You are on page 1of 11

http://kamushukum.

com/en/pengertian-dasar-korupsi/
http://www.uinsuska.info/syariah/attachments/146_IRDA%20OK1.pdf
http://bagindams.blogspot.com/2009/11/korupsi-dalam-perspektif-islam_23.html
http://podoluhur.blogspot.com/2010/08/dalam-al-quran-tidak-ada-larangan.html
http://pesantrenalmuhajir.wordpress.com/2009/01/21/menangkal-korupsi-menurut-
perspektif-al-quran/
http://mimbarjumat.com/al-quran-online
http://assunnah-qatar.com/muamalah-artikel-201/642-mewaspadai-bahaya-korupsi.html
http://cicak.or.id/baca/2009/11/10/korupsi-menurut-islam.html
http://ern.pendis.kemenag.go.id/DokPdf/jurnal/07-teologia.pdf

Al-Muthaffifiin [83]:1-6
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi,
tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri
menghadap Tuhan semesta alam."
PENDAHULUAN
Salah satu kejahatan atau tindak pidana dalah korupsi, yang dalam
bentuknya memiliki banyak macam dan jenis. Ironis memang, di Indonesia negeri
yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan menjunjung tinggi nilai-nilai
spiritual ini pernah meraih peringkat pertama sebagai negara terkorup di Asia dan
negara paling lamban yang keluar dari krisis dibandingkan negara-negara
tetangganya. Sebagai umat Islam sudah selayaknya kita menangani permasalahan
tersebut dilihat dari sudut pandang Islam.
Adalah suatu hal yang naif apabila kenyataan ironis di atas ditimpakan
kepada Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk. Yang perlu
dikritisi di sini ialah orientasi keberagamaan kita yang menekankan kesalehan
ritual-formal dengan mengabaikan kesalehan moral-individual dan sosial. Model
beragama seperti ini memang sulit untuk dapat mencegah pemeluknya dari
perilaku-perilaku buruk, seperti korupsi. Padahal dalam perspektif ajaran Islam,
korupsi merupakan perbuatan terkutuk, karena dampak buruk yang
ditimbulkannya bagi suatu masyarakat dan bangsa sangatlah serius.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai apa itu korupsi?
Bagaimana Islam melihat korupsi? Dan apa sanksi Islam mengenai tindak pidana
korupsi?
I. PENGERTIAN KORUPSI
A. MENURUT AL-QUR’AN
Al-Quran pada zaman Nabi Muhammad SAW diturunkan kepada
masyarakat yang relatif masih sederhana masalah sosialnya. Tapi saat itu sudah
ada ketentuan untuk mengambil kekayaan secara tidak benar dan melawan hukum
yang merupakan perbuatan yang dilarang dalam Al-Quran. Kejahatan
pengambilan kekayaan orang lain secara tidak sah untuk memperkaya diri sendiri
disebut sariqah (pencurian), ikhtithaf (menjambret), khiyanah (menggelapkan),
ikhtilas (mencopet), al-nahb (merampas), atau al-ghasb (menggunakan sesuatu
tanpa seizin pemiliknya).
Meskipun Al-Qur’an tidak menyebutkan pengertian atau hukum korupsi
secara harfiah, namun bila kita uraikan lagi, korupsi juga bisa berarti merusak
(dalam bentuk kecurangan), pencurian atau penyuapan.
Di antara berbagai bentuk kejahatan ini yang nampaknya paling mirip
substansinya dengan korupsi ialah ghulul yang diartikan sebagai pengkhianatan
terhadap amanah dalam pengelolaan harta rampasan perang, dan risywah yang
biasa dikenal dengan istilah suap.
Al-Qur’an surat Ali Imran :161 menyatakan sebagai berikut:

“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan


perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu,
maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya
itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia
kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”
(Ali Imran:161)
B. MENURUT AL-HADITS

Nabi Muhammad SAW menyampaikan peringatan atau ancaman kepada


orang yang ditugaskan untuk menangani suatu pekerjaan (urusan), lalu ia
mengambil sesuatu dari hasil pekerjaannya tersebut secara diam-diam tanpa
seizin pimpinan atau orang yang menugaskannya, di luar hak yang telah
ditetapkan untuknya, meskipun hanya sebatang jarum. Maka, apa yang dia ambil
dengan cara tidak benar tersebut akan menjadi belenggu, yang akan dia pikul
pada hari Kiamat. Yang dia lakukan ini merupakan bentuk dari khianat (korupsi)
terhadap amanah yang diembannya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya
nanti pada hari Kiamat.
Beberapa sabda Rasulullah SAW tentang pengertian-pengertian korupsi
adalah:
• “Hadiah yang diterima pra pejabat/pemegang kebijakan adalah ghulul
(korupsi).”
• “siapa saja yang telah kami angkat untuk mengerjakan suatu
pekerjaan/jabatan kemudian kami telah memberikan gaji, maka sesuatu
yang diterima di luar gajinya yang sah adalah ghulul (korupsi).”

