Professional Documents
Culture Documents
MPKT
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Afni Khairunnisa ()
2. Bondan Kanigoro ()
3. Dara Andini ()
4. Latifah Nur HR (1006682611)
5. L’dy Mascow ()
6. Novianti Dian P ()
7. Marissa Ika P ()
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2010
A. PENDAHULUAN
Kasus amuk massa kini seakan menjadi hal yang biasa untuk menumpahkan
amarah warga. Anarkhisme yang terjadi saat amuk massa ditakutkan menjadi
salah satu cara penyelesaian berbagai masalah. Tecatat lebih dari dua kali
terjadi amuk massa selama satu bulan (Oktober 2010) di berbagai tempat di
Indonesia. Berbagai aksi amuk massa tersebut pada umumnya memiliki
penyebab dan latar belakang tertentu. Oleh karena itu, lembar tugas ini akan
memaparkan berbagai factor, dan aspek-aspek yang terkandung dalam
sebuah aksi amuk massa.
a. Identifikasi Masalah
Terjadi berbagai tindak amuk massa yang bersifat anarkis dan destruktif,
menyebabkan terjadi tindak pengrusakan, penganiayaan, pembakaran,
dan pengambilan paksa sehingga menimbulkan korban jiwa dan harta
benda.
b. Rumusan Masalah
i. Apa saja penyebab terjadinya amuk massa?
ii. Apa dampak tindak amuk massa di bidak politik, ekonomi,
social, budaya, dan HAM?
iii. Apakah amuk massa tepat untuk menyelesaikan masalah?
c. Hipotesis
i. Penyebab terjadinya amuk massa yaitu kondisi ekonomi,
politik, social, budaya, dan HAM yang tidak stabil
ii. Dampak amuk massa di bidang ekonomi yaitu devisa
Negara berkurang karena investor mencabut modal.
Dampak di bidang politik yaitu situasi politik tidak kondusif,
dampak di bidang social dan budaya yaitu timbul indiksi
disintegrasi bangsa. Dan dampak amuk massa di bidang
HAM yaitu terjadi berbagai pelanggaran HAM.
iii. Amuk massa tidak tepat untuk menyelesaikan masalah.
B. PEMBAHASAN
Amuk, atau amok dalam Bahasa Inggris berarti kalap atau mata gelap.
Amuk dinyatakan untuk menunjukkan keadaan yang muncul dari sikap atau
tidakan seorang atau sekelompok orang yang merusak dan menghancurkan
dengan cara brutal dan mata gelap sehingga menimbulkan kerusuhan dan
huru hara sebagai bentuk ekspresi dan pelampiasan emosi yang ditimbulkan
oleh adanya tekanan rasa frustasi dari suatu keadaan yang tidak
dikehendaki.
Kasus amuk massa, menurut ahli psikologi massa Gray Ramod Louis
(1965), menganalisis bahwa amuk massa adalah manifestasi dari
kekecewaan yang mempunyai kesamaan denyut psikis, denyut mana lebih
dititikberatkan kesamaan orientasi yang muncul sebagai hubungan
kausalitas. Dengan kata lain, amuk massa bisa terjadi karena imbal balik dari
akibat (perasaan) yang sama atas perlakuan. Namun, dalam wacana politik,
amuk massa lebih banyak diakibatkan proses sosial yang menekan
masyarakat. Masyarakat yang terus menerus ditekan, menurut Malcolm
Weith (1972), amuk massa secara evolutif akan mengganjal psikis komunitas
tersebut. Dalam arti, tekanan yang dirasakan komunitas tertentu tidak
langsung dimanifestasikan, tapi perlahan, namun pasti akan tumpah. Hal
tersebut yang menurut Malcol membuat amuk massa sulit dikendalikan, dan
cenderung anarkis.
Kaitan nilai keailan dengan amuk massa adalah tindak atau sikap yang tidak adil
menyebabkan tindak amuk massa, dan amuk massa tersebut menyebabkan
ketidakadilan. Sedangkan, muk massa dalam kaitannya dengan norma hukum
yaitu bahwa amuk massa yang terjadi pada saat penyempaian aspirasi secara
terbuka pada demonstrasi, pawai, rapat umum dan mimbar bebas telah diatur
oleh hukum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyanpaikan Pendapat Umum Pasal 6 yang menyebutkan:
C. PENUTUP
a. Kesimpulan
Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai
Pustaka, Jakarta 2002.
Komisi Nasional HAk Asasi Manusia. 2004. Laporan Tahunan Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia. KOMNAS HAM: Jakarta.
Kompas, “Sila Keadilan”. http://www.mail-archive.com/forum-pembaca-
kompas@yahoogroups.com/msg59378.html . Diakses pada 1 November 2010
Yusuf, Ester Indahyani, dkk. 2007. Kerusuhan Mei 1998: Fakta, Data, dan
Analisa Mengungkap Kerusuhan Mei 1998 sebagai Kejahatan Kemanusiaan
(Edisi revisi) . Solidaritas Nusa Bangsa dan Asosiasi penasehat Hukum dan Hak
Asami Manusia: Jakarta.