Professional Documents
Culture Documents
Gambaran Umum i
Visi :
≈Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional
maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta
pencapaian inflasi yang rendah dan stabil∆
Misi :
≈Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan
kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk
pembangunan jangka panjang yang berkesinambungan∆
ii Gambaran Umum
Daftar Isi
Lampiran
iv Gambaran Umum
Daftar Tabel dan Grafik
Tabel Grafik
1.1 Indikator Utama Perbankan 3.1 Pertumbuhan DPK Per Komponen
3.2 Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy)
2.1 Jumlah Kantor Per Kelompok Bank 3.3 Perkembangan Aktiva Produktif
2.3 Pangsa Bank Milik Asing di Indonesia Berdasarkan 5.2 Prosentase Penanganan Kasus Tipibank
Total Aset
2.5 Perkembangan Jumlah dan Kantor Bank Syariah
2.6 Perkembangan Jumlah dan Jaringan Kantor BPR
2.7 Jumlah BPR Berdasarkan Total Aset
Gambaran Umum v
halaman ini sengaja dikosongkan
vi Gambaran Umum
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya
Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) tahun 2007 dapat diterbitkan. LPP ini merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas
Bank Indonesia kepada publik di bidang pengaturan dan pengawasan bank.
Patut disyukuri bahwa perbankan Indonesia menunjukkan perkembangan menggembirakan pada tahun 2007.
Indikator kinerja yang berhasil diperoleh antara lain pertumbuhan kredit yang melampaui target, peningkatan aset dan
profitabilitas yang cukup signifikan, serta tercapainya tingkat NPL dibawah batas 5%. Sementara itu, dalam rangka
mewujudkan transparansi di dunia perbankan, good corporate governance telah diimplementasikan melalui penyampaian
laporan self assesment pelaksanaan good corporate governance oleh setiap individu bank. Kami menyadari bahwa
transparansi merupakan aspek yang mutlak bagi setiap lembaga keuangan yang bekerja berdasarkan kepercayaan dari
masyarakat. Berbagai pencapaian positif tersebut kami pagari dengan pengaturan prudensial dan peningkatan fungsi
pengawasan.
Beratnya tantangan yang dihadapi perbankan terutama pada paruh kedua tahun 2007, akibat gejolak eksternal
yang dipicu krisis sub-prime mortgage di Amerika Serikat dan meningkatnya harga minyak dunia, mampu diatasi dengan
baik. Kemampuan perbankan dalam meredam berbagai gejolak di sektor keuangan menunjukkan cukup baiknya ketahanan
yang dimiliki. Kita patut menghargai keseriusan dan kerja keras perbankan dalam mengelola risiko dan menjaga kesehatan
bank dengan baik. Dengan semakin kokohnya fondasi perbankan kita boleh berharap lembaga ini tidak rentan terhadap
shock yang dapat terjadi di sektor keuangan, mengingat stabilitas sektor perbankan masih merupakan penyangga utama
bagi terpeliharanya stabilitas sistem keuangan nasional.
Ditengah pencapaian yang diperoleh tersebut, Bank Indonesia menyadari tantangan kedepan akan semakin berat.
Pasar keuangan Indonesia semakin terintegrasi dengan pasar keuangan global sehingga potensi risiko yang dapat
mengancam stabilitas keuangan semakin beragam. Sebagai respon atas perkembangan ini, industri perbankan dituntut
untuk semakin memperkuat permodalan dan meningkatkan kemampuan untuk melakukan penaksiran eksposure,
mengelola, serta memitigasi risiko dengan baik. Guna mewujudkan struktur perbankan yang kuat, Bank Indonesia secara
konsisten terus mendorong proses konsolidasi. Disamping itu, Bank Indonesia dituntut pula untuk mengambil berbagai
langkah kebijakan sebagai upaya untuk terus meningkatkan peran industri perbankan dalam mendorong perekonomian
dan pengembangan sektor riil. Akhir kata, semoga laporan ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi seluruh
masyarakat.
Muliaman D. Hadad
Bab 1
Gambaran Umum
Gambaran Umum 1
Laporan Pengawasan Perbankan
2 Gambaran Umum
Laporan Pengawasan Perbankan
Bab 1
Gambaran Umum
Meski sempat dicemaskan oleh adanya gejolak eksternal dari kenaikan harga minyak dan
krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, perekonomian Indonesia selama tahun 2007 tetap
dalam kondisi yang kondusif. Memanfaatkan iklim tersebut, kinerja perkreditan perbankan tumbuh
secara memuaskan dengan kondisi kesehatan dan profitabilitas yang tetap terjaga. Pencapaian
ini tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan Bank Indonesia yang umumnya bersifat relaksasi yang
terukur.
Industri perbankan Syariah juga terus berkembang dengan memuaskan. Dengan layanan yang
semakin meluas, industri Syariah saat ini mampu menjadi alternatif pembiayaan yang menjanjikan.
Demikian halnya industri perbankan mikro melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dengan dukungan
berbagai skim kebijakan yang memperbesar akses masyarakat pada kredit Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM), industri BPR semakin memantapkan diri menjadi ujung tombak peningkatan harkat hidup
masyarakat kecil melalui penyaluran kredit MKM.
Sejalan dengan pencapaian tersebut, Bank Indonesia terus menyempurnakan sistem
pengawasan, infrastruktur, peningkatan transparansi, tata kelola, perlindungan dan edukasi nasabah.
Selain itu, secara aktif Bank Indonesia juga terus mengambil langkah guna menselaraskan sistem
perbankan Indonesia dengan dunia Internasional dan berupaya menciptakan struktur perbankan
yang lebih kuat dan efisien.
Kinerja perbankan terus membaik. Selama tahun Peningkatan kinerja tersebut juga didukung oleh
2007, jumlah aktiva produktif perbankan meningkat perluasan jaringan layanan perbankan yang cukup
Rp235,8 triliun (15,2%) yang terutama bersumber dari ekspansif. Meskipun jumlah bank umum berkurang
kenaikan kredit Rp212,8 triliun (25,5%). Angka kenaikan sebanyak 2 bank dalam rangka merger terkait dengan
kredit ini melampaui target Rencana Bisnis Bank tahun pelaksanaan kebijakan konsolidasi perbankan, namun
2007 sebesar 22%, yang menunjukkan kondusifnya untuk lebih meningkatkan jangkauan pelayanan kepada
kondisi perekonomian. Kenaikan kredit tersebut terutama masyarakat, selama tahun 2007 jumlah kantor bank umum
bersumber dari kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar terus meningkat sebanyak 516 kantor, sehingga menjadi
Rp223,8 triliun (17,4%). Pada sisi profitabilitas, 9.626 kantor.
peningkatan kredit tersebut telah mendorong naiknya NII Ketahanan perbankan meningkat, didukung respons
dari Rp7,7 triliun/bulan menjadi Rp8,9 triliun/bulan kebijakan yang tepat dan fungsi pengawasan yang efektif.
sementara ROA naik dari 2,6% menjadi 2,8%. Namun Perbankan terbukti mampu mengatasi berbagai gejolak
sebagai dampak kenaikan kredit, CAR sedikit turun meski yang terjadi dalam perekonomian, seperti kenaikan harga
tetap pada level yang cukup tinggi yakni dari 20,5% minyak dan dampak penurunan nilai tukar, inflasi dan suku
menjadi 19,3%. bunga, serta dampak krisis sub-prime di AS. Keberhasilan
Gambaran Umum 3
Laporan Pengawasan Perbankan
ini tidak terlepas dari efektifitas manajemen risiko, sistem peningkatan pelaksanaan program Linkage, dan
pengawasan serta sistem perbankan Indonesia yang pembentukan skim penjaminan kredit, hingga saat ini telah
cukup konservatif. Di tengah kekhawatiran tersebut, NPL lebih dari 1.000 BPR yang menerima kredit dari sekitar 32
gross perbankan mengalami perbaikan dan untuk Bank Umum untuk disalurkan kepada UMKM dengan total
pertama kalinya sejak krisis berada di bawah angka 5%. plafon kredit sebesar Rp3,3 triliun. Perjanjian kerjasama
Rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan juga antara Bank Umum dengan Koperasi, dan dengan
terjaga pada level yang cukup tinggi, yaitu sebesar Kementrian Negara Koperasi dan UKM juga telah
19,3%. Stabilitas industri perbankan juga ditunjukkan ditandatangani dalam rangka penyaluran kredit antara 11
oleh data bahwa 94% perbankan berada pada level Bank Umum dengan 57 Koperasi dengan total plafon
Tingkat Kesehatan yang Baik dan Cukup Baik. Ini kredit Rp576 miliar. Terkait upaya pembentukan skim
membuktikan peningkatan efektifitas fungsi pengawasan penjaminan kredit, pada September 2007 telah
bank. ditandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) antara
Pembiayaan perbankan kepada Usaha Mikro Kecil Pemerintah Daerah di 19 Propinsi dengan BPD dan PT.
dan Menengah (UMKM) terus meningkat. Melalui Askrindo.
Tabel 1.1
Indikator Utama Perbankan (dalam triliun Rp)
(+/-) (%)
Indikator Utama Des - 01 Des - 02 Des - 03 Des - 04 Des - 05 Des - 06 Des - 07
Des»06 - Des»07
Total Aset (T Rp) 1.099,7 1.112,2 1.196,2 1.272,3 1.469,8 1.693,5 1.986,5 292,9 17,3
DPK (T Rp) 797,4 835,8 888,6 963,1 1.127,9 1.287,0 1.510,7 223,8 17,4
- Giro 184,9 196,2 218,0 345,7 281,4 338,0 405,5 67,5 20,0
- Tabungan 171,3 192,6 241,7 296,4 281,5 333,9 438,5 104,6 31,3
- Deposito 439,9 446,2 428,8 421,0 565,0 615,1 666,7 51,6 8,4
Aktiva Produktif (T Rp) 1,048,1 1.023,6 1.072,4 1.146,8 1.353,2 1.556,2 1,792,0 235,8 15,2
- Kredit (T Rp)* 358,6 410,3 477,2 595,1 730,2 832,9 1.045,7 212,8 25,5
- SBI (T Rp) 73,8 76,9 102,3 94,1 54,3 179,0 203,9 24,9 13,9
- FASBI (T Rp) 18,7 31,1 25,9 36,8 53,1 38,6 46,8 8,2 21,3
- SSB + Tagihan Lainnya 445,5 406,6 375,9 348,1 350,5 342,9 350,2 7,3 2,1
- Antar Bank Aktiva 149,4 124,6 112,2 103,5 159,1 156,8 139,8 (17,1) (10,9)
- Penyetoran 3,0 5,1 5,9 6,2 6,1 5,9 5,6 (0,3) (5,1)
NII (T Rp) 3,1 4,0 3,2 6,3 6,2 7,7 8,9 1,1 14,8
CAR (%) 20,5 22,5 19,4 19,4 19,5 20,5 19,3 (1,2)
Kredit/AP (%) 38,4 40,1 44,5 51,9 54,0 53,5 58,4 4,8
NPLs Gross (%) 12,1 8,1 8,2 5,8 8,3 7,0 4,6 (2,3)
NPLs net (%) 3,6 2,1 3,0 1,7 4,8 3,6 1,9 (1,7)
ROA (%) 1,4 1,9 2,5 3,5 2,6 2,6 2,8 0,1
NIM (NII/AP) (%) 0,3 0,4 0,3 0,6 0,5 0,5 0,5 (0,0)
BOPO (%) 98,9 94,8 88,8 76,7 87,7 86,4 78,8 (7,6)
LDR (%) 45,0 49,1 53,7 61,8 64,7 64,7 69,2 4,5
LDR (%) (Tkt. Kesehatan) 33,0 38,2 43,2 50,0 53,2 53,3 66,3 13,0
Aset Liquid/TA (%) 12,0 13,7 15,1 14,9 15,8 22,0 23,0 1,1
Jumlah Bank 145,0 141,0 138 133 131 130 128 (2)
Jumlah Kantor 6.765 7.001 7.730 7.939 8.236 9.110 9.626 516
* termasuk chanelling
4 Gambaran Umum
Laporan Pengawasan Perbankan
Selanjutnya, 20 pemerintah daerah baik pemerintah Upaya konsolidasi perbankan berjalan sesuai target.
propinsi, kabupaten maupun kotamadya di 19 propinsi Meskipun respon sebagian kalangan perbankan terhadap
tersebut, telah menyisihkan sejumlah dana untuk kebijakan konsolidasi perbankan masih terbatas pada
penjaminan kredit dengan total dana sebesar Rp47,4 miliar. upaya penambahan modal, baik dari para pemegang
Saat ini 7 daerah telah melakukan penjaminan terhadap saham maupun ekspektasi pertumbuhan dari hasil
Rp40 miliar kredit yang disalurkan oleh BPD. kegiatan usaha, namun pada tahun 2007 paling tidak telah
Peran dan kinerja perbankan syariah terus terdapat 6 bank yang telah mendapat persetujuan izin
meningkat. Dengan didukung oleh program akselerasi merger (diantaranya ada yang melalui proses akuisisi).
pengembangan perbankan syariah dan perluasan jaringan Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia berkeyakinan
kantor yang cukup ekspansif, perbankan syariah telah bahwa implementasi Merger, Konsolidasi, dan atau Akuisisi
berhasil meningkatkan pangsanya terhadap perbankan (MKA) untuk mencapai modal inti minimum adalah suatu
nasional dari 1,6% pada akhir 2006 menjadi 1,8% pada keniscayaan dalam mencapai strata bank sesuai API, yaitu
akhir 2007. Pencapaian tersebut didorong oleh terwujudnya bank-bank yang merupakan bank
pertumbuhan Pembiayaan yang Diberikan (PYD) yang lebih internasional/regional championship, bank nasional, dan
tinggi (36,7%) dari pertumbuhan DPK (35,5%) sehingga bank focus.
Financing to deposit ratio (FDR) mencapai 99,8%. Hal ini Meningkatkan transparansi perbankan melalui
mendorong meningkatnya profitabilitas, yang dicerminkan implementasi Good Corporate Governance (GCG). Pada
oleh Return on Asset (ROA) sebesar 1,8% atau lebih tinggi tahun 2007 untuk pertama kalinya seluruh bank diminta
dari tahun lalu sebelumnya sebesar 1,6%. untuk menyampaikan laporan pelaksanaan Good
Industri BPR menunjukkan kinerja yang positif, seiring Corporate Governance (GCG) yang berisi self assessment
konsolidasi BPR. Dalam tahun 2007, jumlah BPR berkurang pelaksanaan GCG serta aspek-aspek pelaksanaan GCG
sebanyak 64 BPR akibat merger, akuisisi dan konsolidasi, lainnya. Dengan informasi tersebut, diharapkan
serta pencabutan izin usaha 5 BPR yang bermasalah secara masyarakat dapat melakukan pengawasan melalui
struktural. Sementara, dengan tingkat permodalan yang mekanisme pasar. Masyarakat dapat mengetahui kinerja
terjaga pada level yang cukup tinggi yaitu sebesar 23,4%, bank serta pelaksanaan GCG bank sehingga membantu
total aset BPR tumbuh sebesar Rp4,7 triliun atau 20,4% masyarakat menentukan pilihan kepada bank mana
sehingga mencapai Rp27,7 triliun. Pertumbuhan tersebut mereka akan mempercayakan penyimpanan dan
terutama bersumber dari DPK yang tumbuh sebesar Rp2,9 pengelolaan dananya. Laporan GCG tersebut paling
triliun atau 18,7% sehingga mencapai Rp18,7 triliun. lambat disampaikan oleh bank 5 bulan setelah tahun buku
Sementara jumlah kredit yang diberikan tumbuh lebih berakhir, dengan demikian, mulai awal bulan Juni 2008
tinggi dari pertumbuhan DPK, yaitu sebesar Rp3,6 triliun masyarakat diharapkan telah dapat melihat laporan GCG
atau 21,2% sehingga mencapai Rp20,5 triliun. Tingginya bank pada website bank yang bersangkutan.
pertumbuhan kredit ini tidak terlepas dari pola kerja sama Persiapan implementasi Basel II terus diupayakan
BPR dengan bank umum melalui lingkage program yang sesuai road map. Strategic policy implementasi Basel II
telah menunjukkan hasil. Hal ini mendorong peningkatan adalah mengadopsi Basel II tahun 2008 dengan
profitabilitas BPR yang tercemin dari peningkatan ROA menggunakan pendekatan-pendekatan yang paling
sebesar 0,2% menjadi 2,4%. sederhana. Dalam rangka persiapan implementasi telah
Gambaran Umum 5
Laporan Pengawasan Perbankan
6 Gambaran Umum
Laporan Pengawasan Perbankan
Bab 2
Perkembangan Struktur
Perbankan
Bab 2
Perkembangan Struktur Perbankan
Struktur perbankan terus mengalami perubahan sejalan dengan iklim investasi industri perbankan
nasional yang terbuka. Dalam rangka menghadapi era globaliasi, kebijakan perbankan nasional
diarahkan pada terwujudnya struktur perbankan Indonesia yang sehat, kuat, dan efisien, sehingga
mampu berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Langkah penguatan struktur perbankan yang ditempuh melalui kebijakan konsolidasi, selain
ditujukan kepada aspek permodalan juga pada aspek kepemilikan guna mendukung sistem
pengawasan yang lebih efisien. Tahapan awal dari pemenuhan modal inti minimum telah tercapai
pada Desember 2007 dimana berdasarkan pemantauan, seluruh bank secara prinsip telah mampu
memenuhi persyaratan modal inti minimum sebesar Rp80 miliar.
Jumlah Bank
memiliki modal inti minimum sebesar Rp80 Milyar pada 25
20 12
tanggal 31 Desember 2007. Sanksi dari ketidak- 15
10
mampuan memenuhi persyaratan tersebut adalah 0
5
pengenaan pembatasan kegiatan usaha. Selanjutnya, 0
Des Des Juni Sept Nov Des
bank umum juga wajib memenuhi modal inti minimum 2005 2006 2007 2007 2007 2007
Bulan/Tahun
Rp100 miliar pada 31 Desember 2010 dengan sanksi Grafik Boks 2.1
Jumlah Bank dengan Modal Inti dibawah Rp. 80 Milyar
pengubahan izin usaha bank dari bank umum menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan pemantauan sampai dengan 31 Bank Indonesia saat ini sedang melakukan
Desember 2007, secara prinsip seluruh bank telah pemeriksaan untuk memverifikasi kebenaran jumlah
memenuhi modal inti minimum sebesar Rp80 Miliyar. modal inti tersebut. Pemeriksaan diperlukan karena
Dari sekitar 25 Bank yang dipantau pada Juni 2007, pemenuhan modal inti minimum beberapa bank
16 Bank diantaranya memenuhi persyaratan dengan dilakukan dengan cara akuisisi oleh pihak lain yang
tambahan setoran modal, 8 Bank diakuisisi pihak lain dalam periode laporan ini masih dalam tahap
dan 1 Bank memenuhi modal inti minimum melalui penyelesaian. Selain itu, pemilik bank yang melakukan
pertumbuhan laba. Disamping itu terdapat 2 Bank yang tambahan setoran modal inti kebanyakan
memenuhi modal inti minimum dengan melakukan melakukannya menjelang akhir Desember 2007
merger dengan 2 Bank Umum lain. sehingga diperlukan waktu untuk memastikan
kebenarannya.
Langkah konsolidasi perbankan juga dilakukan kepemilikan sahamnya kepada pihak lain, melakukan
dengan penataan struktur kepemilikan bank umum. merger dan atau konsolidasi atas bank-bank yang
Dalam rangka mendorong konsolidasi perbankan, dan dikendalikannya, atau membentuk Perusahaan Induk di
mendukung efektifitas pengawasan bank, khususnya Bidang Perbankan (Bank Holding Company) dengan cara
consolidated bank supervision, Bank Indonesia menata mendirikan badan hukum baru, atau menunjuk salah satu
kembali struktur kepemilikan bank umum, yang bank yang berada dalam pengendaliannya.
diberlakukan untuk kepemilikan saham bank umum oleh
Pemegang Saham Pengendali (PSP). Dalam hal ini, pihak-
pihak yang telah menjadi PSP pada lebih dari satu bank
umum, dapat memilih alternatif penyesuaian struktur
kepemilikannya, yaitu: mengalihkan sebagian atau seluruh
Salah satu prasyarat untuk mewujudkan struktur c. Membentuk Bank Holding Company.
perbankan Indonesia yang sehat dan kuat adalah Namun demikian, penerapan kebijakan
melalui konsolidasi perbankan. Langkah-langkah kepemilikan tunggal, termasuk kewajiban penyesuaian
konsolidasi perbankan dilakukan antara lain melalui struktur kepemilikan bagi pemegang saham pengendali
penataan kembali struktur kepemilikan pada yang telah mengendalikan lebih dari satu bank,
perbankan Indonesia, khususnya melalui penerapan memberikan pengecualian bagi kantor cabang bank
kebijakan kepemilikan tunggal (single presence policy). asing dan bank campuran, mengingat Indonesia terikat
Bank Indonesia melakukan penataan kembali struktur pada komitmen yang telah diberikan dalam perjanjian
kepemilikan perbankan melalui penerapan kebijakan putaran Uruguay pada forum World Trade Organization
kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia. untuk tetap menghargai kehadiran pihak asing dalam
Kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan bentuk kantor cabang bank asing dan bank campuran
Indonesia juga bertujuan untuk mendukung efektivitas (Joint Venture Bank). Pengecualian juga diberikan bagi
pengawasan bank melalui pengawasan Bank secara kepemilikan PSP pada 2 (dua) Bank yang melakukan
terkonsolidasi. kegiatan usaha dengan prinsip berbeda, yakni
Pokok kebijakan kepemilikan tunggal yang konvensional dan berdasarkan prinsip Syariah
dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/ kepemilikan PSP pada 2 (dua) bank yang salah satunya
PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan merupakan Bank Campuran; Bank Holding Company
Indonesia adalah bahwa setiap pihak hanya dapat yang dibentuk sesuai ketentuan PBI ini.
menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP) pada 1 Bank Holding Company (BHC) atau Perusahaan
(satu) Bank Umum di Indonesia. Untuk kewajiban Induk di Bidang Perbankan adalah badan hukum yang
penyesuaian srtuktur kepemilikan saham Bank dibentuk dan/atau dimiliki oleh Pemegang Saham
dimaksud, PSP dapat memilih beberapa alternatif, yang Pengendali untuk mengkonsolidasikan dan
dimaksudkan untuk mencapai tujuan kebijakan mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas bank-
kepemilikan tunggal, yaitu konsolidasi perbankan dan bank yang merupakan anak perusahaannya. BHC
peningkatan efektivitas pengawasan bank dengan mempunyai tugas untuk:
tetap memperhatikan kepentingan para PSP yang a. Menetapkan program kerja strategis BHC.
sudah menanamkan modalnya di perbankan Indonesia. b. Memberikan arah strategis untuk jangka waktu
Alternatif yang dapat dipilih oleh pihak-pihak paling sedikit 3 (tiga) tahun ke depan, dan
yang telah menjadi PSP pada lebih dari satu Bank adalah mengkonsolidasikan program kerja bank-bank
berikut. yang menjadi anak perusahaan.
a. Mengalihkan sebagian sahamnya kepada pihak c. Menyetujui program kerja strategis bank-bank
lain sehingga yang bersangkutan hanya menjadi yang menjadi anak perusahaan. Jangka waktu
PSP pada satu Bank; program kerja strategis tersebut paling sedikit 3
b. Melakukan merger/konsolidasi atas Bank-Bank (tiga) tahun ke depan.
yang dikendalikannya; atau
d. Mengawasi pelaksanaan program kerja strategis. pada saat mulai berlakunya ketentuan ini juga wajib
e. Mengkonsolidasikan laporan keuangan anak melakukan penyesuaian struktur kepemilikan
perusahaan dengan laporan keuangan BHC serta sahamnya pada Bank-bank yang dikendalikannya.
membuat laporan konsolidasi lainnya sesuai PBI. Pada saat ini bank-bank yang terkena kewajiban
Bank-bank diberi waktu untuk menyesuaikan untuk menyesuaikan struktur kepemilikannya telah
struktur kepemilikan sampai dengan akhir Desember menyampaikan rencana penyesuaian struktur
2010. Pada prinsipnya kebijakan kepemilikan tunggal kepemilikan yang akan diambil. Rencana tersebut
pada perbankan Indonesia diberlakukan untuk dituangkan dalam Rencana Bisnis Bank pada awal
kepemilikan saham Bank oleh Pemegang Saham tahun 2008. Mengingat kompleksitas per
Pengendali (PSP) yang diperoleh setelah berlakunya masalahannya, khusus untuk bank yang dimiliki oleh
ketentuan ini, Namun demikian untuk mendukung pemerintah RI, rencana penyesuaian struktur
tercapainya tujuan kebijakan tersebut, maka PSP Bank kepemilikan akan disampaikan pada pertengahan
yang telah mengendalikan lebih dari satu Bank Umum tahun 2008.
Tabel 2.1
Jumlah Kantor Per Kelompok Bank
Tabel 2.2
Perkembangan Jumlah Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan
Tabel 2.3
Pangsa Kepemilikan Bank di Indonesia - Desember 2006
Tabel 2.4
Pangsa Bank Milik Asing di Indonesia Berdasarkan Total Aset
Kelompok Bank 2005 2006 2007 Kelompok Bank 2005 2006 2007
Tabel 2.7
Jumlah BPR Berdasarkan Total Aset
Bab 3
Perkembangan Kinerja dan
Kesehatan Perbankan
Bab 3
Perkembangan Kinerja dan Kesehatan Perbankan
Kinerja dan kesehatan perbankan Indonesia selama 2007 secara umum membaik, meski sempat
mengalami tekanan dari kenaikan harga minyak dan krisis pasar keuangan dunia sebagai imbas
krisis subprime mortgage di AS. Sementara itu, penurunan BI Rate juga disikapi perbankan dengan
menurunkan suku bunga simpanan dan secara hati-hati menurunkan suku bunga kredit sehingga
memberi kontribusi positif terhadap peningkatan minat masyarakat dalam mengajukan kredit.
