You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural karena terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ras, bahasa, budaya maupun agama. Dalam makalah kami ini akan membicarakan tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia yang umumnya agama masyarakat Indonesia sangat beragam, yaitu terdiri dari dari agama Islam, katolik, protestan, hindu, budha dan kong hu chu. Penyebab beraneka ragamnya agama yang di anut masyarakat Indonesia tidaklah lepas dari sejarah. Dimana Indonesia terletak di jalur perdagangan dunia yang menyebabkan para pedagang yang singgah di berbagai wilayah pesisir di Indonesia mulai menetap dan mengajarkan agama serta kebudayaan para pedagang tersebut kepada masyarakat Indonesia yang waktu itu belum beragama dan masih menganut kepercayaan animisme maupun dinamisme. Masuknya agama di Indonesia yang tidak merata ini menyebabkan terjadinya proses multikultural pada masyarakat Indonesia terutama dalam hal keagamaan. Dengan perbedaan agama yang dianut masyarakat Indonesia harus bisa hidup bertoleransi antar umat beragama karena apabila antar umat beragama saling bermusuhan maka akan terjadi konflik yang juga bisa merusak integrasi nasional bangsa Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pentingnya kerukunan antar umat beragama? 2. Bagaimana cara mewujudkan kerukunan antar umat beragama?
3. Bagaimana prinsip Islam tentang hubungan antar umat beragama di

Indonesia? 1

4. Bagaimana kerjasama intern umat Islam?

5. Bagaimana kerjasama antar umat beragama? 6. Apa tujuan dan manfaat kerukunan antar umat beragama? 1.3 Tujuan dan Manfaat 1. Untuk mengetahui pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama. 2. Untuk mengetahui cara mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama.
3. Untuk mengetahui prinsip Islam tentang hubungan antar umat beragama

di Indonesia.
4. Untuk mengetahui kerjasama intern umat Islam.

5. Untuk mengetahui kerjasama antar umat beragama. 6. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat kerukunan antar umat beragama.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama Kata rukun berasal dari bahasa Arab Ruknun yang artinya adalah asasasas atau dasar, seperti rukun Islam. Rukun dalam arti adjektiva adalah baik atau damai. Kerukunan hidup umat beragama artinya hidup damai dan tidak bertenngkar walaupun beda agama. Kerukunan beragama juga berarti hubungan sesama umat beragama dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD RI tahun1945. Dari kedua pengertian diatas, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa yang di maksud dengan kerukunan antar umat beragama adalah suatu keadaan di mana umat-umat dari beberapa agama yang berlainan hidup bersama dalam satu wilayah secara aman, saling pengertian dan saling menghargai. Tentu saja kerukunan yang di maksud di sini bukan kerukunan yang dipaksakan oleh kelompok agama yang berkuasa, melainkan kerukunan yang tumbuh dari hati dan para pemeluk agama untuk tidak saling menyerang ataupun menghujat agama serta keyakinan orang lain 2.2 Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:

1.

Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain.

2.
3.

Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya. Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat

4.

beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragama bisa terwujud. 2.3 Prinsip Islam Tentang Hubungan Antar Umat Beragama di Indonesia Sesuai aturan yang telah disepakati setiap majelis-majelis agama yang ada di Tanah Air, pendirian rumah ibadah harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Hal itu berlaku bagi semua agama. Sudah seharusnya, aturan tersebut ditaati dan dihormati semua umat beragama. Protes dari kalangan umat Islam terhadap pendirian rumah ibadah yang 'ilegal' merupakan bentuk penghormatan dan ketaatan setiap umat terhadap hukum yang berlaku. Islam adalah agama yang toleran. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia telah menetapkan fatwa tentang Prinsip Ajaran Islam mengenai Hubungan Antarumat Beragama dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Dalam fatwa itu, para ulama menegaskan bahwa: Pertama, kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk NKRI dengan Pancasila sebagai falsafah bangsa dan UndangUndang Dasar 1945 sebagai 4

