You are on page 1of 79

STEP 1 1.

dispareunia nyeri yang timbul pada kelamin, pinggul, perut bagian bawah selama koitus yang disebabkan oleh kelainan psikologis dan fisik. 2. leukore nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. 3. contact bleeding keluarnya darah pada saat terjadi sentuhan pada daerah vagina ( dapat terjadi pada koitus ). 4. lismenore suatu keram atau nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah pada saat

menstruasi ( sebelum/ saat/ setelah menstruasi ). 5. 6. vagina swab pap smear suatu prosedur pengambilan sekred yang ada di vagina atau di serviks. suatu pemeriksaan sitologis untuk melihat lesi pra-kanker pada serviks uteri.

STEP 2

1.Bagaimana leukore fisiologis dan leukore patologis ? 2. Penyakit penyakit yang terkait dengan leukore? 3.Mikroorganisme apa saja yang menyebabkan leukore? 4.Bagaimana penatalaksanaan leukore pada kasus? 5.Apa itu dismenorae dan bagaimana klasifikasinya? 6.Adakah hubungan antara leukore dengan dismenorae ? 7.Bagaimana hubungan antara leukore,dispareunia,dan contac bleeding? 8.Apa saja yang dilakukuan dalam pemeriksaan ginekologis? 9.Apa yang menyebabkan timbulnya gejala pada kasus? 10.Apakah penyakit pasien ganas atau jinak?

STEP 3

1. leukore adalah cairan yang dikeluarkan dari alat genital ,selaina darah. Leukore ada 2 jenis : *Leukore fisiologis leukore yang tidak disertai adanya kelainan pada genital *Leukore Patologisleukore yang disebabkan oleh kelainan pad genital

Cara membedakan leukore fisiologis dan patologis ialah melalui warna,bau,dan gambaran mikroskopisnya.

2. penyakit-penyakit yang terkait dengan leukore adaah : * infeksi vulvitis vaginitis servitis metritis salvingo/ ooforitis *neoplasma carcinoma serviks adenomiosis endometriosis Diagnosis leukore dapat ditegakkan melalui anamesis, pemeriksaan fisik ( melihat warna dan bau secret ), pemeriksaan laboratorium ( untuk melihat ada tidaknya leukosit dan agen-agen infeksius ).

*endometriosis

3. mikroorganisme penyebab leukore, antara lain :

*bakteri (hemofilus vaginalis, sterptococus, stafilococus, gonororea ) *virus ( pox virus, HPV ) *parasit ( T.vaginalis, T.gondii, cacing ) *jamur ( candida albicans ) Keberadaan flora normal pada vagina sangat membantu pencegahan masuknya mikroorganisme kedalam genetalia interna. Terjadinya penurunan jumlah flora normal akan menimbulkan vaginitis , dimana lactobacillus doderlein lebih sedikit dibandingkan dengan mikroorganisme oportonitif. Viginitis juga menimbulkan gejala leukore.

4. penatalaksanaan leukore dilakukan sesuai dengan etiologinya masing-masing : * patologis jamur diterapi dengan nystatin, bakteri diterapi dengan antibiotic seperti ampisilin, eritromisin. Parasit diterapi dengan metronidazol. *fisiologis tidak perlu diterapi karena akan hilang sendiri, hanya perlu edukasi kepada pasien. Pemberian obat secara sistemik bersifat kuratif sedangkan pemberian obat secara topical hanya bersifat menghilangkan gejala.

5. dismenore merupakan salah satu kelainan pada siklus menstruasi dimana pasien merasakan nyeri pada saat terjadinya siklus tersebut. Baik sebelum, sesaat ataupun setelah menstruasi. Dismenore diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. dismenore primer dismenore yang tidak ditemukan adanya gangguan fisik. b. dismanore sekunder dismanore yang disebabkan oleh karena adanya gangguan fisik/ ginikologis, seperti endometriosis. Disminore primer biasanya disertai dengan gangguan sistemik seperti sakit kepala, mual, muntah. Selain dismenore ada kelainan menstruasi yang lainnya, yaitu :

*hipomenorea pendarahan haid yang lebih pendek dan/ atau lebih kurang dari biasanya. *hipermenorae *oligomenorae *amenorae *polimenorae *mastalgia

6. leukore dan dismenore memiliki hubungan karena keduanya merupakan gejala yang timbul bersamaan pada suatu penyakit genitalia interna seperti pada endometriosis, seaserviks dan infeksi.

7. dispareunia dapat timbul akibat kelainan psikologis dan kelainan fisik. Factor psikologis adanya perasaan yang tidak nyaman terhadap pasangan. Adanya trauma psikis koitus. Factor fisik stenosis vagina Gejala premenopause Defisisensi ekstrogen Kurangnya cairan vagina Hubungan antara leukore, dispareunia, dan dismenore ialah sekumpulan gejala yang dapat timbul secara bersamaan atau berdiri sendiri pada karsinoma serviks. 8. pemeriksaan ginekologis meliputi : a. anamesis riwayat obstetric, riwayat ginekologis, riwayat penyakit umum, keluhan sekarang keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ialah adanya perdarahan, leukore, rasa nyeri. b. pemeriksaan umum, payudara, dan perut.

c. pemeriksaan ginekologi yang harus diperhatikan pada pemeriksaan ginekologis ialah : letakkan penderita, alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dan urutan pemeriksaan mulai dari pemeriksaan genetalia eksterna sampai genetalia interna.

9. penyakit pasien apakah ganas atau jinak dapat kita tentukan dengan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu dengan pemeriksaan sitologis dan histologist. Tanda-tanda keganasan antara lain : *pertumbuhan sel yang cepat *adanya metastasis *infasif

STEP 4 1. cara membedakan leukore fisiologis dan patologis ialah :

Leukore fisiologis tidak ditemukan adanya leukosit, hanya terdapat epitel vigan dengan flora normal yang stabil, sekrretnya tidak berbau dan tidak banyak serta tidak berwarna. Leukore patologis diemukan adanya leukosit pada pemeriksaan secara mikroskopis, ditemukan adanya agen infeksius, jumlahnya banyak, berbau khas sesuai dengan etiologinya dan berwarna. Leukore fisiologis ditemukan pada keadaan sebagai berikut, antara lain : *pada bayi yang baru lahir *pada waktu sekitar amenore *akibat rangsangan pada saat koitus *pada siklus ovulasi *adanya keadaan penyakit menahun

Leukore patologis ditemukan pada keadaan sebagai berikut : *infeksi pada vulva, vagina, serviks, uterus, salving dan ovarium. *tumor 2. perbedaan antara adenomiosis dengan endometriosis Adenomiosis terjadi pada usia lanjut, multipara Gejalanya nyeri di perut bagian bawah, dismenore, sakit pada saat koitus. Endometriosis terjadi pada wanita infertile, pada usia yang lebih muda dari adenomiosis. Gejalanya terlihat berdasarkan letak endometriosisnya. Perbedaan antara vaginosis bakterialis, vulvovaginitis trachomatis dan candidiasis adalah : Vaginosis bakterialis adanya clue sell, pH vagina lebih besar dari 4,5, adanya leukore yang berbau amis, warna sekretnya kekuningan. Vulvovaginitis trachomatis leukorema lebih banyak dan berbusa, baunya amis, sekretnya berwarna kehijauan. Dapat didiagnosa dengan pemberiang NaCl, jika tidak terdiagnosa dilakukan dengan pemeriksaan KOH untuk melihat hifanya.

Candidiasis ? 3. ? 4. ? 5. ? 6. ? 7. ? 8. ? 9. ? 10. ?

STEP 5 LO 1. kelainan pada siklus menstruasi dan penatalaksanaannya . 2. infeksi pada organ reproduksi, cara mendiagnosa dan pentalaksanaannya. 3. keganasan pada organ reproduksi, gejala, dan terapai kanker.

4. endometriosis dan patofisiologinya. 5. cara dan jenis-jenis pemeriksaan ginekologis. 6. penyakit akibat gangguan hormonal pada organ reprodiksi. 7. gangguan perdarahan akibat gangguan hormonal 8. tumor-tumor jinak pada alat reproduktif ( kista bartoline dan mioma uteri)

STEP 7 Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya Perdarahan Pada Haid Hipermenorea atau Menoragia Definisi Perdarahanhaid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Sebab-sebab

1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi :

uterotonika
2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia. 3. Myoma uteri, disebabkan oleh :kontraksiototrahim kurang, cavum uteri luas, bendungan

pembuluh darah balik.


4. Hipertensi

5. Dekompensio cordis
6. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis. 7. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik. 8. Penyakitdarah, misalnya Werlhoff, hemofili

Tindakan Bidan Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/injeksi; KIEM untuk pemeriksaan selanjutnya; Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap. Hipomenorea Definisi Adalah perdarahanhaid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Sebab-sebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Tindakan Bidan Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.

1. Oligomenorrhea

Definisi Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang.Oligomenorrhea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari.Darah haid biasanya berkurang.

Etiologi Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis.Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas.Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut.Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit6. Gejala Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun.Beberapa wanita dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus. Pengobatan Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab.Pada oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi6.Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorrhea.Oligomenorrhea dengan hormonal.Bila gejala sering terjadi diobati akibat dengan pil KB tumor, untuk memperbaiki mungkin ketidakseimbangan hormonal.Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi adanya operasi diperlukan.Pengobatan alternatif lainnya dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal.

