak mendukung hal ini.
b) Anak-anak yang menerima irradiasi profilaksis untuk leukemia limfatik yang akut
sebagai contoh memiliki 22 kali lipat peningkatan resiko untuk mendapat neoplasma sistem saraf pusat(SSP) seperti astrocytoma tingkat II,III dan IV menurut WHO dengan satu interval untuk onset dari 5 hingga 10 tahun. Serta irradiasi dari adenoma pituitari telah mendemonstrasikan bahwa terjadi peningkatan resiko sebanyak 16 kali lipat untuk pembentukan glioma.
34
Sebagai contoh klustering familial dari astrocytoma sangat jelas dideskripsikan dalam sindroma neoplastik yang diturunkan seperti sindroma Turcot, sindroma neurofibromatosis tipe 1(NF1) dan mutasi p53 germ line contohnya seperti sindroma Li-Fraumeni.
d) Penelitian biologik telah mengimplikasikan bahwa mutasi dalam pathway
molekular yang spesifik seperti pathway p53-MDM2-p21 dan p16-p15-CDK6-RB berkaitan dengan perkembangan dari astrocytoma.
3.4
PATOGENESA Astrocytoma baik dari tipenya maupun dari kelompok umur yang terjadi merupakan tumor infiltratif yang bertindak sebagai satu massa yang menyebabkan terjadinya lesi dimana-mana tempat yang dijumpai tumor ini dan menyebabkan gejala yang berkaitan dengan daerah yang diinfiltrat. Jika tidak diobati dan walaupun diobati ( kecuali pada astrocytoma pilositik ), astrocytoma merupakan penyebab dari kematian yang sangat penting. Kematian adalah karena herniasi transtentorial dari lesi massa yang berkembang luas.
3.5
KLASIFIKASI Klasifikasi WHO dari tumor astrositik adalah : a) WHO astrocytoma tingkat II Astroscytoma diffus i) ii) iii) Astrocytoma fibrillari Astrocytoma protoplasmik Astrocytoma gemistositik 35
e) WHO astrocytoma tingkat II Glioma koroid f) Astrocytoma pilositik g) Astrocytoma giant cell subependymal
3.6
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS Terdapat empat varian histologik dari astrocytoma tingkat rendah yang dikenali yaitu protoplasmik, gemistositik, fibrillari dan kombinasi.
a) Astrocytoma protoplasmik berdasarkan pada kortikal dengan sel yang
mengandungi sitoplasma yang banyak. Astrocytoma protoplasmik terdiri dari hampir 28 % dari astrocytoma yang infiltratif.
Gemistocytic astrocytoma tumor cells have eosinophilic cytoplasm with nuclei displaced to the periphery.
b) Astrocytoma gemistositik yang secara umum dijumpai pada hemisfer serebral pada dewasa dan terdiri dari sel-sel bulat yang besar dengan sitoplasma eosinofilik 36
dan sitoplasma esentrik. Astrocytoma gemitosistik tergolong 5-10% dari glioma hemisferik
Low-grade fibrillary astrocytoma and low cellularity with minimal nuclear atypia.
c) Astrocytoma fibrillari yaitu varian histologik yang paling sering tampak seperti
sel-sel dari substansia alba serebral dan terdiri dari sel-sel yang kecil dan berbentuk bulat serta sel-sel yang berdiferensiasi dengan baik. Tumor-tumor diidentifikasi oleh satu peningkatan yang ringan dalam selularitas dan fibrillari. Marker untuk protein fibrillari glial asidik (GFAP) digunakan untuk mengidentifikasi astrocytoma fibrillari.
37
Anaplastic astrocytoma with high cellularity with marked nuclear atypia. d) Berbanding lesi yang bertingkat rendah, astrocytoma anaplastik menunjukkan
hiperselularitas. Selain itu, astrocytoma anaplastik menunjukkan anaplasia yang meningkat yang didemonstrasi melalui komplex dari nuklear yang meningkat, adanya mitosis, variabilitas sitoplasmik yang meningkat dan juga meningkatnya proliferasi sel endothelial.
3.7
MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinik dari astrocytoma ditentukanoleh lokasi tumor, patologi dan umur dari pasien tersebut. Mayoritas dari astrocytoma pada dewasa terjadi dalam kompartemen supratentorial. Peningkatan tekanan intrakranial yang diobservasi dalam sekitar 50-75% dari pasien menyebabkan manifestasi awal yang paling umum pada pasien-pasien dengan tumor otak. Gejala yang tampak termasuk nyeri kepala, kejang, deficit neurologi yang fokal dan perubahan perilaku. Perubahan yang sama dapat merupakan hasil dari invasi tumoral yang secara langsung. Availibilitas yang meningkat dari penelitian neuroimaging dengan resolusi yang dipertingkatkan telah menghasilkan dalam penemuan awal dari tumor otak. Oleh karena tumor terlokasi dalam suatu ruang yang tertutup dan dengan parenkim yang lunak, otak terutamanya sangat terpapar terhadap efek massa dan edema dari satu proses neoplastik. Peningkatan tekanan intrakranial yang berhubungan dengan satu masa intrakranial adalah satu penyebab penting dari herniasi otak dan berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas.
