You are on page 1of 8

IDENTIFIKASI ASAM LEMAH DENGAN TITRASI POTENSIOMETRI

I.

Tujuan Menggidentifikasi sampel asam lemah dengan menentukan tetapan ionisasi dan massa molekul relatif dari sampel.

II.

Teori Dasar Titrasi potensiometri mencakup pengukuran potensial sel (yang terdiri dari sebuah elektroda selektif dan sebuah elektroda pembanding) sebagai fungsi volume titran. Pada asam lemah monoprotik (HA) ketika di dalam larutan selalu dalam kesetimbangan dengan ionionnya. HA + H2O

H3O+ + A-

dengan tetapan disosiasi (Ka)

Ka=

[ H 3O + ][A ] [ H A]

nilai Ka atau pKa dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah asam lemah. Untuk asam poliprotik melibatkan beberapa kesetimbangan sehingga memiliki beberapa tetapan disosiasi. Dalam identifikasi asam lemah juga perlu diketahui massa molekul relatif (Mr) dari asam lemah tersebut dengan cara menghitung volume titran dari titik ekivalen. III. Data Pengamatan W sampel = 0.2928 gram [NaOH] = 0,097 M a. Tabel volume titrasi terhadap pH larutan V NaOH 0 0.5 1 pH larutan 4.15 4.23 4.36 V NaOH 8.7 8.9 9.1 pH larutan 7.24 7.48 8.14

1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5

4.43 4.44 4.49 4.5 4.53 4.65 4.75 4.95 5.08 5.25 5.48 5.65 5.89 6.28 6.92

9.25 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10 10.5 11 11.5 12 12.5

9.02 9.29 9.41 9.56 9.85 9.95 10.03 10.09 10.14 10.37 10.58 10.75 10.89 11.02

b. Tabel volume titrasi terhadap turunan pertama pH terhadap volume V 0 0,5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 pH/V 0.16 0.26 0.14 0.02 0.1 0.02 0.06 0.24 0.2 0.4 0.26 0.34 0.46 0.34 0.48 0.78 1.28 V 8.7 8.9 9.1 9.25 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10 10.5 11 11.5 12 12.5 VpH/V 1.6 1.2 3.3 5.87 5.4 1.2 0.5 2.9 1 0.8 0.6 0.5 0.46 0.42 0.34 0.28 0.26 -

c. Tabel volume titrasi terhadap turunan kedua pH terhadap volume V 0 0,5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 H2/2V 0.2 -0.24 -0.24 -0.16 0.08 0.36 -0.08 0.4 -0.28 0.16 0.24 -0.24 0.28 0.6 1 1.6 V 8.7 8.9 9.1 9.25 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10 10.5 11 11.5 12 12.5 H2/2V -2 10.5 9.778 -244 -1.5 13 14 -19 -2 -2 -1 0.72 -0.08 0.16 0.12 0.04

IV.

Pengolahan Data a. Kurva titrasi volume terhadap pH

b. Kurva titrasi turunan pertama

c. Kurva titrasi turunan kedua

Penentuan Ka1

Titik ekivalen = 6,92 V ekivalen = 8,5 mL pKa = pH saat V NaOH = V ekivalen Dari grafik 1 terlihat V NaOH = V Ekivalen = 4,25 mL pH larutan = pKa = 4,7 sehingga, Ka1 = 10-4,7 = 1,9952 x 10-5 Penentuan Ka2 pKa2 = 2.pHekiv - pKa1 pKa2 = 2. 6,9 - 4,7 pKa2 =9,1

Ka2 = 10 -9,1 = 7,94328 x 10 -10 Sehingga massa molar molekul (Mr) menggunakan nilai rata-rata dari kedua pengukuran: VNaOH rata-rata = 7,0328 ml Sampel merupakan asam diprotik, maka : 2NaOH (aq) + H2A (aq) 2NaA (aq) + 2 H2O (l) n sampel = n NaOH . fp = V NaOH . M NaOH . fp = x 7,0328 x 10-3 x 0,097 x 5

=1,7054 x 10-3

Mr

V s a m p e l 0,2928gram l x = n sa m p e = 1,7054 0,001 = 171,6899

V.