Komplikasi Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.

Kelainan Siklus
Polimenorrhea Definisi Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari. Etiologi Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek.Yang paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi.Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati.Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC. Terapi Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal.Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron.

Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid) Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi berlangsung.Terjadi karena ketidakseimbangan hormonestrogen dan progesterom menjelang menstruasi.Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun. Gejala klinik dari pre menstrual tension adalah gangguan emosional; gelisah, susah tidur; perut kembung, mualmuntah; payudara tegang dan sakit; terkadang merasa tertekan Terapi Olahraga, perubahandiet (tanpa garam, kopi dan alkohol); mengurangi stress; konsumsi

antidepressan bila perlu; menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin; konsultasi dengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut. Mastodinia atau Mastalgia Definisi Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid. Sebab-sebab Disebabkan oleh dominasi hormonestrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.

Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi) Definisi Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi.Hal ini terjadi karena pecahnya folikel Graff. Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti oleh perdarahan yang berasal dari prosesovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik yang pecah.

Kelainan Jumlah Darah Haid


Metrorrhagia Metrorrhagia adalah perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak. Metrorrhagia dapat disebabkan oleh kehamilan seperti abortus ataupun kehamilan ektopik6 dan dapat juga disebabkan oleh faktor luar kehamilan seperti ovulasi, polip endometrium dan karsinoma serviks.Akhir-akhir ini, estrogen eksogen menjadi penyebab tersering metrorrhagia.Terapi yang diberikan tergantung etiologi.

Menorrhagia

Definisi Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya disertai dengan pada siklus yang teratur.Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana waita harus mengganti pembalut pada tengah malam.Menorrhagia juga berhubungan dengan kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan.Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid. Etiologi Menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu,Gangguan pembekuan,Walaupun keadaan perdarahan tertentu seperti ITP dan penyakit von willebrands berhubungan dengan peningkatan menorrhagia, namun efek kelainan pembekuan terhadap individu bervariasi. Pada wanita dengan tromboitopenia kehilangan darah berhubungan dengan jumlah trombosit selama haid.

Terapi Terapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau polip. Spektrum pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal seperti pengangkatan dinding endometrium (endomiometrial resection atau EMR), polip (polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang refrakter). Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettles purse, agrimony, ramuan cina, ladies mantle, vervain dan raspbery merah yang diperkirakan dapat memperkuat uterus.Vitex juga dianjurkan untuk mengobati menorrhea dan sindrom pre-mentrual.Dianjurkan juga pemberian suplemen besi untuk mengganti besi yang hilang melalui perdarahan. Vitamin yang diberikan adalah vitamin A karena wanita dengan lehilangan darah hebat biasanya mengalami penurunan kadar vitamin A dan K yang dibutuhkan untuk pembekuan darah. Vitamin C, zinc dan bioflavinoids dibutuhkan untuk memperkuat vena dan kapiler. Prognosis

Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.

Hipomenorrhea (kriptomenorrhea) Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.Dapat disebabkan oleh stenosis pada himen, servik atau uterus.Pasien dengan obat kontrasepsi kadang memberikan keluhan ini.Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana jaringan endometrium sedikit.

Dismenorrhea Definisi Dismenorrhea adalah nyeri sewaktu haid.Dismenorrhea terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.

Klasifikasi
Dismenorrhea primer (idiopatik)

Dismenorrhea primer adalah dismenorrhea yang mulai terasa sejak menarche dan tidak ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya. Dismenorrhea primer terjadi pada 90% wanita dan biasanya terasa setelah mereka menarche dan berlanjut hingga usia pertengahan 20-an atau hingga mereka memiliki anak. Sekitar 10% penderita dismenorrhea primer tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari.Gejala nya mulai terasa pada 1 atau 2 hari sebelum haid dan berakhir setelah haid dimulai.Biasanya nyeri berakhir setelah diberi kompres panas atau oleh pemberian analgesik.Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu hiperaktivitas uterus, endotelin, prostaglandin, vasopressin dan kerusakan saraf perifer.Hiperaktivitas uterus berhubungan dengan

aliran darah uterus.Hiperaktivitas uterus terjadi pada endometriosis dan adenomiosis.Uterus yang berkontraksi menyebabkan angina sehingga terjadilah nyeri. Endotelin adalah uterotonin poten pada uterus yang tidak hamil.Endotelin berperan menginduksi kontraksi otot polos pada perbatasan dengan kelenjar endometrium.Tempat yang paling banyak mengandung ikatan endotelin adala epitel kelenjar pada tempat tersebut.Endotelin tersebut dapat menginduksi pelepasan PGF2 dan menginduksi kelenjar lainnya untuk menghasilkan endorpin lainnya (parakrin). Iskemi yang terjadi akibat kontraksi selanjutnya merangsang pelepasan endorpin dan PGF2 sehingga akan menyebabkan disperistaltis lebih lanjut. Endometrium wanita dengan dismenorrhea menghasilkan PGF2 lebih banyak daripada wanita normal. PGF2 adalah oksitoksi dan vasokonstriktor yang poten yang bila diberikan pada uterus akan menghasilkan nyeri dan mengakibatkan pengeluaran darah haid. Alasan mengapa PGF2 lebih tinggi pada wanita tertentu belum diketahui dengan pasti.Pada beberapa wanita, prostaglandin dapat mengakibatkan otot polos dalam sistem gastrointestinal berkontraksi sehingga menyebabkan mual, muntah dan diare.Vasopresin merupakan vasokonstriktor yang menstimulasi miometrium berkontraksi. Pada hari pertama menstruasi,kadar vasopresin meningkat pada wanita dengan dismenorrhea.Kerusakan saraf perifer pada miometrium dan serviks oleh persalinan. Hal ini menjelaskan mengapa pada wanita yang telah melahirkan dismenorrhea dapat berkurang.

Dismenorrhea sekunder Dismenorrhea sekunder biasanya terjadi kemudian setelah menarche6. Biasanya disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap haid namun berlangsung lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus.Nyeri mungkin nyeri pada salah satu sisi abdomen. Dismenorrhea sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis dimana jaringan uterus tumbuh di luar uterus dan ini dapat terjadi pada wanita tua maupun muda. Implan ini masih bereaksi terhadap estrogen dan progesteron sehingga dapat meluruh sat haid. Hasil peluruhan bila jatuh ke dalam rongga abdomen dan merangsang peritoneum akan menghasilkan nyeri. Endometriosis ditemukan pada 10-15% wanita usia 25-33 tahun2. Dismenorrhea sekunder dapat juga disebabkan fibroid, penyakit radang panggul; IUD; tumor pada tuba fallopi, usus atau vesika urinaria; polip uteri; inflmatory bowel desease; skar atau perlengketan akibat operasi sebelumnya

dan adenomiosis yaitu suatu keadaan dimana endometrium tumbuh menembus miometrium.

Perbedaan gambaran klinis dismenore primer dan sekunder Dismenore primer Onset singkat setelah menarche Dismenore sekunder Onset dapat terjadi kapan saja setelah menarche (khasnya setelah 25 tahun). Nyeri kram di perut bawah atau pelvis Waktu dari nyeri berubah-ubah sepanjang dengan awal keluarnya darah selama 8-72 jam. Pola nyeri sama setiap siklus. siklus menstruasi. Memburuk setiap waktu, dapat unilateral, dapat memburuk pada waktu berkemih Nyeri pada paha dan pinggang, sakit Dijumpai gejala ginekologi: dispareunia kepala, diare, mual dan muntah dapat danmenorragia. dijumpai. Tidak dijumpai kelainan patologis pelvis. Dijumpai abnormalitas pelvis patologis.

Pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak dibutuhkan dalam mendiagnosis dismenore primer.Pemeriksaan yang mendetail hanya dilakukan bila dari gejala klinis disangkakan suatu dismenore sekunder.

Pengobatan Dismenore Primer

Tujuan pengobatan dismenore primer adalah mengurangi nyeri atau gejala yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin, sehingga pemberian obat yang menghambat sintesis prostaglandin dan mempunyai efek analgesik merupakan pilihan. Pengobatan dengan menggunakan analgesik, OAINS dan penghambat spesifik COX-2 bekerja dengan mengurangi aktivitas cyclo-oxygenase sehingga menghambat produksi prostaglandin, sedangkan kontrasepsi oral bekerja dengan menghambat terjadinya ovulasi.Penghambat spesifik COX-2 yang sudah dilaporkan adalah rofecoxib dan valdecoxib.Pada pemberian kontrasepsi oral dosis rendah menunjukkan perbaikan dismenore dihubungkan dengan rasa nyeri yang terjadi. Pengobatan lain yang umum dipakai adalah latihan fisik, pemanasan daerah pelvis, intervensi tingkah laku, suplemen diet atau obat tradisional. Latihan fisik dapat meningkatkan aliran darah ke daerah pelvis sehingga menstimulasi pelepasan endorfin yang bekerja sebagai analgesik nonspesifik. Penempelan panas dengan suhu 39C selama 12 jam terbukti sama efektifnya dengan penggunaan ibuprofen. Dismenore Sekunder Pengobatan terutama ditujukan mencari dan menghilangkan penyebabnya, di samping pemberian obat-obat bersifat simtomatik.