Dengan iklim perekonomian yang kondusif serta dukungan kebijakan perbankan yang
mendorong pertumbuhan kredit, selama tahun 2007 pertumbuhan kredit perbankan meningkat
melebihi perkiraan sebelumnya dan jauh lebih baik dari kondisi tahun 2006. Sejalan dengan itu,
permasalahan tingginya NPL telah dapat diatasi dengan restrukturisasi kredit terutama pada bank-
bank persero. Hal ini tercermin dari menurunnya NPL gross menjadi dibawah 5%.
deposit
kredit tersebut menyumbang 90% dari peningkatan aktiva
-9
produktif perbankan yang juga cukup tinggi, sebesar
Des 06 Feb Apr Jun Agst 07 Okt 07
Penurunan suku bunga ikut mendorong akselerasi 58,4% atau merupakan pangsa kredit terbesar paska krisis.
pertumbuhan kredit yang lebih cepat dari pertumbuhan Peningkatan pangsa kredit ini menyebabkan pangsa surat-
DPK
DPK. Akselerasi pertumbuhan kredit sebesar 25,5% yang surat berharga, maupun antar bank aktiva mengalami
lebih cepat dari pertumbuhan DPK sebesar 17,4%, penurunan. Sementara penempatan bank pada SBI/FASBI
utamanya disebabkan oleh turunnya suku bunga dalam pangsanya relatif tetap (14%), meskipun jumlahnya selama
Triliun Rp
Persen
35 1200 300
0 0 0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
kredit DPK
tumbuh 22,6%. Kredit kepada sektor Industri Pengolahan, 99,8%. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan DPK
dan jenis kredit investasi masing-masing tumbuh 11,7% sebesar 35,5% yang dialokasikan ke Pembiayaan Yang
dan 23,2% lebih tinggi dari tahun lalu, sedangkan kredit Disalurkan (PYD) yang tumbuh sebesar 36,7%.
valas meningkat cukup tinggi (36,8%) walaupun belum Pertumbuhan tersebut mendorong peningkatan pangsa
signifikan dalam mendorong ekspor. pembiayaan perbankan syariah terhadap total kredit
Kondisi likuiditas perbankan selama 2007 cukup perbankan nasional dari 2,6% menjadi 2,8%. Sementara
terkendali
terkendali. Rasio antara jumlah alat likuid dengan itu, NPF turun menjadi sebesar 4,05% dengan NPF (neto)
kewajiban jangka pendek, yang mencerminkan ketahanan sebesar 2,46%. Dalam kaitannya dengan pemenuhan
likuiditas bank, masih tinggi meskipun sempat turun, dan kecukupan modal (CAR) bank umum syariah, meskipun
per akhir 2007 mencapai 147,7%. Angka ini tidak jauh terjadi sedikit penurunan yaitu dari 13,0% pada tahun
berbeda dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya, 2006 menjadi 11,8%, namun masih di atas ketentuan
yaitu 147,3%. Selama 2007, baik alat likuid maupun minimal yang harus dijaga yaitu sebesar 8%.
kewajiban jangka pendek sama-sama mengalami Struktur pembiayaan masih didominasi oleh akad
peningkatan masing-masing 22,94% dan 19,16%. murabahah
murabahah. Walau sedikit turun dari 33,1% menjadi
1
Profitabilitas perbankan selama tahun 2007 31,1% namun akad murabahah masih mendominasi
meningkat, berkembang lebih baik dibanding tahun pembiayaan Syariah sebesar 59,2%. Sementara itu
sebelumnya
sebelumnya. Hal ini terutama didukung oleh peningkatan pembiayaan dengan akad musyarakah dan mudharabah
kredit yang lebih cepat dari kenaikan DPK, dan perbaikan tumbuh signifikan masing-masing sebesar 88,7% dan
NPL. Dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya (yoy), 37,3%, sehingga pangsa pembiayaan musyarakah menjadi
pendapatan bunga bersih (NII) perbankan rata-rata per 15,8% dan mudharabah menjadi 20,0%. Peningkatan
bulan naik signifikan dari Rp7,7 triliun menjadi Rp8,9 pembiayaan berbasis bagi hasil, khususnya akad
triliun. Sejalan dengan kenaikan NII tersebut, ROA juga musyarakah ini, didorong oleh pola pembiayaan perbankan
meningkat dari 2,6% menjadi 2,8% (yoy) karena kenaikan syariah yang melakukan kerjasama dengan lembaga
laba secara prosentase lebih tinggi dari kenaikan asset. keuangan mikro-kecil seperti BPRS, koperasi, dan baitul
Dengan kenaikan kredit yang mencapai 25,5% (yoy) maal wa tamwil (BMT).
tersebut, pangsa pendapatan bunga kredit juga meningkat Risiko pembiayaan syariah, terkendali. Sampai
dari 60,1% menjadi 64,7%, sedangkan pangsa dengan triwulan III tahun 2007, rasio non performing
pendapatan bunga dari SSB dan SBI turun. financing (NPF) yang sempat mengalami peningkatan
menjadi 6,26% dari 4,75% pada tahun 2006, secara
Perbankan Syariah bertahap berhasil diturunkan. Salah satu pola pembiayaan
Kinerja perbankan syariah membaik
membaik, semua indikator yang dinilai memiliki risiko rendah sehingga berkembang
meningkat
meningkat. Dalam periode laporan, total aset perbankan pesat dalam periode laporan adalah penyaluran
syariah meningkat Rp9,8 triliun (36,7%) sehingga pangsa pembiayaan melalui lembaga keuangan lainnya terutama
perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional koperasi. Sepanjang tahun 2007, jumlah rekening
naik dari 1,6% menjadi 1,8%. Fungsi intermediasi yang pembiayaan kepada koperasi meningkat 58% dengan
ditunjukkan oleh FDR meningkat dari 98,9% menjadi posisi pembiayaan mencapai Rp5,3 triliun. Di samping itu,
1 Data posisi Desember 2007, kecuali dinyatakan lain bank juga berupaya menurunkan konsentrasi risiko
pembiayaan dengan memperbesar jumlah nasabah biaya pencadangan (termasuk amortisasi) terhadap total
korporasi khususnya dari kelompok usaha kecil dan biaya operasional meningkat dari 30,4% pada 2006
menengah. Hal tersebut tercermin dari peningkatan jumlah menjadi 37,6%.
rekening korporasi tersebut yang mencapai 79,8% Peningkatan kehati-hatian dalam pengembangan
dibandingkan dengan nominal peningkatannya yang usaha
usaha. Sejalan dengan optimalisasi produktivitas, rasio
hanya 36,8%. permodalan bank umum syariah turun dari 13,0% pada
Peningkatan NPF terutama terjadi pada sektor 2006 menjadi 11,8%. Kondisi permodalan yang semakin
perdagangan dan konstruksi. Dari segi sektor ekonomi, mendekati batasan minimum tersebut akan terus disikapi
pembiayaan utama bank syariah adalah pada sektor dengan peningkatan kehati-hatian dalam pengembangan
perdagangan dan konstruksi, sehingga konsentrasi risiko usaha. Namun berbeda dari Bank Umum Syariah, Unit
yang dihadapi juga relatif tinggi. Dengan sistem Usaha Syariah masih memiliki cukup keleluasaan dalam
manajemen risiko yang masih pada taraf pembelajaran, melakukan ekspansi usaha. Dengan leverage yang masih
keputusan pembiayaan yang kurang berhati-hati relatif rendah (DPK hanya 2,6 kali modal) Unit Usaha
menyebabkan terjadi konsentrasi pada sektor-sektor yang Syariah sebenarnya dapat terus memperbesar volume
beresiko tinggi. Disamping itu, faktor semakin menariknya usahanya terutama dengan meningkatkan partisipasi
kredit bank seiring dengan penurunan suku bunga, pemilik dana.
diperkirakan memicu adanya nasabah yang meninggalkan Pertumbuhan DPK yang tinggi terutama dialami Unit-
ataupun mengalihkan pembiayaan dari bank syariah ke Unit Usaha Syariah bank konvensional melalui strategi
bank konvensional. office channeling
channeling. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Upaya meningkatkan produktivitas aset
aset. Upaya mencapai 35,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun
perbankan syariah meningkatkan produktivitas aset- 2006 (32,7%) sehingga pada tahun 2007 DPK yang
asetnya antara lain melalui pengurangan porsi aset dalam dihimpun menjadi sebesar Rp28 triliun. Pertumbuhan DPK
bentuk likuid yang diikuti dengan peningkatan yang tinggi terutama dialami Unit-Unit Usaha Syariah bank
pembiayaan. Pendapatan dari penyaluran dana, khususnya konvensional yang melalui strategi office channeling
dalam bentuk piutang murabahah tetap menjadi sumber berhasil mengangkat pertumbuhan DPK dari rata-rata
utama, namun perbankan syariah juga memperlihatkan 59,6% dalam 3 tahun terakhir menjadi 74,9% pada tahun
upaya diversifikasi pendapatan sebagaimana tercermin dari 2007. Perkembangan DPK perbankan syariah pada 2007
peningkatan porsi fee based income yang meningkat dari juga didorong oleh peningkatan jumlah nasabah. Perluasan
2,6% pada 2006 menjadi 3,6% pada periode laporan. jaringan pelayanan perbankan syariah berhasil menarik
Efisiensi operasional perbankan syariah meningkat
meningkat. nasabah baru dalam jumlah yang signifikan. Sepanjang
Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional 2007 terjadi peningkatan jumlah rekening sebanyak
perbankan Syariah turun dari 76,8% menjadi 75,0%. 853.377 yang berasal dari nasabah individu sebanyak
Namun perlu dicermati bahwa peningkatan efisiensi 97,7% dan nasabah korporasi 2,3%.
tersebut dibayangi kecenderungan peningkatan jumlah Instrumen pendanaan pada bank syariah cenderung
aset bermasalah sehingga menyebabkan peningkatan berjangka pendek. Selama periode laporan, terjadi
biaya cadangan kerugian yang harus dibentuk. Hal ini pergeseran preferensi penggunaan instrumen pendanaan
antara lain tampak pada unit usaha syariah dimana porsi pada bank syariah menjadi lebih berjangka pendek, antara
lain tercermin dari tabungan yang mencatat laju usahanya yang kecil sebagian dari UMKM menjadi kurang
pertumbuhan tertinggi dibandingkan deposito ataupun bankable. Meskipun demikian, berbagai upaya bersama
giro, yaitu sebesar 47,0% (yoy). Disamping itu, pada dilakukan untuk mendorong peningkatan pembiayaan
kelompok deposito, dominasi deposito berjangka waktu kepada UMKM. Salah satunya melalui upaya yang
sampai dengan 1 bulan meningkat dari 48,3% pada 2006 ditempuh oleh pemerintah dengan kebijakan pemberian
menjadi 62,9% pada periode laporan. Pergeseran tersebut penjaminan pembiayaan UMKM melalui PT. Asuransi
di satu sisi dapat menambah porsi bagi hasil bank, namun Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Sarana
di sisi lain meningkatkan risiko likuiditas bank, terlebih lagi Pengembangan Usaha.
pada perbankan syariah instrumen pembiayaan dengan Adapun upaya lain yang ditempuh perbankan adalah
maturitas yang singkat relatif terbatas. melalui linkage program. Program yang difasilitasi oleh
Tren penurunan suku bunga perbankan diikuti pula Bank Indonesia ini menggalang kerjasama di antara Bank
dengan penurunan tingkat bagi hasil perbankan syariah
syariah. Umum Konvensional, Bank Umum Syariah (Bank Syariah
Penurunan tingkat bagi hasil menyebabkan nilai investasi Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia) dengan BPR serta
pada instrumen berjangka panjang berkurang dan BPRS. Melalui linkage program ini, pembiayaan bank
mendorong pemilik dana beralih ke instrumen jangka umum kepada UMKM dapat dilakukan dengan lebih
pendek. Disamping itu pada periode laporan, kondisi efisien dan efektif dengan menempatkan BPR serta BPRS
bullish yang terjadi di pasar modal mendorong pemilik sebagai community banks / local banks yang lebih
dana untuk melakukan investasi termasuk dengan mengetahui karakteristik nasabah UMKM di
memindahkan dana yang semula ditempatkan di lingkungannya. Jaringan layanan BPR serta BPRS yang luas
perbankan, sehingga membuat persaingan penghimpunan juga memungkinkan pembiayaan dinikmati oleh
dana menjadi semakin ketat. masyarakat lapisan bawah.
Layanan perbankan syariah telah menjangkau lebih
Pembiayaan UMKM oleh Perbankan Syariah dari 78 kabupaten/kota di 33 propinsi
propinsi. Pengembangan
UMKM memiliki porsi terbesar dalam pembiayaan kapasitas layanan tersebut telah meningkatkan partisipasi
oleh bank syariah. Selama tahun 2007 total pembiayaan anggota masyarakat yang menjadi pengguna jasa
UMKM mencapai Rp 19,6 triliun, atau lebih tinggi perbankan sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan
dibandingkan total pembiayaan non UMKM senilai Rp 8,4 jumlah rekening nasabah pendanaan yang mencapai 2,8
triliun. Terbentuknya kondisi tersebut karena sektor UMKM juta rekening. Pembiayaan kepada kelompok usaha kecil
memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan sebaran dan menengah (UKM) juga tumbuh mencapai 31,6%
meliputi seluruh pelosok tanah air. (yoy), sehingga kelompok nasabah UKM memiliki pangsa
Dalam tahun 2007 laju pertumbuhan pembiayaan 70,02% dari keseluruhan pembiayaan yang disalurkan
sektor UMKM relatif stagnan
stagnan. Hal tersebut diperkirakan bank syariah.
terimbas oleh upaya pembenahan pembiayaan Industri perbankan syariah masih memiliki prospek
bermasalah, peningkatan kualitas manajemen risiko dan pengembangan yang luas. Belum seluruh segmen nasabah
kehatian-hatian dalam pengucuran pembiayaan termasuk dapat berkontribusi optimal, khususnya segmen nasabah
pembiayaan UMKM yang dilakukan oleh perbankan korporasi dan pemerintah termasuk BUMN. Oleh karena
syariah. Hal ini mengingat secara alamiah dengan skala itu dukungan segenap pihak khususnya dalam rangka
Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah sektor perdagangan dan industri. Komposisi pembiayaan
(MKM) tersebut relatif tidak mengalami perubahan sejak beberapa
Pertumbuhan kredit MKM mencapai Rp96.178,2 tahun terakhir. Sementara berdasarkan kelompok bank,
miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2006 sebesar kelompok bank swasta nasional devisa merupakan
Rp58.017,6 miliar. Pangsa kredit MKM terhadap total penyalur kredit MKM terbesar dengan pangsa 41,5%,
kredit perbankan turun dibandingkan tahun 2006 dari diikuti bank persero 33,7% dan BPD 12,9%.
52,9% menjadi 51,2%. Kredit MKM yang disalurkan turun. NPL gross kredit MKM pada
NPL kredit MKM turun
kepada kredit produktif mencapai 50% yakni untuk kredit tahun 2007 sebesar 3,68% lebih kecil dari NPL gross tahun
modal kerja dan kredit investasi dengan pangsa masing- 2006 sebesar 4,38%, NPL gross kredit MKM tahun 2007
masing sebesar 41,2% dan 8,8%. ini lebih rendah apabila dibandingkan NPL gross total kredit
Dilihat dari besarnya plafon, kredit mikro (sampai perbankan yang sebesar 4,64%.
dengan Rp50 juta) tetap memiliki pangsa terbesar
terbesar. Pangsa
kredit mikro mencapai 38,6%, diikuti kredit menengah PERKEMBANGAN TINGKAT KESEHATAN
31,8% dan kredit kecil 29,5%. Posisi ini relatif tidak Bank Umum
berubah jika dibandingkan periode tahun 2006. Sejalan dengan penerapan pengawasan berbasis risiko,
Berdasarkan sektor ekonomi kredit MKM, selama tahun Bank Indonesia secara triwulanan melakukan penilaian
laporan penyaluran kredit MKM paling besar adalah pada tingkat kesehatan yang meliputi permodalan (capital),
Tabel 3.3
Perkembangan Kredit MKM
Posisi ( Triliun Rupiah ) Pertumbuhan (%) Pangsa (%)
Indikator Utama
2005 2006 2007 2006 2007 2005 2006 2007
Jenis Penggunaan
Kredit Modal Kerja 151,5 180,9 216 19,4 19,4 40,9 42,3 41,2
Kredit Investasi 33,7 38,2 46,1 13,6 20,8 9,1 8,9 8,8
Kredit Konsumsi 184,8 208,9 262,1 13 25,5 50 48,8 50
Total 370 428 524,2 15,7 22,5 100 100 100
Sektor Ekonomi
Pertanian 13,5 15 17,5 10,5 16,5 3,7 3,5 3,3
Pertambangan 1 1,3 1,5 35 16,6 0,3 0,3 0,3
Perindustrian 32,7 36,9 38,1 12,8 3,3 8,8 8,6 7,3
Listrik, Air dan Gas 0,2 1,5 0,3 504,9 -80,7 0,1 0,3 0,1
Konstruksi 7,7 10,1 13,3 31,4 30,9 2,1 2,4 2,5
Perdagangan 93,8 114,3 142,6 21,9 24,8 25,3 26,7 27,2
Pengangkutan 6,5 6,6 7,2 1,9 9 1,8 1,5 1,4
Jasa Dunia Usaha 22,2 25,4 32,7 14,3 29 6 5,9 6,2
Jasa Sosial 5,3 6 6,7 13,8 10,9 1,4 1,4 1,3
Lain-lain 187 210,9 264,3 12,8 25,3 50,5 49,3 50,4
Total 370 428 524,2 15,7 22,5 100 100 100
kualitas asset (asset quality), manajemen (management), Berdasarkan hasil penilaian per Desember 2007,
rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity), dan sensitivitas peringkat kesehatan BPRS terjaga dengan jumlah bank
terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) . yang tergolong sangat baik mencapai 37.1% dan baik
Berdasarkan hasil penilaian per Desember 2007, sebagian 27.6%
besar bank yang tergolong Baik mencapai 61,4% dan
Tabel 3.6
Cukup Baik 32,3%. Selanjutnya terhadap bank-bank
Peringkat Kesehatan BPR Syariah Des 2007
dengan peringkat komposit Kurang Baik dan Tidak Baik,
Peringkat Kesehatan %
Bank Indonesia mewajibkan bank tersebut menyampaikan
PK 1 - Sangat Baik 37,1%
rencana tindak (action plan) yang memuat langkah-
PK 2 - Baik 27,6%
langkah perbaikan, dan melaksanakannya untuk PK 3 - Cukup Baik 15,2%
mengatasi permasalahan yang signifikan dengan target PK 4 - Kurang Baik 8,6%
PK 5 - Tidak Baik 11,4%
waktu penyelesaian tertentu.
Jumlah 100%
Tabel 3.4
Peringkat Kesehatan Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Peringkat Des»06 Des»07
Pelaksanaan fungsi pengawasan BPR dilakukan dengan
PK 1 - Sangat Baik 0,8% 0%
pola dedicated team . Hasil pengawasan BPR secara
PK 2 - Baik 56,7% 61,4%
PK 3 - Cukup Baik 35,4% 32,3% keseluruhan dituangkan dalam penilaian tingkat kesehatan
PK 4 - Kurang Baik 6,3% 6,3% yang meliputi permodalan (capital), kualitas asset (asset
PK 5 - Tidak Baik 0,8% 0%
quality), manajemen (management), rentabilitas (earning),
Jumlah 100% 100%
dan likuiditas (liquidity).
Kinerja BPR tercermin pada predikat tingkat
Bank Umum Syariah dan BPRS. kesehatan. Berdasarkan hasil penilaian per Desember
Dari hasil pengawasan pada tahun 2007, seluruh bank 2007, sebagian besar BPR (86,4%) memiliki predikat Sehat
umum syariah memiliki predikat tingkat kesehatan yang dan Cukup Sehat.
tergolong Baik.
Tabel 3.7
Peringkat Kesehatan BPR
Tabel 3.5
Peringkat Kesehatan Bank Umum Syariah Des 2007 Tingkat Kesehatan Des 06 Des 07
Bab 4
Kebijakan dan
Regulasi Perbankan
Bab 4
Kebijakan dan Regulasi Perbankan
Bank Indonesia di tahun 2007 menitikberatkan kebijakan dalam rangka terus memperkuat
industri perbankan , sekaligus meningkatkan fungsi intermediasi untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi serta pengembangan sektor riil. Upaya ini telah berhasil mendorong peningkatan peran
dan daya tahan industri perbankan yang semakin baik
Selain itu, Bank Indonesia terus melanjutkan dua inisiatif kebijakan strategis utama guna
memulihkan dan meningkatkan daya tahan tahan perbankan paska krisis yaitu, pertama, dalam
rangka mencegah krisis melalui implementasi program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) termasuk
persiapan implementasi Basel II, dan kedua, dalam rangka menyelesaikan krisis bila terjadi krisis
kembali melalui langkah koordinasi dengan Departemen Keuangan, dan instansi terkait lainnya
dalam payung besar Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) nasional.
sebagai pusat informasi, kajian dan database risiko, dibandingkan pemenuhan persyaratan yang
perekonomian/industri nasional, regional dan sektoral, bersifat secondary qualifications.
pada web-site Bank Indonesia, yang dapat 4. Menerbitkan peraturan untuk meningkatkan batas
dimanfaatkan untuk bantuan teknis penelitian, nilai aktiva produktif dalam penerapan uniform
termasuk advis profesionalnya oleh semua pihak, classification dari Rp500 juta menjadi Rp5 milyar dan
termasuk perbankan, UMKM, PEMDA, dan Pemerintah atau mencakup 50 debitur terbesar.
Pusat. Kegiatan ini disertai peningkatan fungsi dan 5. Menerbitkan peraturan untuk memperluas jenis
peran Kantor-Kantor Bank Indonesia di daerah. agunan yang dapat diperhitungkan sebagai
2. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah guna pengurang Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA),
mendukung kebijakan peningkatan peran bank-bank antara lain dengan memasukkan mesin dan resi
BUMN. gudang.
