You are on page 1of 85

BAB

2
KUAT LENTUR

Standar Kompetensi :
Setelah mengikuti materi ini, pembaca diharapkan memiliki kemampuan untuk
menganalisis dan merencanakan balok beton bertulang penampang segi empat
dan penampang T serta mampu menganalisis dan merencanakan plat lantai satu
arah (one way slab) dan dua arah (two ways slab) yang menerima beban lentur

2.1. Metode Analisis dan Perencanaan

Perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian, sehingga tidak


timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan
masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan
beban dan tegangan lebih lanjut tanpa mengalami runtuh.

Akibat beban luar akan menimbulkan momen lentur yang menyebabkan


terjadinya tegangan lentur. Tegangan ini adalah salah satu faktor yang
menentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang komponen
struktur. Proses perencanaan dan analisis umumnya dimulai dengan memenuhi
persyaratan terhadap lentur, kemudian baru memeriksa kondisi lain, seperti
kapasitas geser, deflesi, retak, panjang penyaluran,sehingga keseluruhannya
memenuhi syarat.

Telah diketahui bahwa untuk bahan yang homogen dan elastis, distribusi
regangan maupun tegangan adalah linier; nol pada garis netral dan maksimum di
tepi serat terluar penampang. Sehingga, nilai tegangan berbanding lurus dengan
nilai regangan, kondisi ini berlaku sampai batas sebanding (proportional limit).

Dalam kurun waktu yang cukup lama, cara pendekatan linier juga digunakan
untuk beton, yang dikenal dengan metode elastik, cara – n atau metode
tegangan kerja (working stress design). Pada metode ini, beban yang

15
diperhitungkan adalah beban kerja, sedang penampang direncanakan atau
dianalisis berdasarkan tegangan tekan lentur izin, umumnya bernilai 0,45fc’.

Disadari, dalam kenyataannya beton bersifat tidak homogen dan tidak


sepenuhnya elastis. Kemudian belakangan ini dikenal dengan metode yang lebih
realistis, ialah metode yang menyatakan hubungan sebanding antara regangan
dan tegangan dalam beton terdesak hanya berlaku sampai batas pembebanan
tertentu, yaitu tingkat beban sedang, bila beban terus ditambah, keadaan
sebanding akan lenyap. Pendekatan ini dinamakan metode perencanaan
kekuatan/metode kekuatan (ultimate strength design).

Pada metode kekuatan, beban kerja dinaikkan secukupnya, dengan faktor


beban, untuk mendapatkan beban di mana keruntuhan dinyatakan telah di
ambang pintu. Beban yang dikalikan dengan faktor beban ini disebut beban
terfaktor (factored load) atau beban layan terfaktor (factored service load). Struktur
atau unsurnya diproporsikan sedemikian sehingga mencapai kekuatannya saat
beban terfaktor bekerja. Dengan demikian metode kekuatan dapat dinyatakan
sebagai berikut :

Kekuatan yang
Kekuatan diperlukan
tersedia ≥ untuk memikul
beban terfaktor

Jadi dengan menggunakan beban terfaktor, struktur direncanakan


sedemikian sehingga didapat nilai kuat guna pada saat runtuh yang besarnya
lebih kecil sedikit dari kuat batas runtuh sesungguhnya. Kekuatan pada saat
runtuh dinamakan kuat ultimit dan beban pada saat runtuh disebut beban
ultimit.

Kuat rencana penampang komponen struktur didapat dari perkalian kuat


teoritis atau kuat nominal dengan faktor kapasitas. Faktor kapasitas dimaksud
untuk memperhitungkan kemungkinan yang merugikan, berkaitan faktor-faktor
bahan, tenaga kerja, ketidak tepatan ukuran-ukuran dan pengendalian mutu.

Kuat teoritis atau kuat nominal diperoleh dari keseimbangan statis dan
kesesuaian regangan-tegangan yang tidak linier di dalam penampang.

16
Berikut adalah tinjauan balok beton bertulang ditumpu sederhana sendi rol
yang menerima beban berangsur meningkat, mulai dari beban kecil.

Kondisi 1

ε’c f’c

C
d g.n
h
As εs Tc
ds T
εc fc
b

Gambar 2.1 Balok di atas tumpuan sederhana - menerima beban kecil,


uncracked section

Pada beban kecil, beton belum mengalami retak, pada bagian tarik beton
bersama baja menahan gaya tarik dan gaya tekan seluruhnya ditahan oleh beton
tekan. Kasus ini ditemui bila tegangan maksimum pada serat tarik masih cukup
rendah (nilainya 〈 fr).