Peranan Vitamin E dalam Pengobatan Dismenore Primer Vitamin E adalah pemutus rantai antioksidan yang larut dalam lemak, dengan aktivitas antioksidan yang terdiri dari 4 komponen tocopherols (,,,) dan 4 komponen tocotrienols (,,,) dengan struktur komponen dan aktifitas antioksidan yang dilihat pada gambar dibawah ini. Komponen yang paling banyak ditemukan secara alamiah adalah -tocopherol yang bekerja mencegah terjadinya peroksida dari asam lemak jenuh. Vitamin E bekerja dengan mempengaruhi pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dan konversi menjadi prostaglandin terhambat melalui enzim phospholipase A2 dan cyclooxygenase.Prostaglandin F2 adalah hormon yang paling berperan dalam menyebabkan dismenore karena terjadi vasokonstriksi dan kontraksi miometrium.15,24 Vitamin E juga berperan dalam menghambat protein kinase C yang merupakan suatu protein yang mengatur kerja enzim phospholipase A2.

2.infeksi pada organ reproduksi Cavum abdomen berhubungan dengan dunia luar Diduga melalui hubungan tsb infeksi dapat terjadi dari vulvitis menjadi peritonitis Mekanisme pertahanan tubuh: Epithel squamous berlapis dari vulva Asam laktat hasil metabolisme bakteri Doderlein Serviks uteri mengeluarkan lendir dan dapat mengental Cilia tubayang mengarah cavum uteri

VULVITIS Gejala : lekorea dan tanda adanya infeksi local Infeksi kulit berambut (follikulitis) Terjadi perubahan warna Bengkak Nyeri Bernanah

Therapi : antibiotika Infeksi kelenjar Bartholini (Bartholinitis) o Letak: dibagian bawah vulva o Perubahan warna kulit o Membengkak o Timbunan dnanah dalam kelenjar o Nyeri

Therapi: Marsupialisasi Vaginitis Infeksi disebabkan bakteri, parasit atau jamur. Sebagian besar berhubungan dengan PMS Gejala: Lekorea Panas dan gatal Suhui meningkat Vagina kemerahan, mudah berdarah Dispareunia Trikhomoniasis Trikhomonas vaginalisTermasuk parasit mempunyai flagella Lekorea kehijauan Gatal dan terasa terbakar Berbau Dispareunia Terdapat bintik pada dinding vagina

Therapi: Metronidazole Kandidiasis candida albicansJamur Keputihan kental bergumpal Sangat gatal dilepas dapat timbul perdarahanPada dinding vagina dijumpai membran putih

Terapi: Griseofulvin, Ketokonazole Servisitis Infeksi serviks uteri Gejala: Lekorea Kontak berdarah Pemeriksaan: serviks kemerahan Usia > 40 tahun waspada keganasan serviks Endometririts Radang pada kelenjar Rahim Gejala: Lekorea Nyeri pelvis bagian bawah Kadang perdarahan miometritisPenyebaran ke otot Rahim parametritisOrgan sekitar rahi, salfingitisSaluran tuba OoforoitisOvarium Absess panggul Penyakit radang panggul/PID infeksi yang meliputi uterus, tuba, ovarium

Gejala : Nyeri daerah pelvis Lekorea bercampur nanah Temperatur meningkat Nadi, pernafasan bertambah dengan Tekanan darah tetap

Pemeriksaan: Distensi Nyeri goyang serviks Teraba tumor karena pembentukan abses Penyebab mikroorganisme ITG Kandidiasis Trikhomoniasis Neisseria gonorheaGonorea Diplokokkus intraseluler Gram negative perih (rasa terbakar) saat kencingGejala utama: dysuria lekorea purulen, serviks gambaran merah dagingKlamidia trakhomatis SIFILIS Penyebab : Trepanoma pallidum (spirochaeta) stadium lanjut ruam kulit tak gatal, gangguan jantung, vaskulitisTanda: ulkus tak nyeri, lnn membesar Infeksi yang lain Herpes genital(HSV) Ulkus mulripel, perih, dangkal Condiloma accumnata Pertumbuhan seperti bunga kol, tak nyeri sekitar anus, vulvo vagina, perineum dan uretra.

Definisi Genital Herpes Genital herpes, juga umumnya disebut "herpes" adalah infeksi virus oleh herpes simplex virus (HSV) yang ditularkan melalui kontak intim dengan lapisan-lapisan yang ditutupi lendir dari mulut atau vagina atau kulit genital. Virus memasuki lapisan-lapisan atau kulit melalui robekan-

robekan mikroskopik.Sekali didalam, virus berjalan ke akar-akar syaraf dekat sumsum tulang belakang (spinal cord) dan berdiam disana secara permanen. Ketika seseorang yang terinfeksi mempunyai perjangkitan herpes, virus berjalan menuruni serabut-serabut syaraf ke tempat dari asal infeksi. Ketika ia mencapi kulit, kemerahan dan lepuhan-lepuhan (blisters) yang khas terjadi. Setelah perjangkitan awal, perjangkitanperjangkitan yang berikut cenderung menjadi sporadik.Mereka mungkin terjadi mingguan atau bahkan tahunan berpisahan. Dua tipe-tipe dari virus-virus herpes berhubungan dengan luka-luka genital: herpes simplex virus-1 (HSV-1) dan herpes simplex virus-2 (HSV-2). HSV-1 lebih sering menyebabkan blisters dari area mulut sementara HSV-2 lebih sering menyebabkan luka-luka genital pada area sekitar anus. Perjangkitan dari herpes berhubungan erat pada berfungsinya sistim imun.Wanita-wanita yang mempunyai sistim-sistim imun yang ditekan, karena stress, infeksi, atau obat-obat, mempunyai perjangkitan-perjangkitan (outbreaks) lebih seringkali dan bertahan lebih lama. Diperkirakan bahwa sebanyak 50 juta orang-orang di Amerika terinfeksi dengan genital HSV.Genital herpes disebar hanya dengan kontak langsung orang ke orang.Dipercayai bahwa 60% dari kaum dewasa yang aktif secara seksual membawa virus herpes.Sebagian dari sebab untuk angka infeksi tinggi yang berlanjut adalah bahwa kebanyakan wanita-wanita yang terinfeksi dengan virus herpes tidak mengetahui bahwa mereka terinfeksi karena mereka mempunyai sedikit atau tidak mempunyai gejala-gejala.Pada banyak wanita-wanita, ada perjangkitan-perjangkitan "atypical" dimana satu-satunya gejala mungkin adalah gatal yang ringan atau ketidaknyamanan yang minimal.Lebih dari itu, lebih lama wanita itu telah mempunyai virus, lebih sedikit gejala-gejala mereka punyai dengan perjangkitan-perjangkitan mereka. Akhirnya, virus dapat melepaskan diri dari cervix kedalam vagina pada wanita-wanita yang tidak mengalami segala gejala Gejala-Gejala Dari Genital Herpes Sekali terpapar pada virus, ada periode inkubasi yang umumnya berlangsung 3 sampai 7 hari sebelum luka berkembang.Selama waktu ini, tidak ada gejala-gejala dan virus tidak dapat ditularkan ke yang lain-lain.Perjangkitan (outbreak) biasanya mulai dalam dua minggu infeksi awal dan bermanifestasi sebagai sensasi gatal atau kesemutan yang diikuti oleh kemerahan kulit.Akhirnya, lepuhan (blister) terbentuk. Blisters dan borok-borok (ulcers) berikut yang terbentuk ketika blisters pecah, biasanya sangat menyakitkan untuk disentuh dan mungkin

berlangsung dari 7 hari sampai 2 minggu. Infeksi dengan pasti menular dari waktu gatal ke waktu kesembuhan total dari borok, biasanya dalam 2-4 minggu. Bagaimanapun, seperti dicatat diatas, individu-individu yang terinfeksi dapat juga menularkan virus ke pasangan-pasangan seks mereka pada ketidakhadiran dari perjangkitan yang dikenali. Mendiagnosa Genital Herpes Genital herpes dicurigai ketika banyak blister-blister yang menyakitkan terjadi pada area yang terpapar secara seksual. Selama perjangkitan awal, cairan dari blisters mungkin dikirim ke laboratorium untuk mencoba dan membiakan virus, namun pembiakan-pembiakan hanya mengembalikan hasil yang positif pada kira-kira 50% dari mereka yang teinfeksi. Dengan katakata lain, hasil tes negatif dari blister tidak begitu bermanfaat seperti hasil tes positif, karena tes mungkin adalah tes negatif-palsu. Bagaimanapun, jika sample dari tes-tes blister yang terisi cairan (pada stadium awal sebelum ia mengering dan berkerak) positif untuk herpes, hasil tes adalah sangat dapat dipercayai. Pembiakan-pembiakan yang diambil selama kondisi perjangkitan awal adalah lebih mungkin positif untuk kehadiran dari HSV daripada pembiakan-pembiakan dari perjangkitan-perjangkitan berikut. Ada juga tes-tes darah yang dapat mendeteksi antibodi-antibodi pada virus-virus herpes yang dapat bermanfaat pada beberapa situasi-situasi.Tes-tes ini adalah spesifik untuk HSV-1 atau HSV-2 dan mampu untuk menunjukan bahwa seseorang telah terinfeksi pada beberapa waktu dengan virus, dan mereka mungkin bermanfaat dalam mengidentifikasi infeksi yang tidak menghasilkan gejala-gejala yang karakteristik.Bagaimanpun, karena hasil-hasil positif-palsu dapat terjadi dan karena hasil-hasil tes tidak selalu pasti, mereka tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin dalam penyaringan populasi-populasi yang berisiko rendah untuk infeksi HSV. Tes-tes diagnostik lain seperti polymerase chain reaction (PCR) untuk mengidentifikasi materi genetik dari virus dan rapid fluorescent antibody screening tests digunakan untuk mengidentifikasi HSV pada beberapa labor-labor.