3.8
PROSEDUR DIAGNOSTIK Diagnosa dari astrocytoma memerlukan sampel dari jaringan. Hingga sekarang, MRI yang berkontras baik dan CT-Scan merupakan pilihan utama dari modalitas imaging. Teknik-teknik tambahan lain yang termasuk spektroskopi MR (MRS) yang membenarkan para ahli untuk mengkarakteristik komposisi kimiawa dari
38
massa tersebut dengan menentukan ada atau tidak dan/atau perubahan dari komponen komponen seperti laktat, N-asetilaspartat (NAA), kolin(Cho) dan mio-inositol (Ins). Oleh karena aktivitas kejang sering berhubungan dengan astrocytoma, EEG dapat digunakan untuk evaluasi dan pengawasan dari aktivitas epileptiform. Scan radionuklide sepert position emission tomography (PET), single photon emission tomography (SPECT) dan technetium-based imaging dapat membantu dalam penelitian mengenai metabolisme tumor dan fungsi otak. PET dan SPECT mungkin dapat digunakan untuk membedakan satu tumor yang padat dari edema, untuk membedakan rekuren tumor dari nekrosis radiasi dan untuk lokalisasi struktur. Satu prosedur lumbal pungsi pada pasien dengan astrocytoma serebellar harus dilakukan dengan sangat berhati-hati karena resiko dari herniasi sekunder serebral yang downward berbanding elevasi tekanan intrakranial. Walaupun penelitian cairan serebrospinal tidak digunakan untuk diagnosa astrocytoma namun prosedur ini dapat digunakan untuk mengeliminasi diagnosa lain seperti metastasis, limfoma atau medulablastoma.
Axial CT scan, precontrast and postcontrast, menunjukkan satu astrocytoma tingkat rendah pada lobus frontal bagian kiri dan tumor ini adalah non-enhancing.
39
Coronal postcontrast T1-weighted MRI menunjukkan satu astrocytoma tingkat rendah pada lobus frontal inferior kanan di atas fissura sylvian. Tidak ada enhancement yang tampak pada administrasi post gadolinium.
Axial T2-weighted MRI menunjukkan satu astrocytoma tingkat rendah pada lobus frontal inferior dengan efek massa yang ringan dan tidak dijumpai adanya edema di lingkungan.
40
3.9
Arteriovenous malformation Brainstem gliomas Cavernous angioma Cavernous malformation Cerebral abscess CNS lymphoma Encephalitis Ependymoma Epidural abscess Glioblastoma multiforme Hamartoma Intracranial hemorrhage Meningioma Metastasis Multiple sclerosis Oligodendroglioma Radiation necrosis Subdural empyema Stroke or infarct Toxoplasmosis
41
3.10
PENATALAKSANAAN Perawatan untuk astrositoma tergantung pada beberapa hal, termasuk kesehatan umum, ukuran dan posisi dari tumor, dan apakah telah menyebar ke sekitarnya. Perawatan biasanya akan direncanakan oleh tim ahli yang dikenal sebagai tim multidisiplin (MDT). Tim akan biasanya termasuk dokter yang beroperasi di otak (neurosurgeon), dokter yang mengkhususkan diri dalam merawat penyakit dari otak (ahli saraf), dokter yang mengkhususkan diri dalam merawat kanker (an oncologist), spesialis dan perawat profesional kesehatan lainnya mungkin , seperti ahli pengobatan badan atau diet. Jika tekanan intrakranial meningkat, penting untuk mengurangi itu sebelum perawatan diberikan untuk tumor otak. Terapi standar pada glioma malignan ( WHO derajat III dan IV) adalah reseksi tumor, radioterapi dan kemoterapi, tetapi terutama efektif pada pasien usia muda dan dengan skor performace/karnofsky baik, tetapi pada pasien diatas usia > 65 tahun dan pasien dengan skor karnofsky buruk, terapi tidak dapat ditoleransi dengan baik.
a)
Pembedahan Bila memungkinkan, pembedahan merupakan penatalaksanaan yang utama untuk perawatan astrositoma,terutamanya astrositoma anaplastik. Tujuan dari operasi ini adalah untuk mengurangkan massa tumor, dengan itu mengurangkan tekanan intracranial, mengambil sampel tisu untuk pemeriksaan histological dan memperpanjangkan kadar survival. Pembedahan tergantung pada ukuran dan posisi dari tumor, mungkin/tidak mungkin untuk menghapusnya lengkap dan perawatan lebih lanjut dapat diberikan setelah operasi. Beberapa tumor tidak dapat dijangkau oleh pasien, atau resiko kerusakan pada bagian otak mungkin terlalu tinggi.