Distribusi tegangan dan regangan dapat dihitung dengan menganggap balok


beton bersifat homogen dan dalam kondisi elastis menggunakan persamaan
M.y
σ = . Langkah pertama adalah dengan mengubah penampang beton
I
bertulang menjadi penampang beton saja (homogen), dikenal dengan transformed
section (penampang tranformasi). Berdasarkan asumsi bahwa regangan pada
tulangan sama dengan regangan yang terjadi pada beton, maka tegangan pada
Es
tulangan sama dengan n kali tegangan pada beton ( n = , modulus rasio). Ini
Ec
berarti luas beton ekivalen yang menggantikan tulangan sama dengan n As.
Luasan beton yang menggantikan tempat yang diisi oleh tulangan adalah (n-1)As.

17
Contoh 1

Hitung tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang balok saat beton mulai
retak.
Diketahui mutu beton fc’ = 25 MPa
Es = 200000 MPa

300 309,4
550
600 mm g.n
mm 290,6
3 ∅ 20
ds=50

300
mm

Luas tulangan
As = 3. 41 .π .20 2
= 942 mm 2
E
n= s
Ec
200000
= ≈ 8,5
4700 25

letak garis netral dihitung dengan statis momen terhadap sisi bawah :

b.h. 21 h + (n − 1).As .d s
yb =
b.h + (n − 1).As
300.600. 21 600 + (8,5 − 1).942.50
= = 290,6 mm dari sisi bawah balok.
300.600 + (8,5 − 1).942

Momen inersia penampang :


I1 = 1
12 .b.h 3
= 1
12 .300.600 3 = 5400000000 mm 4
I 2 = b.h.(y a − 21 h )
2

= 300.600.(309,4 − 300 ) = 15904800 mm 4


2

I 3 = (n − 1).As .(y b − d s )
2

= (8,5 − 1).942.(290,6 − 50 ) = 408981263,4 mm 4


2

I total = 5824886063,40 mm 4

18
kuat tarik beton = f r = 0,70 25 = 3,5 MPa
Besar momen yang bekerja pada balok saat beton akan mulai retak,
M .y b
fr = σ b =
I total
f r .I total
M cr =
yb
3,5.5824886063 ,40
= = 70155200,3 5 Nmm
290,6
= 70,16 kNm

Besar tegangan yang terjadi pada tepi atas balok saat beton akan mulai retak,
70155200,3 5.309,4
σa = = 3,73 MPa
5824886063 ,40

Besar tegangan yang terjadi pada tulangan saat beton akan mulai retak,
70155200,3 5.(290,6 − 50 )
σ s = 8,5 = 24,63 MPa
5824886063 ,40

Kondisi 2

ε’c f’c

C
dn = k.d
h
d g.n

As n.As
ds T
εs
b

Gambar 2.2 Balok di atas tumpuan sederhana-menerima beban sedang,


cracked section

19
Pada beban sedang, yaitu beban yang menyebabkan tegangan pada serat
tarik lebih besar dari kuat tarik beton, menyebabkan terjadi retak-retak rambut
pada serat tarik. Pada keadaan ini, tegangan beton tekan dapat dianggap
sebanding dengan nilai regangannya.

Saat beban ditambah, tegangan tarik beton mencapai kuat tarik fr ,dan timbul
retak pada daerah tarik. Retak-retak ini merambat ke atas, menyebabkan daerah
tekan beton akan berkurang. Karena itu beton yang sudah retak tidak lagi
memberikan sumbangan untuk menahan gaya tarik, seluruh gaya tarik yang
terjadi ditahan oleh baja tulangan dan gaya tekan ditahan oleh bagian beton
tekan. Penampang dapat diasumsikan dalam keadaan elastis jika tegangan tekan
beton kurang dari 50% dari kuat tekan f’c dan tegangan yang terjadi pada
tulangan σs lebih kecil dari tegangan leleh fy.

Tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang dapat dihitung


menggunakan metode penampang transformasi, dengan mengabaikan beton
yang berada di bawah garis netral. Tinggi garis netral dihitung menggunakan
persamaan berikut :

.b.d n = n.As .(d − d n )


1 2
2

A
d n = k .d , dan ρ = s
b.d
2 .b.(k .d ) = n. ρ .b.d .(d − k .d )
1 2

k= (ρ .n )2 + 2.ρ .n − ρ .n
= 31 .b.d n + n.As .(d − d n )
3 2
I cr

Contoh 2

Hitung tegangan-tegangan yang terjadi pada penampang balok contoh 1


sebelumnya, jika diketahui momen akibat beban luar yang bekerja 80 kNm.