Perawatan Untuk Genital Herpes Meskipun tidak ada kesembuhan yang diketahui untuk herpes, ada perawatan-perawatan untuk perjangkitan-perjangkitan (outbreaks).Ada obat-obat oral, seperti acyclovir (Zovirax), famciclovir (Famvir), atau valacyclovir (Valtrex) yang mencegah virus dari berlipatganda dan bahkan memperpendek lamanya erupsi.Meskipun ada agent-agent topical (dipakai secara

langsung pada luka-luka), mereka umumnya kurang efektif dari pada obat-obat lain dan tidak digunakan secara rutin.Obat-obat yang dikonsumsi melalui mulut, atau pada kasus-kasus yang parah secara intravena, adalah lebih efektif.Adalah penting untuk mengingat bahwa masih belum ada kesembuhan untuk genital herpes dan bahwa perawatan-perawatan ini hanya mengurangi keparahan dan durasi dari perjangkitan-perjangkitan. Karena infeksi awal dengan HSV cenderung menjadi episode yang paling parah, obat antivirus biasanya diberikan.Obat-obat ini dapat secara signifikan mengurangi nyeri dan mengurangi panjangnya waktu sampai luka-luka sembuh, namun perawatan dari infeksi pertama tidak nampak mengurangi frekwensi dari kekambuhan episode-episode. Berlawanan pada perjangkitan yang baru dari genital herpes, episode-episode herpes yang berulang cenderung ringan, dan manfaat dari obat-obat antivirus hanya diperoleh jika terapi dimulai segera sebelum perjangkitan atau dalam 24 jam pertama dari perjangkitan. Jadi, obat antivirus harus disediakan dimuka untuk pasien.Pasien diinstruksikan untuk memulai perawatan secepat sensasi "kesemutan" yang akrab sebelum perjangkitan terjadi atau pada penimbulan dari pembentukan blister. Akhirnya, terapi penekan untuk mencegah kekambuhan-kekambuhan yang seringkali mungkin diindikasikan untuk mereka yang dengan lebih dari enam perjangkitan-perjangkitan dalam tahun yang diberikan.Acyclovir (Zovirax), famciclovir Famvir), dan valacyclovir (Valtrex) mungkin semuanya diberikan sebagai terapi-terapi penekan. Herpes dapat disebar dari satu bagain tubuh ke yang lainnya selama perjangkitan (outbreak).
Oleh karenanya, adalah penting untuk tidak menyentuh mata-mata atau mulut setelah menyentuh blisters atau borok-borok (ulcers). Cuci tangan yang menyeluruh adalah keharusan selama perjangkitan-perjangkitan (outbreaks). Pakaian-pakaian yang telah bersentuhan dengan borok-borok harus tidak berbagi dengan yang lain-lain. Pasangan-pasangan yang ingin mengecilkan risiko penularan harus selalu menggunakan condoms jika pasangannya terinfeksi. Sayangnya, bahkan ketika pasangannya yang terinfeksi sekarang ini tidak mempunyai perjangkitan, herpes dapat disebar. Pasangan-pasangan mungkin juga ingin mempertimbangkan menghindari semua kontak-kontak seksual, termasuk mencium, selama perjangkitan dari herpes.

Karena perjangkitan genital herpes yang aktif (dengan blisters) selama kelahiran dapat berbahaya pada bayi, wanita-wanita hamil yang mencurigai bahwa mereka mempunyai genital herpes harus memberitahu dokter mereka. Wanita-wanita yang mempunyai herpes dan hamil dapat mempunyai kelahiran melalui vagina sejauh mereka tidak mengalami gejala-gejala atau sebenarnya mempunyai perjangkitan ketika pada kelahiran.

VAGINOSIS BAKTERIAL Apa yang dimaksud dengan Vaginosis Bakterial? Pertumbuhan bakteri normal vagina secara berlebihan menyebabkan produksi cairan vagina yang berlebihan (keputihan). Dulu, keadaan ini dinamakan Gardnerella Vaginitis karena ditemukannya bakteri ini pada cairan keputihan, namun istilah Vaginosis Bakterial memperlihatkan bukti bahwa penyakit ini terjadi akibat pertumbuhan hebat bakteri normal vagina. Gangguan keseimbangan pertumbuhan bakteri ini menyebabkan terjadinya fluor albus yang sangat berbau.Sebenarnya keadaan ini tidak membahayakan jiwa, namun sangat mengganggu baik bagi wanita itu sendiri maupun pasangan seksualnya. Terhadap semua penderita keputihan yang berlebihan harus diperiksa kemungkinan penyebab infeksi vagina yang sifatnya lebih serius seperti misalnya akibat chlamydia atau gonorrhoea Bagaimana gejala Vaginosis Bakterial? Gejala Vaginosis Bakterial adalah fluor albus yang amat berbau.Umumnya tidak disertai gejala lainnnya.Jumlah cairan fluor albus dapat normal atau berlebihan sehingga fluor albus pada seorang wanita harus diperiksa lebih lanjut.Cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer dan berwarna keabu-abuan dan umumnya keluar pasca sanggama sehingga sering mengakibatkan masalah dalam hubungan seksual terutama pada pria. Apa penyebab Vaginosis Bakterial ? Penyebab pasti Vaginosis Bakterial sulit ditentukan.Saat ini diperkirakan bahwa keadaan ini disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Menurunnya jumlah laktobaksil penghasil hidrogen peroksida menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik. Tidak diketahui dengan pasti mengapa kombinasi dari berbagai bakteri tersebut dapat menyebabkan Vaginosis Bakterial.Terdapat sejumlah faktor yang meningkatkan resiko kemungkinan terjadinya Vaginosis Bakterial antara lain : pasangan seksual multiple, pasangan seksual baru, vaginal docuhing , merokok.

Bagaimana menegakkan diagnosa Vaginosis Bakterial? Bila seseorang menderita fluor albus maka dokter akan menentukan apakah hal tersebut normal atau tidak normal. Data tambahan yang diperlukan untuk itu adalah data lain yang menyertai seperti demam, nyeri panggul, pasangan seksual yang banyak atau pasangan seksual baru ( terutama pada sanggama tanpa perlindungan ) dan riwayat penyakit menular seksual. Pada penderita akan dilakukan pemeriksaan vagina dan dokter akan menilai keadaan mukosa vagina dan servik serta keadaan adneksa dan parametrium. Melalui pemeriksaan pula ini dokter akan mengambil sediaan cairan vagina untuk pemeriksaan chlamydia dan gonorrhoea. Pemeriksaan mikroskopik cairan vagina dapat membedakan apakah keadaan tersebut disebabkan oleh vaginosis bakterial atau disebabkan oleh candidiasis ( infeksi jamur ) atau trichomonas vaginalis ( satu jenis dari penyakit menularseksual ). Diagnosa Vaginosis Bakterial ditegakkan bila pada pemeriksaan ditemukan :

clue cell dan berkurangnya jumlah laktobaksilus ( bakteri normal vagina) pH vagina > 4.5 Whiff test positif ( keluarnya bau anyir saat cairan vagina dibubuhi beberapa tetes KOH 10% )

Bagaimana pengobatan Vaginosis Bakterial? 1. Metronidazole dalam bentuk pil oral atau sediaan vagina. 2. Klindamisin krim vagina 3. Tinidazole 50% kasus Vaginosis Bakterial dapat mengalami kekambuhan dalam waktu 12 bulan setelah pemberian terapi yang berhasil dan keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian terapi ulangan. Apa komplikasi Vaginosis Bakterial ? Vaginosis Bakterial dapat sembuh sempurna setelah terapi dan tidak memerlukan tindak lanjut.Dalam kehamilan Vaginosis Bakterial dapat menyebabkan persalinan preterm, amnionitis serta endometritis pasca persalinan.Terapi Vaginosis Bakterial tanpa gejala saat kehamilan tidak menurunkan kejadian persalinan preterm.Dengan demikian maka pemeriksaan skrining Vaginosis Bakterial selama kehamilan merupakan kontroversi, namun skrining vaginosis

bakterial selama kehamilan perlu dilaksanakan pada kasus kehamilan dengan riwayat persalinan preterm sebelumnya.

Selayang pandang Vaginosis Bakterial 1. Vaginosis bakterial adalah keadaan yang abnormal dan ditandai dengan fluor albus yang amat berbau dan diakibatkan oleh pertumbuhan berlebihan bakteri vagina normal dalam vagina. 2. Vaginosis Bakterial tidak membahayakan jiwa namun sangat mengganggu 3. Gejala umum Vaginosis Bakterial adalah fluor albus yang berbau namun 50 75 kasus tidak menunjukkan gejala apapun juga. 4. Harus disingkirkan kemungkinan infeksi Chlamydia dan Gonorrheoa 5. Pilihan terapi : metronidazole per oral atau topikal, klindamisin 6. Dapat menyebabkan komplikasi serius dalam kehamilan
7. Setelah keberhasilan terapi, kemungkinan terjadinya rekurensi Vaginosis Bakterial sangat

besar.