b)
Radioterapi Radioterapi adalah penggunaan energi tinggi sinar untuk menghancurkan sel kanker dan sering digunakan setelah operasi. Tujuan radioterapi adalah untuk memusnahkan semua sisa sel ganas. Hal itu dapat digunakan sendiri untuk merawat astrositoma jika operasi tidak mungkin. Radioterapi biasanya diberikan sebagai pengobatan eksternal, tetapi kadang-kadang dapat diberikan dalam bentuk implant radioaktif. 42
c)
Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan anti kanker (sitotoksik) narkoba menghancurkan sel kanker. Hal itu dapat diberikan sendiri atau bersama-sama dengan operasi dan / atau radioterapi untuk merawat astrositoma.
Kemoterapi yang berkembang diteliti adalah Temozolomide alkylating agent yang menginhibisi pertumbuhan sel dan proliferasi, terbukti efektif pada massa astrositoma. Temozolomide lebih baik dibandingkan Nitrosurea. Temozolomide juga telah diteliti sebagai terapi lini pertama berdasarkan penelitian EORTC 26981 NCIC CE3 dalam kombinasi dengan radioterapi dan terbukti efektif dibandingkan radioterapi tunggal. Temozolomide.
d)
Corticosteroid Penggunaan kortikosteroid, seperti deksametason, menghasilkan perbaikan cepat pada kebanyakan pasien dengan mengurangkan ukuran massa tumor dan pembengkakan sekitar massa. Penggunaan corticosteroid didapati mengurangkan simptom peningkatan tekanan intracranial dan memperbaiki kondisi pasien.
e)
External Ventricular Drain ( EVD) dan Ventriculoperitoneal Shunt (VPS) Prosedur non-operatif yaitu External Ventricular Drain ( EVD) dan
Ventriculoperitoneal Shunt (VPS) dapat dilakukan untuk mengurangkan cairan serebrospinal. Dengan ini, tekanan intracranial dapat direndahkan.
f)
Anticonvulsant Oleh karena pasien astrositoma didapati mengalami kejang epileptic, anticonvulsant diberikan sebagai terapi suportif.
43
3.11
PROGNOSIS Prognosis untuk survival setelah operasi intervensi dan terapi radiasi baik bagi astrositoma kelas rendah. Bagi pasien yang menjalani bedah reseksi, prognosis tergantung pada sifat neoplasma samada berkembang menjadi lesi kelas yang lebih tinggi. Untuk lesi tingkat rendah, survival setelah menjalani bedah adalah sekitar 6-8 tahun. Bagi kasus astrositoma anaplastik, perbaikan simptom atau stabilisasi merupakan kemestian setelah bedah reseksi dan iradiasi. Didapati kadar survival adalah amat baik , sekitar 60-80%. Faktor-faktor seperti usia muda, status fungsional, luas reseksi, dan iradiasi yang adekuat mempengaruhi survival pasca bedah. Laporan terbaru menunjukkan bahwa iradiasi pada tumor reseksi yang tidak sempurna meningkatkan kadar survival pasca operasi sebanyak 5 tahun, sekitar 025% untuk tingkat rendah astrositoma dan 2-16% untuk astrositoma anaplastik. Selain itu, pada pasien astrositoma anaplastik yang dibedah serta menjalani irradiasi didapati kadar survivalnya dua kali lebih baik daripada pasien yang hanya dibedah.
44
Pada kasus ini seorang perempuan berumur 28 tahun didiagnosa Astrocytoma berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang. Di mana dari anamnesa didapati bahwa OS mengalami sakit kepala lebih kurang 2minggu ini. Sakit kepala dirasakan perlahan-lahan dan gejala semakin memberat saat pagi hari. Os mengalami sakit kepala lebih dari dua kali. Riwayat muntah projektil (-). Riwayat kejang (+); lamanya lebih kurang 10 menit, terjadi pada 2 minggu dan 3 hari yang lalu. Os juga mengeluh lemah lengan dan tungkai kanan. Riwayat demam (-), BAK normal, BAB tidak teratur. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada OS adalah Head CT Scan dan ekokardiografi. Hasil CT scan didapati SOL ( Astrositoma kistik) dengan ukuran +/5x5x6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri denagn edema luas disekitarnya yang menekan basal ganglia, thalamus dan mesensefalon dan mendorong midline anterior ke kanan serta menyempitkan ventrikel lateral kiri dan III+Brain swelling diffuse terutama sisi kiri. Os klavaria dan basis kranii intak. Dari laporan ekokardiografi didapati RA-RV dilatasi + VSD + PS severe + overriding aorta = TOF.