Dari hasil perhitungan pada contoh 1 sebelumnya, disimpulkan momen yang


menyebabkan terjadinya retak (Mcr = 70,16 kNm) lebih kecil dari momen yang
bekerja pada balok (80 kNm). Sehingga dapat dipastikan akibat beban luar,
betonnya sudah retak.

20
Rasio tulangan terpasang,
As
ρ=
b.d
942
= = 0,0057
300.550
k= (0,0057.8,5 )2 + 2.0,0057.8,5 − 0,0057.8,5
= 0,27

tinggi garis netral, d n = 0,27.550 = 148,5 mm

Momen inersia penampang beton yang sudah retak,


I cr = 31 .b.d n + n.As .(d − d n )
3 2

= 31 .300.148,5 3 + 8,5.942.(550 − 148,5 )


2

= 1618222328 ,25 mm 4

Besar tegangan yang terjadi pada tepi atas balok,


80.10 6 .148,5
σa = = 7,34 MPa
1618222328,25

Besar tegangan yang terjadi pada tulangan,


80.10 6.(550 − 148,5 )
σ s = 8,5 = 168,72 MPa
1618222328 ,25

Kondisi 3

ε’c f’c
C

d g.n
h
As
ds T
εs
b

Gambar 2.3 Balok di atas tumpuan sederhana, menerima beban mendekati beban
batas

Gambar di atas memperlihatkan regangan dan tegangan pada beban


mendekati beban ultimit/batas, dan bila kapasitas batas kekuatan beton dilampaui

21
dan baja tulangan mencapai luluh, balok akan hancur. Walaupun tidak dapat
dijamin sepenuhnya untuk dapat terhindar dari keadaan tersebut, dengan
penggunaan beberapa faktor aman, tercapainya keadaan batas dapat
diperhitungkan dan dikendalikan.

2.2. Anggapan-anggapan

Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan


atas anggapan :

a. Penampang tegak lurus sumbu lentur yang berupa bidang datar sebelum
lentur akan tetap berupa bidang datar setelah lentur.
b. Tidak terjadi slip antara beton dan tulangan baja. (Pada level yang sama,
regangan pada beton adalah sama dengan regangan pada baja).
c. Tegangan pada beton dan tulangan dapat dihitung dari regangan dengan
menggunakan hubungan tegangan-regangan beton dan baja.
d. Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang, kuat tarik beton diabaikan.
e. Beton diasumsikan runtuh pada saat regangan tekannya mencapai regangan
batas tekan = 0,003.
f. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan persegi, trapesium
atau parabola atau lainnya.

Untuk penyederhanan, Whitney mengusulkan blok diagram beton tekan


berbentuk persegi.

0,85f’c
f’c ½a
c C a C

h
d g.n ≡
As
ds T T
b

Gambar 2.4 Blok diagram tegangan tekan dan blok diagram Whitney

22
β1 adalah konstanta yang merupakan fungsi dari kuat tekan beton. Menurut
SNI 03-2847-2002 :

untuk f’c ≤ 30 MPa β1 = 0,85 (2-1a)


0,05 '
30 〈 f’c 〈 58 β1 = 0,85 − (f c − 30) (2-1b)
7
f’c ≥ 58 MPa β1 = 0,65 (2-1c)

Tinggi blok tekan beton, a = β1.c (2-2)


Sementara besar gaya-gaya dalam
Gaya tekan : C = 0,85 f’c b a (2-3)
Gaya tarik : T = As fy (2-4)

2.3. Regangan berimbang

Regangan berimbang dicapai bila pada saat yang sama :

− Serat terluar beton tekan mencapai regangan maksimum, εcu = 0,003


− Tulangan tarik mencapai regangan leleh, εy

0,85f’c
εcu = 0,003 ½a
cb ab Cb

d g.n
h
Asb
ds Tb
εs = εy
b

Gambar 2.5 Tampang, regangan dan tegangan pada kondisi seimbang

Pada keadaan regangan berimbang, sejumlah tulangan tarik Asb akan


memberikan jarak garis netral cb dari tepi beton tarik dan gaya-gaya dalam Cb dan
Tb.

Dalam praktek, kondisi regangan berimbang sulit dicapai, sebagai akibat


pembulatan jumlah tulangan yang dipergunakan, sehingga luas baja tulangan
yang dipergunakan tidak sama dengan Asb. Karena itu terdapat dua kemungkinan,

23
penampang bertulangan kurang (under reinforced) dan penampang bertulangan
lebih (over reinforced).