1. keganasan pada organ reproduksi

Ca Serviks A. Pengertian Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997). B. Etiologi Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain : 1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda 2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. 3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks. 1. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. 6. Hygiene dan sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. 7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian

menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks Mikroskopis 1. Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

2. Stadium karsinoma insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks. 3. Stadium karsionoma mikroinvasif. Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. 4. Stadium karsinoma invasive Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. 5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks

Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

Markroskopis 1. Stadium preklinis Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa 2. Stadium permulaan Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum 3. Stadium setengah lanjut Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio 4. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. Gejala Klinis 1. Perdarahan Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya.Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat. 2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada

stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

E. Pemeriksaan diagnostic 1. Sitologi/Pap Smear Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

2. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

4. Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali

5. Biopsi Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

6. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

F. Klasifikasi klinis - Stage 0: Ca.Pre invasive - Stage I: Ca. Terbatas pada serviks - Stage Ia ; Disertai invasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis - Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I - Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal - Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina - Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

G. Terapi 1. Irradiasi o Dapat dipakai untuk semua stadium o Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

o Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

Dosis : Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

Komplikasi Irradiasi o Kerentanan kandungan kencing o Diarrhea o Perdarahan rectal o Fistula vesico atau rectovaginalis

2. Operasi o Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II o Operasi histerektomi vagina yang radikal

3. Kombinasi (Irradiasi dan pembedahan) Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. 4. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

4. Endometriosis

Pengertian Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.

Etiologi Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:

Wanita usia produktif ( 15 44 tahun ) Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari) Spotting sebelum menstruasi Peningkatan jumlah estrogen dalam darah Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis Terpapar Toksin dari lingkungan

Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.

Manifestasi Klinis Tanda dan gejala endometriosis antara lain : 1. Nyeri : Dismenore sekunder Dismenore primer yang buruk Dispareunia Nyeri ovulasi

Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter.

2. Perdarahan abnormal Hipermenorea Menoragia Spotting belum menstruasi Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi

3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar Darah pada feces Diare, konstipasi dan kolik

Patofisiologi Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik.Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal.Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat.Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain : 1. Uji serum

CA-125 Sensitifitas atau spesifisitas berkurang

Protein plasenta 14Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.

Antibodi endometrial Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

2. Teknik pencitraan

Ultrasound Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%

MRI 90% sensitif dan 98% spesifik

Pembedahan Melalui laparoskopi dan eksisi.

Terapi Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain :

1. Pengobatan Hormonal

Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudopregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah : Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose Progestrogen, seperti provera, primolut GnRH Pil kontrasepsi kombinasi Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.

Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.

5.Pemeriksaan Ginekologi Apakah IVA Tes itu? IVA singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Bahkan nama populer program yang sedang digalakkan pemerintah melalui puskesmas-puskesmas IVA adalah metode baru deteksi dinikanker leher rahim dengan mengoleskan asam asetat (cuka) ke dalam leher rahim. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa. Apa keunggulan IVA Tes? Hasil segera diketahui Efektif, Aman, dan Praktis Teknik pemeriksaan sederhana Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih

Bagaimanakah cara kerja IVA Tes?

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar). Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim.Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker.Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.

Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus). Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou, MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal anda menghindari timbulnya kanker serviks. Sejak wanita mulai melakukan Pap smear lebih dari 50 tahun lalu, angka kematian karena kanker serviks menurun drastis. Dulu kanker serviks merupakan penyebab utama kematian karena kanker pada wanita di Amerika Serikat, namun kini hanya menempati urutan ke 15 menurut American Cancer Society. Sekitar 3.700 wanita meninggal setiap tahun karena kanker serviks (angka ini dapat terus menurun jika lebih banyak wanita melakukan Pap smear). Siapa yang Harus Melakukan Pap Smear? American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3 tahun setelah

hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun, petunjuknya sbb:

Usia (tahun) 21 29

Frekuensi Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan Setiap 2 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahun

30 69

Lebih dari 70

Tanpa melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes setiap tahun. Faktor resikonya yaitu: riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih dari 1 pasangan seks saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple) pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak pasangan seksual sebelumnya riwayat penyakit menular seksual riwayat keluarga dengan kanker serviks diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker infeksi human papilloma virus (HPV) perokok terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir infeksi HIV sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ, kemoterapiatau penggunaan kortikosteroid kronis Jika anda melakukan histerektomi total (operasi pengangkatan uterus termasuk serviks) tanyakan dokter anda apakah anda perlu melanjutkan Pap smear. Jika histerektomi dilakukan

untuk kondisi non-kanker, seperti fibroids, anda dapat menghentikan Pap smear rutin. Namun jika histerektomi dilakukan untuk kondisi prakanker atau kanker, saluran vagina anda harus diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan abnormal. Persiapan Pap Smear Untuk meyakinkan Pap smear anda efektif, ikuti tips berikut sebelum melakukan tes: hindari berhubungan seksual atau menggunakan obat vaginal atau busa/krim/gel spermisid selama 2 hari sebelum melakukan Pap smear karena ini dapat menyembunyikan sel abnormal coba untuk tidak menjadwalkan Pap smear selama periode haid anda, walaupun tes dapat dilakukan lebih baik untuk menghindari waktu tertentu dari siklus anda Bagaimana Pap Smear Dilakukan?

Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda berbaring di atas meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter akan mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk pemeriksaan mikroskopis.

Apa beda dan kesamaan IVA Tes dengan Pap Smear Tes Kesamaannya : IVA Tes dan Pap Smear Tes adalah sama-sama bertujuan untuk pemeriksaan penapisan/skrining terhadap kelainan pra kanker di mulut rahim atau kanker serviks dan sama-sama menggunakan bantuan alat spekulum/cocor bebek yang akan dimasukkan ke dalam vagina untuk dapat menampakkan mulut rahim/serviks. Bedanya : hanya pada methode pemeriksaan.

IVA Tes bisa dilakukan oleh bidan yang sudah mendapat pelatihan.Caranya dengan mengoleskan asam asetat (cuka) ke dalam leher rahim. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa, yang dapat dilihat dengan kasat mata si pemeriksa. Pap Smear Tes dilakukan dengan cara mengusap mulut rahim dan sedikit leher rahim menggunakan sikat kecil dan halus. Kemudian hasil usapan tersebut dipulas ke sediaan kaca objek.Setelah diberi pewarnaan khusus sediaan tersebut diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat apakah sel-sel epitel mulut rahim masih dalam batas normal atau sudah mulai ada perubahan. Tentunya nilai sensitivitas dan spesivisitas serta akurasi pap smear jauh lebih baik dari IVA.

6. Kanker Leher Rahim (Carcinoma Cervix) Serviks atau leher rahim merupakan bagian bawah rahim yang menonjol pada liang sanggama (vagina). Kanker Leher Rahim (Serviks) atau Karsinoma Serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim. Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.

Penyebab

Sekitar 90-99 persen jenis kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Virus ini bisa ditransfer melalui hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi. Infeksi virus ini kadang tidak menimbulakan gejala, sehingga terkadang sulit untuk dideteksi. Gejala yang ditimbulkan Pada kondisi prakanker, umumnya tidak ada gejala dan tak ada rasa nyeri. Bila kanker ini sudah muncul, gejalanya dapat berupa : 1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. 2. Nyeri pada saat bersanggama 3. Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal. 4. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause 5. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah. 6. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila

nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya. 8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

Penyebaran Seperti layaknya kanker, jenis kanker ini juga dapat mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu : Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya Melalui pembuluh darah (hematogen) Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan rectum

Faktor Risiko
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda

Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
2. Berganti-ganti pasangan seksual

Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.
3. Merokok

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok.Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus.

4. Defisiensi Zat Gizi

Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).

5. Trauma kronis pada serviks, seperti infeksi, pascamelahirkan, dan iritasi menahun 6. Melahirkan banyak anak

Deteksi Dini Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah.

KANKER PAYUDARA

PENGERTIAN Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Kanker payudara sendiri merupakan suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Golongan yang memiliki resiko tinggi kanker payudara antara lain: 1. Wanita diatas usia 30 tahun. 2. Pernah mempunyai riwayat kanker payudara. 3. Usia diatas 25 tahun yang keluarganya (Ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan satu ibu) pernah menderita kanker payudara. 4. Tidak menikah. 5. Menikah tetapi tidak pernah melahirkan anak. 6. Melahirkan anak pertama setelah berusia 35 tahun. 7. Tidak menyusui. 8. Mengalami trauma berulang kali pada payudara. 9. Menderita lesi fibrokistik yang gross. 10. Menarche pada usia yang sangat muda. 11. Mengalami radiasi sebelumnya pada payudara (pengobatan keloid).

12. Cenderung obesitas. 13. Pernah dioperasi payudara atau alat reproduksinya. 14. Pernah mendapat obat hormonal yang lama karena mandul. 15. Mengalami berbagai macam goncangan jiwa yang hebat dalam kehidupannya (bercerai, tidak dapat menikah, dimadu dan sebagainya).

