You are on page 1of 5

Kebangkitan Ekonomi Brazil Pada Masa Pemerintahan Presiden Lula da

Silva

disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester


Analisa Hubungan Internasional

Dosen Pengampu :
Eric Hiariej, Ph. D dan Titik Ferawati SIP, MA

Penulis :
Octa Purnama Sari (08/254590/SP/22562)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
a. Latar Belakang Masalah.
Dewasa ini pembicaraan mengenai negara berkembang yang diprediksikan
akan menjadi kekuatan perekonomian baru di masa mendatang, hangat
diperbincangkan. Negara-negara berkembang tersebut dikenal dengan istilah BRIC,
dimana Brazil merupakan salah satu diantaranya. Brazil di bawah pemerintahan
presiden Luiz Inácio Lula da Silva memang mengalami pertumbuhan dan bangkit dari
keterpurukan ekonomi yang dialami Brazil dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sejarahnya Brazil pernah merasakan pertumbuhan ekonomi yang
memuaskan, yang terjadi sekitar tahun 1960-an hingga 1970-an. Namun pertumbuhan
ini tidak berlangsung lama, ketika oil crisis melanda banyak negara-negara di dunia,
dan Brazil merupakan salah satu negara yang terkena dampak langsung dari peristiwa
tersebut. Keadaan Brazil kemudian semakin diperburuk dengan terjadinya inflasi
besar-besaran dan semakin meningkatnya hutang luar negeri negara tersebut. Hutang
luar negeri kemudian semakin melilit perekonomian Brazil, ketika upaya import-
subtitution yang sebelumnya diterapkan oleh Brazil mengalami kegagalan.
Upaya untuk dilakukannya memperbaiki perekonomian Brazil sebenarnya
sudah dilakukan oleh presiden terdahulu, yaitu Fernando Henrique Cardoso. Di masa
pemerintahannya ia melakukan modernisasi ekonomi, dimana ia membuka pasar
Brazil terhadap dunia internasional. Namun hal ini belum dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Brazil secara signifikan. Di samping hal tersebut, ia juga
dinilai belum berhasil mengatasi ketimpangan kesejahteraan masyarakat Brazil,
masalah kemiskinan yang ada di negara tersebut, dan belenggu hutang luar negeri.
Pada tahun 2003, Lula da Silva naik ke kursi kepresidenan, dimana ia
menerapkan kebijakan-kebijakan yang membawa perubahan siginifikan dalam
perekonomian Brazil. Pada awalnya kelompok-kelompok pengusaha atau pebisinis
sempat mengkhawatirkan naiknya Lula ke kursi kepresidenan, karena ideologi “kiri”
yang melekat pada dirinya sebagai kader Partido dos Trabalhadores (PT) atau Partai
Pekerja. Namun setelah menjabat sebagai presiden, melalui berbagai kebijakannya,
para pebisnis justru dikejutkan dengan berbagai kebijakannya yang mendukung
aktivitas ekonomi pebisnis tersebut.
Di masa pemerintahannya Brazil semakin berperan dalam perdagangan global
yang diiringi semakin terbukanya investasi. Dengan mengandalkan komoditas-
komoditas seperti bahan mentah, energi, dan bahan pangan, kegiatan ekspor Brazil
mengalami peningkatan secara siginifikan di tengah-tengah krisis global yang
melanda negara maju seperti Amerika Serikat. Tidak hanya itu, ia juga menerapkan
beberapa kebijakan yang ditujukan kepada masyarakat miskin Brazil, dengan tujuan
teratasinya masalah ketimpangan ekonomi di dalam masyarakat Brazil. Berkat
kebijakannya, seperti direlease oleh Center of Social Policy at the Getulio Vargas
Foundation (CPS-FGV), sedikitnya 30 juta orang masuk dalam jajaran kelas
menengah (middle class) dan 19 juta rakyat berhasil keluar dari kemiskinan.1
Dari berbagai perkembangan ekonomi yang telah berhasil dilakukan oleh Lula
selama ia menjabat sebagai presiden, Brazil banyak diuntungkan oleh hubungan
perdagangan dengan negara-negara berkembang lainnya seperti Cina, India, negara-
negara Asia lainnya, Afrika, dan negara-negara Amerika Latin. Ia lebih
mengutamakan kerjasama ekonomi dengan negara-negara berkembang, merupakan
upaya untuk menghindari ketergantungan dengan negara maju seperti Amerika
Serikat. Hal ini sangat berbeda dengan negara-negara lain, yang pada umumnya
dalam mengembangkan perekonomiannya meniru atau memilki ketergantungan
dengan bantuan Amerika Serikat.
Brazil di bawah Lula da Silva menyadari pentingnya kerjasama dengan negara
berkembang dan independensi terhadap negara maju, terutama setelah Krisis Global
melanda Amerika Serikat. Di samping hal itu, pengalaman Brazil yang memiliki
ketergantungan untuk berhutang pada lembaga internasional seperti IMF, juga
mendorong Brazil memilih kebijakan ekonomi yang mandiri. Hal inilah yang menjadi
keunikan kebangkitan ekonomi Brazil, yang mana sangat menarik untuk selanjutnya
dibahas lebih mendalam.

b. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah :
Bagaimana perekonomian Brazil dapat bangkit pada masa pemerintahan Presiden
Lula da Silva?

c. Landasan Teori.
Dalam menganalisa permasalahan dalam makalah ini, penulis akan
menggunakan beberapa landasan teori atau konseptual yaitu :

1
http://berdikarionline.com/dunia-bergerak/20101003/lula-presiden-paling-populer-dalam-sejarah-brazil.html ,
yang diakses pada tanggal 13 April 2011 pada pukul 16:32 WIB.
1. Counter-hegemony.
Teori ini diungkapkan pertama kali oleh Antonio Gramsci, yang merupakan
salah satu pemikir “kiri” atau Marxisme Italia. Teori ini diungkapkan oleh
Gramsci sebagai hasil analisisnya terhadap pemikiran tradisional Marxisme,
terutama terkait dengan power dari ruling class. Power ini kemudian digunakan
untuk melakukan kontrol politik yang bersifat koersif. Ia kemudian
mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis kontrol politik, yaitu dominasi atau
paksaan secara psikologis dan hegemoni atau kontrol terhadap ideologi atau
kesadaran seseorang.
Gramsci kemudian berpendapat bahwa ruling class dalam kelas sosial
mempertahankan dominasinya melalui hegemoni yang mereka terapkan melalui
nilai-nilai, kepercayaan, moral, dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar seluruh
individu menerima status quo kekuasaan ruling class tersebut. Gramsci kemudian
mengungkapkan bahwa cara untuk mematahkan hegemoni tersebut adalah dengan
meng-counter hegemoni itu sendiri.
Counter hegemony atau melawan hegemoni dapat dilakukan apabila terjadi
consciousness atau kesadaran akan hegemoni ruling class tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari perubahan struktural dan ideologi yang terjadi. Gramsci kemudian
melihat peran dari kaum intelektual sebagai sesuatu hal yang krusial dalam
konteks menciptakan perlawanan terhadap hegemoni.2 Perlawanan ini kemudian
bukanlah semata perlawanan terhadap ruling class yang berkuasa, akan tetapi
sebagai perlawanan terhadap hegemoni ideologi.

2. National-developmentalist.
National-developmentalist adalah paradigma yang mementingkan aspek-
aspek pembangunan nasional dalam menjalani aktivitas perekonomian di pasar
global. Paradigma inilah yang menjadi acuan bagi kebijakan ekonomi Brazil,
khususnya di bidang perdagangan. Paradigma ini sebenarnya sudah tercermin
sebelum Lula da Silva menduduki kursi pemerintahan pada tahun 1960-an,
dimana paradigma ini sangat mempengaruhi para pembuat kebijakan Brazil.
Prinsip-prinsip dasar dari paradigma ini adalah :
1. Dalam kebijakan perdagangan, obejktif politik luar negeri harus selalu
didahulukan.
2
http://www.infed.org/thinkers/et-gram.htm, yang diakses pada tanggal 13 April 2011 pada pukul 16:41 WIB.
2. Kebijakan ekonomi internasional harus menunjukkan adanya upaya
peningkatan otonomi dan penyediaan “policy space” bagi sektor industri
dan kebijakan pembangunan nasional lainnya.
3. Kebijakan ekonomi internasional harus menunjukkan upaya untuk
“menetralisir” faktor eksternal yang dapat membahayakan perkembangan
ekonomi nasional dan konsolidasi kapasitas industri domestik.3
Paradigma ini sempat memudar saat Cardoso memerintah Brazil dan kembali
menguat saat Lula menjabat sebagai presiden.

d. Hipotesa.
Lula da Silva berhasil membawa Brazil kepada kebangkitan ekonomi melalui
kebijakan-kebijakannya dalam memodernisasi dan integrasi perekonomian Brazil
terhadap pasar global. Di bawah pemerintahannya keterbukaan pasar dan investasi
dilakukan, tanpa mengabaikan aspek-aspek penting dalam proses pembangunan
perekonomian nasionalnya. Melalui kerjasama yang kuat dengan negara-negara
berkembang lainnya dan dengan tekad pembangunan nasional yang kuat, Brazil dapat
meningkatkan independensinya terhadap negara maju seperti Amerika Serikat.
Dipercaya hal inilah yang pada akhirnya membawa negara berekembang seperti
Brazil berhasil menuju kebangkitan ekonomi.

3
Brainard, Lael & Leonardo Martinez-Diaz. (2009). Brazil as an Economic Superpower? Washington,
Brooking Institution Press.

You might also like