εcu = 0,003

g.n. penulangan kurang


g.n. penulangan seimbang
g.n. penulangan lebih

εy

εcu = 0,003 εcu 〈 0,003


cb c〈cb
c〉cb
d

Asb As As
εs 〈 εy εs 〉 εy
Penulangan Penulangan Penulangan
Seimbang lebih kurang
Over reinforced under reinforced

Gambar 2.6 Diagram regangan dan tampang untuk berbagai kondisi penulangan

Bila :
As 〈 Asb, balok bertulangan kurang (under reinforced) dan dari keseimbangan
gaya-gaya dalam diperoleh :
− c 〈 cb dan a 〈 ab
− baja tarik mencapai regangan leleh terlebih dahulu (εs ≥ εy) sebelum beton
tekan mencapai regangan hancur.
− balok akan memperlihatkan lendutan yang cukup besar sebelum regangan
beton tekan mencapai εcu = 0,003 (keruntuhan daktail).

As 〉 Asb, balok bertulangan lebih (over reinforced) dan dari keseimbangan gaya-
gaya dalam diperoleh :
− c 〉 cb dan a 〉 ab
− beton lebih dahulu mencapai εcu = 0,003, sedang εs 〈 εy
− keruntuhan terjadi secara mendadak dengan beton hancur terlebih dahulu
(getas)

24
Dengan demikian terdapat dua macam cara keruntuhan, cara pertama
keruntuhan diawali dengan lelehnya baja tulangan tarik yang berlangsung secara
perlahan dan bertahap, sehingga memberikan tanda-tanda keruntuhan. Cara
kedua diawali dengan hancurnya beton tekan dan langsung diikuti keruntuhan
secara mendadak tanpa sempat memberikan peringatan. Tentunya dari kedua
cara keruntuhan di atas, maka cara keruntuhan pertama yang disukai karena
memberikan peringatan sebelum struktur runtuh.

2.4. Luas Tulangan

Untuk menyatakan luas relatif tulangan dalam suatu penampang, digunakan


istilah perbandingan/persentase tulangan atau rasio tulangan.

As
ρ= (2-5)
bd
dari diagram regangan berimbang
cb ε cu 0,003
= =
d ε cu + ε y 0,003 + (f y / 200000)
cb 600
=
d 600 + f y

C b = 0,85 f ' c b a b = 0,85 f ' c b β 1 c b


Tb = As f y

keseimbangan gaya-gaya dalam

C b = Tb
0,85 f ' c b β 1 c b = As f y , maka rasio tulangan berimbang :
0,85 f 'c  600 
ρb = β 1  

(2-6)
fy  600 + f y 

25
Syarat tulangan

Untuk menjamin keruntuhan yang terjadi berupa keruntuhan daktail, SNI


menetapkan pembatasan tulangan :

ρ maks ≤ 0,75 ρ b atau As ≤ 0,75 Asb

Jika baja tulangan yang digunakan untuk menahan lentur jumlahnya terlalu
sedikit, kemungkinan balok akan bekerja dalam keadaan tidak retak. Karena
metode yang digunakan untuk menghitung kekuatan lentur didasarkan anggapan
beton tarik telah mengalami retak, maka terdapat kemungkinan kekuatan nominal
Mn yang dihitung dengan anggapan penampang telah retak dan dengan tulangan
yang sedikit, lebih kecil dari momen retak Mcr beton tanpa tulangan untuk
penampang yang sama.

Agar terjadi keruntuhan yang daktail, disyaratkan pemakaian tulangan


minimum sedemikian sehingga menghasilkan kekuatan yang sama dengan beton
tanpa tulangan.

Kekuatan Kekuatan
balok beton
balok beton
bertulang ≥ polos
(Mn) (Mcr)

fr I g
Untuk beton normal, f r = 0,7 f ' c dan momen retak, M cr = . Untuk
yt
penampang persegi