konstitusi merupakan ikhtiar untuk memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan hidup bersama, kesepakatan itu mengikat seluruh elemen bangsa. Kedua, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dalam hal suku, ras, budaya maupun agama. Karenanya, bangsa Indonesia sepakat untuk mengidealisasikan bangsa ini sebagai sebuah bangsa yang majemuk tetapi tetap bersatu, dengan semboyan bhineka tunggal ika. Ketiga, umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa Indonesia harus terus menjaga konsensus nasional itu. Keempat, dalam hal kemajemukan agama, negara mengakui eksistensi beberapa agama, dan masing-masing agama tersebut mempunyai posisi yang sama di dalam konstitusi negara. Negara menjamin warganya untuk memeluk agama masing-masing. Kelima, Islam mengakui eksistensi agama lain tanpa mengakui kebenaran agama tersebut, sebagaimana pada masa Nabi juga mengakui eksistensi agama selain Islam, antara lain Yahudi, Nasrani dan Majusi. Keenam, dalam konteks berbangsa dan bernegara, setelah Proklamasi 1945, Islam memandang posisi umat beragama sebagai sesama bagian warga bangsa yang terikat oleh komitmen kebangsaan, sehingga harus hidup berdampingan secara damai. Ketujuh, guna terhindar dari konflik antarpemeluk agama di Indonesia, negara wajib menjamin warganya untuk menjalankan agamanya dan melindungi kemurnian agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing dari setiap upaya penodaan agama. Kedelapan, setiap orang, kelompok masyarakat, lembaga atau organisasi yang melakukan penodaan agama, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi, maka negara harus menindaknya secara tegas sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Fatwa MUI tersebut telah menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang toleran. Terlebih, Al-Quran secara gamblang mengajarkan umatnya untuk menerapkan hidup toleran dengan sesama manusia. 5

Dalam surah Al-Kafirun ayat 1-4,

1. orang-orang kafir,

Katakanlah:

"Hai

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Allah SWT berfirman, "Katakanlah: Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan Aku tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." Pada surah Al-Baqarah ayat 256,

256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Allah SWT berfirman, "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat." Dalam surah Al-Mumtahanah ayat 8-9,

8.

8.Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.

9. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Allah SWT berfirman, "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." 2.4 Kerja Sama Intern Umat Islam Agama Islam menekankan hubungan sesama muslim berdasrkan kesamaan iman yang pada kenyataannya jauh lebih kuat daripada hubungan darah dan etnik. Bagaimanapun, iman merupakan dasar keyakinan yang berpengaruh terhadap seluruh perilaku seorang muslim. Hubungan sesama muslim digambarkan sebagai sesutau yang tidak terpisahkan, seperti halnya anggota tubuh yang saling berhubungan satu dengan lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadisnya: Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh itu terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. (HR. Muslim dan Ahmad) Seorang muslim menderita kelaparan, muslim lainnya akan merasakan penderitaannya. Demikian halnya, jika sekelompok muslim teraniaya, kaum 8

muslimin lainnya akan merasakan sakitnya. Rasul mengajarkan umatnya untuk saling memberikan perhatian dan kepedulian terhadap sesama, sehingga terwujud ukhuwwah Islamiyah yang dilandasi rasa kasih sayang. Ukhuwah atau persaudaraan lahir karena adanya persamaan-persamaan, semakin banyak persamaan semakin kuat persaudaraan itu. Ukhuwwah Islamiyah didasarkan pada hal-hal yang paling mendasar dalam hidup, yaitu persamaan akidah. persamaan ini melahirkan adanya perhatian

dan keakraban sehingga derita uang dialami satu pihak dirasakan oleh pihak yang lain. Allah berfirman: 10.Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. QS. al-Hujurat (49) : 10 Kasih sayang terlahir dari kesamaan iman merupakan dasar utama pergaulan di kalangan umat Islam. Kasih sayang tersebut akan memancar dan membentuk pola hubungan antar kaum muslimin dalam memandang orang lain sebagaimana ia memandang dirinya sendiri. Nabi bersabda: Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhori dan Anas) Kasih sayang dalam ukhuwwah Islamiyah akan membentuk hubungan yang akrab, saling mengasihi, dan saling memberikan perhatian. Dengan demikian, umat Islam akan membentuk suatu kelompok masyarakat yang penuh dengan kasih sayang atau masyarakat marhamah.

