Professional Documents
Culture Documents
BAGIAN I
A. PENDAHULUAN
Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari IIIa ke
Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut persyaratan yang
dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru yang menduduki
pangkat/jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki Pembina Tk.I/gol. IVb
harus memunyai nilai kredit pengembangan profesi. Mengapa banyak guru
Pembina/gol. IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak yang belum berhasil?
Karena karya ilmiah (KTI) yang diusulkan belum memenuhi syarat, antara lain:
(a)banyak KTI yang tidak asli, jiplakan, bukan buatan sendiri, (b) KTInya berisi
uraian yang terlalu umum, tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan
nyata yang dilakukan guru dalam mengembangakan profesinya, (c) sistematika
tulisannya tidak mengikuti sistematika karya ilmiah.
B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN
Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal
mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau semua
komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah
mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan
eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen
yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi
pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan
ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran, guru pelakasana tindakan, siswa
yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun
komponen lain yang mungkin dapat memengaruhi hasil eksperimen. Selama
proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya
variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil
eksperimen.
a) Kesesaatan Tipe S
PENELITIAN EKSPERIMEN
A. Pendahuluan
Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini. Di dalam
proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/ perlakuan, kita tidak pernah dapat
menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang
baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari
suatu tindakan kita hanya dapat menyatakan bahwa proses ini begini dan begitu itu akan
menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik
jika gejala lain menjadi ukuran sebagai pembanding. Oleh karena itu dalam suatu
eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua kelompok, yang satu ditugaskan sebagai
kelompok pembanding (control group), sedang kelompok yang satu lagi sebagai
kelompok yang dibandingkan (experimental group).
B. Mempersiapkan Eksperimen
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti
melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagai
ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan tentang keampuhan dua metode
mengajar dalam bidang Matematika, Mana di antara dua macam metode yang dapat
memberikan prestasi belajar yang lebih baik (metode pemahaman konsep atau metode
pemecahan soal). Hal ini disebabkan karena selama ini ditemukan oleh guru bahwa
penggunaan metode pemahaman konsep yang dilakukan menyebabkan prestasi belajar
siswanya belum menggembirakan.
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar matematika yang selama
ini diajarkan melalui metode pemahaman konsep. Seorang guru matematika sewaktu
mengikuti diklat mendapatkan metode baru yaitu metode pemecahan soal", kemudian
muncul pertanyaan: manakah di antara dua metode pembelajaran Matematika yang dapat
menumbuhkan prestasi belajar lebih baik?
2. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih baik dalam
mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan pemahaman konsep
(untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar
matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap siswa terhadap metode pembelajaran
tersebut.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan variabel penelitian
(metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman konsep, serta prestasi belajar).
Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang mengarah pada simpulan bahwa metode
pemecahan soal lebih baik dalam menanamkan pemahaman matematika dibandingkan
dengan metode pemahaman konsep.
4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: "Metode pemecahan soal lebih baik
dibandingkan dengan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika". Hipotesis ini diperlukan untuk pedoman peneliti dalam merancang lebih
lanjut.
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran kepada dua
kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan /IQ dalam matematika. Dari
dua kelompok yang sudah mempunyai kesamaan itu dipilih secara acak atau random
untuk menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai
Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal
mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau semua
komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah mencoba
menyusun rancangan/desain eksperimennya.
Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat berpengaruh
terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap
langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan, dan ada
upaya untuk mengendalikan.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/ pengawas dari
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan
tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ekstrane yang
ikut mempengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat
Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan
dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa
kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A (pemecahan soal) dengan
kelompok kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini
terjadi ? Padahal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik
dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi
karena banyaknya variabel luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada
saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi, hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah
dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkannya. Padahal
kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variabel yang
menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen
akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan
eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan
dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik
yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran,
guru pelaksana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan
belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu
penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol
pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau
kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan
salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui
pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar,
mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki
IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes
kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik
dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas
tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari
kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh
metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompok
tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada
kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan
perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.
2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi
satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak
menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang
pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL
(eksperimen) sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis
terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang
mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang
disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang
3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan
secara serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam sub-populasi. Pada
eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R
ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan
beberapa kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat
mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang
dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar
memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan
pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya
mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang
dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang
akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan
dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka
perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu.
Akan tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang
diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh
terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.
E. Pelaksanaan Eksperimen
Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha mengantisipasi
berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan dan hasil eksperimen,
maka apa yang harus dilakukan agar eksperimen tersebut dapat berjalan dengan baik?
Namun, sebelum ke pelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan
diajarkan sudah disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen sudah
dipersiapkan sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru yang akan melaksanakan
sudah dipersiapkan secara memadai dan memiliki kualitas yang seimbang? Kalau
semuanya sudah dikaji barulah kita memperhatikan langkah berikut ini.
1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A sebagai kelompok
eksperimen diberikan materi yang sama dengan kelompok kontrol. Sedangkan metode
pembelajaran yang digunakan berbeda. Kelompok A dengan metode pemecahan soal,
sedangkan kelompok B dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang
direncanakan).
2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin agar kesesatan tidak
timbul terutama kesesatan yang tidak konstan, baik siswa maupun guru pelaksana, agar
Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja? Apakah penelitian
itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan untuk mendapatkan kredit
pengembangan profesi? Kalau diajukan apakah tidak dapat dinilai sehingga hasil
penelitian itu tidak bermanfaat? Kita tidak bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu
dikaji secara hati-hati dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah
kita diperhatikan beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:
1) Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori serta temuan
ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau sudah kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana penelitian itu merupakan penelitian eksperimen, apakah persiapan
eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut dasar-dasar penelitian eksperimen?