PENYEBAB Pemicu kanker pada dasarnya belum diketahui secara pasti, namun terdapat bahan-bahan yang diduga sebagai pemicu kanker. Bahan-bahan yang dimaksud disebut karsinogenik. Bahan-bahan yang masuk dalam kelompok karsinogen yaitu: 1. Senayawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccarin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi. 2. Faktor fisik, seperti radiasi sinar -x, nuklir, dan radionukleide. 3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus. 4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker. 5. Kelemahan genetik sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.

GEJALA Gejala-gejala yang menandakan adanya serangan kanker yang umum dapat dilihat dan dirasakan: 1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan,umumnya tidak nyeri. 2. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah 3. Timbul benjolan kecil dibawah ketiak 4. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu

5. Kulit payudara berwarna merah atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema, hingga kulit mengerut seperti kulit jeruk (peau dorange) 6. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam (retraksi). 7. Timbul borok (ulkus) pada payudara yang makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk dan mudah berdarah. FAKTOR RISIKO Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor, yaitu: Faktor Genetik Riwayat keluarga. Mutasi gen Faktor Hormon Riwayat kehamilan. Perempuan yang melahirkan anak di bawah usia 30 tahun mempunyai risiko lebih rendah mengalami kanker payudara dibanding perempuan yang melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak memilki anak sama sekali. Riwayat menyusui. Risiko kanker payudara akan menurun jika perempuan sering menyusui dan dalam jangka waktu yang lama. Riwayat haid. Perempuan yang pertama kali mengalami haid lebih awal (sebelum usia 12 tahun) atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki risiko tinggi. Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi sulih hormon, pil KB yang mengandung estrogen saja. Faktor risiko akan meningkat jika penggunaan dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu lama. Faktor Diet

Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara meyakinkan kaitan diet dengan kejadian kanker payudara. Hanya saja diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan faktor risiko kanker payudara. Sedangkan diet yang mengandung omega 3 (ikan), buah, sayur, makanan yang mengandung fitoestrogen (tahu, tempe), dan vitamin antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan faktor risiko.

Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko melalui jalur hormonal.

Faktor Lingkungan

Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena pada usia sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma hodgkin yang mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.

Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau berada pada lingkungan yang terpapar dengan medan elektromagnetik dengan kejadian kanker payudara.

PEMERIKSAAN a. Deteksi Dini Kanker Payudara Langkah penting yang dapat dilakukan setiap perempuan untuk menurunkan risiko kematian akibat adanya kanker payudara adalah dengan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan pada 7-10 hari setelah haid selesai karena pada saat itu payudara terasa lunak.Tujuan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI):


1. Lihat perubahan bentuk payudara di depan cermin. Mula-mula dengan kedua lengan

disamping badan, kemudian kedua lengan diangkat diatas kepala, akhirnya dengan kedua lengan ditekan kuat diatas pinggul dan tegangkan otot dada. Pada setiap posisi putar badan dari samping ke samping dan perhatikan perubahan dalam bentuk dan besarnya payudara, perubahan dari puting susu, perubahan dari kulit payudara. 2. Rasakan perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan lengan kanan kamu di bawah kepala. Gunakan tangan kiri kamu untuk memeriksa payudara sebelah kanan. Ratakan jari-jari kamu mendatar untuk merasakan adanya benjolan atau penebalan.

3. Perhatikan tanda-tanda pendarahan atau keluarnya cairan dari puting susu. Perlahan-lahan pencet puting susu dan lihat apakah ada darah atau cairan yang keluar. 4. Ulangi cara yang sama untuk payudara yang sebelah kiri. Kali ini bantal harus dibawah bahu kiri, letakkan tangan kiri anda dibawah kepala dan gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri. b. Mammogram Screening mammogram dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan payudara yang asymptomatic (tidak menunjukkan gejala klinis).Tidak perlu terlalu khawatir tentang sinar x yang digunakan dalam aman. Bahkan jika mammogram ini dilakukan rutin sejak usia 40 tahun sampai 90 tahun, total dosisnya pun masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan dosis yang harus diterima jika pasien harus menjalani radioterapi untuk pengobatan kanker payudara. Bila sudah menopause lakukan pemeriksaan payudara pada tanggal yang sama setiap bulan. Bila belum menopause, waktu terbaik untuk untuk memeriksa payudara 7-10 hari setelah terakhir haid.

c. Genetic Testing for BRCA Gene Mutations Pada wanita wanita yang memiliki faktor resiko bisa melakukan genetic testing yang dilakukan dengan mengambil sample darah pasien untuk diperiksa di laboratorium. Tes ini tidak sembarangan bisa dilakukan karena hasilnya (terutama jika hasilnya positif) bisa mempengaruhi kehidupan psikologis pasien. Hasil positif tes akan membuat pasien menjalani hidup dengan ketidakpastian dan ketakutan akan menderita kanker di kemudian hari. Di satu sisi pasien akan bisa lebih berhati hati menjaga gaya hidupnya, lebih teratur cek kesehatan, sehingga pengobatan bisa sedini mungkin dilakukan, tapi di lain pihak pasien juga merasa depresi dan cemas. Perlu berpikir masak masak dan perlu pendampingan psikologis juga sebelum dan sesudah genetic testing ini.

PENCEGAHAN DAN SARAN Kanker payudara dapat dicegah dengan cara: Pencegahan dari segi medis:

1. Obat pencegah kanker payudara. Perempuan dengan resiko tinggi bisa mendapatkan terapi Tamoksifen, yang bekerja dengan cara memblokade efek pemicu tumor dari estrogen. 2. Mastektomi sebelum serangan kanker. Untuk perempuan dari keluarga dengan resiko genetik yang sangat tinggi, ada suatu mastektomi untuk pencegahan kanker payudara. Mastektomi ini mengangkat jaringan payudara, tapi tidak seluruhnya, sehingga kemungkinan terjadinya kanker masih ada. Sedangkan pencegahan secara alami meliputi : 1. Berolah raga secara teratur. 2. Kurangi lemak. 3. Bila Anda mengkonsumsi daging, jangan dibakar terlalu matang. Daging-daging yang dibakar/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik (amino heterosiklik). Semakin lama dibakar, semakin banyak senyawa ini terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam daging bakar yang lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam. 4. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Semakin banyak buah dan sayuran segar (buncis, daun singkong, kacang panjang, daun pepaya) yang dimakan, semakin berkurang resiko untuk semua kanker, termasuk kanker payudara. 5. Mengkonsumsi suplemen anti-oksidan. 6. Makan lebih banyak serat. Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran juga mengandung banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen dalam saluran pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang. 7. Makan lebih banyak tahu dan makanan yang mengandung kedelai. Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya tamoksifen, senyawa ini mirip dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh,

mengikatnya keluar dari sel payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara. Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh. 8. Hindari alkohol. 9. Perhatikan berat badan anda. 10. Hindari xeno-estrogens. Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh. 11. Berjemur dibawah sinar matahari. 12. Jangan merokok. Merokok akan meningkatkan resiko kanker payudara. 13. Menyusui/memberikan ASI kepada anak Anda Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause. 14. Pertimbangkan kembali sebelum menggunakan terapi pengganti hormon (Hormone Replacement Therapy = HRT). Ada beberapa alasan bagus untuk melakukan HRT sesudah masa menopause, yaitu mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis dan penyakit Alzheimers. Tetapi HRT akan menambah resiko kanker payudara. 15. Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi dan meditasi. 16. Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu lama.

Larangan atau Pantangan Penderita Kanker Payudara. Jika sudah terserang kanker payudara, kita harus menghindari atau mengurangi asupan konsumsi beberapa jenis makanan. Karena ada kalanya makanan atau minuman tertentu akan memacu pertumbuhan sel abnormal, termasuk kanker payudara. Ada diantaranya yang mengandung zat tumbuh yang jika diasup akan merangsang pembesaran kanker.

Ada pula yang mengandung karsinogenik akibat proses pengawetan. Dan ada pula yang jika dikonsumsi akan mengurangi efek kerja obat dalam tubuh. Beberapa makanan dan minuman yang dianjurkan untuk dihindari atau dikurangi konsumsinya: tauge, vetsin, tape, es, cabai, kurangi garam, lengkeng, alkohol, nanas, sawi putih, daging merah, rokok, nangka, durian, soft drink, kangkung, ikan asin. Pil kontrasepsi oral yang merupakan gabungan estrogen dan progesteron tidak banyak pengaruhnya pada resiko kanker payudara. Untuk wanita diatas usia 35 tahun dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi oral oleh karena dapat memperburuk tumor yang sudah ada pada payudara atau alat reproduksi lainnya.

7. PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL Perdarahan abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya, yang terjadi didalam atau diluar haid sebagai wujud klinis gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium, endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi, seperti radang, tumor, keganasan, kehamilan atau gangguan sistemik lain. Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-kelainan ovulasi, suklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya. Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus disfungsional dapat dibagi seperti table 1.