Landasan keimanan dalam ukhuwwah Islamiyah, akan membentuk sikap adil dalam menyikapi perbedaan-perbedaan pendapat dan perilaku orang lain. perbedaan pendapat dan sikap adalah hak setiap orang. Namun, kadang- kadang perbedaan-perbedaan melahirkan konflik tertentu di kalangan umat Islam, sehingga ukhuwwah Islamiyah terganggu. Perbedaan yang biasa muncul di kalangan umat Islam dalam pemahaman keIslaman yang fiqhiyah atau furu bukan persoalan-persoalan mendasar atau pokok (aqidah). Perbedaan pemahaman adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Allah menciptakan manusia dalam keadaan berbeda, baik latar belakang, keturunan, kemampuan, maupun harapan dan keinginan. Perbedaan harus disikapi secara wajar sebagai konsekuensi kemanusiaan bahkan dipandang sebagai dinamika yang akan menjadi rahmat bagi seluruh umat Islam. Perbedaan tersebut akan meningkatkan kualitas, yaitu mendorong umat untuk menggali ajaran Islam untuk memecahkan dan memenuhi keingintahuan akibat perbedaan tersebut. Kesiapan untuk menghormati adanya perbedaan, erat hubungannya dengan kualitas pemahaman kita tentang ajaran Islam. Semakin tinggi pengetahuan keIslaman seseorang, untuk menerima dan menghormati perbedaan semakin kuat. 2.5 Kerukunan Antar Umat Beragama Dari Berbagai Sudut Pandang Dalam sebuah masyarakat yang mejemuk dari segi agama, seperti halnya Indonesia, maka gagasan kerukunan yang mulai diperkenalkan sejak 1967 memang sudah seharusnya menjadi unsur yang fundamental bagi kerangka dasar pengembangan kehidupan beragama. Sejarah telah mengajarkan kepada bangsa bahwa hanya dengan mewujudmantapkan kerukunan itu secara konsisten dan berkesinambungan, kemajemukan agama-agama tidak membawa negara ini kepada kondisi disintegrasi sebagaimana yang telah dialami oleh banyak negara . Di era orde baru, kebebasan beragama lebih terejawantahkan dalam wacana dan kebijakan tentang trilogi kerukunan umat beragama: intra umat 10

beragama, antar umat beragama, dan umat beragama dan pemerintaj. Departemen agama dan wadah-wadah tokoh agama-agama terlibat dalam wacana dan pertemuan antar agama. Landasan gagasan kebebasan beragama selalu merujuk pada pasal 29 UUD 1945, dan merujuk kepada teks-teks keagamaan. Konteks politik stabilitas masa orde baru sangat mempengaruhi wacana kebebasan beragama sebagai kerukunan di Indonesia. Formulasi tokoh agama Islam mengenai kerukunan umat beragama memuat kutipan ayat-ayat Alquran, Hadis, dan Piagam Madinah, Sumpah Pemuda, dan Pancasila. Pembagian Islam menjadi akidah, ibadah, dan muamalah. Toleransi beragama adalah keinginan untuk membiarkan dan sabar terhadap orang lain yang pikiran dan cara hidupnya berbeda, tanpa merusak iman. Seterusnya, toleransi juga berarti memberikan kebebasan terhadap orang dan kelompok lain untuk beribadah, dan mengatur kehidupan mereka selama tidak bertentangan dengan kondisi masyarakat. Kerukunan dari sudut pandang pancasila, UUD 1945, dan Pedoman pengahayatan dan pengamalan Pancasila a. Pancasila sebagai dasar negara, serta satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan titik pijak yang kukuh dan mendasar dalam rangka pengembangan kerukunan. Butir-butir dari sila KetuhananYang Maha Esa dalam Pedoman pengahayatan dan pengamalan Pancasila antara lain : Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah dengan agama dan kepercayaannya 11

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaannya

kepada orang lain b. UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 Kerukunan Dari Sudut Pandang Negara Pancasila Kerukunan Dari Sudut Pandang Negara Pancasila antara lain : agama -

Negara pancasila tidak mengenal negara agama Negara Pancasila melindungi dan mengayomi semua Negara Pancasila memberi tempat pada kebebasan Negara Pancasila memberi ruang bagi Pembangunan Negara Pancasila mendorong sikap respek terhadap

beragama Rumah-rumah Ibadah dan kegiatan Peribadatan agama melalui media cetak dan elektronik
Kerukunan dari Sudut Pandang Bhineka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika adalah suatu semboyan nasional yang berarti berbeda-beda, tapi tetap satu. Semboyan tersebut lahir sebagai refleksi atas realitas kemajemukan bangsa, sekaligus sebagai jawaban agar kemajemukan agama tidak memicu disintegrasi, tapi justru menjadi tiangtiang penyangga bagi hadirnya suatu bangsa yang kukuh. Kerukunan dari Sudut Pandang Piagam Madinah Untuk menjamin kelangsungan masyarakat Madinah yang plural sekaligus mengatur hubungan kerukunan antaragama, Piagam Madinah meletakkan dasar-dasar yang melandasi kehidupan bersama-sama sebagai berikut :
-

Pertama, semua pemeluk Islam, meskipun berasal dari

banyak suku, merupakan satu komunitas.