45
Os telah menerima pengobatan diet makanan biasa, IVFD RSol 20gtt/i, Inj. Dexamethason 1amp IV/8jam, Inj Ranitidin 1amp/12jam, Inj ceftriaxon 2gr/12jam, B Comp 3x1, Inj Metronidazole 500mg/8jam IV, dan Asam Mefenamat 3x500mg.
Teori
Kasus
Astrocytoma sering terjadi pada serebrum Pada kasus ini SOL ( Astrositoma kistik) pada dewasa dengan ukuran +/- 5x5x6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri. Gejala yang tampak termasuk nyeri kepala, Os mengalami sakit kepala lebih kurang 2 kejang, deficit neurologi yang fokal dan minggu yang lalu. Sakit kepala dirasakan perubahan perilaku. perlahan-lahan dan semakin memberat saat pagi hari. Riwayat kejang (+); lamanya lebih kurang 10 menit, terjadi pada 2 minggu dan 3 hari yang lalu. Os juga mengeluh lemah lengan dan tungkai kanan. Os juga mengalami kelumpuhan N.Vll dextra. Head CT-Scan merupakan Gold Standard Pada os sudah dilakukan pemeriksaan Head dalam menegakkan diagnosa SOL CT-Scan dan hasilnya didapati SOL Intracranial. ( Astrositoma kistik) dengan ukuran +/46
5x5x6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri dengan menekan anterior edema basal ke luas dan kanan disekitarnya thalamus mendorong serta yang dan midline ganglia,
mesensefalon
menyempitkan
ventrikel lateral kiri dan III+Brain swelling diffuse terutama sisi kiri. Os klavaria dan basis kranii intak. Penggunaan pada kortikosteroid, pasien seperti Dalam dengan kasus ini os diberikan Inj.
deksametason, menghasilkan perbaikan cepat Dexamethason 1amp IV/8jam, kebanyakan mengurangkan ukuran massa tumor dan pembengkakan sekitar massa. Penggunaan corticosteroid didapati mengurangkan simptom peningkatan tekanan intracranial dan memperbaiki kondisi pasien.
BAB 5 PERMASALAHAN
1.
Apakah diagnose pada kasus ini sudah tepat? Menurut penulis diagnosa pada kasus ini sudah benar. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan neurologist didapati pasien dating dengan kelemahan lengan dan tungkai sebelah kanan dan kelemahan pada N.Vll kanan. Head CT Scan merupakan salah satu. Gold Standard untuk mendiagnosa tumor otak. Berdasarkan hasil dari Head CT Scan didapati SOL ( Astrositoma kistik) dengan ukuran +/- 5x5x6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri denagn edema luas disekitarnya yang menekan basal ganglia, thalamus dan mesensefalon dan mendorong midline anterior ke kanan serta menyempitkan ventrikel lateral kiri dan III+Brain swelling diffuse terutama sisi kiri. Os klavaria dan basis kranii intak. Tambahan pula pada laporan ekokardiografi didapati RA-RV dilatasi + VSD + PS severe + overriding aorta = TOF
47
2.
Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah benar? Dari gejala klinis dan pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien ini mengarah ke Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses otak. Astrocytoma + TOF. Penatalaksanaan awal bagi pasien ini sudah tepat. Penatalaksanaan ini bertujuan menjaga fungsi vital otak dan saraf ; dan mengurangkan tekanan intrakranial.
3.
6.1
KESIMPULAN Astrocytoma merupakan salah satu jenis tumor otak yang pertumbuhannya cepat dan
diawali dalam sel disebut astrosit, astrosit melakukan berbagai fungsi,termasuk dukungan biokimia sel endotel yang membentuk blood brain barrier,pemberian nutrisi ke jarigan saraf,pemberian keseimbangan ion ekstraseluler,dan peran utama dalam proses perbaikan
48
jarigan parut pada otak dan sumsum tulang akibat kecelakaan . Etiologi penyakit ini masih belum dikenal pasti. Diagnosa astrositoma ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, gejala klinis,
pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinis yang sering ditemukan pada astrositoma adalah sakit kepala serta kejang apabila tekanan intrakranial menigkat. Pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan diagnosa adalah CT Scan dan MRI. Perawatan untuk astrositoma tergantung pada beberapa hal, termasuk kesehatan umum, ukuran dan posisi dari tumor, dan apakah telah menyebar ke sekitarnya. Penatalaksanaan berupa pembedahan, kemoterapi dan radioterapi dilakukan dalam penanganan astrositoma.
6.2
Praktisi
kesehatan
menjelaskan
mengenai
gejala-gejala,
pilihan
pengobatannya, lamanya masa pengobatannya dan efek samping yang mungkin timbul dari pilihan pengobatannya serta keadaan fisik yang mungkin terjadi setelah pasien sembuh (sequele effect).
Keluarga pasien
49