3. Penerbitan peraturan penyesuaian dalam rangka 6. Menerbitkan peraturan untuk menegaskan
memfasilitasi kelancaran peningkatan fungsi pelonggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit
intermediasi perbankan, dan penegasan beberapa (BMPK) sebesar 30% bukan hanya bagi BUMN yang
ketentuan yang terkait dengan Prinsip-Prinsip Kehati- bergerak di bidang infrastruktur, tetapi juga di
hatian Perbankan berbagai sektor pembangunan lainnya yang
4. Peningkatan linkage program secara lebih terfokus menyangkut hajat hidup orang banyak.
dengan meningkatkan dan memperluas peran BPR 7. Menerbitkan peraturan untuk menegaskan
untuk pemberdayaan masyarakat desa dan pengertian bahwa pihak terkait dalam BMPK untuk
mendukung penyelesaian berbagai distorsi mikro di pembiayaan bersama (joint financing) dari beberapa
pasar barang yang local-specific karena kurang perusahaan (termasuk bank) terhadap suatu proyek
luasnya partisipasi ekonomi di tingkat akar rumput yang sama. Dalam hal ini, joint financing tidak
(grass-roots). digolongkan sebagai pihak terkait, sepanjang tidak
Sementara itu, sesuai kebijakan jangka panjang yang ada hubungan pengendalian.
telah ditetapkan, Bank Indonesia terus mengupayakan 8. Menerbitkan peraturan untuk menegaskan bahwa
implementasi program API dan terwujudnya JPSK nasional. debitur bermasalah masih dimungkinkan menerima
kredit, sepanjang kredit bermasalah terjadi karena
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN alasan-alasan diluar kemampuan debitur, dengan
Sampai dengan akhir tahun 2007, Bank Indonesia telah tetap memperhatikan analisis yang komprehensif atas
melaksanakan langkah-langkah kebijakan dalam rangka kelayakannya.
meningkatkan tersebut di atas sebagai berikut. 9. Meningkatkan lingkage program Bank Umum dengan
1. Meluncurkan Data Informasi Bisnis (DIBI) BPR
2. Membentuk Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan 10. Menyelenggarakan bazaar intemediasi di berbagai
Ekonomi Daerah daerah
3. Menerbitkan perubahan peraturan Tata Cara Penilaian 11. Membangun kemitraan strategis yang lebih efektif
Kolektibilitas Kredit, menjadi lebih dititikberatkan dengan Pemerintah Daerah melalui peningkatan
pada kemampuan risk management dalam penilaian peran advisory Kantor-kantor Bank Indonesia.
berorientasi pada aspek bisnis.. Sampai GTZ ProFI, Perbarindo, Perbamida, Forum
dengan akhir Desember 2007, telah terjalin Komunikasi Pemegang Saham Pengendali (FK
linkage program antara 32 bank umum PSP) BPR, Bank Mandiri, Bank Nagari (BPD
dengan 1.381 BPR dengan plafon kredit Sumatera Barat) dan PNM dengan tugas : (1)
mencapai Rp3.652 miliar dan baki debet menyusun Pedoman (Prinsip-Prinsip Dasar)
Rp2.221 miliar. Pelaksanaan Lembaga Apex BPR, (2) melakukan
b) Pembentukan Fasilitas Jasa Bersama untuk BPR sosialisasi dan fasilitasi pembentukan Apex
(Lembaga Apex). regional di wilayah lain, dan (3) mempersiapkan
Pembentukan jasa bersama BPR melalui pembentukan Apex nasional, termasuk dalam hal
pembentukan Lembaga Apex (Lembaga ini menyusun proposal dan business plan lembaga
Pengayom BPR) dilakukan guna membantu BPR tersebut.
untuk beroperasi secara efisien sehingga Pada bulan Desember 2007 telah dilakukan
diharapkan dapat meningkatkan penyediaan sosialisasi Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan
kredit yang lebih murah kepada UMKM. Lembaga Apex BPR tersebut kepada pejabat/staf
Bank Indonesia telah memfasilitasi pembentukan seluruh KBI dan pengurus DPP dan DPD
Lembaga Apex. Sebagai hasil pilot project di 7 Perbarindo, yang dihadiri pula oleh bank umum
wilayah propinsi telah terbentuk 3 model yang terlibat, PNM dan GTZ ProFI. Dalam
Lembaga Apex di 5 wilayah. Model tersebut kesempatan tersebut berdasarkan penilaian
masing-masing adalah Lembaga Apex Bank kesesuaian antara Prinsip Dasar Pelaksanaan
Umum, Lembaga Apex BPR, dan Lembaga Apex Lembaga Apex dengan pelaksanaan Apex
BPR didukung PNM. Bank Umum sebagai regional di beberapa wilayah, telah ditetapkan
Lembaga Apex terbentuk di wilayah Sumatera 3 model lembaga Apex yang sejak 2006 telah
Barat (BPD Sumatera Barat) dan di Jawa Barat beroperasi dalam skala regional yang dinilai
(Bank Mandiri). Sementara BPR sebagai Lembaga memenuhi prinsip dasar tersebut, yaitu:
Apex terbentuk di DI Yogyakarta, dan BPR a. Bank Nagari (BPD Sumatera Barat) sebagai
didukung PNM terbentuk di wilayah Jawa Lembaga Apex BPR di wilayah Sumatera
Tengah dan Bali. Selanjutnya Bank Indonesia Barat
akan terus memfasilitasi pembentukan Lembaga b. PT. BPR Gunung Kawi sebagai Lembaga
Apex di propinsi lainnya. Apex BPR didukung oleh PNM di wilayah
Hingga tahun 2007, pembentukan Lembaga Jawa Tengah
Apex BPR diarahkan pada pemantauan terhadap c. PT. BPR Tata Anjung Sari sebagai Lembaga
Apex yang telah beroperasi secara regional di 7 Apex BPR didukung oleh PNM di wilayah
(tujuh) wilayah sebagaimana tersebut di atas dan Bali.
persiapan pembentukan Apex yang beroperasi Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam skala nasional. Terkait dengan hal tersebut, penetapan ketiga model tersebut sebagai
pada bulan September 2007 telah dibentuk dan lembaga Apex BPR adalah kesesuaian
ditetapkan Tim Kerja Apex yang terdiri dari DPBPR, pelaksanaan visi/misi dan tujuan pembentukan
Apex, fungsi Apex, pengaturan hak dan terus dilakukan melalui upaya yang bersifat
kewajiban lembaga dan anggota, serta memfasilitasi. Sehubungan dengan itu, telah
mekanisme operasional Apex seperti penetapan dilaksanakan langkah-langkah berupa : pemberian
jumlah setoran wajib anggota, suku bunga dana bantuan teknis, pengembangan kelembagaan,
setoran dan penempatan, jangka waktu penetapan kebijakan dan penyempurnaan peraturan
penempatan dana dan penyediaan fasilitas lain kredit perbankan, serta peningkatan kerjasama
di luar bantuan dana. dengan Pemerintah dan Lembaga terkait lainnya.
3. Peningkatan Akses Kredit dan Pembiayaan UMKM. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2007
Peningkatan akses kredit dan pembiayaan UMKM sebagaimana tertuang dalam Boks 4.1.
Dalam rangka memperkuat struktur perbankan ii) Sosialisasi penjaminan kredit dan fasilitasi
dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, kerjasama penjaminan kredit
kredit. Sosialisasi skim
antara lain diupayakan melalui peningkatan akses penjaminan kredit telah dilakukan di beberapa
kredit dan pembiayaan UMKM. Dengan berlakunya daerah antara lain Sumatera Utara, Riau, Sumatera
Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang- Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
undang No.3 Tahun 2004, peranan Bank Indonesia Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi
dalam meningkatkan UMKM lebih bersifat Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua dan
memfasilitasi, yaitu dalam bentuk : pemberian bantuan Jawa Barat. Selain itu, juga terus dilakukan
teknis, pengembangan kelembagaan, penetapan koordinasi dengan instansi terkait antara lain
kebijakan dan penyempurnaan pengaturan kredit Departemen Keuangan, Kementrian Koperasi,
perbankan, serta peningkatan kerjasama dengan Seswapres, Departemen dalam Negeri untuk
Pemerintah dan Lembaga terkait lainnya. mendorong implementasi penjaminan kredit.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pada Juli 2007 Bank Indonesia kembali
kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2007 memfasilitasi penandatanganan kerjasama
adalah sebagai berikut. penjaminan kredit tahap keempat antara PT.
i) Bantuan teknis pelatihan
pelatihan. Selama tahun 2007 Askrindo dengan 6 BPD, 1 BPR dan 6 Pemda
telah diberikan pelatihan kepada sekitar 2540 propinsi/kabupaten dari Sumatera Utara,
KKMB, sehingga dapat terealisasi kredit sekitar lampung, Jogjakarta dan Kalimantan Timur.
Rp247,5 miliar yang tersalur kepada 10.220 iii) Pengembangan kelembagaan. Dukungan
UMKM melalui 349 kantor bank. Sedangkan terhadap implementasi Inpres No.6 Tahun 2007
pelatihan kepada Bank diberikan kepada 2164 tentang Percepatan Pengembangan Sektor Riil
peserta dari 1472 kantor Bank Umum dan BPR. dan Pemberdayaan UMKM. Kegiatan dimaksud
anggota Satgasda KKMB; 2) Menambah materi Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat,
pelatihan KKMB sesuai kebutuhan masing-masing Sulawesi Utara, Maluku Utara, Aceh, Riau,
daerah; 3) Mendorong BPD dan BPR meng Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah
penyaluran kredit yang terkait dengan program- • Pola Pembiayaan Usaha/ Lending Model
peran lembaga penjaminan kredit UMKM melalui pola-pola pembiayaan usaha kecil yang
kepada PT Askrindo dan Perum Sarana Pen komoditi yang telah dibiayai bank yang
jaminan Usaha. Sebagai wujud implementasi, sebagian besar berfokus pada sektor kelautan
Desember 2007 telah dilakukan kerjasama vi) Penyelenggaraan ≈Klinik Perbankan Pro Koperasi
dengan 14 BPD/Bank Umum dan 23 Pemda dan UMKM∆. Kegiatan ini merupakan kerjasama
Tingkat Propinsi dan Kabupaten dengan nilai antara Bank Indonesia dengan INKOWAPI untuk
realisasi kredit sebesar Rp64 milyar. meningkatkan akses kredit kepada UMKM dan
iv) Penyebaran informasi sebagai upaya koperasi terutama pelaku usaha perempuan.
pengembangan UMKM di hampir seluruh wilayah Forum fasilitasi ini diikuti 10 bank umum, 2 LKNB
kerja KBI. Pemberian bantuan teknis juga dan pelaku koperasi serta UMKM dari berbagai
bentuk bazaar intermediasi, seminar, talk show vii) ≈Pilot Project Pengembangan UMKM∆ untuk
dan sosialisasi serta berbagai macam kegiatan mendorong akselerasi sektor riil. Kegiatan
• Penelitian tentang Perpu dan Perda dalam hubungan industri dari hulu sampai hilir
Pengembangan UMKM. Penelitian ini untuk yang berbasis komoditas unggulan. Kegiatan pilot
pengembangan UMKM. Hal Ini perlu untuk Klaster Opak (Ubi Kayu), di Serdang Bedagai -
mengurangi high cost economy bagi Sumatera Utara, (2) Klaster Emping Melinjo di
pengembangan usaha UMKM. Kegiatan ini Pandeglang - Banten, (3) Klaster Paprika, di
dilaksanakan di 5 propinsi yaitu Jatim, Jabar, Kabupaten Bandung, (4) Klaster Mebel Rotan, di
Sumatera Utara, NTB dan Banten. Sukoharjo - Jawa Tengah, (5) Klaster Alas Kaki, di
viii) Pelaksanaan Pilot Project KKPA Kelapa Sawit di dan sinergi pelaksanaan kegiatan antara Provinsi
Lampung. Sebagai tindak lanjut dari Pre-eliminary Banten dan Bank Indonesia dalam pengembangan
Research, sebagai upaya mencari solusi sektor riil untuk mendorong pertumbuhan
permasalahan pelaksanaan skim KKPA Kelapa ekonomi Provinsi Banten.
Sawit di Lampung, Bank Indonesia telah x) Pelaksanaan Kerjasama dengan Pemerintah
melaksanakan Pilot Project KKPA Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Lampung yang bertujuan untuk (1) Meminimalkan Pada tahun 2007 telah ditandatangani
konflik dan tindak kekerasan yang terjadi di proyek Kesepakatan Bersama antara BI dengan
KKPA Kelapa Sawit, Lampung (2) Mendorong Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam
komitmen para pihak untuk penyelesaian konflik, rangka pendirian Lembaga Pengembangan
(3) Upaya melembagakan mekanisme Pendamping UMKM (LP2UMKM), dan antara BI
penyelesaian konflik. dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
ix) Pelaksanaan kerja sama dengan Pemerintah dalam rangka pendirian Lembaga Pemberdayaan
Provinsi Banten. Pada Oktober 2007 telah UMKM (LPUMKM). Melalui pendirian kedua
ditandatangani Kesepakatan Antara Pemerintah lembaga tersebut diharapkan dapat memper
Provinsi Banten dengan Bank Indonesia tentang cepat, meningkatkan dan mendorong
Program Kerja Pengembangan dan Pemberdayaan profesionalisme pendamping UMKM sehingga
Sektor Riil Dalam Rangka Mendorong dapat mempercepat akses UMKM terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Banten. Tujuan layanan keuangan dari perbankan/lembaga
kesepakatan ini untuk menciptakan koordinasi keuangan dan sumber lainnya.
Pilar 2 Program Peningkatan Kualitas Pengaturan dan Universitas Andalas, pada tahun 2006. Sampai
Perbankan akhir 2007, keempat LRPD telah melaksanakan 16
Peningkatkan efektivitas pengaturan dan pemenuhan penelitian dengan topik perbankan syariah, BPR,
standar pengaturan yang mengacu kepada internasional UMKM, perlindungan nasabah, dan intermediasi
best practices, dilaksanakan melalui penyempurnaan perbankan. Selain itu, terdapat penelitian mengenai
penyusunan kebijakan perbankan, pemenuhan 25 Basel intermediasi perbankan yang dilaksanakan oleh
Core Principles for Effective Banking Supervision, dan InterCAFE-LPPM Bogor, dengan cakupan wilayah
persiapan implementasi Basel II secara bertahap dan penelitian di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
menyeluruh. Beberapa kegiatan terkait antara lain: 2 Pemenuhan 25 Basel Core Principles
1 Pendirian Lembaga Riset Perbankan Daerah. emenuhan 25 Basel Core Principles guna
Pemenuhan
Bank Indonesia telah mendirikan 4 Lembaga Riset mensejajarkan kualitas pengawasan Bank Indonesia
Perbankan Daerah (LRPD) bekerjasama dengan 4 dengan negara-negara lain
lain. Bank Indonesia telah
universitas daerah yaitu Universitas Brawijaya, menyelesaikan beberapa kali proses penilaian
Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanuddin terhadap seluruh kriteria yang terdapat dalam setiap
core principles (CP), dan terakhir dilakukan pada Indonesia telah menerbitkan PBI No. 9/13/PBI/2007
Oktober 2005. Dari hasil penilaian, tampak bahwa tanggal 1 November 2007 tentang Kewajiban
arah Bank Indonesia untuk memenuhi seluruh kriteria Pemenuhan Modal Minimum Bank Umum dengan
sudah tepat. Dibandingkan penilaian sebelumnya, Memperhitungkan Risiko Pasar.
kualitas pemenuhan Bank Indonesia sudah semakin 2. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah dalam
baik. Ini bisa dilihat dari rincian predikat pemenuhan pengaturan risiko kredit
kredit. Bank Indonesia terus
yang terdiri dari 10 CP (compliance), 13 CP (largelly melanjutkan peningkatan koordinasi dengan
compliance), 1 CP (materially non compliance), dan Pemerintah, antara lain terkait dengan penetapan
1 CP (non-compliance). Saat ini, Bank Indonesia BUMN yang dapat digolongkan sebagai public sector
mengagendakan ulang proses penilaian pemenuhan entities (PSE). Masih dalam lingkup risiko kredit, Bank
BCP sesuai dengan metodologi yang terbaru. Indonesia juga sudah menyelesaikan regulasi untuk
3. Persiapan Implementasi Basel II pengakuan ( recognition ) lembaga pemeringkat
Strategic policy implementasi Basel II adalah domestik yaitu PT.Pefindo, PT.Moody»s Indonesia dan
mengadopsi Basel II tahun 2008 dengan PT.Fitch Rating Indonesia dengan mengaplikasikan
menggunakan pendekatan-pendekatan yang paling sejumlah parameter yang merupakan rincian dari 6
sederhana
sederhana. Dalam rangka persiapan implementasi, kriteria kelayakan (eligibility criteria) menurut Basel
serangkaian program kerja sesuai road map telah II.
dilaksanakan yang meliputi Pilar 1 terkait kebutuhan 3. Pembahasan bersama dalam pengaturan risiko
modal minimum, Pilar 2 terkait proses review operasional. Beberapa isu yang relevan antara lain
pengawasan, dan Pilar 3 terkait disiplin pasar. Hal ini definisi pendapatan bruto (gross income), pos-pos
dimaksudkan untuk memberikan fondasi yang utuh laba/rugi yang diperhitungkan dalam pendapatan
bagi efektifitas penerapan pendekatan yang dipilih bruto, serta mekanisme perhitungan beban modal
dari seluruh pilar Basel II. Dalam proses aktualisasinya, sudah pula dibahas bersama di dalam Working
Bank Indonesia tetap menggunakan berbagai Group. Sementara, terkait dengan proses review
wahana yang dipandang efektif, diantaranya berupa pengawasan (pilar 2), sedang dalam proses
pelaksanaan diskusi yang intensif bersama Working penerjemahan 4 prinsip dalam konstalasi sistem
Group Basel II yang anggotanya berasal dari internal pengawasan bank yang berbasis risiko. Selanjutnya,
Bank Indonesia dan wakil dari perbankan, serta terkait disiplin pasar (pilar 3), Bank Indonesia telah
melibatkan pula asosiasi perbankan terkait dan mengadopsi International Accounting Standard (IAS)
institusi lain yang dipandang relevan, antara lain 32 dan IAS 39 berupa PSAK 50 dan PSAK 55 yang
lembaga pemeringkat. selanjutnya akan diikuti dengan penyusunan PSAK
Dalam tahun 2007 telah dilaksanakan langkah- 31 untuk perbankan. Lebih jauh, ekstensifikasi dan
langkah sebagai berikut. intensifikasi proses edukasi kepada publik, termasuk
1. Penerbitan peraturan dalam rangka persiapan didalamnya pelaksanaan berbagai seminar, workshop,
implementasi
implementasi. Untuk mempersiapkan pemanfaatan diskusi pakar, pemuatan artikel di media massa dan
model standar dan model internal bank dalam lain-lain, juga akan dilaksanakan.
menghitung beban modal risiko pasar (pilar 1), Bank
Pilar 3 Program Peningkatan Efektivitas Fungsi Pengawas juga dituntut melihat permasalahan bank
Pengawasan bukan hanya sebagai suatu single entity, namun juga
Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan dan melihat keterkaitan-keterkaitan yang ada dengan
pengaturan dengan mengacu pada standar internasional, kelompok usaha bank (consolidated supervision). Untuk
Bank Indonesia telah menyempurnakan bentuk organisasi mendukung itu, peningkatan kompetensi pengawas terus
pengawasan Bank Indonesia dengan menggabungkan dilakukan melalui program pendidikan yang
fungsi pengawasan dan pemeriksaan bank dalam satu berkelanjutan termasuk peningkatan kompetensi
direktorat (dedicated team). Bentuk organisasi ini akan pengawas spesialis. Dari seluruh pegawai di sektor
lebih mendukung sistem pengawasan berbasis risiko dan perbankan baik di Kantor Pusat maupun di Kantor Bank
consolidated supervision sebab tim pengawasan akan Indonesia, sebanyak 777 pegawai telah mengikuti
bertanggung jawab penuh atas seluruh fungsi pelatihan sertifikasi, dan sebanyak 614 pegawi telah
pengawasan. mengikuti 20 jenis pelatihan khusus.
Boks 4.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia Sektor Perbankan Bank Indonesia
yang diselenggarakan sendiri (in house training) Total Peserta Sertifikasi 777
Khusus
maupun yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
1. Valas 28
domestik dan internasional. Kerja sama dengan
2. PCPM 27 angkatan 1 & 2 78
lembaga internasional dalam rangka penyelenggaraan 3. ACL Gelombang 1 30
pelatihan bagi pegawai di sektor perbankan telah 4. Matematika dan Statistik 22
5. Mediasi 30
dilakukan antara lain dengan APEC Initiative Training
6. Trade Finance 21
Program, Financial Stability Institute (FSI); dan South 7. Financial Modelling 20
East Asian Central Banks (SEACEN). Di samping itu sejak 8. ACL Gelombang 2 31
9. Pelatihan BPR Gel 1 31
tahun 2007, telah dilaksanakan kerjasama dengan
10. IT Governance 4
FDIC-USA untuk mendidik para pengajar intern Bank
11. Pelatihan KYC Batch 1 24
Indonesia berupa Training for Trainers program guna 12. Pelatihan KYC Batch 2 29
meningkatkan kemampuan para pengajar intern 13. Pelatihan Syariah Gel 1 21
14. Pelatihan Reserse 27
tersebut.
15. Pelatihan Syariah Gel 2 38
16. Pelatihan IHT KBI Semarang 51
17. Pelatihan BPR Gel 2 23
18. Pelatihan CISA 33
19. Pelatihan BPR Gel 3 40
20. Pelatihan Eksekutif 33
Pelatihan sertifikasi mulai dari tingkat dasar Pilar 4 Program Penguatan Kualitas Manajemen
( foundation level ) sampai dengan tingkat lanjutan dan Operasional Perbankan
(advanced level), telah dilaksanakan sejak bulan Maret Bank Indonesia mengupayakan peningkatan kinerja
hingga Oktober 2005 bagi 777 pegawai, sedangkan untuk operasional perbankan melalui peningkatan kualitas
pelatihan khusus, telah dilaksanakan 20 jenis pelatihan manajemen risiko, kemampuan operasional manajemen,
khusus untuk 614 pegawai di sektor perbankan baik di dan standar good corporate governance (GCG).
Kantor Pusatmaupun di Kantor Bank Indonesia.
1. Sertifikasi bankir dibidang manajemen risiko yang ditetapkan dalam PBI sejak tahun 2006, namun
mengacu pada standar internasional. Sertifikasi ini implementasi penuh baru akan dilaksanakan awal
dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang independen 2008. Dalam kaitan ini, seluruh bank wajib
sebagai upaya untuk menjawab kuatnya arus melaporkan pelaksanaan serta self-assessment
globalisasi. Dengan akan diimplementasikannya Basel pelaksanaan GCG bank. Dengan GCG ini, diharapkan
II, dibutuhkan penguasaan yang setara oleh SDM terwujud social control dimana masyarakat dapat ikut
perbankan Indonesia dengan perbankan Internasional mengawasi bank. Dengan informasi mengenai
khususnya di bidang manajemen risiko. pelaksanaan GCG bank diharapkan masyarakat akan
2. Implementasi Good Corporate Governance (GCG), terbantu untuk menentukan pilihan serta
Bank Indonesia memberikan toleransi dan liniency mempercayakan penyimpanan dan pengelolaan
dalam tahap awal pelaksanaan ketentuan, mengingat dananya.
kondisi bank yang bervariasi. Ketentuan GCG telah
Boks 4.3 Peningkatan Kualitas Manajemen Risiko Perbankan dan Badan Sertifikasi
Manajemen Risiko
Kualitas manajemen risiko perbankan yang Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank
kurang memadai ditengarai sebagai salah satu Umum yang kemudian disempurnakan dengan PBI
penyebab terjadinya krisis perbankan pada tahun 1997/ No.8/9/PBI/2006 tanggal 29 Mei 2006. Ketentuan ini
1998 yang lalu. Dengan memperhatikan dampak yang mengatur kewajiban setiap pengurus dan pejabat bank
ditimbulkan dari pengelolaan risiko yang kurang pada level tertentu untuk memiliki Sertifikat
memadai serta mengingat aspek risiko akan selalu Manajemen Risiko yang sesuai dengan jenjang jabatan,
melekat dalam setiap kegiatan operasional perbankan, skala usaha dan kompleksitas bank. Mengingat skala
maka upaya peningkatan kualitas manajemen risiko usaha dan kompleksitas kegiatan usaha bank sangat
operasional perbankan menjadi salah satu fokus utama bervariasi, maka Sertifikat Manajemen Risiko dibagi
dalam penataan kembali sistem perbankan Indonesia. kedalam 5 (lima) tingkatan.
Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, upaya Untuk mendukung pelaksanaan sertifikasi
peningkatan kualitas manajemen risiko operasional tersebut, maka pada bulan Agustus 2005 telah
perbankan ini menjadi salah satu program pada Pilar dibentuk Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR)
IV bersama-sama dengan upaya untuk meningkatkan oleh Indonesian Risk Professionals Association (IRPA).
kualitas good corporate governance pada industri Dalam hal ini IRPA juga sekaligus mendaftarkan serta
perbankan Indonesia. mengajukan akreditasi BSMR kepada Badan Nasional
Dalam rangka memfasilitasi upaya peningkatan Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk dapat bertindak sebagai
kualitas manajemen risiko operasional perbankan lembaga sertifikasi profesi di bidang manajemen risiko.
diatas, Bank Indonesia telah menerbitkan PBI No.7/25/ Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PBI/2005 tanggal 3 Agustus 2005 tentang Sertifikasi dan Transmigasi No.KEP96A/MEN/VI/2004 tanggal 21
Juni 2004 tentang Pedoman Penyiapan dan Akreditasi dengan pengurus bank, BSMR juga menjalankan
Lembaga Sertifikasi Profesi yang menyatakan hanya ada Sertifikasi Manajemen Risiko Progam Eksekutif yang
satu lembaga sertifikasi profesi untuk setiap bidang khusus diikuti oleh Direksi dan Komisaris bank umum.
profesi, maka BSMR merupakan satu-satunya lembaga Untuk memberikan keyakinan bahwa pemegang
sertifikasi profesi yang diakui oleh BNSP untuk Sertifikat Manajemen Risiko senantiasa memiliki
menyelenggarakan Sertifikasi Manajemen Risiko. kompetensi dan keahlian yang memadai dalam bidang
Dalam pelaksanaan kegiatannya, BSMR manajemen risiko sejalan dengan perkembangan yang
mengadakan kerjasama dengan Global Association of ada di industri perbankan, maka setiap pemegang
Risk Professionals (GARP) sebagai lembaga yang Sertifikat Manajemen Risiko reguler maupun Sertifikat
kapabilitasnya dalam bidang manajemen risiko diakui Manajemen Risiko Program Eksekutif wajib mengikuti
secara internasional. Kerjasama tersebut selain program penyegaran dalam jangka waktu tertentu
dilakukan untuk menjamin kualitas pelaksanaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam PBI
Sertifikasi Manajemen Risiko di Indonesia, juga untuk No.7/25/PBI/2005 dan PBI No.8/9/PBI/2006.
memberikan nilai tambah bagi Sertifikat Manajemen Dengan adanya upaya Sertifikasi Manajemen
Risiko yang dikeluarkannya karena adanya pengakuan Risiko diatas, diharapkan pada tanggal 3 Agustus 2010
internasional atas sertifikat tersebut. seluruh pengurus dan pejabat bank yang wajib
Sejak dibentuknya BSMR sampai dengan akhir mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko sudah memiliki
tahun 2007, BSMR telah menyelenggarakan ujian Sertifikat Manajemen Risiko sesuai jenjang jabatan dan
Sertifikasi Manajemen Risiko tingkat 1 sampai dengan skala usaha serta kompleksitas bank. Dengan demikian,
3 yang diikuti oleh sekitar 30.000 pengurus dan pejabat peningkatan kualitas manajemen risiko dan good
bank. Selanjutnya untuk mengurangi kesenjangan corporate governance industri perbankan secara
pengetahuan dan pemahaman mengenai manajemen keseluruhan dapat merupakan keniscayaan.
risiko pada tingkat teknis operasional perbankan
Pilar 5 Program Pengembangan Infrastruktur sebagai informasi debitur. Dengan adanya BIK,
Perbankan diharapkan dapat memperpendek proses pemberian
Dalam rangka pengembangan infrastruktur, Bank kredit, menurunkan risiko kredit bermasalah, serta
Indonesia terus menyempurnakan Biro Informasi Kredit mengurangi ketergantungan terhadap agunan. Selain
(BIK) dan Sistem Informasi Debitur (SID), serta skim itu, adanya BIK diharapkan memicu perilaku positif
penjaminan kredit. debitur untuk lebih menepati pembayaran hutang
1. Pengembangan Biro Informasi Kredit. Diresmikan 29 sehingga memiliki credit history pribadi yang baik.
Juni 2006, BIK selaku pengelola Sistem Informasi a) Pengembangan infrastruktur BIK dilakukan
Debitur (SID) berfungsi sebagai lembaga yang mencakup sisi input, data base, output/produk,
menghimpun, menyimpan, mengolah data debitur pengetahuan petugas pengelola, sistem
dan pada akhirnya mendistribusikan data tersebut organisasi, regulasi dan etika.. Dari sisi input, pada
28 September 2007 telah diadakan Nota No. 9/14/PBI/2007 tentang SID tanggal 30
Kesepahaman antara BI dengan Bapepam LK November 2007 sebagai pengganti PBI No. 7/8/
untuk mengkaji perluasan input data SID dengan PBI/2005 tanggal 24 Januari 2005 guna laporan
memasukkan data pelanggan perusahaan public debitur yang Lengkap, Akurat, Kini, dan Utuh
utilities seperti penyelenggara jasa telepon, (LAKU) yang disertai sanksi membayar dan atau
listrik, dll ke dalam SID. Kemudian dilaksanakan teguran terhadap ketidakpatuhan bank dalam
sosialisasi BIK kepada Perusahaan Pembiayaan pelaporan SID.
yang dilakukan bersama dengan Bapepam LK √ f) Untuk meningkatkan public awareness layanan
Depkeu pada 12 Desember 2007. BIK, dibuka kesempatan bagi debitur
b) Peningkatan akurasi dan kelengkapan data, serta memperoleh informasi mengenai dirinya sendiri.
penggunaan matching logic dalam penelusuran Hal ini dapat dilakukan di Gerai Info Bank
informasi debitur
debitur. Untuk meningkatkan kualitas Indonesia, atau di lembaga penyedia dana
data, telah dilakukan data cleansing secara tempat debitur menerima fasilitas kredit.
bertahap dan pengembangan Alat Bantu
Pengendalian Data (ATULIDA) yang dapat Pilar 6 Program Peningkatan Perlindungan
mengurangi data kotor di SID. Untuk Nasabah.
meningkatkan kelengkapan data SID, telah Sebagai suatu industri yang bekerja atas dasar kepercayaan
dibentuk task force yang terdiri dari 16 bank masyarakat, penegakan law enforcement atas tindak
yang diharapkan dapat bekerjasama pidana yang dilakukan oleh pengurus bank, dan atau
meningkatkan kelengkapan data debiturnya. menggunakan bank sebagai sarana, perlu terus didoring
Impelementasi matching logic telah dilakukan disamping tentunya meningkatkan fungsi pengawasan
melalui pembahasan dengan calon konsultan. dan pembinaan. Dalam hal ini, Bank Indonesia telah
c) Pengembangan output berupa credit report dan menetapkan standar mekanisme pengaduan nasabah,
consumer report yang mampu menampilkan pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan
positive dan negative list dari debitur. Saat ini transparansi produk, dan edukasi masyarakat.
telah dimungkinkan untuk debitur dapat 1. Peningkatan transparansi informasi produk dan
memperoleh informasi atas namanya sendiri penggunaan data pribadi nasabah, mekanisme
yang dilaporkan oleh kreditur-nya (bank atau pengaduan nasabah, dan penyediaan alternatif
non-bank). Sejak akhir November 2007, SID telah penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank
bank.
mampu menampilkan record pembayaran Hal ini merupakan respons Bank Indonesia atas
debitur 24 terakhir. maraknya keluhan dan permasalahan nasabah dalam
d) Peningkatan kualitas SDM BIK dilakukan dengan pemanfaatan produk dan jasa perbankan. Meskipun
pelatihan maupun penambahan SDM. Pelatihan demikian, disadari bahwa akar permasalahan yang
bagi pengelola, juga pada petugas/ pelaksana sebenarnya adalah rendahnya tingkat pemahaman
di bank-bank Pelapor. masyarakat mengenai karakterisik produk dan jasa
e) Pengembangan regulasi dan Etika melalui perbankan, terutama yang terkait dengan risiko serta
penerbitan PBI tentang SID. Telah diterbitkan PBI biaya-biaya yang terdapat di dalamnya.