12

Kedua, hubungan antara sesama anggota komunitas

Islam dan antar anggota komunitas Islam dengan anggota komunitas-komuntas lain didasarkan atas prinsip-prinsip bertetangga baik, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasehati dan menghormati kebebasan beragama (Munawir Sajali,1990:15). Pasca kemerdekaan bagi Mekah, Muhammad tetap mengakomodir perbedaan kepercayaan dan keyakinan asal tak berbuat onar, taat pada aturan yang telah ditetapkan dan bersedia membayar pajak mereka bisa hidup berdampingan dengan kaum Muslimin. Dalam pasal 25 Piagam Madinah disebutkan Bagi orang-orang Yahudi agama mereka dan bagi orang-orang Islam agama mereka. Pasal ini memberikan jaminan terhadap kebebesan beragama. QS Al Kafirun. Di antara wujud kebebasan beragama ini ialah beribadah menurut ajaran agamanya masing-masing. Juga dinyatakan pada pasal ini bahwa kaum Yahudi satu umat bersama kaum mukmin. Penyebutan demikian mengandung arti merujuk pada kesatuan berdasar agama, orang-orang yahudi merupakan satu komunitas yang pararel dengan komunitas kaum muslim. Komunitas Yahudi bebas melaksanakan agama mereka. Kondisi ini merupakan sikap toleransi Islam terhadap agama lain. (Sukarja,1995:21) 2.6 Kerja Sama Antar Umat Beragama Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendiri. Dia selalu berhubungan dengan orang lain dalam maupun antar kelompok masyarakat. Dalam masyarakat pluralisme seperti Indonesia hubungan hubungan antar kelompok masyarakat yang berbeda adat maupun agama tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu , pemahaman tentang pola hubungan antar umat beragama menurut jaran Islam sagat penting sebagai landasan hidup bermasyarakat. 13

Agama sebagai sesuatu yang mendasari kehidupan seseorang seringkali menjadi kendala dalam berhubungan antar masyarakat yang berlainan agama , sehingga terjadi konflik antara pengikut suatu agama dengan agama lainnya. Oleh sebab itu , agama Islam memberikan tuntunan dalam pergaulan intern umat Islam sendiri dan umat beragama lainnya. Agama Islam diturunkan untuk manusia dengan segala keragamannnya . Ajaran Islam tidak melarang umatnya untuk berhubungan dengan umat beragama lain. Islam selalu mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berpihak kepada kebenaran dan keadlian terhadap siapa saja , termasuk orang orang nonmuslim. Dalam masyarakat sekarang ini hubungan antar parapemeluk agama yang berbeda beda tidak bisa dihindarkan , baik dalam bidang sosial , ekonomi , politik maupun budaya.Sekelompok orang dalam suatu partai politik berjuang dan bekerjasama untuk kemajuan partainya, meski mereka berbeda suku, ras, dan agama. Sekelompok pemuda dalam Karang Taruna bekerjasama mensukseskan kegiatan Peringatan HUT Kemerdekaan RI tanpa mengindahkan perbedaan agama yang mereka anut. Demikian halnya di bidang ekonomi, kerjasama antar penganut agama yang berbeda seakan tak pernah menjadi penghalang. Hiruk pikuk pasar adalah bukti nyata hal ini, hampir dipastikan segala proses transaksi perdagangan dan proses take and give di sana sama sekali tidak memperhatikan faktor agama. Dalam bidang agama, dibeberapa daerah, kerjasama semacam itu, pada umumnya berjalan baik. Di Manado, misalnya, ketika di suatu kampung sedang dibangun suatu gereja, maka umat Islampun turut membantu baik berupa tenaga maupun dana. Demikian sebaliknya, umat Kristianipun biasa memberikan bantuan bila ada pembangunan mesjid di lingkungan mereka. Di Jawa Timur, dalam malam perayaan Natal terdapat sejumlah pasukan Banser NU turut menjaga keamanan di sekitar gereja, dalam pelaksanaan hari raya umat Kristiani tersebut. Yang relatif baru dan lebih maju, sejak dikeluarkannya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006, kerjasama antarumat beragama bahkan dapat terwujud lebih 14

