You are on page 1of 7

TUGAS

Rezki Malinda/K11110119/KESMAS A

ANALISA GRAFIK

Semakin buruk. Kualitas lingkungan semakin buruk karena daya lenting lingkungan lebih kecil dari tingkat kerusakan. Di awal periode (tahun pertama) kualitas lingkungan berada pada level stabil (tetap), namun ketika memasuki periode ke-2 kualitas lingkungan menunjukkan tandatanda penurunan kualitas lingkungan seperti grafik disamping. Kejadian ini berlangsung secara terus-menerus tanpa adanya usaha penganggulangan hingga menjelang periode ke-5. Dalam hal ini, lingkungan sudah tidak mampu memulihkan kerusakan yang terjadi. Sebagai contoh, saya mengambil kasus lumpur Lapindo yang berlokasi di Sidoarjo. Lumpur lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran sejak pertengahan tahun 2006. Semburan lumpur panas ini menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan perindustrian di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Terhitung setelah 5 tahun peristiwa tersebut berlangsung, hingga saat ini belum ada solusi yang berhasil untuk menghentikan keluarnya semburan lumpur tersebut. Dampaknya pun terlihat pada masyarakat yang tinggal disekitar lokasi yaitu mengalami iritasi pada kulit berupa kulit memerah, melepuh, dan akibat jangka panjangnya dapat menyebabkan kanker, dan gangguan pernapasan akibat asap yang dikeluarkan semburan lumpur. Tidak hanya berdampak buruk pada manusia, melainkan berdampak buruk pula pada lingkungan disekitar lokasi pengeboran tersebut, tanaman disekitarnya kering, kondiri udara buruk, sanitasi disekitar wilayah tersebut terganggu dsb.
Rezki Malinda/K11110119/KESMAS A

Stabil. Presentasi kualitas daya lenting lingkungan dengan kerusakan lingkungan relatif sama. Dalam grafik ini menunjukkan adanya keterpaduan antara kualitas lingkungan hidup yang baik dengan yang buruk. Di awal periode, lingkungan dapat mempertahankan kualitasnya namun, saat memasuki periode ke-3 lingkungan menunjukkan tanda-tanda kerusakan meski kualitas lingkungan masih dapat memulihkan kerusakan yang terjadi akibat gangguan alam. Beradasarkan grafik diatas saya mengambil contoh gangguan alam yaitu angin putting beliung. Angin puting beliung adalah angin dengan kecepatan tinggi yang berhembus di suatu daerah yang dapat merusak berbagai benda yang ada di permukaan tanah. Angin yang sangat besar seperti badai, tornado dll. bisa menerbangkan benda-benda serta merobohkan pohon dan bangunan yang ada sehingga sangat berbahaya bagi manusia. Angin puting beliung ini dipicu oleh pemanasan lokal dan sirkulasi angin darat-laut. Ganggaun alam yang satu ini terjadi sangat singkat dan sering terjadi saat musim hujan. Indikasi terjadinya puting beliung ini ditandai dengan munculnya awan cumulus (awan berlapis-lapis). Dampak yang ditimbulkan akibat angin puting beliung dalam skala besar dapat meluluhlantakan suatu pemukiman, lahan pertanian dan persawahan hancur (tanaman tercabut hingga ke akar dan kondisi tanah/lahan buruk), pepohonan tumbang termasuk pohon yang berusia tua.