2. Bank Indonesia bersama-sama dengan industri Dalam periode tahun ketiga dalam tahapan II
perbankan telah membentuk Pokja Edukasi pengembangan (2005-2009). Dalam tahap ini, kebijakan
Perbankan pada tanggal 7 Mei 2007
2007. Pokja ini adalah difokuskan pada upaya penguatan struktur industri,
sarana koordinasi dan implementasi program edukasi peningkatan daya saing, efisiensi operasi, kecanggihan
pada industri perbankan, yang telah menghasilkan produk, dan kompetensi serta profesionalisme SDM
Cetak Biru Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan, perbankan syariah.
dengan materi pendukung gerakan edukasi berupa 1. Memperluas cakupan wilayah dan cakupan layanan
logo dan pemanfaatan website bank-bank anggota Office Channeling. Melalui PBI No.9/7/PBI/2007
Pokja. Untuk menegaskan kepedulian pada tanggal 4 Mei 2007 yang menyempurnakan PBI No.8/
pelaksanaannya anggota Pokja telah menan 3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006, telah dibuka
datangani komitmen bersama pada tanggal 14 Juni kesempatan bagi Office Channeling (OC) memberi
2007 sekaligus menandai peluncuran Cetak Biru layanan baik dari sisi pendanaan maupun
Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan dan Website pembiayaan. Penyempurnaan ketentuan tersebut
Edukasi Perbankan yang merupakan bagian dari telah berhasil meningkatkan outreach perbankan
website Bank Indonesia dan Pokja Edukasi Perbankan syariah menjadi lebih luas lagi. Sampai dengan akhir
disertai dengan dicanangkannya tahun 2008 sebagai Desember 2007 terjadi peningkatan jumlah bank
Tahun Edukasi Perbankan. yang memiliki OC dari 10 bank pada akhir tahun 2006
menjadi 17 bank. Sementara jumlah layanan OC
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERBANKAN meningkat sangat pesat dari 456 kantor menjadi
SYARIAH 1.195 kantor. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil
Mengacu pada Cetak Biru Pengembangan Perbankan dihimpun melalui OC meningkat dari Rp101,85 miliar
Syariah Indonesia, pengembangan perbankan syariah menjadi Rp692,59 miliar. Dari segi produktivitas,
difokuskan pada program akselerasi atas dasar 6 pilar terjadi peningkatan dari Rp223,36 juta per OC
yakni: a). Penguatan Kelembagaan Bank Syariah, b). menjadi Rp579,57 juta per OC.
Pengembangan Produk & Peningkatan Layanan Bank 2. Mempermudah proses pengembangan produk dan
Syariah, c). Intensifikasi Edukasi Publik & Aliansi Mitra jasa bank syariah melalui penerbitan buku standard/
Strategis, d). Peningkatan Peran Pemerintah dan kodifikasi produk perbankan syariah yang mencakup
Penguatan Kerangka Hukum Bank Syariah, e). Penguatan produk penghimpunan dana, penyaluran dana serta
SDM Bank Syariah, f). Penguatan Pengawasan Bank Syariah penyediaan jasa. Hal ini untuk membantu bank
Sasaran program akselerasi dimaksud selama tahun syariah mengembangkan produk serta meningkatkan
2007 dan 2008, adalah mendorong pertumbuhan dari sisi pemahaman masyarakat mengenai prinsip dan
supply dan demand secara seimbang; memperkuat struktur produk yang ditawarkan.
permodalan, manajemen dan SDM bank syariah; 3. Menyediakan informasi lengkap bagi investor tentang
mengoptimalkan peranan Pemerintah dan Bank Indonesia proses berinvestasi di sektor perbankan syariah di
sebagai penggerak pertumbuhan; melibatkan seluruh Indonesia melalui penerbitan Buku Panduan Investasi
stakeholder perbankan syariah untuk aktif sesuai di bank syariah. Buku ini memuat informasi mengenai
kompetensinya masing-masing. potensi dan mekanisme berinvestasi ke dalam sektor
industri perbankan syariah di Indonesia, yang meliputi cetak dan elektronik untuk menggerakkan
antara lain: entry policy pendirian Bank Umum masyarakat menggunakan bank syariah dirasa
Syariah, pembukaan kantor cabang dan kantor masih sangat kurang meskipun disadari bahwa
perwakilan bank asing, konversi Bank Umum jangkauannya lebih luas.
Konvensional menjadi Bank Umum Syariah; akuisisi 6. Memperkuat kompetensi SDM perbankan syariah
Bank Umum Konvensional untuk dikonversi, melalui berbagai pelatihan terhadap SDM bank
pembentukan Unit Usaha Syariah dan pembukaan syariah dan office channeling, bekerjasama dengan
Kantor Cabang Syariah di Bank Umum Konvensional, lembaga-lembaga pendidikan semisal LPPI maupun
serta kepemilikan Bank Umum Syariah melalui Dewan Syariah Nasional. Bank Indonesia telah
pembelian saham. menyusun sebuah textbook Ekonomi Islam bagi
4. Mengimplementasikan iB (ai-bi) sebagai penanda kalangan perguruan tinggi dan telah diterbitkan bagi
perbankan syariah Indonesia. Hal ini untuk umum pada bulan Januari 2008. Bank Indonesia juga
memudahkan masyarakat mengenali layanan bank terus menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai
syariah. Logo iB wajib dipasang pada setiap kantor perguruan tinggi, pusat-pusat kajian, lembaga riset,
bank konvensional yang memberikan layanan syariah penyediaan kesempatan kerja praktek, magang serta
(office channeling). Secara bertahap nantinya juga penelitian.
akan dipasang pada semua tampilan visual (kantor, 7. Melakukan kajian-kajian mendasar bagi pengem
loket, ATM, kartu, media komunikasi cetak/elektronik, bangan produk perbankan syariah
syariah. Bank Indonesia
dan lain lain) Bank Umum Syariah serta Unit Usaha bersama-sama dengan para ahli di bidang keuangan
Syariah. Pemasangan logo iB ini akan sangat syariah dan para ulama di Dewan Syariah Nasional
membantu meningkatkan awareness masyarakat terus melakukan kajian terhadap isu-isu yang dinilai
terhadap kehadiran bank syariah dan secara bersama- strategis dalam pengembangan produk keuangan
sama memperkuat brand image bank syariah sebagai syariah, semisal kajian gharar, maysir, sekuritisasi aset
sebuah industri jasa keuangan yang besar. serta produk-produk hedging dan derivatif. Kajian
5. Mengintensifkan edukasi publik, sosialisasi dan tentang profil kebutuhan sektor usaha menengah dan
promosi melalui kegiatan-kegiatan iklan maupun korporasi terhadap produk perbankan syariah juga
peristiwa. Kegiatan sosialisasi dan edukasi publik telah dilakukan dalam rangka memperluas pelayanan
diintensifkan melalui berbagai seminar, diskusi, bank syariah ke sektor ini.
workshop, pelatihan, executive overview bagi jajaran 8. Mendukung pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil
eksekutif Bank Umum Konvensional, training for (UMK) Syariah melalui replikasi model pembinaan
trainers (TOT), kuliah umum, talkshow dan road show UMK Syariah dalam kerangka linkage program di
ke stakeholders. Berbagai events semisal Expo dan wilayah Cilegon√Banten dan Jogjakarta. Replikasi ini
Pasar Rakyat digelar oleh Kantor Bank Indonesia di diawali dengan penguatan SDM bank syariah berupa
daerah-daerah (Medan, Jogjakarta, Surabaya), dan pelaksanaan training for trainers (TOT) bagi account
Bank Indonesia telah menggelar sebuah Festival officer bank syariah (BUS, UUS, BPRS) maupun
Ekonomi Syariah (FES) berskala nasional pada bulan Konsultan Keuangan Mitra Bank Syariah (KKMB).
Januari 2008. Namun demikian, pemanfaatan media Melalui pelatihan ini diharapkan SDM bank syariah
memiliki bekal kompetensi yang cukup untuk perizinan agar tepat waktu dan transparan, (b)
mengimplementasikan model pembinaan UMK yang Amandemen PBI No.8/19/PBI/2006 tentang KAP dan
telah dirumuskan dan diuji oleh Bank Indonesia PPAP BPR terkait dengan kendala pengikatan agunan
bekerjasama dengan praktisi pembina UKM dari pada lembaga Fiducia dan pengikatan agunan berupa
Laboratorium Manajemen Fakultas Ekonomi bukti kepemilikan tanah semacam surat girik (letter
Universitas Padjajaran sejak tahun 2006 lalu. C), (c) Penyesuaian ketentuan BMPK BPR, dan (d)
9. Mendorong pembiayaan UKM oleh perbankan Penyempurnaan ketentuan Laporan Rencana Kerja
syariah melalui BPRS, melalui pemberian kelonggaran dan Pelaksanaan Rencana Kerja BPR.
ketentuan untuk kriteria penilaian kualitas Selanjutnya dalam rangka menciptakan iklim yang
penempatan dalam rangka linkage program pada kondusif bagi perkembangan BPR yang berdaya saing
BPRS (Peraturan Bank Indonesia No.9/9/PBI/2007 tinggi, peningkatan kualitas pengaturan dilakukan
tentang Perubahan atas PBI No.82/21/PBI/2006 agar sejalan dengan perkembangan perbankan,
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang perekonomian, serta mengacu pada praktik-praktik
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip terbaik internasional. Terkait dengan hal tersebut,
Syariah). pengaturan BPR di masa mendatang akan
10. Secara aktif terus memberikan masukan bagi mempertimbangkan strata BPR atas dasar total aset
penyelesaian RUU Bank Syariah, RUU Surat Berharga dalam rangka pengawasan dan perluasan pelayanan
Syariah Negara serta RUU Pajak
Pajak, baik kepada Dewan kepada masyarakat.
Perwakilan Rakyat maupun Pemerintah. Bank 2. Peningkatan Efektivitas Pengawasan.
Indonesia secara konsisten akan terus mendukung Terwujudnya industri BPR yang sehat, kuat, produktif
upaya penyelesaian RUU tersebut, mengingat bahwa dan dipercaya tidak terlepas dari sistem pengawasan
tersedianya UU tersebut merupakan modal strategis yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Sistem
bagi pengembangan industri perbankan syariah dan pengawasan yang efektif diharapkan dapat
terbentuknya dual-banking system yang solid dalam mendeteksi penyimpangan dan pelanggaran sedini
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia. mungkin serta memastikan dipenuhinya ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
KEBIJAKAN DAN REGULASI BPR Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengawasan
Kebijakan pengaturan dan pengawasan BPR dimaksudkan dilakukan melalui implementasi Sistem Informasi
untuk mewujudkan industri BPR yang sehat, kuat, Manajemen Pengawasan BPR (SIMWAS BPR) dan
produktif, dan dipercaya untuk melayani UMKM dan pelaporan BPR secara on line. Melalui SIMWAS,
masyarakat setempat guna mendukung pertumbuhan pengawas BPR akan mampu mengoptimalkan
perekonomian daerah. Dalam hal ini strategi kegiatan analisis kondisi BPR, mempercepat perolehan
pengembangan BPR diarahkan pada langkah-langkah: informasi kondisi keuangan BPR (termasuk Tingkat
1. Penyempurnaan dan peningkatan kualitas Kesehatan BPR), meningkatkan keamanan dan
pengaturan BPR
BPR. Penyempurnaan pengaturan yang integrasi data serta informasi perbankan.
dilakukan mencakup (a) Pedoman Perizinan dalam Untuk meningkatkan kualitas pengawasan BPR, Bank
rangka meningkatkan percepatan pelayanan proses Indonesia telah menyusun Pedoman Teknik
Pengawasan Terfokus dan Pedoman Pelaksanaan untuk memperkuat permodalan dan manajemen BPR
Pengawasan BPR sebagai acuan standar bagi agar BPR memiliki permodalan yang kuat, jaringan
Pengawas BPR dalam melaksanakan fungsi kantor yang lebih terintegrasi, dan beroperasi secara
pengawasan dan memenuhi prinsip know your bank. efisien. Sejak tahun 2001 hingga Desember 2007,
Dengan mengacu pada kedua pedoman tersebut telah terjadi merger 457 BPR menjadi 50 BPR.
diharapkan pengawas BPR dapat mendeteksi secara Selain itu, dalam rangka peningkatan daya saing dan
dini ( early warning ) permasalahan BPR, jangkauan pelayanan BPR kepada UMKM dan
mengidentifikasi langkah-langkah untuk masyarakat setempat, maka kelembagaan industri
meminimalisir terjadinya pelanggaran dan BPR diperkuat dengan peningkatan permodalan BPR,
penyimpangan oleh BPR serta terdapat kesamaan penyebaran BPR di seluruh Indonesia, pembukaan
pandang dan sikap dalam menanggapi dan kantor cabang, serta kerjasama dengan lembaga
menangani setiap permasalahan yang dihadapi keuangan dan lembaga lain (linkage program).
sehingga menghasilkan equal treatment dalam 4. Peningkatan Kapasitas BPR
BPR, dengan mendorong
menyelesaikan setiap permasalahan BPR. implementasi Program Sertifikasi Profesional (CERTIF)
Bank Indonesia senantiasa pula meningkatkan bagi Direktur BPR, pemberian bantuan teknis bagi
kompetensi, memperluas pengetahuan dan SDM BPR setingkat manajer untuk meningkatkan
penyamaan persepsi pengawas BPR terhadap kompetensi teknis, dan penyelenggaraan Workshop
ketentuan dengan memberikan pelatihan sertifikasi Pembiayaan BPR ke Sektor Produktif seperti pertanian,
dan non sertifikasi khusus pengawas BPR yang TKI dan pendidikan.
dilakukan secara intensif serta melaksanakan Terkait dengan pelaksanaan program sertifikasi
knowledge sharing secara berkala. direktur BPR, hingga Desember 2007 jumlah direktur
Selain melalui pelatihan dan forum knowledge yang telah bersertifikat sebanyak 2.516 direktur BPR.
sharing, upaya peningkatan kompetensi teknis dan Namun demikian masih terdapat 83 BPR yang sama
penyamaan persepsi terhadap ketentuan antar sekali belum memiliki direktur bersertifikat karena BPR
pengawas BPR sekaligus pembahasan permasalahan tersebut dalam proses merger/akuisisi, tidak
BPR dilakukan pula melalui kegiatan Klinik Hukum mempunyai direktur atau tidak mempunyai
yang telah dilaksanakan sejak tahun 2006. Forum ini kemampuan keuangan untuk mengikutsertakan
akan terus dilanjutkan penyelenggaraannya pada direkturnya pada program sertifikasi. Untuk itu, Bank
tahun-tahun mendatang sebagai salah satu upaya Indonesia bekerja sama dengan LSP LKM Certif
mencegah dan mengantisipasi semakin banyaknya mengupayakan pelaksanaan sertifikasi untuk BPR-BPR
kasus fraud oleh pengelola BPR. tersebut.
3. Penguatan Kelembagaan BPR (institutional building), 5. Mendorong kualitas tata kelola (governance),
dengan melanjutkan kebijakan restrukturisasi industri manajemen dan operasional yang sehat dan
BPR melalui upaya penyehatan terhadap BPR profesional
bermasalah dengan penambahan modal disetor, BPR di masa mendatang diharapkan dikelola oleh
merger/konsolidasi ataupun akuisisi serta mendorong SDM yang memiliki kompetensi dan integritas yang
masuknya investor baru yang memiliki kemampuan tinggi serta menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, kualitas baik faktor internal maupun eksternal BPR
kompetensi SDM BPR perlu terus ditingkatkan sebagai dasar untuk menyusun rumusan
sehingga tercapai standar kualitas yang memadai ketentuan dan kebijakan yang dapat mendorong
dalam pengelolaan BPR. Pengelolaan BPR yang sehat terciptanya industri BPR yang sehat dan kuat
dan dijalankan secara profesional akan meningkatkan yang tercermin dari rendahnya rasio NPL.
kredibilitas BPR di mata masyarakat. b. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
6. Mewujudkan infrastruktur pendukung industri BPR terdapat 12 penyebab terjadinya NPL, yaitu
yang efektif kurangnya integritas pemilik, pengurus dan
Infrastruktur pendukung yang efektif diperlukan pegawai BPR berupa intervensi yang bersumber
untuk mendorong pengembangan industri BPR. pada tiga hal: ketidakjelasan prosedur,
Strategi ini mencakup upaya mewujudkan lembaga ketidakdisiplinan pencatatan dan kurangnya
pengayom, meningkatkan efektifitas lembaga perhatian dan pengawasan pemilik. Selain itu
sertifikasi profesi, serta meningkatkan kerjasama dan kurangnya kompetensi AO BPR dalam
koordinasi dengan berbagai instansi untuk menerapkan prosedur, penerapan 5C,
menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan pengawasan dan penanganan kredit bermasalah
BPR. serta administrasi kredit turut memicu tingginya
7. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan NPL.
nasabah 2. Penelitian Tingkat Efisiensi BPR
Strategi pengembangan ini dimaksudkan untuk a. Penelitian Tingkat Efisiensi BPR dilakukan dengan
mendorong BPR agar beroperasi dengan memper tujuan utama untuk mengidentifikasi dan
hatikan kepentingan masyarakat melalui pemberian mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
pelayanan dan informasi produk yang baik, sehingga penilaian tingkat efisiensi BPR, sehingga mampu
nasabah BPR memahami produk yang ditawarkan BPR memberikan rekomendasi bagi BPR dan Bank
dan terlindungi kepentingannya. Upaya yang Indonesia dalam rangka mengatasi ketidak
dilakukan meliputi pemantauan dan evaluasi efisienan yang terjadi dalam operasional BPR.
ketentuan tentang pengaduan nasabah, melakukan Melalui peningkatan efisiensi, diharapkan dapat
pemantauan dan evaluasi prdoman transparansi berimbas pada penurunan suku bunga yang
informasi produk serta menjalankan dan bekerjasama ditawarkan oleh BPR sehingga dapat
dengan lembaga terkait untuk melaksanakan meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik
program edukasi bagi masyarakat mengenai BPR. kepada UMKM.
b. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa
Perkembangan Penelitian Mengenai BPR 81,2% BPR memiliki nilai efisiensi lebih dari 0,8
1. Penelitian Non Performing Loan (NPL) BPR (cukup efisien) hingga 1 (sangat efisien). Biaya
a. Penelitian yang dilaksanakan bekerjasama penyisihan penghapusan aktiva produktif
dengan GTZ ProFI bertujuan untuk meng merupakan biaya terbesar yang memberikan
identifikasi faktor-faktor yang menyebab kan kontribusi terhadap inefisiensi BPR selain biaya
tingginya dan terus meningkatnya rasio NPL BPR tenaga kerja. Permasalahan SDM yang
memperlancar proses penyediaan dana bagi BPR penyelesaiannya oleh Bank Indonesia bersama dengan
dengan total aset sebesar Rp10 milyar atau lebih. otoritas lembaga terkait lainnya.
Dalam hal ini BPR dimaksud selama 6 (enam) bulan
berturut-turut diwajibkan menjadi pelapor dalam SID
tersebut.
c. Tata Cara Perizinan dan Pelaporan Bagi BPR dan BPRS
Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Pedagang
Valuta Asing. (PVA), yang mengatur lebih rinci
mengenai mekanisme permohonan persetujuan dari
BPR atau BPRS yang akan melakukan kegiatan usaha
sebagai PVA, termasuk mekanisme pelaporan dan
pelaksanaan sanksi kewajiban membayar, apabila BPR
atau BPRS melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan tersebut.
Bab 5
Pengawasan Perbankan
Pengawasan Perbankan 49
Laporan Pengawasan Perbankan
50 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
Bab 5
Pengawasan Perbankan
Semakin membaiknya kinerja dan ketahanan perbankan selama tahun 2007, tidak terlepas
dari upaya pembenahan dan penyempurnaan sistem pengawasan yang terus dilakukan Bank
Indonesia dengan mengacu pada praktek-praktek yang lajim diterapkan otoritas perbankan secara
internasional.
Sebagai bagian dari implementasi tersebut, tidak kalah penting adalah langkah untuk memantau
pelaksanaan setiap ketentuan sesuai norma yang berlaku dan upaya memastikan bahwa perbankan
dikelola oleh pengurus yang memiliki kemampuan dan integritas yang baik. Dengan dijalankannya
setiap langkah tersebut, sistem pengawasan dan sistem perbankan Indonesia akan dapat disejajarkan
di lingkup internasional.
Risiko bagi bank-bank. Sedangkan pengukuran profil risiko Rendah 12,6% 15,7%
Moderat 82,7% 79,5%
akan mengacu kepada standar metodologi dari BIS dan
Tinggi 4,7% 4,7%
praktek yang diterapkan secara internasional.
Jumlah 100,0% 100,0%
Dalam setiap periode pengawasan, Bank Indonesia
akan melakukan penilaian risiko, mengambil tindakan
pengawasan yang tepat, menggunakan perangkat
pengawasan, dan melakukan evaluasi formal.
Pengawasan Perbankan 51
Laporan Pengawasan Perbankan
Tabel 5.2
Governance yakni transparansi, akuntabilitas,
Risk Control System Bank Umum
pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran.