nyata.Bagi umat Islam hubungan ini tidak menjadi halangan, sepanjang berkaitan dengan masalah sosial ,kemanusiaan dan muamalah. Bahkan dalam berhubungan dengan mereka , umat Islam dituntut untuk menampilkan perilaku yang baik sehingga dapat menarik minat mereka untuk mengetahui ajaran Islam. Dalam sejarah Rasul , ditemukan orang orang kafir masuk Islam karena karena tingkah laku Nabi dalam berhubungan dengan mereka . Karena itu , menampilkan perilaku yang Islami dalam hubungan dengan pemeluk agama lain merupakan bagian yang tak terisahkan dalam misi Islam yang disebut dakwah bil hal ( mengajak dengan tingkah laku ). Dalam hubungan dengan umat beragama lain hendaknya umat Islam tetap menjaga akidahnya , yaitu meyakini bahwa agama Islamlah yang diridhai Allah dan berusaha mensucikan aqidahnya . Hal ini berarti bahwa hubungan dengan pihak lain tidak sampai membenarkan keyakinan mereka atau saling tukar keyakinan , tetapi tetap menghormati dan menghargai keyakinan masing masing. Penghormatan terhadap orang lain yang berbeda agama merupakan wujud kasih sayang seorang muslim terhadap sesama manusia . Kasih sayang merupakan prinsip dasar ajaran agama Islam yang mendorong umatnya agar terus mengembangkan dan menebarkan rahmat kepada seluuh makhluk. Penataan pergaulan umat Islam dengan non-muslim diakitkan pula dengan kondisi yang ada . Pada kondisi umat Islam teraniyaya di tengah dominasi kaum non-muslim . Islam mengajarkan umatnya untuk tetap sabar. Jika hal tersebut tdak memungkinkan , hendaknya hijrah ke tempat lain dalam rangka menyelamatkan jiwa dan keyakinannya. Apabila hubungan antar mereka dengan umat Islam baik, maka hendaknya mengembangkan sikap yang lebih baik dengan toleransi dan kerjasama dalam hal di luar aqidah. Sebaliknya apabila mereka memusuhi dan mengancam keamanan jiwa dan aqidah , umat Islam tidak dilarang utnuk memerangi mereka sebagai pembelaan diri dan aqidahnya . Dan jika umat Islam berkuasa hendaknya melindungi mereka baik diri, keluarga , harta , kehormatan bahkan aqidah mereka. Oleh karena itu , tidak ada alasan bagi orang non-muslim 15

untuk takut berada di tengah tengah umat Islam , kehadiran mereka di tengah umat Islam , dapat hidup dengan aman dan tentram. Hal ini telah dibuktikan sepanjang sejarah Islam. Ketika umat Islam menguasai mesir , pengikut Kristen yang disebut kaum koptik (qibtiyah ) di Mesir dilindungi keberadaannya. Mereka tidak dipaksa untuk memeluk Islam apabila mereka menolak , bahkan pemerintahan Islam pada saat itu melindungi dan menjaga keamanan diri , harta dan keyakinannya. Hari ini kaum Koptik di Mesir hidup dan berkembang dengan aman . Dengan demikian , dalam hubungan umat Islam dengan umat beragama lain , al-Quran mengajarkan prinsip prinsip toleransi sebagai rujukan. Prinsip prinsip tersebut adalah : 1. Dilarang melakukan pemaksaan dalam beragama baik secara halus apalagi kasar. Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang berarti :

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah 2:256 )

16

2. Manusia berhak memilih , memeluk agama dan beribadah menurut keyakinannya, Hal ini berdasarkan firman Allah :

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang lalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.( QS.Al-Kahfi ,1829 ) 3. Tidak berguna memaksa seseorang agar menjadi seorang muslim ,

Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang menolak jalan lurus itu. ( QS Al-Insan , 76:3 )

