You are on page 1of 16

EPIGEAL DAN HIPOGEAL

Oleh Mustahib, S.Pd.Si.

Perkecambahan

Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Tipe perkecambahan ada dua macam, tipe itu sebagai berikut. a. Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal) Tipe ini terjadi, jika plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah (perhatikan Gambar 1.2) Contoh: perkecambahan kacang hijau (Vigna radiata)

b. Tipe perkecambahan di bawah tanah (Hipogeal) Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah (perhatikan Gambar 1.3) Contoh: perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum), Jagung (Zea mays)

Makanan untuk pertumbuhan embrio diperoleh daricadangan makanan karena belum terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam fotosintesis. Pada tumbuhan dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada tumbuhan monokotil diperoleh dari endosperm.

1. Cara Memilih Bibit Kentang yang baik? - Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. - Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, - umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas unggul - Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%). - Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25 derajat C. - Pilih umbi den - dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas. - umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja - bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam. - Bila bibit diusahakan dengan membeli, (usahakan bibit yang kita beli bersertifikat) - berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. - Penanaman dapat dilakukan tanpa dan dengan pembelahan - Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada - Sebelum tanam umbi yang dibelah harus direndam dulu di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit. Walaupun pembelahan menghemat bibit, tetapi bibit yang dibelah menghasilkan umbi yang lebih sedikit daripada yang tidak dibelah - Cara ini tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan waktu lebih lama. Bahan tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus ditanam di dalam pot. Pengambilan stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5 bulan dengan tinggi 25-30 cm. Stek disemaikan di persemaian. Apabila

bibit menggunakan hasil stek batang atau tunas daun, ambil dari tanaman yang sehat dan baik pertumbuhannya

Guna Pemupukan Pada Tanaman Bawang/kentang

Kentang - Kompos/pupuk organik disamping meningkatkan aktivitas microbiologis tanah juga sebagai Growth Promoting Factor bagi tanaman dan meningkatkan daya serap air, meningkatkan nilai tukar kation disebabkan kandungan humoidnya tinggi dan dapat memperbaiki struktur tanah dan potensinya sebagai penyimpan dan penyedia hara utama di dalam tanah - memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah, bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman - Hara makro : N, P, K, Ca, Mg, S dan dalam keadaan khusus hara Si (Untuk meningkatkan pengambilan P dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap disaster dan hama), oxygen, carbon, hidrogen. - Hara meso : Zn (Hara Zn saat kini bukan dalam kategori unsur mikro lagi) - Hara mikro : Mn, Fe, B, Cu, Mo, Co, Cl. - Tanaman kentang memerlukan banyak N karena dapat memacu perpanjangan sel dan pertumbuhan vegetatif, memperbesar jumlah umbi, dan memperlambat saat inisiasi (Krauss dan Marschner, 1982) - meningkatkan hasil dan kandungan protein umbi (Dubetz dan Bole, 1975). Berdasarkan hasil penelitian, Duaja (1995) mengemukakan bahwa untuk memperoleh hasil umbi kentang yang tinggi, diperlukan pupuk N antara 100 sampai 200 kg ha -1 - penggunaan pupuk N untuk merangsang pertunasan bibit, meningkatkan pertumbuhan batang daun dan ranting, meningkatkan pembentukan klorofil, pembentukan klorofil, meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap

unsur hara lainnya - Ditinjau dari segi efisiensi pemupukan N, ternyata kombinasi penggunaan Urea dan ZA masing-masing setengah dosis total N adalah terbaik dilihat dari produksi, mutu hasil umbi, dan serapan hara tanaman kentang pada tanah Andisols atau semacamnya (Suwandi dan Asandhi, 1986 - Pupuk makro bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan peningkatan produksi

Cara Pemupukan Pada Tanaman Bawang/kentang Kentang

Limbongan dan Monde (1999) menyata- kan bahwa pemberian pupuk organik 1,20t/ha menghasil kan umbi kering terbanyakyaitu 5,64 t/ha Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha atau kotoran sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam. Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan Urea dengan dosis 330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut:Pupuk kandang: saat tanam 15.000-20.000 kg.Pupuk anorganikUrea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah tanam 165/365 kg.