Peringkat Des»06 Des»07
Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas
Weak 13,4% 15,0% pelaksanaan good corporate governance, bank diwajibkan
Acceptable 81,9% 80,3%
secara berkala melakukan self assessment terhadap
Strong 4,7% 4,7%
Jumlah 100,0% 100,0%
kecukupan pelaksanaan good corporate governance dan
menyusun laporan pelaksanaannya, sehingga apabila
masih terdapat kekurangan-kekurangan maka dapat
Bank Indonesia menetapkan status pengawasan
segera dilakukan tindakan-tindakan korektif yang
bank. Dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang
diperlukan.
sehat, Bank Indonesia menetapkan langkah-langkah tindak
Selama tahun 2007, Bank Indonesia mulai
lanjut pengawasan terhadap bank yang dinilai memiliki
melakukan evaluasi atas pelaksanaan GCG dengan
potensi kesulitan dalam kegiatan usahanya, bank yang
melakukan pemeriksaan atas 11 Faktor Penilaian
mempunyai total aktiva yang cukup besar, bank yang dinilai
Pelaksanaan GCG yaitu (1) Pelaksanaan Tugas dan
mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
Tanggung Jawab Dewan Komisaris; (2) Pelaksanaan Tugas
usahannya, serta bank yang dinilai tidak dapat mengatasi
dan Tanggung Jawab Direksi; (3) Kelengkapan dan
permasalahannya. Sesuai dengan masing-masing kondisi
Pelaksanaan Tugas Komite; (4) Penanganan Benturan
bank tersebut di atas, Bank Indonesia menetapkan status
Kepentingan; (5) Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank; (6)
pengawasan berupa Bank Dalam Pengawasan Intensif
Penerapan Fungsi Audit Intern; (7) Penerapan Fungsi Audit
dan Bank Dalam Pengawasan Khusus.
Ekstern; (8) Fungsi Manajemen Risiko termasuk sistem
Pengendalian Intern; (9) Penyediaan Dana Kepada Pihak
Tabel 5.3
Status Pengawasan Bank Umum Terkait (related party) dan Debitur Besar (large exposures);
(10) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan,
Status Bank Des»06 Des»07
Laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan Internal; (11)
Normal 77,2% 77,2%
Intensif (Bank Besar) 10,2% 10,2%
Rencana Strategis Bank, dengan klasifikasi nilai peringkat
Intensif 12,6% 12,6% komposit 1 sampai 5 yaitu : sangat baik; baik; cukup baik;
SSU - -
kurang baik; dan tidak baik.
Total Bank 100,0% 100,0%
Adapun profil rating pelaksanaan GCG berdasarkan
hasil pemeriksaan awal terhadap seluruh bank umum
selama tahun 2007 menunjukkan predikat pelaksanaan
Implementasi GCG
GCG yang cukup baik, tercermin dari peringkat komposit
Bank telah cukup baik dalam melaksanakan GCG.
mayoritas bank yang tergolong cukup baik. Dengan
Untuk meningkatkan kinerja bank, melindungi
pembinaan yang berkesinambungan diharapkan pada
kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan
tahun 2008 semua bank telah melaksanakan ketentuan
terhadap peraturan dan nilai-nilai etika (code of conduct),
GCG sepenuhnya. Pada tahun 2008 seluruh bank
bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan
diwajibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan
berpedoman pada 5 prinsip dasar Good Corporate
GCG yang bersifat self-assessment. Dengan bentuk
52 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
transparansi demikian, diharapkan akan tercipta social Fit and Proper Test
control karena masyarakat dapat mengetahui kinerja serta Jumlah peserta fit and proper test meningkat
meningkat.
pelaksanaan GCG bank sehingga membantu mereka Sebagai kelanjutan dari program ketahanan perbankan
menentukan pilihan dalam mempercayakan penyimpanan dalam restrukturisasi perbankan yang dicanangkan sejak
dan pengelolaan dananya. tahun 1999 sekaligus mendukung terciptanya good
governance di industri perbankan, Bank Indonesia
Tabel 5.4 melakukan seleksi terhadap seluruh pemilik dan pengelola
Hasil Pemeriksaan Pelaksanaan GCG
bank. Seleksi tersebut dilaksanakan melalui proses fit and
Peringkat Des 07
proper test (new entry) bagi calon pemegang saham
PK < 1,5 ( Sangat Baik ) 2,6% pengendali, direksi dan komisaris bank, dengan tujuan
1,5 < PK < 2,5 ( Baik ) 38,8%
untuk memastikan industri perbankan dikelola dan
2,5 < PK < 3,5 ( Cukup Baik ) 49,1%
3,5 < PK < 4,5 ( Kurang Baik ) 5,2% dikendalikan oleh pihak-pihak yang memiliki integritas dan
4,5 < PK < 5 ( Tidak Baik ) 4,3% kompetensi yang tinggi, serta mencegah bank
Jumlah 100,0%
dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok
usaha tertentu.
Dalam pelaksanaannya proses jumlah fit and proper
Implementasi Know Your Customer/Anti Money
dari tahun ke tahun terus meningkat. Calon Pengurus dan
Laundering
Pemegang Saham Pengendali bank yang tercatat
Pelaksanaan Know Your Customer/Anti Money
mengikuti fit and proper test selama tahun 2007 sebanyak
Laundering (KYC/AML) cukup baik
baik. Penilaian penerapan
310 calon, terdiri dari 130 anggota Direksi, 26 Direktur
KYC dan UU TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang)
Kepatuhan, 122 Komisaris dan 32 Pemegang Saham
diperhitungkan dalam tingkat kesehatan bank umum
Pengendali. Dibandingkan posisi tahun 2006, jumlah
melalui faktor manajemen dengan cakupan meliputi:
tersebut meningkat sebanyak 91 orang atau 41%. Jumlah
pengawasan aktif oleh pengurus; kebijakan dan prosedur;
calon yang dinilai lulus dalam fit and proper test juga
pengendalian intern fungsi audit intern; sistem informasi
mengalami peningkatan sebesar 76 orang atau 43,7%.
manajemen; dan sumber daya manusia dan pelatihan.
Fakta ini mengindikasikan bahwa pemegang saham
Penilaian meliputi rating 1 sampai 5 yaitu: sangat baik;
pengendali baru bank semakin memiliki integritas dan
baik; cukup baik; kurang baik; dan tidak baik.
komitmen terhadap pengembangan bank yang sehat,
serta didukung kemampuan keuangan yang kuat. Di sisi
Tabel 5.5
Hasil Pemeriksaan Pelaksanaan KYC lain calon-calon pengurus bank juga dinilai memiliki
Peringkat Des 06 Des 07 integritas cukup dan kompetensi yang semakin meningkat.
PK 1 - ( Sangat Baik ) 1% 0%
Secara keseluruhan sejak tahun 1999 sampai dengan
PK 2 - ( Baik ) 13% 9,8% tahun 2007, telah dilakukan wawancara fit and proper
PK 3 - ( Cukup Baik ) 59% 74,5%
test terhadap sejumlah 2.405 calon pengurus dan
PK 4 - ( Kurang Baik ) 27% 15,7%
PK 5 - ( Tidak Baik ) 0% 0%
pemegang saham Bank, dengan hasil 2.017 orang
Jumlah 100% 100% dinyatakan lulus terdiri dari 1.176 Direksi, 746 Dewan
Pengawasan Perbankan 53
Laporan Pengawasan Perbankan
Tabel 5.6
Rekapitulasi Fit and Proper Test
Komisaris/Pengawas dan 95 pihak-pihak yang mewakili Bank Indonesia mengenai Pelaksanaan Pelaksanaan Good
Pemegang Saham Pengendali. Corporate Governance bagi Bank Umum.
Sementara itu data ketidaklulusan proses fit and
proper test berasal dari calon pengurus, yang pada Bank Dalam Likuidasi
umumnya disebabkan ketidaksesuaian aspek kompetensi Penyelesaian proses likuidasi BDL menunjukkan hasil
yang bersangkutan. Kompetensi calon antara lain dinilai yang positif. Pada tahun 2007, jumlah BDL yang berada
dari kualitas pengetahuan dan pengalaman operasional di bawah Pengawasan Bank Indonesia sebanyak 24 BDL
di bidang perbankan serta kesesuaian kompetensi calon yang terdiri dari 1 BDL yang dicabut izin usahanya tahun
dengan jabatan serta kompleksitas bank yang akan 1992, 14 BDL yang dicabut izin usahanya tahun 1997, 1
ditempati. BDL yang dicabut izin tahun 1999, 5 BDL yang dicabut
Menyadari bahwa aspek kompetensi merupakan izin usahanya tahun 2004/2005, dan 3 BDL yang dicabut
materi yang dapat dipelajari dan dikembangkan sejalan izinnya atas permintaan sendiri (self- liquidation).
dengan konsep long life learning, maka terhadap calon Proses penyelesaian likuidasi BDL selama tahun 2007
yang dinilai tidak lulus, masih dimungkinkan untuk menunjukkan hasil yang positif, yaitu:
dicalonkan kembali, setelah berbekal pengetahuan dan a) dari 14 BDL yang dicabut izin usahanya tahun 1997
pengalaman di bidang operasional perbankan yang cukup. yang penyelesaian proses likuidasinya dilakukan
Dengan demikian tujuan agar pada saatnya seluruh melalui penyerahan aset BDL kepada Pemerintah
perbankan hanya dimiliki dan dikelola oleh pihak-pihak sebagai faktor pengurang kewajiban BLBI masing-
yang berintegritas dan berkompeten, dapat terpenuhi. masing BDL kepada Pemerintah, terdapat 9 BDL yang
Sementara itu selama tahun 2007 terjadi telah menyerahkan aset kepada Pemerintah dan 4
peningkatan jumlah Komisaris Independen cukup BDL diantaranya telah menyelesaikan proses likuidasi
signifikan, sejalan dengan kewajiban bank memiliki dengan telah diterimanya pertanggungjawaban TL
Komisaris Independen minimal 50% dari jumlah komisaris dalam RUPS. Sedangkan 5 BDL lainnya sedang dalam
yang dimiliki, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan proses persiapan BAST.
54 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
Tabel 5.7
Progress Pengawasan BDL s/d tahun 2007
2006 2007
Peserta Lulus Jumlah
a b c d e a b c d e
Keterangan:
a. Dalam proses likuidasi
b. Koordinasi dengan Bank BUMN selaku PS dan atau kreditur
c. Persiapan BAST
d. Telah BAST
e. Proses likuidasi telah selesai
b) terdapat 1 BDL yang dicabut izin usahanya atas c) Proses penyelesaian likuidasi 2 BDL yang dicabut izin
permintaan sendiri (self liquidation) yang juga telah atas permintaan sendiri (self liquidation) dan 1 BDL
menyelesaikan proses likuidasi dengan telah yang dicabut izin tahun 1999, menghadapi kendala
diterimanya pertanggungjawaban TL dalam RUPS. berupa belum adanya persetujuan dari satu bank
Sedangkan perkembangan proses likuidasi untuk BUMN selaku ultimate share holder dan sekaligus
BDL lainnya selama tahun 2007 adalah sebagai berikut: kreditur, atas pertanggungjawaban akhir TL, yang
a) Proses penyelesaian likuidasi 1 BDL yang dicabut izin disebabkan oleh adanya kendala dalam pelaksanaan
usahanya tahun 1992 belum dapat diakhiri karena PP No. 33 tahun 2006 sebagaimana tersebut di atas.
Pelaksanaan likuidasi telah diserahkan pemegang Koordinator yang telah diperiksa sejumlah 13 atau sekitar
saham kepada 3 orang Tim Pengelola Aset (TPA). 21,43% dari institusi penyalur KLBI/TSL yang ada. Pemilihan
b) Proses penyelesaian likuidasi 5 BDL yang dicabut izin Bank yang diperiksa didasarkan pada besarnya baki debet
usaha pada tahun 2004/2005 masih dalam tahap dan variasi skim KLBI/TSL yang dikelola serta permasalahan
pencairan aset dan kewajiban. Sampai dengan yang ditemukan dari monitoring yang dilakukan oleh Biro
Desember 2007, jumlah hasil pencairan aset 5 BDL Kredit (BKr) BI. Pada tahun 2007, Bank Indonesia telah
tersebut sebesar Rp. 541.359 juta atau 15% dari total melakukan pemeriksaan pengelolaan KLBI dan TSL terhadap
aset berdasarkan nilai buku Neraca penutupan 5 bank penyalur. Secara kebetulan, bank-bank tersebut
Audited sebesar Rp. 3.655.872 juta. memiliki karakteristik yang sama yaitu sebagian besar KLBI
Pengawasan Perbankan 55
Laporan Pengawasan Perbankan
nya disalurkan untuk skim Kredit Kepada Koperasi Primer dimana Bank belum melaporkan adanya setoran angsuran
Untuk Anggotanya (KKPA) dengan porsi sekitar 50% dari dan pelunasan dari debitur KUT kepada BI. Atas
total KLBI/TSL yang dikelola. Skim lain yang juga diperiksa keterlambatan tersebut Bank akan dikenakan sanksi
antara lain Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Pemilikan berupa pengenaan bunga deposito. Hal lain terkait dengan
Rumah Sederhana/Rumah Sangat Sederhana (KPRS/RSS) masalah pelaporan, semenjak KUT jatuh tempo pada tahun
sebagaimana terdapat pada Grafik 5.1. Perbedaan kedua 2000 Bank tidak lagi menyampaikan laporan
skim tersebut adalah pada KKPA Bank bertindak sebagai perkembangan KUT yang isinya antara lain baki debet KUT
executing agent (menanggung risiko kredit). Sedangkan yang masih tersalur di debitur. Untuk temuan terkait
pada KUT, Bank hanya sebagai channeling agent (tidak persyaratan kredit, Bank tidak menjalankan kewajibannya
menanggung risiko kredit). untuk mengupayakan penagihan pengembalian KUT.
Temuan pemeriksaan skim KKPA dan KUT sebagian Untuk temuan dalam penatausahaan KUT, sebagian besar
besar diakibatkan oleh kelemahan Bank dalam: memenuhi tentang perbedaan data KUT di Kantor Cabang dan Kantor
persyaratan kredit, menatausahakan dokumen kredit dan Pusat Bank serta pengadministrasian imbalan (fee) KUT
menyampaikan laporan kepada BI. Temuan KKPA yang yang diberikan kepada Koperasi/LSM, Bank, PPL, Perum
bersifat material dan dapat mengakibatkan penarikan PKK dan Pemerintah.
fasilitas kredit oleh BI terutama terkait dengan upaya Permasalahan dalam pengelolaan KUT yang terkait
pemenuhan Bank terhadap persyaratan kredit, seperti dengan instansi lain adalah terdapatnya upaya penagihan
pemberian plafon kredit kepada tiap anggota koperasi KUT yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat.
yang tidak sesuai dengan ketentuan, realisasi proyek tidak Hal ini tidak diperkenankan karena seharusnya Bank
sesuai dengan rencana serta penerima kredit yang belum melakukan penagihan dan menyetorkan hasil penagihan
cukup umur atau bukan merupakan anggota koperasi. tersebut kepada BI. Permasalahan lain yang material dalam
Temuan KKPA terkait dengan penatausahaan dokumen pengelolaan skim ini terletak pada organisasi Bank, dimana
kredit antara lain belum dibuatnya akad penerusan kredit Bank tidak lagi memantau pelaksanaan penyelesaian KUT
antara Koperasi dengan anggotanya, adanya lahan yang oleh satuan kerja terkait. Atas permasalahan tersebut, Bank
belum disertifikasi, tidak adanya buku daftar anggota diminta untuk membuat action plan yang realisasinya harus
koperasi dan kesalahan lainnya yang terdapat dalam dilaporkan kepada BI setiap periode tertentu.
dokumen kredit. Sedangkan untuk temuan penyampaian
laporan ke BI, Bank tidak menyampaikan beberapa laporan
sebagaimana diatur dalam ketentuan yaitu Laporan
8,7% 7,6% KKPA
17,15% 1,1%
Keuangan Proyek, Laporan Penyelesaian Proyek, Laporan KUT
KPKM
Meski fungsi Bank pada sebagian besar penyaluran
28,24% KUAUBP
KUT hanya sebagai channeling agent namun beberapa 55,47%
56 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
Pengawasan Perbankan 57
Laporan Pengawasan Perbankan
BANK PERKREDITAN RAKYAT Dari hasil pengawasan, secara umum industri BPR
Terwujudnya industri BPR yang sehat, kuat, produktif dan menunjukkan perkembangan yang positif, namun masih
dipercaya tidak terlepas dari sistem pengawasan yang menghadapi beberapa kendala. Hal ini dikarenakan :
dilakukan oleh Bank Indonesia. Sistem pengawasan yang a) Kualitas SDM BPR belum memadai, baik di tingkat
efektif diharapkan dapat mendeteksi penyimpangan dan manajerial maupun teknis operasional, yang
pelanggaran sedini mungkin serta memastikan menyebabkan tingginya overhead cost dalam
dipenuhinya ketentuan-ketentuan yang berlaku. operasional BPR, analisis kredit yang kurang memadai
Pada tahun 2007, Bank Indonesia secara terus sehingga NPL BPR masih relatif tinggi, masih
menerus melakukan peningkatan efektivitas pengawasan ditemukannya kesalahan dalam pembukuan dan
BPR. Upaya yang dilakukan antara lain implementasi Sistem penyusunan laporan dan kurang berkembangnya
Informasi Manajemen Pengawasan BPR (SIMWAS BPR) inovasi produk BPR dalam rangka meningkatkan
secara nasional, dan pelaporan BPR secara on line serta pangsa pasar.
penyusunan strategi pemeriksaan berdasarkan potential b) BPR belum sepenuhnya menjalankan usaha
risk. Dengan penyampaian laporan keuangan bulanan BPR berdasarkan prinsip tata kelola (GCG) yang baik, yang
secara on line kepada Bank Indonesia yang selanjutnya didukung sistem dan prosedur yang memadai
dikonversi menjadi data input SIMWAS BPR diharapkan sehingga mengakibatkan lemahnya pengendalian
tersedia informasi tentang kondisi keuangan dan usaha terhadap pengelolaan usaha BPR dan inefisiensi.
BPR secara tepat waktu, akurat dan benar sehingga dapat c) Masih adanya campur tangan pemilik dalam
mendukung sistem pengawasan. Pengawas BPR akan operasional BPR yang merugikan BPR.
mampu mengoptimalkan kegiatan analisis terhadap Selama tahun 2007, Bank Indonesia telah melakukan
kondisi BPR, mempercepat perolehan informasi kondisi pemeriksaan kepada seluruh BPR. Pemeriksaan tersebut
keuangan BPR (termasuk Tingkat Kesehatan BPR), merupakan pemeriksaan umum yang rutin dilakukan
meningkatkan keamanan dan integrasi data serta informasi setahun sekali sedangkan pemeriksaan khusus tergantung
perbankan. permasalahan yang dihadapi masing-masing BPR. Dari hasil
Selain itu, Bank Indonesia senantiasa melakukan pemeriksaan masih terdapat praktek-praktek BPR yang
peningkatan kualitas pengawasan. Hal ini dilakukan tidak sehat, antara lain:
dengan melakukan sertifikasi kepada pengawas bank, a) Rekayasa pemberian kredit bank kepada pihak terkait
pelatihan non sertifikasi untuk meningkatkan pengetahuan maupun pihak tidak terkait untuk menghindari
dan keterampilan para pengawas dan pemeriksa BPR. pelanggaran BMPK.
Selain itu, telah disusun buku pedoman bagi seluruh b) Perselisihan intern baik antar pengurus maupun
pengawas BPR yang meliputi Pedoman Pengawasan BPR antara pengurus dan pemilik yang dapat
Terfokus, Kasus-kasus BPR, Pedoman Penilaian Studi mempengaruhi operasional bank.
Kelayakan Pendirian BPR dan Pedoman Pelaksanaan c) Pelaporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia
Pengawasan BPR sebagai acuan standar bagi Pengawas belum sepenuhnya akurat.
BPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan d) Kasus ≈bank dalam bank∆ untuk kepentingan
memenuhi prinsip KYC. pengurus dan atau pemilik BPR.
58 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
Kepada bank yang melakukan praktek perbankan penggantian pengurus dan atau pemilik yang terbukti
yang tidak sehat telah dilakukan pembinaan, dengan menyebabkan BPR yang bersangkutan menjadi
meminta bank melakukan tindak lanjut untuk mengatasi bermasalah. Penyimpangan yang berindikasi tindak pidana
permasalahan yang dihadapi dan atau pengenaan sanksi. diserahkan kepada DIMP untuk ditindaklanjuti.
Sebagian besar BPR yang bermasalah, termasuk yang Status BPR dalam pengawasan khusus relatif rendah.
dikategorikan dalam pengawasan khusus, 18 BPR yang berstatus dalam pengawasan khusus (DPK),
permasalahannya dapat diselesaikan dengan akuisisi dan diantaranya 5 BPR di Jawa Barat, 6 BPR di Jawa Tengah, 4
atau penambahan modal disetor oleh pemilik untuk BPR di Jawa Timur, 1 BPR di Bali dan 2 BPR di Sulawesi.
mencapai CAR minimum 4% dan Cash Ratio minimum Status BPR-BPR tersebut DPK, terutama disebabkan
3%. Sedangkan BPR yang tidak dapat diselamatkan, telah mismanagement sebanyak 12 BPR (67,7%), dan fraud
diserahkan kepada LPS ataupun dicabut izin usahanya. sebanyak 6 BPR (33,3%). Sejauh ini Bank Indonesia telah
Disamping itu Bank Indonesia memerintahkan melakukan pengawasan dan pemantauan secara aktif
Tabel 5.9
Perijinan BPR Tahun 2007
Jabodetabekten 5 1 11 3 2 2 7 1 2
Jawa Barat - 2 2 1 - 1 8 1 2
DI Yogyakarta - - 9 2 1 - 3 1 1
Jawa Tengah 1 1 81 12 8 1 8 2 1
Jawa Timur - 2 - - 2 - - - -
Bali - - - - - - - - -
Nusa Tenggara 3 2 - - 2 2 - - -
Sulawesi 2 2 - - 5 2 - - -
Sumatera 14 12 2 1 20 5 12 1 -
Kalimantan 1 3 - - 6 1 - - -
Papua dan Maluku 1 - - - 1 - - - -
Jumlah 27 25 105 19 47 14 38 6 5
Pengawasan Perbankan 59
Laporan Pengawasan Perbankan
Secara umum, kondisi BPR masih menghadapi Pengendali (PSP) bank. Proses fit and proper test terhadap
berbagai kendala dalam pelayanan kepada UMKM. calon Pengurus dan PSP terdiri dari penelitian administratif
Kendala-kendala tersebut antara lain: dan wawancara.
a. Struktur pendanaan BPR yang belum didukung oleh Sepanjang tahun 2007, telah dilakukan fit and proper
permodalan yang kuat serta keterbatasan dalam test terhadap 1.372 peserta yang terdiri dari 123 PSP, 466
penghimpunan dana masyarakat sehingga Komisaris dan 783 Direksi, dengan tingkat kelulusan
membatasi ekspansi dan operasional untuk mencapai sebesar 92,68% bagi PSP dan 74,38% bagi pengurus BPR.
skala ekonomis yang diharapkan. Pada umumnya, PSP dan pengurus yang dinyatakan tidak
b. Kualitas SDM BPR yang belum memadai, baik di lulus disebabkan tidak memenuhi persyaratan administrasi,
tingkat manajerial maupun teknis operasional kompetensi dan atau integritas yang ditetapkan oleh BI
sehingga menyebabkan tingginya biaya overhead serta masuk dalam Daftar Tidak Lulus (DTL) dan atau Daftar
dalam operasional BPR. Kredit Macet (DKM). Rincian peserta fit and proper test
c. Terkonsentrasinya lokasi BPR di pulau Jawa dan Bali selama tahun 2007 adalah sebagai berikut :
sehingga pelayanan BPR kepada UMKM belum
merata di seluruh Indonesia. Tabel 5.10
Terkait dengan kondisi BPR saat ini, Bank Indonesia Fit and Proper Test Tahun 2007 Pemegang Saham
Pengendali dan Pengurus BPR Konvensional
terus memberikan bantuan teknis kepada BPR dan
Keterangan Tidak Jumlah
mengupayakan peningkatan kualitas dan kemampuan Lulus Lulus Peserta
SDM BPR. Dalam rangka memperoleh SDM BPR yang New Entry
Pemegang Saham Pengendali 94 9 103
berkualitas, memiliki integritas yang tinggi dan mempunyai
Komisaris 301 87 388
kompetensi yang memadai agar pengelolaan BPR dapat Direksi 435 206 641
dilakukan secara sehat (good corporate governance), Bank Jumlah 830 302 1.132
Existing
Indonesia terus memberikan bantuan teknis kepada BPR
Pemegang Saham Pengendali 20 - 20
dan mengupayakan agar kualitas dan kemampuan SDM Komisaris 68 10 78
Direksi 125 17 142
BPR dapat terus ditingkatkan melalui pelaksanaan program
Jumlah 213 27 240
sertifikasi dan pelatihan. Selain itu, Bank Indonesia
melaksanakan penilaian kemampuan dan kepatutan (fit
and proper test ) terhadap pihak-pihak yang dinilai Penyaringan calon pengurus diperketat. Terkait
mempunyai pengaruh besar dalam pengendalian dan dengan cukup tingginya prosentase fraud sebagai
pengelolaan BPR. penyebab BPR berstatus DPK, pengawas BPR semakin
Fit and Proper Test dilakukan untuk memastikan agar memperketat penyaringan calon pengurus dan pemegang
bank dimiliki, dikelola atau dikendalikan oleh pihak-pihak saham pengendali melalui fit and proper test, terutama
yang memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi serta terkait dengan penilaian integritas pihak-pihak tersebut.
tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau Selain itu, secara konsisten melaporkan temuan adanya
kelompok usaha. Fit and proper test dilakukan baik dalam tindak pidana di bidang perbankan kepada Direktorat
rangka pemberian izin pendirian bank baru maupun Investigasi dan Mediasi Perbankan untuk ditindaklanjuti
perubahan Pengurus dan atau Pemegang Saham kepada pihak berwajib dalam rangka penegakan hukum,
60 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
memberikan rasa aman pada debitur BPR dan INVESTIGASI DAN MEDIASI PERBANKAN
menimbulkan efek jera bagi pelaku sekaligus peringatan Investigasi Perbankan
bagi pengurus/pemilik BPR yang lain. Sejak ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB)
Secara umum penerapan KYC/AML BPR cukup baik. antara Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian Negara RI dan
Industri perbankan, termasuk BPR, menghadapi risiko Gubernur Bank Indonesia (pertama tanggal 6 November
pencucian uang (money laundring risk), yaitu masuknya 1997 dan diperbaharui tanggal 20 Desember 2004), ketiga
dana hasil kejahatan (tindak pidana) yang melanggar instansi sepakat bekerjasama dalam penanganan dugaan
hukum ke dalam sistem keuangan. Untuk menjaga tindak pidana di bidang perbankan (Tipibank) sehingga
reputasinya dan terkait dengan UU Tindak Pidana setiap kasus perbankan dapat diselesaikan secara lancar,
Pencucian Uang (UU TPPU), maka penilaian penerapan cepat dan optimal. Dalam pelaksanaannya, tidak dipungkiri
KYC dan UU TPPU juga diterapkan di BPR dan adanya beberapa kendala terutama yang bersifat teknis.
diperhitungkan dalam tingkat kesehatan BPR melalui faktor Beranjak dari hal itu, maka pada tanggal 14 Juni 2007
manajemen. Cakupan penilaian meliputi : pengawasan telah diterbitkan Petunjuk Teknis SKB yang ditandatangani
aktif oleh pengurus; kebijakan dan prosedur; pengendalian oleh Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Jaksa
intern fungsi audit intern; sistem informasi manajemen; Agung Muda Tindak Pidana Umum, Kepala Badan Reserse
dan sumber daya manusia dan pelatihan. Secara umum, Kriminal POLRI dan Deputi Gubernur Bank Indonesia.
profil rating pelaksanaan penerapan KYC/AML Dalam Petunjuk Teknis tersebut, koordinasi antara Bank
berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap seluruh BPR cukup Indonesia, Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan RI
baik, tercermin dari BPR dengan rating 1 sampai dengan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: a) Penanganan kasus
rating 3 mencapai 61,8%. dugaan Tipibank yang diperoleh Bank Indonesia; b)
Upaya pembinaan berlanjut. Hal ini dimaksudkan Penanganan kasus dugaan Tipibank yang ditemukan
untuk mendorong BPR meningkatkan pelaksanaan prinsip Penyidik; dan c) Tukar menukar informasi antar instansi.