17

4. Allah tidak melarang hidup bermasyarakat dengan orang yang tidak

sepaham atau tidak seagama , selama tidak memusuhi Islam,

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.( QS Al-Muntahanah, 60:8 ) 2.7 Konsep Memantapkan Ukhuwah Islamiyah Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah. Hakekat Ukhuwah Islamiyah: 1.Nikmat Allah (QS. 3: 103) 2. Perumpamaan tali tasbih (QS. 43: 67) 3. Merupakan arahan Rabbani (QS. 8: 63) 4. Merupakan cermin kekuatan iman (QS. 49: 10) Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah : Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam. Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada 18

waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan [orang tua-anak], perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi). Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah: 1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai 2. 3. Memohon didoakan bila berpisah Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa

4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim) 5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan 6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu 7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara) 8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya 9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya Buah Ukhuwah Islamiyah : 1. Merasakan lezatnya iman. 2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi). 3. Mendapatkan tempat khusus di syurga (15:45-48). Dalam memantapkan Ukhuwah Islamiyah berkaitan dengan perbedaan pemahaman dan pengamalan ajaran agama , para ulama menetapkan 3 konsep , yaitu : 1. Konsep tanawwu al ibadah ( keragaman cara beribadah ) Konsep ini mengakui adanya keragaman yang dipraktikan Nabi saw, dalam bidang pengamalan agama. Hal ini mengantarkan pada pengakuan akan kebenaran semua praktik keagamaan , selama merujuk kepada Rasulullah SAW. Keberagaman cara beribadah merupakan hasil terhadap perilaku Rasul dalam riwayat ( hadis ) . Interpretasi melahirkan perbedaan perbedaan . Dalam menghadapi perbedaan ini hendaknya disikapi dengan cara mencari rujukan lebih dekat pada maksud yang sebenarnya .Dalam menghadapi orang yang berbeda interpretasi , 19

hendaknya mengembangkan silaturahmi.

sikap hormat dan

toleransi melalui

2. Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun ( kesalahan dalam berijtihad mendapat ganjaran ) Konsep ini berarti , bahwa selama seseorang mengikuti pendapat ulama , ia tidak akan berdosa , bahkan tetap mendapat ganjaran , walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang dalam menentukan yang kebenaran dan kesalahan bukan manusia , melainkan Allah Swt dan akan diketahui di hari akhir. Sekalipun demikian,perlu pula diperhatikan bahwa yang mengemukakan ijtihad maupun orang yang diikuti pendapatnya, harus orang yang memiliki otoritas keilmuan yang disampaikan nya melalui ijtihad. Perbedaan-perbedaan dalam produk ijtihad adalah sesuatu yang wajar. Perbedaan yang ada hendaknya tidak mengorbankan ukhuwah Islamiyah yang terbina di atas landasan keimanan yang sama. 3. Konsep la hukma lillahi qabla ijtihad al mujtahid ( Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid ) Konsep ini dapat dipahami bahwa pada persoalan persoalan hukum yang belum ditetapkan secara pasti , baik dalam Al Quran maupun sunah rasul , Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu , umat Islam khususnya para mujtahid dituntut untuk menetapkan hukum melalui ijtihad . Hasil ijtihad merupakan hukum Allah bagi masing masing mujtahid , walaupun hasilnya berbeda beda. Dari ketiga konsep diatas dapat kita pahami bahwa ajaran Islam mentolelir adanya perbedaan perbedaan dalam pemahaman maupun pengamalan . Kemutlakan itu hanyalah Allah dan firmanNya. Intrepretasi terhadap firman Allah 20

bersifat relatif karena itu sangat dimungkinkan untuk terjadi perbedaan. Interpretasi sangat berkaitan dengan berbagai faktor , seperti lingkungan budaya, pengetahuan dan pengalaman interpretator dan lain sebagainya. Oleh karena itu , perbedaan tidak harus melahirkan pertentangan atau permusuhan . Perbedaan harus disikapi secara arif , sepanjang perbedaan itu berdasarkan argumentasi yang benar dan merujuk kepada sumber yang sama. 2.8 Tujuan dan Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa. Dalam ajaran Islam hubungan antar agama disubut dengan Ukhuwah Insaniyah yang dilandasi bahwa setiap umat manusia adalah makhluk Allah SWT. QS. Yunus; 19.