Tabel 1.Latar belakang kelainaan perdarahan uterus disfungsional (PUD) dan bentuk kelainannya. Dasar kelainan Bentuk klinis

Ovulasi

PUD ovulatorik PUD anovulatorik

Siklus

Metroragia Polimenorea Oligomenorea Amenorea

Jumlah perdarahan

Menoragia Perdarahan bercak prahaid Perdarahan bercak paskahaid

Anemia

PUD ringan PUD sedang PUD berat

Perdarahan uterus disfungsional biasanya berhubungan dengan satu dari tiga keadaan ketidak seimbangan hormonal, berupa: estrogen breakthrough bleeding, estrogen withdrawal bleeding dan progesterone breakthrough bleeding. Pada perdarahan uterus disfungsional ovulatorik perdarahan abnormal terjadi pada siklus ovulatorik dimana dasarnya adalah ketidakseimbangan hormonal akibat

umur korpus luteum yang memendek atau memanjang, insufisiensi atau persistensi korpus luteum.Perdarahan uterus disfungsional pada wanita dengan siklus anovulatorik muncul sebagai perdarahan reguler dan siklik. Sedang pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik perdarahan abnormal terjadi pada siklus anovulatorik dimana dasarnya adalah defisiensi progesterone dan kelebihan progesterone akibat tidak terbentuknya korpus luteum aktif, karena tidak terjadinya ovulasi. Dengan demikian khasiat estrogen terhadap endometrium tak ber lawan. Hampir 80% siklus mens anovulatorik pada tahun pertama menars dan akan menjadi ovulatorik mendekati 18-20 bulan setelah menars.Perdarahan uterus disfungsional dikatakan akut jika jumlah per darahan pada satu saat lebih dari 80 ml, terjadi satu kali atau berulang dan memerlukan tindakan penghentian perdarahan segera. Sedangkan perdarahan uterus disfungsional kronis jika perdarahan pada satu saat kurang dari 30 ml terjadi terus menerus atau tidak tidak hilang dalam 2 siklus berurutan atau dalam 3 siklus tak berurutan, hari perdarahan setiap siklusnya lebih dari 8 hari, tidak memerlukan tindakan penghentian perdarahan segera, dan dapat terjadi sebagai kelanjutan perdarahan uterus disfungsional akut.

III. PENATALAKSANAAN SECARA UMUM PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL Penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional secara umum perlu memperhatikan faktor-faktor berikut: a. Umur, status pernikahan, fertilitas.

Hal ini dihubungkan dengan perbedaan penanganan pada tingkatan perimenars, reproduksi dan perimenopause.Penanganan juga seringkali berbeda antara penderita yang telah dan belum menikah atau yang tidak dan yang ingin anak. b. Berat, jenis dan lama perdarahan. Keadaan ini akan mempengaruhi keputusan pengambilan tindakan mendesak atau tidak c. Kelainan dasar dan prognosisnya. Pengobatan kausal dan tindakan yang lebih radikal sejak awal telah dipikirkan jika dasar kelainan dan prognosis telah diketahui sejak dini. Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional adalah: 1. Memperbaiki keadaan umum 2. Menghentikan perdarahan 3. Mengembalikan fungsi hormon reproduksi. Yang meliputi: pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk pemicuan ovulasi. 4. Menghilangkan ancaman keganasan

8. Kelenjar Bartholin terletak bilateral di posterior introitus dan bermuara dalam vestibulum pada posisi arah jam 4 dan 8. Kelenjar ini biasanya berukuran sebesarkacangdan tidak teraba kecuali pada keadaan penyakit atau infeksi.Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi, memberikan kelembaban bagi vestibulum. Kista Bartholin merupakan masalah umum pada wanita usia reproduksi. Di Amerika Serikat, insidensnya adalah sekitar 2% dari wanita usia reproduksi akan mengalami pembengkakan pada salah satu atau kedua kelenjar Bartholin.Penyakit yang menyerang kelenjar

Bartholin biasanya terjadi pada wanita antara usia20 dan 30 tahun. Pembesaran kelenjar Bartholin pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun jarang ditemukan, dan perlu dikonsultasikan pada gynecologist untuk dilakukan biopsi. Penyebab dari kelainan kelenjar Bartholin adalah tersumbatnya bagian distal dari duktus kelenjar yang menyebabkan retensi dari sekresi, sehingga terjadi pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan selanjutnya berkembang menjadi abses. Abses Bartholin selain merupakan akibat dari kista terinfeksi, dapat pula disebabkan karena infeksi langsung pada kelenjar Bartholin. Kista bartholin bila berukuran kecil sering tidak menimbulkan gejala. Dan bila bertambah besar maka dapat menimbulkan dispareunia. Pasien dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif. Dalam penanganan kista dan abses bartholin, ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan. Dapat berupa medikamentosa dan intervensi bedah. Intervensi bedah yang dapat dilakukan antara lain berupa insisi dan drainase, pemasangan Word catheter, marsupialisasi, dan eksisi.

A.

ANATOMI Kelenjar Bartholin (greater vestibular glands) merupakan homolog dari kelenjar Cowper (kelenjar bulbourethral pada laki-laki). Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi, memberikan kelembaban bagi vestibulum. Kelenjar Bartholin berkembang dari tunas dalam epitel daerah posterior dari vestibulum. Kelenjar ini terletak bilateral di dasar labia minora dan mengalirkan hasil sekresinya melalui duktus sepanjang 2 2.5 cm, yang bermuara ke dalam vestibulum pada arah jam 4 dan jam 8. (Gambar 1).Kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan ukurannya jarang melebihi 1 cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali pada keadaan penyakit atau infeksi.

Gambar 1.Anatomi kelenjar Bartholin.

B.

EPIDEMIOLOGI Kista Bartholin merupakan pertumbuhan kistik yang paling sering ditemukan pada vulva.4,5 Sekitar dua persen wanita pernah terinfeksi kista Bartholin dan abses selama hidupnya.6 Abses hampir tiga kali lebih sering ditemukan daripada kista. Sebuah case control study membuktikan bahwa wanita berkulit hitam dan putih lebih mudah mengalami kista atau abses Bartholin dibandingkan dengan wanita ras Hispanik; dan studi ini juga mengemukakan bahwa wanita dengan angka paritas yang tinggi berada pada risiko terendah. Involusi bertahap dari kelenjar Bartholin dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun.Hal ini mungkin menjelaskan sering terjadinya Kista Bartholin dan abses kelenjar selama usia reproduksi, khususnya antara 20 hingga 29 tahun. Karena massa vulva pada wanita pascamenopause dapat berupa kanker, biopsi excisional mungkin diperlukan. Beberapa peneliti mengusulkan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena risiko kanker kelenjar Bartholin sangat rendah (0,114 kasus per 100.000 woman-years). Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi buruk.

Gambar 2. Pembesaran unilateral pada Abses Bartholin

C.

ETIOPATOLOGI Tersumbatnya bagian distal dari duktus Bartholin dapat menyebabkan retensi dari sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam kelenjar. Kelenjar Bartholin sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau abses pada wanita usia reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali dibedakan secara klinis.Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan.Sumbatan ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Pasien dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif.Abses kelenjar Bartholin disebakan oleh polymicrobial (Tabel 1). atau trauma.Kista bartholin dengan diameter 1-3 cm seringkali asimptomatik.Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan

D.

MANIFESTASI KLINIS Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa pembengkakan labial tanpa disertai nyeri. Pasien dengan abses dapat memberikan gejala sebagai berikut: Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral. Dispareunia Nyeri pada waktu berjalan dan duduk Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge ( sangat mungkin menandakan adanya ruptur spontan dari abses) Hasil pemeriksaan fisik yang dapat diperoleh dari pemeriksaan terhadap Kista Bartholin adalah sebagai berikut:

Pasien mengeluhkan adanya massa yang tidak disertai rasa sakit, unilateral, dan tidakdisertai dengan tanda tanda selulitis di sekitarnya. Jika berukuran besar, kista dapat tender. Discharge dari kista yang pecah bersifat nonpurulent

Sedangkan hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh dari pemeriksaan terhadap abses Bartholin sebagai berikut:

Pada perabaan teraba massa yang tender, fluktuasi dengan daerah sekitar yang eritema dan edema. Dalam beberapa kasus, didapatkan daerah selulitis di sekitar abses. Demam, meskipun tidak khas pada pasien sehat, dapat terjadi.

Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat discharge yang purulen.

Gambar 3. Abses Bartholin Kista Bartholin harus dibedakan dari abses dan dari massa vulva lainnya. Karakteristik dari lesi kistik dan solid dari vulva dapat dilihat pada Tabel 2. Karena kelenjar Bartholin mengecil saat usia menopause, suatu pertumbuhan massa pada wanita postmenopause perlu dievaluasi terhadap tanda tanda keganasan, terutama bila massanya bersifat irreguler, nodular, dan keras.

Karsinoma kelenjar Bartholin memiliki persentase sekitar 1% dari kanker vulva, dan walaupun kasusnya jarang, merupakan tempat tersering timbulnya adenocarcinoma. Sekitar 50% dari tumor kelenjar Bartholin adalah karsinoma sel skuamosa. Jenis lain dari tumor yang timbul di kelenjar Bartholin adalah adenokarsinoma, kistik adenoid (suatu adenokarsinoma dengan histologis spesifik dan karakteristik klinis), adenosquamousa, dan transitional cell carcinoma.