Rezki Malinda/K11110119/KESMAS A

Kualitas lingkungan baik karena daya lenting lingkungan lebih besar dari tingkat kerusakan yang terjadi. Berdasarkan grafik diatas (bentuk lengkungan setengan lingkaran dan memiliki waktu optimum). Memasuki periode ke-2 kualitas lingkungan hidup membaik dan terus meningkat seiring berjalannya waktu meski adapula tingkat kerusakan yang ditimbulkan, namun lingkungan tersebut dengan cepat dapat pulih ke kondisi semula. Memasuki periode ke3 daya lenting lingkungan memasuki tahapan optimum yaitu tahap dimana suatu lingkungan mencapai batas maksimum dalam memulihkan kerusakan lingkungan yang terjadi. Namun saat saat melewati periode ke-3 tepatnya memasuki periode ke-4 kemampuan lingkungan dalam memperbaiki kerusakan yang terjadi mulai berkurang (seperti pada grafik, lengkungan menunjukkan adanya penurunan). Dari grafk diatas saya mengambil contoh kasus gunung merapi non aktif. Gunung merapi non aktif adalah gunung yang puluhan tahun silam sudah mengalami letusan, sehingga materi-materi yang dikandungnya berupa debu, awan panas, asap, kerikil, batubatuan, lahar panas, lahar dingin dan magma telah dikeluarkan saat gunung tersebut meletus. Sisa-sisa materi letusan yang berupa lahar dapat menggemburkan tanah, hancuran bahan vulkanis mengandung unsur hara yang sangat baik bagi tanaman, serta hasil erupsi (pasir) dapat menjadi suatu penambangan pasir. Dengan demikian, meski awal terjadinya bencana letusan gunung ini berdampak buruk namun, beberapa tahun kemudian dampak positif dapat dirasakan masyarakat di sekitar area gunung merapi non aktif tersebut.
Rezki Malinda/K11110119/KESMAS A

PENGERTIAN QMS SISTEM MANAJEMEN KUALITAS Menurut Gaspersz (2001). System Manajemen Lingkungan (QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen system yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispsifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Sistem manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Terdapat beberapa karakteristik umum dari system manajemen kualitas, anatara lain sebagai berikut (Gaspersz, 2001, pp.10-11): System manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas dapat di definisikan melalui lima pendekatan utama, antara lain sebagai berikut: transcendent quality yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan; product based quality yaitu suatu atribut produk yang memenuho kualitas; user based quality yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk; manufacturing based quality yaitu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar; value based quality yaitu derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif. System manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. System manajemen kualitas berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. System manajemen kualitas mencakup elemen-elemen: tujuan (objectives), pelanggan (costumer), hasil-hasil (outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan (inputs) pemasok (suppliers), dan pengukurn untuk umpan balik dan umpan maju (measurement for feedback and feedforward).

Rezki Malinda/K11110119/KESMAS A

Sistem manajemen kualitas (QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyararan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa sistem manajemen kualitas mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Ada beberapa pendekatan untuk mendefenisikan kualitas (menurut Gravin, D. A. 1988), yaitu : 1. Transcendent (Quality as Excellence)

yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan di mana pendekatan ini bersifat subjektif yang digunakan sebagai pembeda antara produk atau jasa yang berkualitas baik dan buruk. Unsur excellence suatu benda menjadi parameternya, misalnya lukisan Monalisa merupakan benda yang berkualitas tinggi. 2. Product Based Quality

yaitu suatu atribut produk yang memenuhi kualitas yang artinya bahwa kualitas produk atau jasa diindikasikan oleh kehadiran Specific Features atau Attribute pada produk atau jasa tersebut dan dapat diukur, misalnya sarung jok mobil yang terbuat dari kulit dianggap lebih berkualitas tinggi dibandingkan terbuat dari kulit imitasi dari vinyl karena kualitasnya lebih tahan api. 3. User Based Quality

yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk yang dapat memuaskan penggunanya sehingga dapat dikatakan produk atau jasa tersebut berkualitas tinggi. 4. Manufacturing Based Quality

yaitu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar yang artinya bahwa produk atau jasa yang dibuat sesuai dengan spesifikasi desain sehingga dapat dikatakan produk atau jasa tersebut berkualitas tinggi.

Rezki Malinda/K11110119/KESMAS A

5.

Value Based Quality

yaitu derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif di mana kualitas suatu produk atau jasa diindikasikan oleh kerelaan pengguna atau pelanggan untuk membeli barang tersebut (willingness to buy).

Rezki Malinda/K11110119/KESMAS A

You might also like