C. MENURUT IJTIHAD (ALIM ULAMA)
II. HUKUM KORUPSI
A. Hukum Korupsi menurut Al-Qur’an

Al-Baqarah : 188

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di


antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.”

An-Nisaa : 29

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”

Al-Isra’ : 35

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah


dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.”
An Nisaa : 135

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar


penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.”

Al-Anfaal : 27

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu,mengkhianati Allah dan


Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
B. Hukum Korupsi menurut Al-Hadits

Dalam kitab-kitab hadis, beberapa istilah yang sering diidentikkan


atau memiliki kedekatan arti dengan korupsi antara lain: Ghulul dan
risywah.

1. GHULUL
Ghulul merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh
Rasulullah saw. dalam hadis-hadisnya terkait dengan perilaku korupsi
atau penggelapan harta publik. Ibnu Hajar Al-Asqalani mendefinisikan
ghulul sebagai “apa saja yang diambil dari barang rampasan perang
secara sembunyi-sembunyi sebelum pembagian”.
Kendati demikian, melihat beberapa hadis lainnya, ghulul juga terjadi
pada kasus pegawai/pejabat yang mengambil sesuatu di luar haknya
yang diatur secara resmi, pejabat yang menerima hadiah dari pihak
tertentu terkait dengan tugasnya, dan orang yang mengambil tanah
orang lain yang bukan haknya.

2. RISYWAH (SUAP-MENYUAP)
Jika ghulul dilakukan oleh satu pihak yang aktif, risywah dilakukan
oleh dua pihak yang sama-sama aktif dan sama-sama berkepentingan.
Risywah (atau rasywah/rusywah) adalah suap-menyuap untuk
mempengaruhi sebuah keputusan agar menguntungkan pihak tertentu
dan sebaliknya merugikan pihak lain.
Dalam kehidupan politik, suap sering dikenal sebagai money politics
(politik uang). Suap seringkali digunakan untuk mengurangi hukuman
seseorang, bahkan membebaskannya dari tuntutan hukum.
Dalam sahih Al-Bukhari dijelaskan makna yang kutipan sebagian
haditsnya:
“Maka demi zat yang diri Muhammad di dalam gengamanNya, tidaklah
khianat/korupsi salah seorang dari kalian atas sesuatu, kecuali dia akan
datang pada hari kiamat nanti dengan membawa di lehernya. Kalau yang
dikorupsi itu adalah unta, maka ia akan datang dengan melenguh.”
(Riwayat Bukhari, lihat juga Riwayat Muslim).

Rasulullah SAW bersabda:


“Barangsiapa yang kami pekerjakan pada suatu jabatan, kemudian kami
beri gaji, malahan yang diambilnya selebih dari itu, berarti suatu
penipuan.” (HR. Abu Daud).

Hadits Riwayat Ahmad dan Hakim:


“Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap, yang menerima suap,
dan yang menjadi perantara.”

Rasulullah SAW bersabda:


“Tidak beriman (tidak sempurna iman) orang yang tidak menjaga
amanah dan tidak beragama (tidak sempurna agama) seseorang yang
tidak menepati janjinya.”(HR. Ahmad).

Dari Abi Ali Ma’qil ibn Yasar, ia berkata:


Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tak seorangpun hamba
yang diberi amanat pemimpin oleh Allah untuk suatu urusan dan pada
hari kematiannya ia telah menipu/curang dalam kepemimpinannya maka
Allah mengharamkan surga atasnya.”

Ishaq ibn Isa telah menceritakan hadits kepada kami, Isma’il ibn Ayyasy telah
menceritakan hadis kepada kami, dari Yahya ibn Sa’id, dari Urwah ibn al-
Zubair, dari Abi Humaid al-Sa’idi, ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
“Hadiah yang diterima para pejabat/pemegang kebijakan adalah ghulul
(korupsi).”

Hadits Riwayat Imam al-Tirmidzi:


Rasulullah SAW telah bersabda: “Siapa saja yang meninggal dunia
dalam keadaan terbebas dari tiga hal, yaitu kesombongan, korupsi, dan
hutang, niscaya ia masuk surga.”
Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah:
Rasulullah SAW bersabda: “Laknat Allah untuk orang yang memberi
suap dan yang menerima suap.”

Rasulullah SAW bersabda:


“Janganlah melakukan ghulul, karena sesungguhnya ghulul adalah api
bagi pelakunya di dunia dan di akherat.” (HR. Ahmad)
C. Hukum Korupsi menurut Ijtihad (pikiran)

Ibnu Hajar al-Haytami mengatakan bahwa:


“korupsi itu termasuk dosa besar.” (min al-kaba'ir)

You might also like