KYC/AML pada banknya masing-masing. sehingga Agar Petunjuk Teknis tersebut benar-benar dapat
memperoleh rating yang lebih baik. diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dan sekaligus menunjukkan komitmen Pimpinan tiga
Tabel 5.11 instansi dalam penegakan hukum (law enforcement) di
Penilaian Penerapan KYC - BPR
sektor perbankan, maka pada tanggal 30 Juni 2007 telah
Peringkat Komposit %
diselenggarakan Sosialisasi Gabungan Bank Indonesia,
Sangat Baik 0,1 Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan RI tentang Peningkatan
Baik 5,8 Efektivitas Kerjasama Penanganan Tipibank yang dihadiri
Cukup Baik 55,9 oleh seluruh anggota Tim Pleno SKB, baik di tingkat pusat
Kurang Baik 33,4 maupun tingkat daerah. Dalam Sosialisasi gabungan
Tidak Baik 4,8 tersebut, Pimpinan tiga instansi yakni Gubernur BI, Kapolri,
Jumlah 100 dan Jaksa Agung menginstruksikan kepada anggota Tim
Pleno SKB agar menangani kasus perbankan secara lebih
cepat dan optimal dalam rangka memberikan sumbangan
yang berarti dalam pembentukan sistem perbankan yang
Pengawasan Perbankan 61
Laporan Pengawasan Perbankan
tangguh
tangguh. Untuk memperkuat misi tersebut sampai di level
Penyidikan Dihentikan (SP3)
pelaksana, Tim SKB Tingkat Pusat juga menyelenggarakan 9%
Sidang & Vonis
kegiatan serupa kepada anggota Tim Kerja SKB seluruh 12%
62 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
berbobot baik dari sisi analisis maupun dokumen Indonesia No. 8/5/PBI/ 2006 tanggal 30 Januari 2006
pendukungnya dan segera dapat ditindaklanjuti oleh tentang Mediasi Perbankan, yang mulai berlaku efektif 1
aparat penegak hukum secara lebih profesional sehingga Juni 2006.
dapat mendukung terciptanya sistem perbankan yang Pelaksanaan Mediasi Perbankan oleh Bank Indonesia
sehat dan tangguh. sesuai PBI tersebut dilaksanakan sampai terbentuknya
lembaga mediasi perbankan independen
independen, yang ditargetkan
Tabel 5.12
Statistik Perkembangan Hasil Investigasi selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2007. Namun
Pengawasan Perbankan 63
Laporan Pengawasan Perbankan
perbankan tersebut belum dapat dibentuk oleh Untuk lebih memberikan kepastian hukum terkait
asosiasi perbankan, maka Mediasi Perbankan tetap pelaksanaan fungsi mediasi oleh Bank Indonesia dan
dilaksanakan oleh Bank Indonesia. untuk memperoleh masukan untuk penyempurnaan
e. Kesiapan Bank Indonesia dalam melaksanakanΩ mediasi blueprint pembentukan Lembaga Mediasi Perbankan,
perbankan pasca Desember 2007, antara lain : Bank Indonesia berkerjasama dengan Sekolah Pasca
• Bank Indonesia telah melaksanakan program Sarjana USU dan Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan
sertifikasi mediatorΩ yang telah menghasilkan UGM dengan melibatkan beberapa perguruan tinggi
130 orang cerficated mediator yang tersebar di lainnya, telah menyelenggarakan diskusi terbatas dan
beberapa satker di Kantor Pusat dan Kantor Bank kajian ilmiah mengenai mediasi perbankan di 6 kota
Indonesia. (Medan, Yogyakarta, Padang, Palembang, Denpasar dan
• Pembentukan seksi/tim yang secara khusus Semarang) dengan peserta dari kalangan praktisi,
menangani Mediasi Perbankan di Kantor Bank akademisi, penegak hukum, asosiasi perbankan dan
Indonesia (KBI) melalui Program Revitalisasi KBI, instansi/asosiasi terkait. Proceeding diskusi terbatas
khususnya di beberapa KBI kelas I. dimaksud menjadi dasar penyusunan kajian ilmiah
• Menyusun mekanisme koordinasi Mediasi dan mengenai Mediasi Perbankan.
Pengaduan Nasabah antara DIMP dengan Satker Pokok-pokok kesimpulan dan rekomendasi yang
terkait di Kantor Pusat dan di KBI. dihasilkan dari diskusi terbatas dan kajian ilmiah tersebut
Secara statistik, berdasarkan jenis produknya sebagai berikut:
sengketa bank dengan nasabah dapat dikategorikan a. Secara yuridis BI mempunyai kewenangan yang kuat
sebagai berikut: 37,4% masalah Penyaluran Dana; 33,1% untuk mengatur dan melaksanakan fungsi mediasi
masalah Sistem Pembayaran; 14,1% masalah Diluar perbankan atas dasar figur hukum delegated
Lingkup; 11,0% masalah Penghimpunan Dana; 3,7% legislation dan prinsip kebebasan bertindak (freies
masalah Produk Lainnya dan 0,6% masalah Produk ermessen/discretionary power).
Kerjasama. b. Penyelesaian sengketa melalui mediasi dapat menjaga
dan memperbaiki hubungan baik ( business
relationship) antara nasabah dengan bank serta
meningkatkan kredibilitas/reputasi bank.
Penyaluran Dana
37,4%
Penghimpunan c. Mediasi perbankan sebaiknya tetap dilaksanakan
Dana
11% oleh BI.
d. Apabila pelaksanaan mediasi perbankan di luar Bank
Indonesia, bentuk yang ideal adalah perkumpulan
Sistem Pembayaran
Produk Lainnya
Permasalahan diluar 3,7%
33,1% berbadan hukum.
Produk Kerjasama
ruang lingkup 0,6%
14,1% e. Sengketa perdata yang mengandung unsur pidana
Grafik 5.3 secara teoritis akademis dapat dimediasikan dengan
Data Mediasi Perbankan
Periode Januari - Desember 2007 pertimbangan sifat dari pemidanaan adalah sebagai
upaya terakhir (ultimum remedium) dengan kriteria
tertentu, antara lain berupa delik aduan.
64 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
f. Seleksi mediator harus dilakukan secara terbuka Kantor Bank Indonesia, khususnya di beberapa
dengan Code of Conduct yang harus memuat aspek KBI kelas I.
imparsialitas dan profesionalisme mediator. • Menyusun mekanisme Koordinasi pelaksanaan
Untuk sosialisasi dan diseminasi mediasi perbankan Mediasi Perbankan dan Pengaduan Nasabah
ini, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan, antara Direktorat Investigasi dan Mediasi
antara lain dalam bentuk obrolan santai, seminar dan Perbankan (DIMP) dengan Satker terkait di
lokakarya kepada perbankan dan aparat penegak hukum, kantor pusat dan di KBI.
talk show secara on air melalui siaran radio, Syariah Fair di
Medan, Pekan Raya Jakarta, Bazar Perbankan dan UMKM
di Serang - Banten, pertemuan dengan asosiasi perbankan,
lomba penulisan artikel dan penyebaran leaflet serta sarana
lainnya.
Hal lain yang telah dilakukan dalam kaitan ini antara
lain:
a. Pertemuan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan
(FKDKP) yang diikuti oleh Direktur Utama, Direktur
Kepatuhan dan Komisaris Bank. Dalam pertemuan
tersebut diusulkan:
• Mendukung keberadaan Mediasi Perbankan
yang saat ini dilaksanakan oleh BI.
• Perlu dirumuskan konsepsi/blueprint Mediasi
Perbankan.
• Pada saatnya, Mediasi Perbankan dapat
dilakukan di Bank Indonesia dan di luar Bank
Indonesia secara paralel.
• Dalam pembahasan rencana pembentukan
Lembaga Mediasi Perbankan dengan asosiasi
perbankan, telah diusulankan bahwa lembaga
mediasi akan dibentuk industri perbankan
apabila benar-benar siap.
b. Kesiapan pelaksanaan mediasi perbankan pasca
Desember 2007
• BI telah memiliki sebanyak 130 orang certified
mediator yang tersebar di Kantor Pusat (KP) dan
Kantor Bank Indonesia (KBI)
• Membentuk seksi/tim yang menangani Mediasi
Perbankan di KBI melalui Program Revitalisasi
Pengawasan Perbankan 65
Laporan Pengawasan Perbankan
66 Pengawasan Perbankan
Laporan Pengawasan Perbankan
Bab 6
Prospek dan
Kebijakan Perbankan 2008
Bab 6
Prospek dan Kebijakan Perbankan 2008
Perekonomian Indonesia tahun 2008 diperkirakan akan tetap tumbuh mencapai 6,2% meskipun
melambat dibandingkan tahun 2007. Hal ini tidak terlepas dari gejolak perekonomian global yang
diperkirakan akan mendorong inflasi. Namun demikian, kinerja perbankan diprakirakan akan tetap
positif pada tahun 2008 dengan didukung oleh permodalan dan likuditas yang tinggi serta
pertumbuhan laba dari tumbuhnya intermediasi. Di balik optimisme tersebut, tetap perlu diwaspadai
hal-hal yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem keuangan dan perbankan, baik dari sisi makro
ekonomi yang dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal, pasar keuangan Indonesia yang
relatif belum dalam, serta ekses likuiditas perbankan yang relatif masih besar. Menyikapi hal tersebut,
Bank Indonesia akan terus melanjutkan program konsolidasi untuk mewujudkan perbankan yang
sehat, kuat dan kompetitif. Disamping itu, Bank Indonesia akan terus menempuh upaya-upaya
yang dapat meningkatkan fungsi intermediasi perbankan termasuk upaya pendalaman sektor
keuangan serta pendirian policy bank.
PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008 pada level yang cukup tinggi yaitu 6.2%, disertai
Prospek perbankan tahun 2008 diprakirakan akan tetap perkembangan tingkat suku bunga yang masih kondusif
positif didukung oleh permodalan dan likuditas yang diperkirakan dapat mendorong meningkatnya penyaluran
tinggi. Pembiayaan perbankan diprakirakan tumbuh diatas kredit.
20%. Didorong oleh sikap bank yang semakin berhati- Cukup besarnya likuditas perbankan yang
hati, dan kualitas manajemen risiko yang semakin baik, ditempatkan dalam SBI merupakan sumber dana potensial
kualitas aktiva terutama kredit diprakirakan NPL gross akan untuk disalurkan menjadi kredit pada tahun depan. Selain
tetap di bawah 5%. itu, setiap tahun dana masyarakat yang berhasil dihimpun
Optimisme tersebut didukung oleh beberapa faktor. perbankan terus meningkat. Dengan demikian, sangat
Pertama, dari sisi internal, kinerja perbankan tahun 2007 diyakini bahwa peningkatan intermediasi 2008 tidak akan
baik dari aspek ketahanan maupun pembiayaan cukup mengganggu posisi likuiditas bank. Dari segi permodalan,
memuaskan sehingga dapat menjadi modal utama untuk peningkatan intermediasi juga tidak akan membuat
terus meningkatkan pembiayaan dan laba pada 2008. perbankan menjadi kekurangan modal atau melanggar
Kondisi ini didukung oleh permodalan dan masih relatif ketentuan modal minimum (CAR). Hasil stress test yang
tingginya likuiditas bank serta perbaikan kualitas aktiva, dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa
terutama kredit. Kedua, ketahanan ekonomi makro tahun apabila pertumbuhan kredit tahun 2008 mencapai sekitar
2008 diprakirakan tetap positif ditengah melemahnya 24%, maka secara rata-rata CAR perbankan akan
perekonomian global. Perkenomonian masih tumbuh mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 16,5%.
infrastruktur yang berjangka waktu panjang, juga relatif diterapkan Bank Indonesia, akan ditingkatkan intensitasnya
terbatas. dalam melihat keterkaitan bank dengan perusahaan
Oleh karena itu, diperlukan adanya policy bank yang keuangan lainnya. Pada saat pengaturan universal banking
diharapkan mampu menghimpun dana jangka panjang, selesai dirumuskan, maka akan diberikan beberapa opsi
melalui berbagai cara dan mekanisme. Selain menghimpun yang dapat dipilih oleh bank yang diperkenankan bergerak
dana langsung dari masyarakat, bank ini akan di bidang universal banking, yaitu:
memfokuskan diri mencari dana jangka panjang di pasar a. Menggabungkan anak perusahaan terutama yang
keuangan, dengan cara penerbitan surat-surat berharga, bergerak di bidang sekuritas ke dalam bank induknya.
serta mencari pinjaman luar negeri dari berbagai lembaga b. Tetap memiliki anak perusahaan di bidang keuangan,
multilateral. namun mendeklarasikan seluruh kegiatan anak
Kegiatan operasional bank ini juga akan dapat perusahaannya tersebut sebagai satu kesatuan
difokuskan sebagai investment bank, yang akan banyak dengan kegiatan usaha bank induknya. Untuk ini,
memberikan dukungan dan fasilitas kepada Pemerintah Bank Indonesia akan bekerja sama dengan otoritas
dan bank-bank miliknya, termasuk BPD-BPD, dalam lain, untuk menyusun prinsip kehati-hatian dan
penerbitan surat berharga di pasar modal, baik dalam menetapkan standar pengungkapan data dan
bentuk konvensional maupun syariah. informasi kegiatan operasional yang seragam, dari
setiap produk ataupun kegiatan yang tergolong
Perluasan Kesempatan Operasional Ke Arah Uni- sebagai produk universal.
versal Banking c. Memilih untuk menjalankan kegiatan usaha yang
Bank Indonesia melihat bahwa sebenarnya perbankan kita terfokus pada kegiatan investasi (investment bank).
saat ini, secara de facto, telah melakukan kegiatan universal
banking melalui kerjasama dengan lembaga keuangan lain Optimalisasi Peran Bank Dalam Pembiayaan
ataupun melalui anak-anak perusahaannya. Apabila kita Pembangunan.
tidak ingin dikagetkan dengan sebuah fenomena yang Bank Indonesia berpandangan bahwa bisnis perbankan
dapat menimbulkan guncangan, pihak-pihak otoritas, akan berkesinambungan dalam jangka panjang jika insan
tidak bisa tidak, harus dapat menyatakan ketegasannya perbankan memegang prinsip ≈ banks leading the
dalam melihat keseluruhan dimensi operasional yang development.∆ Berpegang pada pandangan tersebut,
selama ini telah dilaksanakan oleh perbankan. terdapat 4 program kebijakan yang menjadi guidelines
Pengaturan industri keuangan perbankan harus untuk mengoptimalkan peran perbankan dalam
bersifat komplementer dan kompatibel satu sama lain pembangunan yang ditujukan kepada semua bank umum,
dengan pembagian tanggung jawab dan wewenang termasuk milik asing, dengan membedakan bobot
masing-masing secara jelas. Hal ini akan diikuti pula dengan kewajiban sesuai dengan portofolio pembiayaan masing-
langkah kerjasama dan koordinasi yang intensif antara masing bank.
pihak-pihak otoritas sebagai satu kesatuan tindakan dalam Keempat program kebijakan tersebut adalah sebagai
melindungi kestabilan sistem secara keseluruhan. berikut:
Terkait dengan hal ini, pola pengawasan berdasarkan a. Kewajiban pembinaan pelaku usaha atau sektor
risiko secara terkonsolidasi yang selama ini telah mulai tertentu yang potensil
potensil. Kewajiban pembinaan pelaku
usaha produktif ataupun sektor tertentu yang selama bagi setiap bank dalam suatu rasio yang akan
ini memiliki potensi, namun belum dikembangkan disepakati bersama. Terkait dengan hal ini, Bank
secara baik. Proses pembinaan diberikan seiring Indonesia berpandangan bahwa CSR industri
dengan penyaluran kredit usaha, baik dalam bentuk perbankan seyogyanya dapat terarah pada upaya-
modal kerja ataupun investasi, yang jumlahnya upaya strategis dalam proses pembentukan masa
disesuaikan dengan prospek dan kemampuan pelaku depan bangsa, seperti halnya bidang pendidikan.
usaha dimaksud. Rasio atau porsi jumlah kredit dan Dalam proses perumusan guidelines tersebut diatas,
debitur dalam pemenuhan kewajiban ini, nantinya Bank Indonesia akan selalu bekerjasama dengan insan
akan dapat dihitung dengan mengacu pada beberapa perbankan, mendiskusikan berbagai langkah terbaik yang
indikator, misalnya dengan memperbandingkannya dapat diwujudkan bersama. Jalinan komunikasi yang telah
dengan jumlah kredit konsumsi yang ada dalam begitu baik selama ini perlu terus dipertahankan dan
portofolio bank. ditingkatkan.
b. Penurunan ATMR bagi Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Bank Indonesia saat ini sedang mengkaji PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
kemungkinan penurunan perhitungan Aktiva Disadari bahwa pencapaian target aset perbankan syariah
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) bagi Kredit Usaha sebesar 5% dari total aset perbankan masih merupakan
Rakyat (KUR). Dari kajian sementara, terbuka tantangan yang besar. Oleh karena itu, selain upaya-upaya
kemungkinan menurunkan ATMR jenis kredit dari industri perbankan syariah sendiri, diperlukan
tersebut, mengingat telah adanya penjaminan oleh kesamaan pandang dan kerjasama antara pelaku industri,
Askrindo. Saat ini porsi risiko penyaluran KUR yang Bank Indonesia, Pemerintah, serta pihak-pihak terkait
tidak dijamin Askrindo dan SPU yang menjadi lainnya.
tanggungan bank adalah sebesar 30%. Mengacu Dalam hubungan ini, Presiden telah meng
pada hal tersebut, diperkirakan akan dapat segera instruksikan menteri-menteri terkait untuk menjadikan
disesuaikan perhitungan ATMR bagi penyaluran KUR upaya pengembangan ekonomi syariah pada umumnya,
menjadi sekitar 30%. Terbuka pula kemungkinan dan perbankan syariah pada khususnya sebagai sebuah
diturunkannya perhitungan ATMR atas kredit UMKM agenda nasional.
yang mengikuti kriteria KUR untuk dijamin oleh Sebagai agenda nasional, pengembangan perbankan
perusahaan asuransi diluar Askrindo, sepanjang syariah dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai
perusahaan asuransi tersebut dapat memenuhi berikut:
beberapa persyaratan yang akan ditetapkan a. Memberikan insentif atau kemudahan untuk menarik
kemudian. investor-investor baru.
c. Mengarahkan penyaluran kredit perbankan kepada b. Melakukan sosialisasi perbankan syariah secara
sektor UMKM produktif dalam suatu rasio atau porsi intensif sehingga bukan hanya mampu memberikan
tertentu terhadap total kredit yang disalurkan masing- pengetahuan tetapi juga mampu menggerakkan
masing bank. masyarakat pada semua golongan/segmen untuk
d. Corporate Social Responsibility. Kewajiban menggunakan jasa keuangan/produk perbankan
menerapkan program Corporate Social Responsibility syariah.
c. Melakukan pembinaan Pendamping UMK & Account dapat mensinergikan fungsi dan peran BPR di dalam
Officer Bank Syariah dalam rangka meningkatkan mendukung penyediaan pembiayaan pembangunan
kemampuan dan pengetahuan sektor riil guna daerah / desa, bersama-sama dengan lembaga
memperkuat sisi demand pembiayaan perbankan keuangan mikro lainnya yang telah ada saat ini. Dalam
syariah. inisiatif ini, akan dikaji berbagai kemungkinan
d. Memperluas ketelibatkan perbankan syariah dalam kebijakan untuk menata kembali industri BPR sesuai
proyek-proyek pemerintah. potensi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
e. Menyelesaikan dikeluarkannya ataupun diaman- dimana BPR dinilai akan mampu berkembang dengan
demennya beberapa ketentuan perundang- baik.
undangan yang kondusif dalam rangka mendukung c. Penyempurnaan pola pengawasan dan pengaturan
akselerasi pengembangan perbankan syariah BPR. Mencari bentuk pendekatan pengawasan dan
misalnya amandemen UU Perpajakan, penyelesaian pengaturan yang paling sesuai untuk diterapkan bagi
Undang Undang Perbankan Syariah, dan Undang industri BPR ke depan, sejalan dengan perkembangan
Undang Sukuk. variasi pola operasional BPR yang masing-masing
Hingga beberapa tahun ke depan, Bank Indonesia dapat berbeda satu sama lain.
akan terus memberi perhatian yang lebih besar pada tiga
hal utama untuk mendukung pertumbuhan perbankan
syariah, yaitu permodalan, kualitas SDM dan cakupan
pelayanan.
Lampiran
Lampiran 1
oleh bank. Selain itu, terdapat kebutuhan untuk Dengan semakin kompleksnya instrumen keuangan
memenuhi kekurangan tenaga ahli di sektor yang terekspos risiko pasar, perlu diberikan alternatif
perbankan, serta dalam upaya untuk meningkatkan metode pengukuran risiko pasar yang sesuai dengan
kemampuan tenaga kerja Indonesia melalui program kemampuan dan kebutuhan bank dalam rangka
alih pengetahuan (transfer of knowledge), maka Bank perhitungan kecukupan permodalan. Untuk
Indonesia (BI) menerbitkan Peraturan Bank Indonesia mendukung hal tersebut, diperlukan pengaturan
(PBI) tentang Pemanfaatan TKA dan Program Alih kembali terhadap ketentuan tentang kewajiban
Pengetahuan di Sektor Perbankan. Peraturan ini tidak penyediaan modal minimum bank umum dengan
dimaksudkan untuk melakukan pembatasan yang memperhitungkan risiko pasar dalam peraturan Bank
sangat ketat terhadap pemanfaatan TKA di sektor Indonesia.
perbankan, namun lebih mengarah pada pengaturan 7. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/14/PBI/2007
yang bersifat lebih moderat untuk memberikan tanggal 30 November 2007 tentang Sistem Informasi
ketertiban dan kepastian hukum kepada semua pihak. Debitur.
5. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/12/PBI/2007 Sistem Informasi Debitur (SID) adalah sistem yang
tanggal 21 September 2007 tentang Perubahan Atas menyediakan informasi debitur yang merupakan hasil
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/17/PBI/2006 olahan dari Laporan Debitur yang diterima oleh Bank
tentang Insentif Dalam Rangka Konsolidasi Indonesia. Tujuan dari penyelenggaraan SID adalah
Perbankan. dalam rangka memperlancar proses penyediaan dana,
Perubahan ini ditujukan untuk lebih mendorong penerapan manajemen risiko, dan identifikasi kualitas
bank khususnya bank-bank dengan modal inti debitur untuk pemenuhan ketentuan yang berlaku
dibawah Rp100 miliar untuk melakukan merger/ serta meningkatkan disiplin pasar. Pihak yang
konsolidasi dalam rangka implementasi program diwajibkan untuk menjadi pelapor SID adalah bank
konsolidasi perbankan dengan memberikan umum dan BPR yang memiliki total aset sebesar Rp10
tambahan insentif serta memberikan kemudahan miliar atau lebih selama 6 bulan berturut-turut, dan
dalam mengajukan rencana pemanfaatan insentif. penyelenggaran kartu kredit selain bank.