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-nya suatu umat, tetapi Allah Hendak menguji kamu terhadap pemberian-nya kepadamu Prinsip kebebasan itu menghindari pemaksaan suatu agama oleh otoritas manusia manapun, bahkan Rosul pun dilarang melakukannya. QS. Yunus; 99,

21

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu beriman semua orang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mera menjadi oarng-orang yang beriman semuanya? Dan Allah juga berfirman dalam surat Al-Baqarah; 256,

Tidak ada paksaan memasuki agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah Senada dengan makna ayat tersebut, dalam QS. Al-Kahfi; 29

Dan katakanlah: Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman dan barang siapa yang inin kafir biarlah ia kafir Perbedaan agama yang terjadi diantara umat manusia merupakan konsekuensi dari kekbebasan yang diberikan Allah, maka perbedaan agama ini tidak menjadi penghalang bagi manusia untuk saling berinteraksi social dan saling membantu, sepanjang masa dalam kawasan kemanusiaan. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk social yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, maka dari itu setiap individu baik sesama agama maupun agama lain harus menciptakan suatu kerukunan yang dilandasi dengan terwujudnya suatu kedamaian. Kebersamaan hidup antara orang Islam dengan Non-muslim telah dicontohkan oleh Rosulullah ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup di Madinah setelah hijrah. Rosulullah mengikat perjanjian penduduk madinah yang terdiri dari orang kafir dan muslim untuk saling membantu dan menjaga keamanan kota Madina dari gangguan musuh. Rosulullah juga perna menggadaikan baju besinya dengan gandum pada orang yahudi ketika umat Islam kekurangan pangan. 22

Adapun manfaat dari kerukunan umat beragama diantaranya adalah : Sebagai pemersatu suatu bangsa. Jika suatu agama dapat bersatu atau dapat mempersatukan individu dengan individu lain maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas negara.
Memperkuat suatu bangsa dan negara.

Jika setiap umat beragama bersatu dan sadar akan peranannya terhadap negara maka bangsa dan negara ini akan semakin kuat.
Menciptakan suatu perdamaian.

Jika setiap individu menanamkan sikap toleransi dan solidaritas terhadap suatu agama maka akan terwujud suatu kedamain dalam suatu wilayah atau negara. Solidaritas dalam suatu Hadis : Saya (Rosulullah SAW) dan pengayom, pelindung anak yatim di surge seperti dua ini, lalu Rosulullah SAW memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan tengah (HR : AtTirmidzi).
Mendorong masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam

pembangunan. Hal ini diharapkan agar setiap ajaran agama bisa turut serta dalam pembangunan bangsa dan negara. Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern agama, antar umat beragama, dan antar umat beragama dengan pemerintah disebabkan oleh :
1.

Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau misi. Kurang pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan pemeluk agama lain. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan menganggap rendah agama lain. Kaburnya batas sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat. 23

2.

3.

4.

5.

Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antar umat beragama dengan pemerintah. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat (Depag, 1980:38). Dalam pembinaan umat beragam, para pemimpin dan tokoh agama

6.

mempunyai peran yang besar, yaitu :


1.

Menerjemahkan nilai-nilai dan moral-moral agama dalam kehidupan masyarakat. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan kedalam bahasa yang dimengerti oleh rakyat. Memberi pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat Bergama untuk ikut serta dalam usaha pembangunan. (Tarmizi Taher, 1997:4)

2.

3.

4.

24

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kerukunan dalam kehidupan agama dapat tercipta apabila orang saling memegang sikap lapang dada dan saling menghargai satu sama lain tanpa membeda-bedakan agama. Mengingat manusia bukan sebagai mahluk individu melainkan sebagai mahluk sosial, sehingga keberadaannya pun saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam mewujudkan kerukunan dan kebersamaan dalam pluralitas agama, harus dilakukan proses dan dialog antar masyarakat. Dalam dialog tersebut seorang muslim harusnya menghindari mengklaim dirinya sebagai orang yang berada dalam pihak yang paling benar, tapi dengan menunjukkan bukti sehingga orang lain bisa melihat kenyataan akan kebenaran Islam. Dialog tersebut diisi dengan saling mengenal dan saling menimba ilmu pengetahuan. 3.2 Saran Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan kita.

25

DAFTAR PUSTAKA

Departeman Agama RI, 2001. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi umum. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Fanani Sunan. 2001. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruhan Tinggi. Sidoarjo: PT. AL-Martabah. Suryana, Toto, dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Tiga Mutiara. Wahyudin, dkk. 2004. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo http://galihdanary.wordpress.com/2010/12/02/kerukunan-antar-umat-beragama/ http://books.google.co.id/books? id=2Kvp4lYPpAC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=one page&q&f=false

26

You might also like