Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi Katarak
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari
kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,
2000:62).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2004: 128)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan suatu
daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak,
protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut
protein tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein
lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan. Kekeruhan ini terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau
sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Guyton & Hall, 2000:
912).
1
2. Etiologi Katarak
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas.
b. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan
ini disebut katarak traumatik.
e. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti
German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit
keturunan ( diwariskan secara autosomal domonan ) atau bisa disebabkan oleh :
2
Penyebab katarak lainnya meliputi :
- Faktor keturunan.
- Gangguan pertumbuhan,
- Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
- Diabetes mellitus
3
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak
abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat
memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang
berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenkan topi berkelapak lebar
atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada
siang hari.
4
- Kesulitan melihat pada malam hari
4. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju
pada jendela.
5
kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki
dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal karena
bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
5. Pathway
6
6. Klasifikasi
b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
a. Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat
pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun
d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.
- Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan
pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
- Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,
7
penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain
keluhan tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :
• Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini
terjadi saat katarak bertambah luas.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut :
8
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
EKG, kolesterol serum, lipid.
i. Keratometri.
8. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior
sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
9
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa
buatan.
a. Pengangkatan lensa
Ada dua macam teknik pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
b. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan mendapatkan lensa
buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini merupakan
lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa intraokuler
dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
10
2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan
kacamata pada siang hari.
3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak
dioperasi, dan tidak diperbolehkan telungkup.
- Mengendarai kendaraan
11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di
bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40
tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan
pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien
dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
12
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur / tidak
jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap.
Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar,
perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia
(glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
( katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma
berat dan peningkatan air mata).
f. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan
endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas
fenotiazin.
13
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
Post operasi :
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan
tubuh.
3. Rencana keperawatan
14
a. Dx 1 : Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
- Tujuan :
- Kriteria Hasil :
1. Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat,
observasi tanda-tanda disorientasi.
4. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
R : Cahaya kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator
15
5. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang
lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
16
- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.
R : Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan intra okuler mata.
- Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anestesi.
R : Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi
- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,
Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
• Tujuan :
• Kriteria Hasil :
17
INTERVENSI RASIONAL
R : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes
mata dilator
• Tujuan :
18
Setelah diberikan askep selama ...x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami
ansietas
• Kriteria evaluasi:
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan
nonverbal.
19
R : Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan
dan kooperatif.
- Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur
tindakan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan ...x24 jam diharapkan nyeri pasien dapat
berukrang/hilang.
• Kriteria hasil :
- Skala nyeri 0
INTERVENSI RASIONAL
- Kaji tingkat nyeri pasien dengan menggunakan skala nyeri dan pengukuran
TTV
- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep.
20
R : Pemakaian sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri dan TIO
R : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes
mata dilator
• Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak terjadi
infeksi pada daerah insisi post operasi katarak
• Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
- Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia
luar
21
- Jaga area kesterilan luka operasi
- Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka
4. Evaluasi
Pre operasi :
Post operasi :
22
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
24