Tambahan insentif yang diberikan berupa perluasan 8. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/15/PBI/2007
cakupan bank yang dapat memperoleh insentif tanggal 30 November 2007 tentang Penerapan
kemudahan menjadi bank devisa, mengurangi Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi
persyaratan tingkat kesehatan bagi bank hasil Informasi oleh Bank Umum
merger atau konsolidasi yang ingin menjadi bank Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi
devisa dan memberikan kelonggaran sementara atas informasi, maka risiko atas penggunaan teknologi
pelaksanaan beberapa ketentuan yang berlaku informasi tersebut juga semakin meningkat. Oleh
mengenai GCG bagi bank umum. karena itu, bank wajib menerapkan manajemen risiko
6. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/13/PBI/2007 secara efektif dalam penggunaan teknologi informasi,
tanggal 1 November 2007 tentang Kewajiban yang mencakup (i) pengawasan aktif dewan komisaris
Penyediaan Modal Minimum dengan Mem- dan direksi, (ii) kecukupan kebijakan dan prosedur
perhitungkan Risiko Pasar. penggunaan teknologi informasi, (iii) kecukupan
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
pengendalian risiko penggunaan teknologi informasi, Syariah Oleh Bank Umum Konvensional.
dan (iv) sistem pengendalian intern atas penggunaan Perubahan ini dimaksudkan untuk lebih
teknologi informasi. meningkatkan peranan bank umum konvensional
9. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/16/PBI/2007 yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
tanggal 3 Desember 2007 tentang Perubahan Atas prinsip syariah melalui perluasan jaringan pelayanan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/15/PBI/2005 transaksi perbankan syariah yang akan mampu
tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum. menjangkau masyarakat yang lebih luas dan dalam
Perubahan ini dimaksudkan untuk memberi kejelasan rangka optimalisasi keberadaan Layanan Syariah yang
masa depan (end game) bagi bank yang melakukan ada di bank umum konvensional yang melaksanakan
kewajiban pembatasan kegiatan usaha agar tidak kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah melalui
selamanya menjadi bank yang wajib membatasi perluasan fungsi Layanan Syariah. Dengan perluasan
kegiatan usahanya serta untuk mendorong bank yang jaringan dan perluasan fungsi Layanan Syariah ini
tidak dapat memenuhi ketentuan modal inti minimum diharapkan dapat lebih meningkatkan fungsi
Rp100 miliar agar dapat beroperasi sesuai dengan intermediasi sekaligus mendorong perkembangan
besarnya modal dan karakteristik usaha yang dimiliki. industri syariah dengan tetap mempertimbangkan
prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.
PERBANKAN SYARIAH 3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/9/PBI/2007
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang Perubahan atas
tanggal 24 Januari 2007 tentang Sistem Penilaian Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/21/PBI/2006
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang
Syariah. Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Peraturan ini mewajibkan Bank Umum Syariah dan Syariah.
Unit Usaha Syariah untuk melakukan penilaian Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, bank harus
Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan, untuk mengelola risiko kredit dari pembiayaan (credit risk)
posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan dengan menjaga kualitas aktiva dan membentuk
Desember. Penilaian tingkat kesehatan Bank Umum penyisihan penghapusan aktiva yang memadai.
Syariah dan UUS mencakup penilaian terhadap Dengan terjaganya kualitas aktiva dapat lebih
permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, meningkatkan peranan perbankan syariah dalam
likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar. pelaksanaan fungsi intermediasi. Berdasarkan hal
2. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/7/PBI/2007 tersebut, diperlukan perubahan terhadap Peraturan
tanggal 4 Mei 2007 tentang Perubahan Atas Bank Indonesia tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/3/PBI/2006 Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Konvensional Menjadi Bank Umum Yang 4. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/19/PBI/2007
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan
Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH
Syariah. 1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/17/PBI/2007
Mengingat bahwa perbankan syariah harus tanggal 4 Desember 2007 tentang Sistem Penilaian
senantiasa memenuhi prinsip syariah yang terus Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
berkembang sejalan dengan perkembangan Berdasarkan Prinsip Syariah.
transaksi-transaksi keuangan syariah, maka perlu Penilaian tingkat kesehatan BPRS mencakup penilaian
disusun ketentuan yang mengatur pelaksanaan terhadap faktor permodalan, kualitas aset,
prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana rentabilitas, likuiditas dan manajemen. Penilaian
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank terhadap komponen atas faktor keuangan, yaitu
syariah. Dalam melaksanakan ketiga kegiatan permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas
tersebut, bank wajib memenuhi prinsip syariah. dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan,
Pemenuhan prinsip syariah dilaksanakan dengan penilaian komponen atas faktor manajemen
memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain dilakukan secara kualitatif. Peringkat akhir hasil
prinsip keadilan dan keseimbangan («adl wa tawazun), penilaian tingkat kesehatan bank, yang disebut
kemaslahatan ( maslahah ), dan universalisme peringkat komposit, merupakan penggabungan dari
(alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, hasil penilaian peringkat faktor keuangan dan
riba, dzalim, riswah, dan objek haram. peringkat faktor manajemen.
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. ID NAMA BANK BERHARGA
ASET KREDIT KPD PIHAK
AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK PD BANK AN PHK KPD PHK PRODUKTIF
KETIGA
LAIN KETIGA KETIGA
DAN BI
BANK PERSERO
1 008 PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk 303.435.870 126.826.445 15.634.022 17.620.001 2.607.626 10.393.764 22.044.373 2.104.745 297.230.976 64.909.506 81.534.700 89.358.187 235.802.393 29.243.732
2 002 PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. 203.603.934 113.853.335 36.103.304 15.395.546 208.979 911.105 7.367.924 23.074 173.863.267 37.145.735 72.268.811 56.060.710 165.475.256 19.437.635
3 009 PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO).Tbk 182.007.749 86.875.192 52.730.268 9.011.364 572.690 2.430.135 12.351.549 604.902 164.576.100 43.101.048 48.148.282 55.174.916 146.424.246 17.267.483
4 200 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. 36.693.247 22.342.906 10.529.200 73.238 142.728 1.210.873 65.103 34.364.048 2.245.187 7.156.134 14.785.767 24.187.088 2.787.412
5 003 PT BANK EKSPOR INDONESIA (PERSERO) 10.292.037 6.383.879 2.161.559 1.599.211 46.969 1.749.291 11.940.909 33.944 420.404 454.348 4.166.083
BUSN DEVISA
6 014 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. 217.180.173 82.503.157 90.983.751 8.233.864 803.329 2.334.929 6.623.342 40.453 191.522.825 43.941.508 94.729.968 50.506.389 189.177.865 20.446.158
7 011 PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk 86.617.017 51.104.741 19.540.270 5.635.776 1.261.268 992.415 3.967.822 165.352 82.667.644 6.611.929 11.314.660 39.445.575 57.372.164 10.850.592
8 022 PT BANK NIAGA. Tbk 54.766.466 41.792.408 7.532.432 726.033 121.594 633.857 1.831.723 143.384 52.781.431 7.229.348 6.793.089 31.144.055 45.166.492 5.203.398
9 019 PT PAN INDONESIA BANK. Tbk 51.192.502 28.972.661 11.686.282 4.027.448 742.282 927.480 7.862.738 770.160 54.989.051 6.432.112 7.550.631 17.386.218 31.368.961 7.498.965
10 016 PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA Tbk 50.611.605 28.006.992 13.356.032 2.713.706 339.780 702.984 1.820.120 68.168 47.007.782 9.626.215 7.163.652 20.216.011 37.005.878 5.343.195
11 013 PT BANK PERMATA Tbk (d/h PT. BANK BALI ) 39.183.704 26.483.898 6.279.675 755.165 109.135 239.626 1.526.074 373.205 35.766.778 7.694.769 7.335.926 15.061.494 30.092.189 3.902.675
12 026 PT LIPPO BANK. Tbk 38.541.421 18.142.196 12.013.900 2.097.402 56.004 324.744 1.144.395 1.023.185 34.801.826 9.841.106 10.699.948 9.824.821 30.365.875 3.878.477
13 426 PT BANK MEGA. Tbk 34.907.728 14.037.263 15.562.882 583.157 31 278.680 1.360.377 22.343 31.844.733 6.842.035 6.279.786 16.909.175 30.030.996 2.939.137
14 441 PT BANK BUKOPIN 34.454.813 19.124.569 6.650.524 3.990.904 20.945 110.863 7.779.271 85.755 37.762.831 8.763.135 2.909.202 17.275.845 28.948.182 1.964.793
15 028 PT BANK NISP. Tbk 28.969.069 19.111.286 4.668.883 735.718 66.335 1.080.490 2.618.436 191.253 28.472.401 4.240.148 5.543.172 11.606.994 21.390.314 3.368.626
16 023 PT BANK UOB BUANA. Tbk. 18.260.086 12.656.953 3.082.706 911.069 88 34.178 353.180 62.179 17.100.353 3.541.634 4.758.666 4.990.575 13.290.875 3.557.654
17 087 PT BANK EKONOMI RAHARJA TBK 15.641.815 7.337.885 5.681.965 910.964 67.818 721.251 12.089 14.731.972 2.883.569 4.448.987 6.766.092 14.098.648 1.120.788
18 095 PT BANK CENTURY Tbk.(BANK CIC-6.12.2004) 14.509.631 3.952.585 2.158.997 4.412.298 1.392.460 198.790 442.591 12.557.721 983.708 654.416 8.606.286 10.244.410 1.160.627
19 037 PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK 11.286.853 7.532.326 1.694.480 200.201 11.343 71.693 1.196.654 66.443 10.773.140 1.053.963 708.294 7.396.484 9.158.741 631.737
20 485 PT BANK BUMIPUTERA INDONESIA 6.346.386 4.438.686 776.904 215.093 35.734 119.054 229.437 5.814.908 744.213 683.890 3.824.914 5.253.017 536.714
21 089 PT BANK HAGA 4.573.971 3.041.404 776.338 106.534 11.633 106.694 10.404 4.053.007 894.321 722.861 2.447.949 4.065.131 316.860
22 153 PT. BANK SINARMAS*) 4.507.099 1.921.092 1.312.241 784.382 34.344 46.685 609 4.099.353 375.117 56.391 3.410.900 3.842.408 243.140
23 097 PT BANK MAYAPADA INTERNATIONAL 4.474.878 3.068.060 467.557 201.017 396.965 243.939 4.377.538 285.330 258.246 2.351.295 2.894.871 941.652
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. NAMA BANK BERHARGA
ID ASET AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON
KREDIT KPD PIHAK TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK PD BANK AN PHK KPD PHK PRODUKTIF
KETIGA
LAIN KETIGA KETIGA
DAN BI
24 151 PT BANK MESTIKA DHARMA 4.459.009 3.053.300 886.006 80.754 165.322 2.087 4.187.469 450.294 1.811.567 1.154.851 3.416.712 973.859
25 145 PT. BANK NUSANTARA PARAHYANGAN TBK. 3.772.770 1.659.326 1.388.366 273.298 6.644 62.345 3.389.979 527.577 380.825 2.451.193 3.359.595 311.663
26 494 PT BANK AGRONIAGA Tbk. 2.983.769 1.954.349 660.426 105.525 20 56.000 46.333 2.822.653 372.513 120.568 2.044.365 2.537.446 245.993
27 167 PT BANK KESAWAN. Tbk 2.184.493 1.309.790 518.098 17.926 611 18.871 92.437 1.957.733 247.193 353.758 1.312.241 1.913.192 132.326
28 157 PT BANK MASPION INDONESIA 1.973.566 1.194.354 472.556 30.672 801 24.368 8.802 1.731.553 272.345 457.762 1.039.859 1.769.966 184.194
29 076 PT BANK BUMI ARTA 1.950.256 794.235 816.043 27.332 1.485 1.774 374.477 6.548 2.021.894 399.620 324.285 803.631 1.527.536 370.880
30 161 PT BANK GANESHA 1.569.533 989.504 382.654 35.450 9.389 35.053 2.498 1.454.548 124.818 73.962 1.137.380 1.336.160 121.035
31 159 PT BANK HAGAKITA*) 1.248.676 1.056.106 4.981 25.963 1.600 14.753 10.427 1.113.830 224.525 134.159 709.874 1.068.558 122.603
32 054 PT. BANK CAPITAL INDONESIA 1.203.443 569.404 400.368 22.432 17.543 1.009.747 89.486 10.227 677.567 777.280 180.934
33 146 PT BANK SWADESI. Tbk 1.167.733 621.433 371.666 59.220 20.195 223.189 272 1.295.975 114.043 89.337 796.343 999.723 124.653
34 088 PT BANK ANTAR DAERAH 859.656 486.314 247.812 27.741 6 6.250 41.233 3.043 812.399 126.618 195.254 399.685 721.557 84.747
35 093 PT BANK IFI 579.072 216.381 107.286 10.378 387 211.013 545.445 27.515 11.246 236.787 275.548 96.222
36 164 PT. BANK ICBC INDONESIA *) 516.732 221.235 255.603 8.194 11.606 4.896 501.534 132.728 33.962 223.711 390.401 114.655
37 152 PT BANK METRO EKSPRESS 449.105 208.670 181.339 38.875 63 5.836 434.783 71.067 62.394 123.740 257.201 168.845
BUSN NON DEVISA
38 213 PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL 10.580.048 7.849.740 1.246.521 495.319 22 8.559 9.600.161 88.524 747.286 7.725.689 8.561.499 1.238.336
39 566 PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL*) 4.038.612 1.642.985 1.848.192 121.926 89.818 227.652 3.466 3.934.039 183.784 144.636 2.566.099 2.894.519 362.773
40 472 PT BANK JASA JAKARTA*) 2.684.588 1.991.910 490.482 5.017 419.526 1.910 2.908.845 205.800 168.273 1.804.678 2.178.751 359.934
41 490 PT BANK YUDHA BHAKTI 1.925.860 890.611 624.728 118.058 10 8.870 44.087 39.904 1.726.268 78.936 57.931 1.556.193 1.693.060 151.022
42 212 PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906. Tbk 1.463.045 1.164.204 156.714 3.280 387 6.619 3.230 1.334.434 154.122 132.448 953.631 1.240.201 179.809
43 558 PT BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL. Tbk. 1.349.719 895.442 52.889 5.274 16 127.074 1.080.695 33.127 232.876 881.174 1.147.177 132.313
44 567 PT BANK HARDA INTERNASIONAL 1.053.715 620.154 233.190 8.466 37.578 3.301 49.945 952.634 95.407 77.707 773.469 946.583 81.059
45 535 PT BANK KESEJAHTERAAN EKONOMI 1.023.550 702.992 282.987 2.508 16 988.503 14.370 49.025 683.553 746.948 148.599
46 555 PT BANK INDEX SELINDO 1.005.091 631.573 225.167 37.282 2.171 3.290 899.483 106.070 184.832 571.224 862.126 104.874
47 525 PT BANK AKITA 943.455 762.816 107.733 11 1.709 6.330 878.599 83.759 38.498 707.982 830.239 96.382
48 536 PT BANK UIB 742.654 461.514 198.405 2.823 2.743 20.862 686.347 91.143 64.230 481.790 637.163 91.885
49 521 PT BANK PERSYARIKATAN INDONESIA 723.988 64.346 145.322 304.658 223 5 39.232 553.786 114.171 24.054 187.951 326.176 135.992
50 523 PT DIPO INTERNATIONAL BANK 685.397 462.959 164.289 488 76.959 13.572 718.267 173.745 15.976 362.809 552.530 116.029
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. ID NAMA BANK BERHARGA
ASET KREDIT KPD PIHAK
AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK PD BANK AN PHK KPD PHK PRODUKTIF
KETIGA
LAIN KETIGA KETIGA
DAN BI
51 513 PT BANK INA PERDANA 630.964 383.261 200.108 638 203 4.537 588.747 113.656 57.824 357.922 529.402 89.047
52 520 PT PRIMA MASTER BANK 593.302 438.496 54.939 11.535 2.216 7.563 514.749 33.387 51.861 407.419 492.667 84.113
53 548 PT BANK MULTI ARTA SENTOSA (MAS) 575.765 380.362 133.282 30.319 1.920 3.165 549.048 79.030 29.016 358.986 467.032 100.862
54 498 PT BANK INDOMONEX 548.398 220.205 269.956 635 629 12.613 504.038 36.600 32.156 316.789 385.545 155.962
55 559 PT CENTRATAMA NASIONAL BANK*) 544.157 387.754 64.861 2.757 60.942 7.190 523.504 24.819 90.950 313.850 429.619 87.006
56 553 PT BANK MAYORA 408.264 188.297 159.143 35.415 58.840 441.695 61.347 40.541 217.063 318.951 83.127
57 562 PT BANK FAMA INTERNASIONAL 339.884 226.097 81.814 1.521 160 8.897 318.489 20.625 15.645 214.933 251.203 83.769
58 564 PT BANK SINAR HARAPAN BALI 308.670 176.129 90.000 5.155 720 272.004 4.799 105.483 62.407 172.689 25.652
59 484 PT BANK BINTANG MANUNGGAL 300.521 148.337 134.415 3.900 398 287.050 21.410 10.130 108.445 139.985 153.473
60 491 PT BANK MITRANIAGA*) 295.523 173.120 78.725 856 2.496 255.197 15.868 32.235 194.322 242.425 51.275
61 422 PT BANK DJASA ARTA 261.216 119.618 74.014 3.616 1.782 11.445 210.475 16.059 31.116 77.552 124.727 24.763
62 542 PT BANK ARTOS INDONESIA*) 251.355 154.816 62.315 2.718 10 1.996 221.855 21.700 18.655 121.307 161.662 80.815
63 466 PT BANK SRI PARTHA 247.218 134.620 2.000 21.205 43.429 201.254 5.078 133.806 70.248 209.132 25.261
64 501 PT BANK ROYAL INDONESIA 239.270 79.424 108.851 27.920 30 216.225 64.131 17.328 37.382 118.841 101.601
65 531 PT ANGLOMAS INTERNASIONAL BANK 236.879 140.224 73.044 222 55 8.715 222.260 20.677 34.906 146.338 201.921 30.595
66 459 PT BANK BISNIS INTERNASIONAL 205.348 99.294 59.390 998 17 1.088 160.787 11.366 8.951 73.297 93.614 102.043
67 526 PT LIMAN INTERNATIONAL BANK 196.687 143.274 17.963 1.564 29.736 23.657 216.194 11.044 23.595 63.567 98.206 85.885
68 405 PT BANK SWAGUNA 191.006 33.626 105.370 20.217 66 14.662 1.473 175.414 10.454 2.643 21.211 34.308 90.941
69 517 PT BANK HARFA*) 190.739 93.652 17.969 17.507 18.626 25.957 173.711 16.165 9.458 131.629 157.252 20.251
70 547 PT BANK PURBA DANARTA 136.205 13.227 48.814 50.197 112.238 8.409 10.482 31.482 50.373 84.269
71 166 PT BANK HARMONI INTERNATIONAL 126.364 77.176 20.449 15.565 1.576 114.766 9.651 43.782 40.340 93.773 27.916
72 503 PT ALFINDO SEJAHTERA BANK 88.712 4.154 79.036 367 775 84.332 1.842 1.106 4.709 7.657 80.543
BANK BPD
73 110 PT BPD JAWA BARAT 23.122.845 13.026.747 4.165.910 2.304.191 1.222.617 4.402 20.723.867 6.563.062 2.709.291 7.213.029 16.485.382 2.235.604
74 114 PT. BPD JAWA TIMUR 15.735.812 5.542.470 4.026.954 688.809 559.905 11.032 10.829.170 6.868.363 3.176.180 3.116.593 13.161.136 1.561.119
75 124 BPD KALIMANTAN TIMUR 14.007.288 2.768.770 8.251.426 465.116 3.444 614 622.483 2.178 12.114.031 6.745.620 1.525.899 3.241.743 11.513.262 1.019.449
76 113 PT BPD JAWA TENGAH 12.211.147 7.652.109 1.237.247 948.598 1.452 209.719 4.699 10.053.824 3.755.145 2.987.139 3.184.172 9.926.456 1.114.486
77 119 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH RIAU 11.882.597 3.146.521 5.579.668 1.436.890 1.156 361.737 10.525.972 7.357.924 2.500.841 628.791 10.487.556 864.613
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. NAMA BANK BERHARGA
ID ASET AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON
KREDIT KPD PIHAK TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK PD BANK AN PHK KPD PHK PRODUKTIF
KETIGA
LAIN KETIGA KETIGA
DAN BI
78 111 PT. BPD DKI 11.838.239 4.990.293 4.849.171 518.949 927 20.159 231.687 2.302 10.613.488 3.819.337 1.784.710 1.671.910 7.275.957 747.309
79 116 PT. BANK BPD ACEH 11.167.402 3.031.062 1.377.184 2.304.383 130 435.835 7.148.594 5.938.077 1.650.984 2.335.773 9.924.834 834.477
80 132 PT. BPD PAPUA 8.767.794 1.564.031 4.784.593 766.717 65.581 7.245 7.188.167 5.101.537 1.888.205 264.391 7.254.133 612.430
81 117 PT. BPD SUMATERA UTARA 8.749.419 4.318.911 2.719.564 69.802 750 514.371 156.792 7.780.190 3.719.825 1.910.255 2.019.718 7.649.798 733.433
82 120 PT BPD SUMATERA SELATAN 7.443.451 2.587.004 2.770.178 836.347 1.250 281 1.607.919 7.802.979 2.476.105 1.594.283 1.765.112 5.835.500 495.978
83 118 BPD SUMATERA BARAT 6.403.554 4.012.896 654.337 859.772 497 82.689 5.610.191 2.305.515 1.785.100 1.209.071 5.299.686 643.847
84 129 PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI 5.065.516 3.349.596 1.070.498 11.353 635 47.509 4.479.591 1.209.037 1.850.224 1.098.382 4.157.643 686.012
85 126 PT BPD SULAWESI SELATAN*) 4.864.725 2.510.908 1.295.442 383.710 66 64.726 4.254.852 2.720.437 412.252 935.082 4.067.771 616.761
86 122 PD BPD KALIMANTAN SELATAN 3.364.813 1.066.495 1.058.891 313.999 748 104.216 2.544.349 1.679.357 749.321 575.750 3.004.428 284.270
87 123 PT. BPD KALIMANTAN BARAT 3.241.830 1.323.349 594.847 729.447 187 91.320 1.052 2.740.202 1.174.049 1.185.232 478.250 2.837.531 232.652
88 112 BPD YOGYAKARTA 3.143.456 1.392.722 762.203 68.016 130 84.446 2.307.517 1.002.134 1.138.425 459.432 2.599.991 245.114
89 130 PT. BPD NUSA TENGGARA TIMUR 2.682.818 1.846.358 384.500 99.368 937 85.097 2.416.260 1.272.871 547.532 300.663 2.121.066 386.008
90 125 PT BANK PEMBANGUNAN KALTENG 2.590.071 655.449 1.050.000 281.841 665 144.725 3.078 2.135.758 1.608.451 576.427 64.279 2.249.157 197.192
91 127 PT. BPD SULAWESI UTARA 2.249.548 1.156.386 59.905 547.693 117.833 2.694 1.884.511 336.500 591.551 624.089 1.552.140 178.271
92 121 PT. BANK LAMPUNG 1.969.283 1.274.891 5.000 113.461 556 78.973 3.605 1.476.486 399.300 467.118 359.797 1.226.215 188.876
93 131 PT. BPD MALUKU 1.964.609 685.311 550.000 69.286 87.373 29.223 1.421.193 915.764 446.139 209.483 1.571.386 111.092
94 128 PT. BPD NUSA TENGGARA BARAT 1.922.791 1.441.617 71.709 16.002 1.136 224 120.811 1.995 1.653.494 570.435 543.497 161.232 1.275.164 242.580
95 115 PD. BPD JAMBI 1.561.456 777.802 174.693 146.353 96 32.190 1.131.134 1.005.741 175.395 106.230 1.287.366 169.742
96 133 PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BENGKULU 1.487.940 837.454 323.756 13.021 80 2.144 1.176.455 684.060 325.939 201.510 1.211.509 136.390
97 135 BPD SULAWESI TENGGARA*) 1.301.037 459.868 115.000 580.873 12.496 57 1.168.237 836.155 160.549 61.824 1.058.528 195.088
98 134 PT. BPD SULAWESI TENGAH 808.895 410.372 222.050 20.434 3.251 656.107 440.340 137.907 25.048 603.295 109.992
BANK CAMPURAN
99 046 PT BANK DBS INDONESIA 20.845.481 15.024.120 2.835.752 1.394.775 515.417 1.085.405 532 20.856.001 2.182.374 136.787 12.859.289 15.178.450 1.806.899
100 048 PT BANK MIZUHO INDONESIA 12.462.441 8.451.584 1.950.930 565.431 1.024.331 2.995.680 14.987.956 2.177.959 701 3.561.441 5.740.101 2.182.486
101 058 PT BANK UOB INDONESIA 7.869.482 5.528.701 1.660.538 326.772 1.938 61.671 516.438 1.172 8.097.230 868.185 35.016 4.035.267 4.938.468 1.400.373
102 045 PT BANK SUMITOMO MITSUI INDONESIA 7.671.311 4.574.262 1.944.120 169.350 110.525 388.342 7.186.599 2.392.027 2.919.088 5.311.115 1.539.773
103 950 PT BANK COMMONWEALTH 6.354.640 3.141.168 917.228 1.435.181 64 37.479 415.359 2.163 5.948.642 608.282 900.521 3.809.833 5.318.636 649.349
104 061 PT ANZ PANIN BANK 6.297.631 3.077.810 1.044.906 1.860.428 78.766 1.223.726 297 7.285.933 759.253 3.889.367 4.648.620 1.103.422