Jawabannya sudah; baik yang menyangkut penetapan kedua kelompok kontrol dan
eksperimen), maupun penetapan pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke
pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok eksperimen tersebut
sudah diperhatikan dengan baik dan seimbang? Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah,
lingkungan kelas, peralatan/ alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan dan
komponen lain yang terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
4) Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan adanya kesesatan tidak
konstan yang ditimbulkan dari berbagai aspek, misalnya adanya siswa yang sering
mengganggu salah satu kelompok eksperimen, atau adanya tindakan guru pelaksana
eksperimen/kontrol yang kurang serius dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun
siswa yang memiliki potensi dan motivasi belajar yang kuat yang berkaitan dengan
materi pelajaran yang dieksperimenkan. Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas
terhimpun siswa yang IQ-nya bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain.
Kalau hal ini jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah
dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu mengajukan
pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil eksperimen tidak
Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti mampu memberi
alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang jelas, dan kuat maka hasil penelitian
tersebut tetap dapat diajukan dan bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat
diusulkan/diajukan untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau
hasil penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat dan data
lapangan yang dihasilkan secara faktual memang mendukung adanya, maka akan dapat
menumbuhkan pemikiran baru, konsep baru yang dapat mengarah ke pembentukan teori
baru kalau penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan.
Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi baru akan dapat mengembangkan teori
baru dan meninggalkan teori lama. Memang jarang dijumpai adanya peneliti yang
demikian atau peneliti tidak berani menyampaikan hasil penelitiannya bilamana hasil
analisis tidak menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum mampu memberikan
alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.
Sesudah dipahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan eksperimen,
melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu hasil
eksperimen, perlu dipelajari beberapa jenis eksperimen mana yang paling sesuai bagi
guru yang akan mencoba metode pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar
siswa. Dipersilahkan Anda membaca bagian berikut ini.
Sebagai contoh, untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi
belajar matematika, perlu dipersiapkan rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan
penelitian dengan penelitian eksperimen?
b. Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?
c. Karakteristik metode pembelajaran apa yang akan dibandingkan?
d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian peneliti dan apa
instrumen pengukurnya?
e. Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?
f. Berapa lama eksperimen akan dilakukan?
g. Metode analisis apa yang tepat digunakan?
h. Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk mengerjakan suatu
eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci mungkin, agar dapat dipakai pegangan
dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis desain/ pola
eksperimen saja. Ada tiga desain yang disajikan, guru dapat memilih alternatif mana yang
paling tepat untuk mencoba suatu tindakan tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah
mengalami masalah. Setiap pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan
kebaikannya, namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat
dilaksanakan dan paling minim mengandung resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan) desain eksperimen yang dapat kita pelajari, namun
berikut ini hanya disampaikan beberapa desain eksperimen yang sering digunakan guru
dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Matched Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs.
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan secara singkat ketiga
desain eksperimen tersebut.
G. Laporan Penelitian
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan adalah menyusun
laporan hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap segar untuk menyusun laporan
dapat dimulai sejak peneliti melaksanakan kegiatan eksperimennya. Apa yang harus
ditulis awal, penelitiannya saja baru dimulai? Kalau kita memperhatikan materi yang
akan ditulis pada laporan hasil penelitian itu, harus diingat rancangan/proposal penelitian
yang sudah disusun sejak awal. Rancangan penelitian yang sudah lengkap dan terstruktur
secara sistematis, akan memberikan bahan dasar laporan yang sangat berharga dan
mengurangi beban waktu penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab pada laporan sudah
ada di dalam rancangan/proposal penelitian, walaupun masih perlu dipertajam,
disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan apa yang akan dilaksanakan peneliti. Oleh
karena itu, sambil melaksanakan eksperimen guru/peneliti dapat mengawali menyusun
laporan pada bab pendahuluan, kajian teori dan pustaka, serta bab metode penelitiannya.
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran peneliti dan belum ada di
proposal adalah Bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini baru
dapat ditulis kalau kegiatan pengumpulan data dan kegiatan eksperimennya sudah selesai.
Semua data dari proses sampai hasil akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini.
Cara menyajikan dapat dalam bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan bertujuan
untuk mempermudah pembaca memahmi makna yang disampaikan peneliti. Hasil
analisis data didasarkan pada hasil yang diperoleh dari tes materi pelajaran serta angket
pada akhir pelajaran/eksperimen.
Untuk menyusun laporan penelitian, guru diharapkan memahami sistematika penulisan
yang sudah ditetapkan, seperti yang terlampir pada bagian akhir dari hand-out ini. Pada
prinsipnya sistematika pembahasan mengandung tiga bagian pokok yaitu, bagian awal,
bagian inti dan bagian pendukung. Agar karya ilmiah jenis penelitian ini memenuhi
syarat untuk dinilai angka kreditnya, diwajibkan ada pengesahan dari kepala sekolah dan
guru pengusul/peneliti.
H. Penutup
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat dilaksanakan oleh guru di
samping penelitian tindakan kelas. Kalau dilakukan dengan hati-hati dan cermat besar
kemungkinan akan mendapatkan kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik
maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu baru,
mendapat metode baru yang dapat dicobakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas
perbedaan yang diakibatkan, terlebih kalau mampu mengendalikan variabel pengganggu
pelaksanaan eksperimen. Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian sangat penting
dalam mengantarkan guru dalam meningkatkan/ mengembangkan profesinya secara