Panen dan Pasca Panen Kentang - Panen Umur panen kentang berbeda menurut jenisnya, tetapi umumnya dipanen saat berumur 3-4 bulan setelah tanam.Setelah panen, sebaiknya kentang dipungut seminggu setelah daun dan ujung batangnya kering. Bila belum kering, mutu umbinya akan rendah dan kulitnya akan lecet sehingga tidak bisa dijadikan bibit. Penggalian untuk memungut umbi harus berhati-hati jangan sampai umbinya terluka kena cangkul atau alat penggali lainnya. Umur panen kentang berbeda menurut jenisnya, tetapi umumnya dipanen saat berumur 3-4 bulan setelah tanam.Setelah panen, sebaiknya kentang dipungut seminggu setelah daun dan ujung batangnya kering. Bila belum kering, mutu umbinya akan rendah dan kulitnya akan lecet sehingga tidak bisa dijadikan bibit. Penggalian untuk memungut umbi harus berhati-hati jangan sampai umbinya terluka kena cangkul atau alat penggali lainnya

- Pasca Panen Menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam: a) Kecil: 50 gram kebawah. b) Sedang: 51-100 gram. c) Besar: 101-300 gram. d) Sangat besar: 301 gram ke atas.

Menurut jenis mutunya kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I dan mutu II. a) Keseragaman warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam. b) Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.

c) Kerataan permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan. d) Kadar kotor (bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%. e) Kentang cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%. f) Ketuaan kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.

Untuk mendapatkan hasil kentang yang sesuai dengan standar maka dilakukan pengujian Yang meliputi:

Penentuan keseragaman ukuran kentang Timbang seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap butir dalam cuplikan. Pisahkan butir-butir yang beratnya diatas/dibawah ukuran berat yang telah ditentukan dan timbanglah semuanya.Bila presentase berat butir yang diatas/dibawah ukuran berat masing-masing sama/kurang dari 5% maka contoh dianggap seragam.

Penentuan kerataan permukaan kentang Timbang seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang terdapat pada tiap butir dalam cuplikan.Pisahkan butir-butir cuplikan yang mempunyai benjolan lebih dari 1 cm sama/kurang dari 10% jumlah cuplikan maka cuplikan dianggap mempunyai permukaan rata.

Penentuan kadar kotoran Timbanglah sampai mendekati 0,1 gram sebanyak lebih kurang 500 gram cuplikan dalam wadah yang telah ditera sebelumnya dan tuanglah kedalalam sebuah bak kayu yang disediakan khusus untuk itu. Pilihlah kotoran-kotoran dan timbanglah berat masing-masing.

Penentuan cacat pada kentang segar Timbang seluruh cuplikan dan tentukan butir-butir kentang yang cacat. Pisahkan butir-butir yang cacat dan timbanglah semuanya.Bila presentase berat butir-butir yang cacat sama/kurang dari 50%, maka cuplikan dianggap Mutu I dan bila sama/kurang dari 10% maka cuplikan dianggap Mutu II.

Penentuan ketuaan pada kentang segar Timbanglah seluruh cuplikan dan tentukan butir contoh yang tua/cukup tua. Pisahkan butir yang tua/cukup tua dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir contoh yang kulitnya mengelupas beratnya lebih dari bagian permukaannya sama/kurang dari 5%, maka cuplikan dianggap tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka cuplikan dianggap cukup tua.

7. Pemotongan pada bibit tanaman Kentang Pemotongan 1/3 bagian - menumbuhkan sejumlah tunas yang sehat dari umbi bibit beberapa minggu sebelum ditanam sehingga diperoleh tanaman yang seragam. - Agar umbi dapat tumbuh secara merata - Untuk merangsang tumbuhnya tunas - Mempercepat tumbuhnya tanaman - Merangsang tumbuhnya umbi samping - Mendorong terbentuknya anakan Gambar pemotongan 1/3 dan 1/8 bagian

Gambar pemotongan dari Keseluruhan Umbi

8. Tanaman harus disimpan terlebih dahulu Kentang - Penyimpanan bertujuan untuk memecah masa dormansi. - Umbi yang telah habis masa istrahat akan keluar mata mata tunas yang ada di permukaan kulitnya Mematahkan Dormans Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah : 1. Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo), 2. Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature embryo), 3. Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis), 4. Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987 Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat diperpendek berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang. dikecambahkan secara in-vitro. Dormansi fisik dapat dipatahkan dengan cara mengisolasi embrio dari biji lalu mengecambahkannya, sedangkan dormansi fisiologis dapat dipecahkan dengan perlakuan kimia seperti penambahan giberellin (GA3) ke dalam media kultur.