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. ID NAMA BANK BERHARGA
ASET KREDIT KPD PIHAK
AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK PD BANK AN PHK KPD PHK PRODUKTIF
KETIGA
LAIN KETIGA KETIGA
DAN BI
105 047 PT BANK RESONA PERDANIA 5.038.282 4.232.050 349.004 113.654 36.211 169.528 768.103 7.654 5.676.204 1.035.448 1.158 1.539.688 2.576.294 1.100.805
106 949 PT BANK CHINATRUST INDONESIA 4.454.357 3.094.913 964.702 51.585 215.492 402.471 343 4.729.506 465.698 508.890 1.348.033 2.322.621 1.060.109
107 060 PT RABOBANK INTERNATIONAL INDONESIA*) 4.187.955 3.319.213 386.189 113.473 229.471 225.610 4.273.956 237.568 1.472.252 1.709.820 600.915
108 948 PT BANK OCBC-INDONESIA 3.661.822 2.280.939 1.190.013 22.388 63.935 1.783.681 2.500 5.343.456 451.979 478 1.546.173 1.998.630 470.923
109 068 PT BANK WOORI INDONESIA 3.067.947 1.248.978 1.389.729 330.185 18.233 229.626 244 3.216.995 295.071 444.844 640.810 1.380.725 807.129
110 057 PT BANK BNP INDONESIA 2.154.716 1.415.005 612.524 75.084 327 1.159.770 3.262.710 320.830 393.231 714.061 738.524
111 059 PT BANK KEB INDONESIA*) 2.131.607 1.065.038 845.419 156.258 22.649 279.925 2.369.289 554.803 468.726 1.023.529 783.441
112 945 PT BANK FINCONESIA 1.513.276 1.190.027 95.692 228.036 31.790 396.073 54 1.941.672 56.736 1.029.860 1.086.596 210.304
113 036 PT BANK MULTICOR. Tbk 1.402.568 502.812 687.090 80.991 144.445 8.925 1.424.263 184.160 39.775 918.290 1.142.225 215.675
114 947 PT BANK MAYBANK INDOCORP 1.118.958 281.434 732.042 69.991 3.321 43.077 1.129.865 107.373 1.007 202.647 311.027 706.282
BANK ASING
115 031 CITIBANK N.A. 44.215.733 22.346.349 9.935.373 8.772.335 514.339 14.383.394 55.951.790 12.575.725 5.699.812 13.552.796 31.828.333 3.018.240
116 041 THE HONGKONG & SHANGHAI B.C.*) 31.275.844 13.733.722 6.560.928 8.606.170 1.500 1.437.268 12.664.910 43.004.498 11.401.603 11.057.216 22.458.819 258.340
117 050 STANDARD CHARTERED BANK 28.080.409 10.156.942 7.024.178 8.612.873 6.771 1.270.361 8.085.837 303 35.157.265 5.223.212 1.209.067 10.228.438 16.660.717 219.514
118 042 THE BANK OF TOKYO-MITSUBISHI LTD. 20.427.273 13.638.323 4.688.760 1.271.869 263.115 2.849.322 22.711.389 5.576.665 6.403.943 11.980.608 3.884.501
119 052 ABN AMRO BANK 15.715.858 8.207.999 3.771.600 2.448.977 300 217.613 3.346.379 17.992.868 4.412.349 781.937 5.949.917 11.144.203 1.175.272
120 067 DEUTSCHE BANK AG. 15.664.804 6.975.488 6.324.318 1.389.338 2.296 241.014 1.476.000 216 16.408.670 3.770.139 6.365.141 10.135.280 2.047.582
121 032 JP. MORGAN CHASE BANK 6.351.190 1.282.804 2.514.893 1.943.458 267.365 220.826 6.229.346 602.786 1.772.457 2.375.243 (649)
122 040 THE BANGKOK BANK COMP. LTD 3.494.051 2.994.442 440.408 28.525 73.671 418.209 3.955.255 317.018 851.334 1.168.352 218.143
123 030 AMERICAN EXPRESS BANK 2.666.744 1.829.286 619.591 65.175 14 6.839 2.520.905 187.095 22.490 1.488.000 1.697.585 72.531
124 069 BANK OF CHINA 1.711.500 223.801 804.842 596.836 9.744.515 11.369.994 938.252 6.809 116.064 1.061.125 38.910
125 033 BANK OF AMERICA. N.A 569.702 19.146 146.615 330.442 1.576 279.931 777.710 411.971 65.695 477.666 2.100
BANK PERSERO
1 008 PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk 22.96 12.9 5.98 110.93 2.38 76.75 55.1
2 002 PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. 18.19 4.99 4.98 158.29 4.27 10.89 73.88
3 009 PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO),Tbk 19.89 8.31 2.77 117.58 1.74 83.88 59.42
4 200 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. 17.51 4.72 1.66 118.92 1.86 85.82 93.44
5 003 PT BANK EKSPOR INDONESIA (PERSERO) 64.08 1.52 1.46 140.55 4.08 57.56 1155.89
BUSN DEVISA
6 014 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. 20.42 1.13 1.16 129.34 3.43 6.26 40.71
7 011 PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk 20.85 2.77 2.08 115.22 3.55 74.17 85
8 016 PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA Tbk 22.13 3.75 1.36 119.55 1.66 87.21 72.01
9 022 PT BANK NIAGA, Tbk 17.6 4.74 2.37 132.11 2.3 83.9 95
10 019 PT PAN INDONESIA BANK, Tbk 25.27 4.7 3.32 113.54 3.23 73.89 96.43
11 013 PT BANK PERMATA Tbk (d/h PT. BANK BALI ) 14.7 5.6 3.5 113.6 1.9 87 84.1
12 026 PT LIPPO BANK, Tbk 24.55 1.45 1.92 171.85 2.57 77.95 56.14
13 441 PT BANK BUKOPIN 13.64 3.82 1.2 112.54 1.66 85.1 68.04
14 426 PT BANK MEGA, Tbk 15.44 1.26 0.69 100.01 2.44 78.48 47.68
15 028 PT BANK NISP, Tbk 17.61 2.51 1.09 100.07 1.45 87.09 91.04
16 023 PT BANK UOB BUANA, Tbk. 29 3.55 1.39 103.32 3.64 67.72 94.08
17 087 PT BANK EKONOMI RAHARJA 13.32 2.08 1.2 141.91 1.68 82.75 52.61
18 095 PT BANK CENTURY Tbk.(BANK CIC-6.12.2004) 18.54 3.96 0.55 106.8 0.61 92.18 33.18
19 037 PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK 12.95 6.13 2.05 100.84 0.41 96.48 79.18
20 485 PT BANK BUMIPUTERA INDONESIA 12.1 5.96 1.97 100.31 0.68 95.65 88.31
21 089 PT BANK HAGA 11.14 0.93 0.66 100 1.09 90.4 64.66
22 153 PT. BANK SINARMAS 12.66 0.41 0.89 102.35 0.57 94.81 50
23 097 PT BANK MAYAPADA INTERNATIONAL 33.77 0.53 1.12 112.83 1.59 87.7 98.22
24 151 PT BANK MESTIKA DHARMA 25.76 4.74 2.21 304.07 6.3 53.92 95.74
25 145 PT. BANK NUSANTARA PARAHYANGAN TBK. 17.2 2.07 1.51 184 0.9 91.92 50.22
26 494 PT BANK AGRONIAGA Tbk. 15.82 11.25 2.62 100 0.11 98.83 83.27
27 167 PT BANK KESAWAN, Tbk 10.64 6.19 1.07 120.4 0.69 95.04 67.14
28 157 PT BANK MASPION INDONESIA 14.45 1.79 0.79 101.02 1.07 91.05 69.66
29 076 PT BANK BUMI ARTA 35.25 1.41 0.73 100 1.84 84.73 53.25
30 020 PT BANK ARTA NIAGA KENCANA 19.59 1.32 0.6 100.2 0.17 97.61 61.92
31 161 PT BANK GANESHA 21.29 1.52 0.82 123.15 0.21 97.7 80.33
32 159 PT BANK HAGAKITA 10.77 1.98 1.28 100 0.86 94.69 98.83
33 146 PT BANK SWADESI, Tbk 25.87 2.31 1.52 213.01 1.27 89.69 49.37
34 088 PT BANK ANTAR DAERAH 16.32 1.23 0.76 101.16 0.7 92.25 68.72
35 162 PT BANK WINDU KENTJANA 14.34 2.15 0.83 114.57 -1.26 114.76 73.1
36 093 PT BANK IFI 32.22 23.13 5.89 108.22 -10.49 173.01 86.35
37 164 PT. BANK ICBC INDONESIA 89.33 2.75 1.12 338.98 1.42 87.17 56.67
38 152 PT BANK METRO EKSPRESS 65.43 4.14 4.27 172.5 3.98 65.42 83.84
BUSN NON DEVISA
39 213 PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL 23.25 1.23 3.59 154 5.58 76.01 98.08
40 566 PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL 20.28 2.48 2.02 212.37 2.05 82.67 56.76
41 472 PT BANK JASA JAKARTA 22.49 1.36 1.38 132.98 3.07 74.69 91.42
42 490 PT BANK YUDHA BHAKTI 14.49 4.26 1.18 100.58 1.34 91.08 56.69
43 558 PT BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL, Tbk. 11.8 7.97 2.17 100.03 0.08 100.84 80.13
44 212 PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906, Tbk 15.95 1.32 1.45 113.01 3.94 79.45 98.72
45 567 PT BANK HARDA INTERNASIONAL 12.52 10.77 2.54 152.37 -2.93 126.39 70.84
46 555 PT BANK INDEX SELINDO 15.98 0.52 1.12 110.24 2.09 83.79 61.85
47 535 PT BANK KESEJAHTERAAN EKONOMI 21.67 2.08 1.71 104.49 4.13 75.49 105.57
48 525 PT BANK AKITA 16.16 2.24 0.8 103.09 1.68 90.66 94.6
49 521 PT BANK PERSYARIKATAN INDONESIA 11.36 2.66 0.96 140.98 0.77 187.66 22.61
50 536 PT BANK UIB 19.61 0.9 0.92 129.86 1.72 90.97 83.35
51 523 PT DIPO INTERNATIONAL BANK 23.78 3.47 1.34 105.68 3.19 76.39 84.49
52 513 PT BANK INA PERDANA 29.2 0.94 1.09 113.65 2.37 80.05 79.28
53 520 PT PRIMA MASTER BANK 20.81 1.58 0.81 111.74 1.06 91.42 86.32
54 559 PT CENTRATAMA NASIONAL BANK 20.91 4.94 0.42 112.01 1.43 91.74 90.23
55 498 PT BANK INDOMONEX 73.29 3.31 0.84 101.53 -0.09 100.23 58.99
56 548 PT BANK MULTI ARTA SENTOSA (MAS) 28.61 2.35 1.27 111.4 2.68 78.71 95.31
57 553 PT BANK MAYORA 35.07 3.63 2.48 224.49 1.04 91.51 72.02
58 562 PT BANK FAMA INTERNASIONAL 32.27 4.35 1.13 136.96 3.56 79.22 95.08
59 491 PT BANK MITRANIAGA 31.16 2.68 0.63 103.29 0.07 99.49 71.5
60 466 PT BANK SRI PARTHA 18.95 10.54 1.44 103.84 -9.43 125 69.05
61 542 PT BANK ARTOS INDONESIA 45.41 2.62 0.95 100 0.16 99.09 95.77
62 526 PT LIMAN INTERNATIONAL BANK 47.02 1.53 0.79 100 7.88 63.22 101.01
63 422 PT BANK DJASA ARTA 16.65 14.64 1.75 100 -0.63 112.01 92.35
64 564 PT BANK SINAR HARAPAN BALI 15.83 0.72 1.77 108.94 3.34 82.13 108.08
65 501 PT BANK ROYAL INDONESIA 110.38 0 0.65 97.58 0.9 88.33 69.52
66 531 PT ANGLOMAS INTERNASIONAL BANK 18.12 10.74 1.48 112.16 0.56 95.86 88.1
67 484 PT BANK BINTANG MANUNGGAL 23.76 1.36 2.09 149.94 2.48 83.18 103.31
68 517 PT BANK HARFA 17.15 7.31 1.72 367.68 -4.24 145.84 59.56
69 459 PT BANK BISNIS INTERNASIONAL 79 1 1 104 2 86 138
70 166 PT BANK HARMONI INTERNATIONAL 29.27 1.42 1.13 134.68 1.41 90.71 89.42
71 547 PT BANK PURBA DANARTA 141.64 4.5 1.61 194.83 2.45 74.7 14.67
72 405 PT BANK SWAGUNA 476.34 14.8 2.06 94.35 8.38 99.49 126.13
73 503 PT ALFINDO SEJAHTERA BANK 140.09 0 0.38 100 -5.02 148.71 63.38
BANK BPD
74 110 PT BPD JAWA BARAT 15.58 0.57 1.26 103.14 2.77 76.35 69.18
75 114 PT. BPD JAWA TIMUR 34.34 0.57 1.05 151.59 3.4 72.29 36.54
76 113 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TENGAH 16.24 0.64 1.13 98.9 4.51 66.52 59.9
77 124 BPD KALIMANTAN TIMUR 25.39 2.84 0.78 101.3 3.11 65.96 22.15
78 119 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH RIAU 22.91 2.28 0.9 188.17 2.57 71.38 27.95
79 111 PT. BPD DKI 16.46 4.41 2.26 107.64 2.26 81.1 51.67
80 116 PT. BANK BPD ACEH 27.79 1.7 0.82 97.5 2.87 68.07 27.98
81 117 PT. BPD SUMATERA UTARA 19.51 2.68 1.39 121.93 3.14 76.25 50.43
82 132 PT. BPD PAPUA 50.99 2.39 2.35 102.17 3.7 62.38 19.69
83 120 PT BPD SUMATERA SELATAN 15 2.31 1.75 164.9 1.74 81.76 38.68
84 118 BPD SUMATERA BARAT 19.48 4.3 2.27 99.95 2.58 78.93 66.32
85 129 PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI 19.2 1.59 1.59 105.85 4.93 66.39 73.77
86 126 PT BPD SULAWESI SELATAN 21.66 3 2.33 119.48 5.7 55.2 61.73
87 123 PT. BPD KALIMANTAN BARAT 20.58 0.43 0.89 137.44 2.47 77.11 34.49
88 122 PD BPD KALIMANTAN SELATAN 20.76 3.04 0.86 101.87 2.81 73.8 29.16
89 125 PT BANK PEMBANGUNAN KALTENG 22.83 2.15 1.22 108.03 3.13 65.94 26.51
90 130 PT. BPD NUSA TENGGARA TIMUR 15.21 0.83 1.47 100.49 4.35 66.4 70.64
91 112 BPD YOGYAKARTA 15.47 1.3 1.26 106.33 2.78 76.68 50
92 127 PT. BPD SULAWESI UTARA 12.84 2.29 1.78 109.34 3.3 79.55 63.58
93 131 PT. BPD MALUKU 21.09 4.48 1.68 105.11 1.45 86.98 35.55
94 128 PT. BPD NUSA TENGGARA BARAT 14.5 4.37 3.78 92.96 3.55 81.35 100.48
95 121 PT. BANK LAMPUNG 21.1 1.54 2.11 119.31 3.41 74.58 91.54
96 133 PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BENGKULU 20.58 1.36 1.28 90.7 2.85 73.67 49.84
97 115 PD. Bank Pembangunan Daerah JAMBI 37.76 0.55 0.98 100.54 3.58 65.39 49.33
98 135 BPD SULAWESI TENGGARA 42.29 4.47 1.74 103.12 7.2 52.73 43.44
99 134 PT. BPD SULAWESI TENGAH 29.96 11.82 2.74 104.72 2.29 76.23 42.9
BANK CAMPURAN
100 046 PT BANK DBS INDONESIA 17.14 1.03 0.74 101.45 2.07 81.1 101.02
101 048 PT BANK MIZUHO INDONESIA 22.82 2.11 1.44 115.23 3.24 56.68 132.21
102 058 PT BANK UOB INDONESIA 33.8 0.7 1.1 100.6 4.2 57 93
103 045 PT BANK SUMITOMO MITSUI INDONESIA 57.41 1.58 0.95 100 3.41 58.84 79.71
104 061 PT ANZ PANIN BANK 18.2 5.43 2.07 100.08 5.24 74.3 49.89
105 047 PT BANK RESONA PERDANIA 22.68 3.62 5.46 171.87 1.89 85.37 132.44
106 950 PT BANK COMMONWEALTH 15.73 0.82 1.09 104.39 1.33 88.27 58.82
107 949 PT BANK CHINATRUST INDONESIA 26.65 2.28 2.05 138.31 6.07 52.39 123.01
108 060 PT RABOBANK INTERNATIONAL INDONESIA 21.99 0 1.35 100.3 3.78 66.36 194.13
109 948 PT BANK OCBC-INDONESIA 35.84 3.62 1.39 120.36 1.36 85.79 100.49
110 068 PT BANK WOORI INDONESIA 65.96 0.83 0.85 109.75 5.52 42.38 102.55
111 057 PT BANK BNP INDONESIA 67.9 6.26 1.9 106.78 5.19 69.71 277.13
112 059 PT BANK KEB INDONESIA 75.31 2.5 2.5 146.45 8.18 33.92 104.06
113 945 PT BANK FINCONESIA 31.49 9.57 5.71 182 0.27 98.36 72.44
114 036 PT BANK MULTICOR, Tbk 41.94 3.45 3.34 176.73 1.54 85.82 41.28
115 054 PT. BANK CAPITAL INDONESIA 48.11 0 0.2 100 2.49 80.67 76.67
116 947 PT BANK MAYBANK INDOCORP 224.64 0 0.5 102.43 7.22 58.14 120.44
BANK ASING
117 031 CITIBANK N.A. 24.15 5.15 3.39 110.16 5.81 61.05 67.85
118 041 THE HONGKONG & SHANGHAI B.C. 17.66 10 4 109 4 62 61
119 050 STANDARD CHARTERED BANK 17.73 6.64 2 103.79 4.01 72.77 64.91
120 042 THE BANK OF TOKYO-MITSUBISHI LTD. 38.2 1.02 1.39 103.27 3.68 57.06 117.8
121 067 DEUTSCHE BANK AG. 65.84 6.45 2.79 103.93 4.11 64.76 53.9
122 052 ABN AMRO BANK 23.23 2.23 1.5 106.99 2.29 87.31 66.32
123 032 JP. MORGAN CHASE BANK 79 0 1 100 8 44 59
127 040 THE BANGKOK BANK COMP. LTD 24.74 10 6.21 215.56 1.64 60.12 303.4
124 030 AMERICAN EXPRESS BANK 74.39 0 0.55 2049.4 0.77 91.45 97.77
125 069 BANK OF CHINA 72.49 0 0.14 100.12 4.93 38.1 30.62
126 033 BANK OF AMERICA, N.A 51 0 1 100 3 69 5
BANK UMUM SYARIAH
128 451 PT.BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk 13.73 7.24 3.81 102.2 1.65 80.96 94.23
129 147 PT BANK MUAMALAT INDONESIA 11.45 6.59 2.43 112.8 2.41 82.09 *)
130 506 PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA 11.58 1.71 1.47 114.88 5.59 67.78 *)
Glosari
Glosari 93
Laporan Pengawasan Perbankan
94 Glosari
Laporan Pengawasan Perbankan
Glosari
• Aktiva Produktif : Penanaman dana Bank baik dalam Measurement dan Capital Standard∆ yangΩditerbitkan
Rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat BCBS pada bulan Juli 1988 atau yang dikenal sebagai
berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, BASEL I. Kerangka Basel I dan Basel II merupakan
termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi standar internasional untuk mengukur tingkat risiko
rekening administratif. dan kewajiban penyediaan modal minimum di
• Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) : Aktiva perbankan.
produktif baik yang sudah maupun yang • Basel Capital Accord : capital measurement system
mengandung potensi tidak memberikan penghasilan yang diperkenalkan oleh Basel Committee on Banking
atau menimbulkan kerugian Supervision (BCBS) pada tahun 1988.
• Arsitektur Perbankan Indonesia (API): merupakan • Basel Core Principles : pemenuhan prinsip-prinsip
suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia pengawasan bank yang efektif.
yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, • Capital Adequacy Ratio (CAR) : Modal dibagi dengan
bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang ATMR
waktu 5 sampai 10 tahun ke depan. Modal, terdiri dari :1. Modal Inti, 2. Modal Pelengkap.
• Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) : Terdiri • Call Money BI : Penempatan dana pada Bank
dari : 1. aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai Indonesia dalam bentuk call money yang merupakan
kadar risiko kredit yang melekat 2. beberapa pos intervensi rupiah oleh Bank Indonesia dalam rangka
dalam off balance sheet yang diberikan bobot sesuai operasi pasar terbuka (OPT).
dengan kadar risiko kredit yang melekat • Consolidated Bank Supervision : pengawasan bank
• Bank : Badan usaha yang menghimpun dana dari secara konsolidasi, baik downstream dengan anak
masyarakat dalam bentuk simpanan dan perusahaan maupun upstream hingga ke perusahaan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk induk. Metode pengawasan bank secaraΩconsolidated
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka supervision merupakan tambahan dari metode
meningkatkan taraf hidup orang banyak. pengawasan bank secara solo (solo-basis) yang
• Bank Umum : Bank yang melaksanakan kegiatan umumnya dilakukan oleh otoritas pengawas. Melalui
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan metode tersebut, otoritas pengawas turut
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan memperhitungkan potensi risiko yang ada di anak
jasa dalam lalu lintas pembayaran perusahaan dan perusahaan indukΩdari bank.
• Bank Perkreditan Rakyat : Bank yang melaksanakan • Deposito : simpanan yang penarikannya hanya dapat
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak nasabah penyimpan dengan bank.
memberikan jasa lalu lintas pembayaran. • Dana Pihak Ketiga (DPK) : Simpanan pihak ketiga
• BASEL II : Dokumen tersebut merupakan revisi atas bukan bank yang terdiri dari Giro, Tabungan dan
dokumen ≈international Convergence of Capital Simpanan berjangka
Glosari 95
Laporan Pengawasan Perbankan
• Fit and Proper Test : hasil dari proses evaluasi secara • Pemegang Saham Pengendali (PSP) : badan hukum
berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh dan atau perorangan dan atau kelompok usaha yang:
BI, terhadap integritas pemegang saham pengendali 1) memiliki saham Bank sebesar 25% atau lebih dari
serta integritas dan kompetensi dewan komisaris, jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai
direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam mengelola hak suara 2) memiliki saham Bank kurang dari 25%
kegiatan operasional bank. dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan
• Kredit : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan melakukan pengendalian Bank baik secara langsung
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank maupun tidak langsung.
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam • Perusahaan Induk di Bidang Perbankan (Bank Holding
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu Company) : badan hukum yang dibentuk dan atau
tertentu dengan pemberian bunga, termasuk : 1. dimiliki oleh Pemegang Saham Pengendali untuk
Pembelian Surat Berharga nasabah yang dilengkapi mengkonsolidasikan dan mengendalikan secara
dengan Note Purchase Agreement (NPA) 2. langsung seluruh aktivitas Bank-bank yang
Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak merupakan anak perusahaannya.
piutang. • Prinsip Syariah : Aturan perjanjian berdasarkan hukum
• Mudharabah : Penanaman dana dari pemilik dana islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
(shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau
untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
pembagian menggunakan metode bagi untung Syariah.
(profit sharing) atau metode bagi pendapatan (net • Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) : APYD dibagi
revenue sharing ) antara kedua belah pihak dengan Total Aktiva Produktif
berdasarkan nisbah yang telah disepakati • Rasio Return on Asset (ROA) : Laba Sebelum Pajak
sebelumnya. disetahunkan dibagi dengan Rata-rata total asset
• Musyarakah Penanaman dana dari pemilik dana/ • Rasio BOPO : Total beban operasional dibagi dengan
modal untuk mencampurkan dana/modal mereka Total pendapatan operasional
dalam suatu usaha tertentu, dengan pembagian Rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan)
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati • Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) : Kredit dibagi
sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua dengan Dana Pihak Ketiga
pemilik dana/modal berdasarkan bagian dana/modal Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada
masing-masing. pihak ketiga (tidak termasuk antar Bank) Dana Pihak
• Murabahah : Jual beli barang sebesar harga pokok Ketiga mancakup giro, tabungan, dan deposito (tidak
barang ditambah dengan margin keuntungan yang termasuk antar Bank)
disepakati • Rasio Non Performing Loan (NPL) : (Kredit dalam
• Office Channeling : Pembukaan layanan syariah di kualitas Kurang lancar, Diragukan dan Macet) dibagi
kantor-kantor cabang bank konvensional yang dengan Total Kredit
menjadi induknya.
96 Glosari
Laporan Pengawasan Perbankan
• Rasio Net Interest Margin (NIM) : Pendapatan Bunga atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Bersih dibagi dengan Rata-Rata Aktiva Produktif • Unit usaha syariah : unit kerja di kantor pusat Bank
Pendapatan Bunga Bersih = Pendapatan Bunga - yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional
Beban Bunga yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
perhitungan pendapatan bunga bersih disetahunkan. cabang syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja
• Rekening giro : rekening yang penarikannya dapat di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan
dilakukan cek, bilyet giro, sarana perintah di luar negeri yang melakukan kegiatan usaha secara
pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan. konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
• Risiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit
kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya. syariah.
• Risiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanya • Universal Banking : struktur perbankan yang
pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari menyediakan segala jenis produk dan jasa keuangan
portofolio yang dimiliki oleh Bank yang dapat sejak dari bank umum, pasar modal, asuransi dan
merugikan bank. Variabel pasar antara lain suku sebagainya.
bunga dan nilai tukar.
• Risiko Likuiditas : Risiko yang antara lain disebabkan
Bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo
• Risiko Operasional : Risiko yang antara lain disebabkan
adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem
atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi
operasional bank.
• Sertifikat Bank Indonesia (SBI) : surat berharga dalam
mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai
pengakuan hutang berjangka waktu pendek dan
merupakan salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka.
• Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) : surat
berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan
oleh BI.
• Sertifikat deposito : simpanan dalam bentuk deposito
yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat
dipindahtangankan.
• Tabungan : simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan
Glosari 97
Laporan Pengawasan Perbankan
98 Glosari
Laporan Pengawasan Perbankan
2007
Pengarah