Pembahasan Identifikasi asam lemah dapat dengan titrasi potensiometri. Titrasi ini mencakup

pengukuran potensial yang terdiri dari elektroda selektif dan sebuah elektroda pembanding sebagai volume titran. Pada percobaan kali ini mengidentifikasi suatu asam lemah suatu larutan dengan megukur pH larutan tersebut ketika ditambahkan larutan NaOH sedikit demi sedikit pada larutan asam sampel hingga pH 12. Pengukuran potensial yang terbaca dapat secara otomatis diubah menjadi nilai pH larutan karena pH meter dikaliberasi terlebih dahulu. Larutan buffer yang digunakan untuk mengkaliberasi alat ialah larutan buffer baku pH 4, pH 7, dan pH 10. Nilai pH yang telah diketahui ini akan melalui proses kaliberasi sehingga pH meter akan menentukan nilai K dan slope (0,059 V pada 25C). Suatu pH meter dapat mengukur selisih potensial sel antara sel indicator dan sel pembanding. Perubahan potensial ini tidak mempengaruhi komposisi larutan yang diidentifikasi. Ion hydrogen berubah sebagai fungsi volume titran selama titrasi asam-basa sehingga pada titrasi potensiometri kali ini elektroda selektif ion yang digunakan ialah elektroda selektif ion hydrogen. Elektroda selektif ion

hydrogen yang umumnya digunakan ialah elektroda gelas yang membentuk kesetimbangan sebagai berikut: H+ (aq) + Gl- (membran) HGl (membran) Konsentrasi H+ sebanding dengan potensial sel. Oleh karena itu, ketika konsentrasi H+ meningkat, gelas semakin positif sehingga potensial pun semakin besar, begitupun dengan sebaliknya. Sehingga dapat terbaca pH daari larutan tersebut. Untuk memperkuat hasil identifikasi suatu asam lemah dapat menggunakan penentuan massa molekul relatif senyawa tersebut. Massa molekul relatif asam lemah dapat dihitung dari volume titran pada titik ekivalen. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan kurva titrasi yaitu melihat aliran grafik volume titrasi terhadap pH larutan tersebut. Kurva ini berbentuk sigmoid dan biasanya titik ekivalen tidak dapat dilihat lebih jelas dan tepat. Oleh karena itu digunakan kurva turunannya baik turunan pertama atau turunan kedua. Untuk kurva turunan pertama titik ekivalen dapat dilihat dari puncak yang terdapat pada kurva, sedangkan pada kurva turunan kedua titik ekivalen dapat dilihat dari perubahan posisi titik yang secara tajam pada grafik, seperti pada grafik yang ketiga pada pengolahan data ada satu titik yang turun secara tajam sehingga itulah titik ekivalennya. Pada hasil percobaan diperoleh dua nilai Ka yaitu, Ka1 adalah 1,9952 x 10 -5 dan Ka2 7,94328 x 10 -10. Ini menandakan asalm lemah yang diidentifikasi ialah asam lemah poliprotik. Selain diperoleh nilai Ka untuk memperkuat hasil identifikasi juga diperoleh nilai massa molekul relatif yaitu 171,6899. Dengan data yang diperoleh sangat sulit memntukan asam poliprotik apa yang diidentifikasi. Perbedaan hasil dengan literatur yang ada karena pembilasan sampel dengan aqua DM yang yang berlebih sehingga bukan mol zat yang diukur tetapi jadi konsentrasi H+ yang diukur. Jika larutan terlalu encer akan menurunkan pH. Selain itu kesalahan dapat terjadi karena kurang tepat dalam pengukuran bahan. VI. Kesimpulan Asam lemah yang diidentifikasi ialah asam polipotik dengan Ka1 adalah 1,9952 x 10-5 dan Ka2 7,94328 x 10 -10 serta memiliki massa molekul relatif 171,6899. VII. Daftar Pustaka

Bassett, J. Dkk, 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit buku KedokteranEGC,Jakarta. Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta. Day A.R dan Underwood, A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta

You might also like