TIPUS
Dormansi merupakan fase istirahat dari suatu organ tanaman yang mempunyai potensi untuk tumbuh aktif, karena mempunyai jaringan meristem. Pada fase ini pertumbuhan organ tersebut hanya terhenti sementara. Perhentian sementara ini hanya dinilai secara visual. Jadi mungkin saja pada organ tersebut masih berlangsung proses akumulasi senyawa senyawa tertentu. Dan pada pematahan dormansi dapat diganti oleh zat kimia seperti KNO3, thiorea dan asam giberalin. Pada kenyataannya, pada organ secara visual disebut dormansi, sesungguhnya masih berlangsung perubahan perubahan biokimia dan struktur mikroskopiknya ( Pandey and Sinha, 1992 ). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melakukan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo ( Anonimous, 2007a). Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis maupun chemis ( Anonimous, 2007b ). Beberapa jenis biji tanaman memerlukan masa istirahat sesudah panen. After ripening period ini menunjukkan adanya perubahan biokimia dan fisiologis dalam biji yang lambat sebelum tumbuh menjadi tanaman. Perubahan perubahan ini mungkin mencakup pembebasan hormone, absorpsi air, difusi oksigen ke dalam biji, difusi CO2 keluar dari biji, dan sebagainya ( Salisbury and Ross, 1995 ). Dormansi dapat dibedakan menjadi endodormansi, paradormansi, dan ekodormansi. Endodormansi adalah dormansi dimana reaksi awal yang menyebabkan pengendalian

pertumbuhan berasal dari sinyal endogen atau langsung lingkungan yan langsung diterima oleh organ itu sendiri. Paradormansi adalah dormansi dimana reaksi awal yang mengendalikan pertumbuhan berasal dari ( atau pertama diterima oleh ) organ selain organ yang mengalami dormansi. Sedangkan ekodormansi adalah dormansi yang disebabkan oleh satu atau lebih faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan metabolisme yang mengakibatkan terhentinya pertumbuhan ( Lakitan, 1996 ). Berdasarkan faktor penyebab dormansi dapat dibedakan menjadi ; Imposed dormancy yaitu terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan ( mendukung ) ; Imnate dormancy yaitu dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ organ biji itu sendiri ( Anonimous, 2007 a). Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji dapat dibedakan menjadi mekanisme fisik dan mekanisme fisiologis. Mekanisme fisik merupakan dormansi yang mekanisme penghambatnya disebabkan oleh organ biji itu sendiri. Mekanisme fisik ini terbagi menjadi ; mekanis yaitu embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik ; fisik yaitu penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable ; kimia yaitu bagian biji / buah mengandung zat kimia penghambat. Mekanisme fisiologis merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis ( Anonimous, 2007 a). Perkecambahan biji yang mengandung kulit biji yang tidak permeable dapat dirangsang dengan skarifikasi pengubahan kulit biji untuk membuatnya menjadi permeable terhadap gas gas dan air. Ini dapat tercapai dengan bermacam teknik, cara cara mekanik termasuk tindakan pengempelasan merupakan tindakan yang paling umum. Tindakan air panas 100 C efektif untuk benih honey locust . Beberapa benih dapat diskarifikasi dengan tindakan H2SO4 ( Harjadi, 2002 ). Biji yang membutuhkan suhu rendah dapat mengalami dormansi secara alami dengan cara : biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dan dengan pemberian aerasi dan imbibisi (Anonimous, 2007a ).

Dormansi dapat terjadi karena zat penghambat. Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses proses metabolik, yang masing masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh ; namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah ( Anonimous, 2007a ) Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan perlakuan ; pemarutan atau penggoresan ( skarifikasi ) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang disumbat dan secara periodik mengguncang guncangnya ; stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan penggunaan zat kimia. ( Kartasapoetra, 2003 )

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2007a. http :// elisa. ugm. ac. id/ files/ yeni wnv ratna/ 6 LAW; ASR/ III dormansi. Doc. 6 November 2007. 4 page. _________, 2007b. http :// elisa. ugm. ac. id/ files / yeni mw ratna/ II - kualitas % 20 dan % prod-peningk % 20 prod-malink, doc. 6 November 2007. 6 page. Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI - Press. Jakarta. Harjadi, Sri Setyadi. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Justice, Oren L. dan Bass, Louis N. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih ( Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum ). PT. Rineka Cipta. Jakarta. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Pandey, S. N and Sinha, B. K. 1992. Plant Physiology. Vikas Publishing House PVT LTD. India. Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Plant Physiology. CBS Publishers and Distributors. India. Suharto, Edi. 2004. Jurnal Akta Agrosio. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu. Sutedjo, M. M. 1992. Fisiologi Tanaman. PT. Bina Aksara. Jakarta Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

You might also like