Karena mungkin sulit untuk membedakan tumor Bartholin dari kista Bartholin yang jinak hanya dengan pemeriksaan fisik, setiap wanita berusia lebih dari 40 tahun perlu menjalani tindakan biopsi untuk menyingkirkan kecurigaan neoplasma, dimana penyakit inflamasi jarang ditemui pada usia tersebut. Karena lokasinya yang jauh di dalam, tumor dapat mempengaruhi rektum dan langsung menyebar melalui fossa ischiorectalis. Akibatnya, tumor ini dapat masuk ke dalam saluran limfatik yang langsung menuju ke kelenjar getah bening inguinal profunda serta superficialis. Kesalahan dalam mendiagosis keganasan Bartholin akan memberikan prognosa yang buruk, sehingga ketepatan dan kecepatan dalam mendiagnosa sangat diperlukan. Beberapa kondisi berikut ini dapat merupakan sugestif keganasan kelenjar Bartholin, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut hingga biopsi:

Usia yang lebih tua dari 40 tahun Massa yang tidak nyeri, kronis, dan bertambah besar secara progresif Massa yang solid, tidak fluktuasi, dan tidak nyeri Terdapat riwayat keganasan labial sebelumnya.

A.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebris; tes laboratorium darah tidak diperlukan untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur bakteri dapat bermanfaat dalam menentukan kuman dan pengobatan yang tepat bagi abses Bartholin.

B.

DIAGNOSIS BANDING Beberapa jenis lesi vulva dan vagina dapat menyerupai kista Bartholin. Beberapa diantaranya adalah:
1.

Kista sebaceous pada vulva sangat sering ditemukan. Kista sebaseous ini merupakan suatu kista epidermal inklusi dan seringkali asimptomatik. Pada keadaan terinfeksi, diperlukan incisi dan drainase sederhana.

2.

Dysontogenetic cysts merupakan kista jinak yang berisi mukus dan berlokasi pada introitus atau labia minora. Terdiri dari jaringan yang menyerupai mukosa rektum, dan seringkali asimptomatik.

3. 4. 5.

Hematoma pada vulva. Dapat dibedakan dengan adanya trauma akibat berolahraga, kekerasan. Fibroma merupakan tumor solid jinak vulva yang sering ditemukan. Indikasi untuk eksisi berupa timbulnya rasa nyeri, pertumbuhan yang progresif, dan kosmetik. Hidradenoma merupakan tumor jinak yang dapat muncul pada labia majora dan labia minora. Perlu dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi apabila timbul perdarahan dan diangkat bila timbul gejala.

A.

TERAPI Pengobatan kista Bartholin bergantung pada gejala pasien. Suatu kista tanpa gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan gejala dan abses kelenjar memerlukan drainase. Tindakan Operatif Beberapa prosedur yang dapat digunakan:
1.

Incisi dan Drainase Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudah dilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan karena ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses.Ada studi yang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini.

2.

Word Catheter Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an. Merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat digembungkan dengan saline pada ujung distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kistadan abses Bartholin. Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10 French Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter dapat menampung sekitar 3-4 mL larutan saline (Gambar 4).

Gambar 4. Word Catheter Adapun alat alat yang diperlukan dalam pemasangan Word catheter tercantum pada tabel 3.Setelah persiapan steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista atau abses dijepit dengan forceps kecil dan blade no.11 digunakan untuk membuat incisi sepanjang 5mm pada permukaan kista atau abses.Penting untuk menjepit dinding kista sebelum dilakukan incisi, atau bila tidak kista dapat collapse dan dapat terjadi incisi pada tempat yang salah.Incisi harus dibuat dalam introitus external hingga ke cincin hymenal pada area sekitar orifice dari duktus.Apabila incisi dibuat terlalu besar, Word catheter dapat lepas.

Setelah insisi dibuat, Word catheter dimasukkan, dan ujung balon dikembangkan dengan 2ml hingga 3 ml larutan saline.Balon yang mengembang ini membuat kateter tetap berada di dalam rongga kista atau abses (Gambar 5).Ujung

bebas dari kateter dapat dimasukkan ke dalam vagina.Agar terjadi epitelisasi pada daerah bekas pembedahan, Word catheter dibiarkan di tempat selama empat sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi mungkin terjadi lebih cepat, sekitar tiga sampai empat minggu.Jika Kista Bartholin atau abses terlalu dalam, pemasangan Word catheter tidak praktis, dan pilihan lain harus dipertimbangkan. Abses biasanya dikelilingi oleh selulitis yang signifikan, dan pada kasus-kasus tersebut, antibiotik diperlukan. Antibiotik yang digunakan harus merupakan antibiotik spektrum luas untuk mengobati infeksi polymicrobial dengan aerob dan anaerob. Dapat dilakukan kultur untuk mencari kuman penyebab. Selama menunggu hasil kultur, diberikan terapi antibiotik empiris.Pasien dianjurkan untuk merendam di bak mandi hangat dua kali sehari (Sitz bath). Koitus harus dihindari untuk kenyamanan pasien dan untuk mencegah lepasnya Word catheter.

Gambar 5. Pemasangan Word Catheter Sitz bath (disebut juga hip bath, merupakan suatu jenis mandi, dimana hanya bagian pinggul dan bokong yang direndam di dalam air atau saline; berasal dari Bahasa Jerman yaitu sitzen yang berarti duduk.) dianjurkan dua sampai tiga kali sehari dapat membantu kenyamanan dan penyembuhan pasien selama periode pasca operasi.

Gambar 6. Alat yang digunakan untuk Sitz Bath

3.

Marsupialisasi Alternatif pengobatan selain penempatan Word catheter adalah marsupialisasi dari kista Bartholin (Gambar 7).Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda tanda abses akut.

Gambar 7. Marsupialisasi Kista Bartholin; (Kiri) Suatu incisi vertikal dibuat pada bagian tengah kista, lalu pisahkan mukosa sekitar; (Kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi mukosa vestibular dengan jahitan interrupted.

Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat incisi vertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari hymenal ring. Incisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3 cm, bergantung pada besarnya kista. Berikut adalah peralatan yang diperlukan dalam melakukan tindakan marsupialisasi.

Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted menggunakan benang absorbable 2-0.18 Sitz bath dianjurkan pada hari pertama setelah prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur marsupialisasi adalah sekitar 5-10%.Komplikasi yang timbul berkaitan dengan dyspareunia, hematoma, dan infeksi. 4. Eksisi (Bartholinectomy) Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif.

Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi umum. Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear yang memanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung medial labia minora dan sekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati hati saat melakukan incisi kulit agar tidak mengenai dinding kista. Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawah kista dan mengarah ke superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan sekitar (Gambar 8). Alur diseksi harus dibuat dekat dengan dinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan vestibular bulb dan untuk menghindari trauma pada rectum.

Gambar 8. Diseksi Kista

Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan, vaskulariasi utama dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu dipotong dan diligasi dengan benang chromic atau benang delayed absorbable 3-0.

Gambar 9. Ligasi Pembuluh Darah Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi nyeri, pembengkakan, dan pembentukan hematoma. Setelah itu, dapat dianjurkan sitz bath hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan kebersihan luka. Pengobatan Medikamentosa Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia.Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase. Beberapa antibiotik yang digunakan dalam pengobatan abses bartholin:
1.

Ceftriaxone Sebuah monoterapi efektif untuk N gonorrhoeae.Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad spectrum terhadap bakteri gramnegatif, efficacy yang lebih rendah terhadap bakteri gram-positif, dan efficacy yang lebih tinggi terhadap bakteri resisten. Dengan mengikat pada satu atau lebih penicillin-binding protein, akan menghambat sintesis dari dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM sebagai single dose

2.

Ciprofloxacin

Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone. Merupakan antibiotik tipe bakterisida yang menghambat sintesis DNA bakteri dan, oleh sebab itu akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi DNA-gyrase pada bakteri. Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali sehari 3. Doxycycline Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan cara berikatan dengan 30S dan 50S subunit ribosom dari bakteri. Diindikasikan untuk C trachomatis. Dosis yang dianjurkan: 100 mg PO 2 kali sehari selama 7 hari. 4. Azitromisin Digunakan untuk mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh beberapa strain organisme. Alternatif monoterapi untuk C trachomatis. Dosis yang dianjurkan: 1 g PO 1x

A.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah kekambuhan. Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah dilakukan drainase abses. Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati. Timbul jaringan parut.

A.

PROGNOSIS Jika abses dengan didrainase dengan baik dan kekambuhan dicegah, prognosisnya baik.Tingkat kekambuhan umumnya dilaporkan kurang dari 20%.

Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9-12 cm, dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil. Epidemiologi Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara. Etiologi Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

1.

Umur

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. 2. Paritas Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. 3. Faktor ras dan genetic Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi.Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. 4. Fungsi ovarium Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

Patofisiologi Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot.Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24). Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster.Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi

oleh estrogen.Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma.Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

Klasifikasi mioma uteri Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena. 1. Lokasi Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala. 2. Lapisan Uterus Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : Mioma Uteri Submukosa Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Mioma Uteri Subserosa Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah

lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik. Mioma Uteri Intramural Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. ( diunduh dari http://www.scribd.com/doc/7432183/LAPORAN-KASUS-MIOMA )

Gejala klinis Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Perdarahan abnormal Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah : Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsinoma endometrium. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2) Rasa nyeri Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. 3) Gejala dan tanda penekanan Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. 4) Infertilitas dan abortus Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi. Diagnosis 1. Anamnesis Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien. b. Imaging 1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi. 2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil. 3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal. Diagnosis banding Ca Endometrium Ca Serviks

Penatalaksanaan Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan

akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri.5 Komplikasi Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil. Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. Degenerasi membatu (calcereus degeneration) Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

Degenerasi merah (carneus degeneration) Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

Degenerasi lemak Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : 1. Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai). Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. 3. Nekrosis dan infeksi. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.

You might also like