1
12 bh 3 bh 2
M cr = 0,7 f ' c = 0,7 f ' c
2 h 6
1

 a
M n = As f y  d − 
 2

 a bh 2
As f y  d −  ≥ 0,7 f 'c
 2 6

dengan As = ρ b d dan untuk ρ kecil ½ a ≅ 0,05d

bh 2
ρ b d f y (0,95d ) ≥ 0,7 f ' c
6

26
2
0,7 f 'c  h 
ρ ≥   , untuk d ≅ 0,90h
6.0,95 f y  d 

0,1516 f 'c
ρ min ≥
fy

SNI memberikan, pada setiap penampang dari suatu komponen struktur


lentur, di mana berdasarkan analisis diperlukan tulangan tarik, maka rasio
tulangan, ρ, tidak boleh kurang dari:

fc'
ρ min ≥ (2-7)
4f y
dan tidak lebih kecil dari :
1,4
ρ min ≥ (2-8)
fy

2.5. Balok Lentur Persegi Bertulangan Sebelah


2.5.1. Analisis Penampang

Analisis penampang dimaksud untuk memeriksa kemampuan/keandalan


penampang yang ada. Untuk melakukan analisis lentur suatu penampang terlebih
dahulu harus diketahui :
− Dimensi penampang b, d, h
− Jumlah dan ukuran tulangan tarik, As
− Mutu beton (f’c) dan mutu tulangan yang dipakai (fy)

Sedang yang dicari adalah :


− Momen nominal Mn dan kapasitas momen MR
− Kehandalan penampang terhadap beban yang bekerja
− Menghitung besar beban yang dapat dipikul penampang

27
Prosedur analisis penampang balok lentur dengan tulangan sebelah adalah
sebagai berikut :
0,85f’c
εc = 0,003 ½a
c a C

d g.n
h
As
ds T
εs ≥ εy
b

Gambar 2.7 Penampang, diagram regangan dan gaya-gaya dalam balok


bertulangan sebelah

a. Menentukan tinggi blok tekan beton, a, dan tinggi garis netral c


C = 0,85 f ' c b a
T = As f y

dalam keadaan seimbang, C = T


0,85 f ' c b a = As f y
As f y
a= (2-9)
0,85 f 'c b
a
c= (2-10)
β1

b. Hitung gaya tekan beton C dan gaya tarik tulangan T


C = 0,85 f ' c b a
T = As f y
c. Hitung momen nominal

 a
Mn = T d − 
 2
(2-11)
 a
= C d − 
 2
M R = φ M R ≥ MU

28
2.5.2. Perencanaan Penampang

Perencanaan penampang adalah pekerjaan menentukan satu atau lebih


unsur dimensi penampang termasuk luas tulangan yang diperlukan. Secara garis
besar prosedur perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Hitung momen ultimut (MU)akibat beban-beban luar yang bekerja, dan momen
nominal (Mn).
MU
Mn = (2-12)
φ
b. Tentukan nilai ρ yang dipakai, di mana ρmin < ρ ≤ ρmaks
1,4
ρ min ≥
fy
0,85 f 'c  600 
ρb = β 1  

fy  600 + f y 
ρ maks ≤ 0,75 ρ b
β1 adalah konstanta yang merupakan fungsi dari kuat tekan beton. Menurut
SNI 03-2847-2002 :

untuk f’c ≤ 30 MPa β1 = 0,85


0,05 '
30 〈 f’c 〈 58 β1 = 0,85 − (f c − 30)
7
f’c ≥ 58 MPa β1 = 0,65

c. Hitung m dan Rn
fy
m= (2-13)
0,85 f ' c
R n = ρ f y (1 − 21 ρ m ) (2-14)

d. Tentukan bd2 yang diperlukan


Mn
b d 2 perlu =
Rn
e. Tentukan pasangan b dan d, sehingga bd2 ≅ bd2perlu

f. Hitung ρ untuk penampang yang dipilih dengan menghitung


Mn
Rn baru =
bd2
R n baru
ρ ≈ ρ lama
R n lama

29
g. Hitung luas tulangan tarik yang diperlukan
As = ρ b d

h. Pilih/tentukan tulangan
− Gunakan diameter yang kecil, karena untuk memenuhi luas tulangan yang
diperlukan akan diperlukan sejumlah tulangan yang lebih banyak dibanding
bila digunakan diameter yang lebih besar. Ini akan berakibat luas bidang
singgung antara tulangan dengan beton menjadi lebih besar, sehingga
lekatan tulangan ke beton menjadi lebih baik.
− Jumlah tulangan yang digunakan harus sedemikian sehingga tulangan
tersebut dipasang dalam satu lapis/baris, dan bila terpaksa tidak lebih dari
dua baris.

Sengkang

jbd

25 mm
40 mm (penutup beton)

40

Jarak bebas datar (j.b.d) ≥ 25 mm


≥ diameter tulangan
≥ 1,33 ukuran agregat
i. Periksa kapasitas penampang
MU
Mn ≥
φ

30
Contoh 3

Suatu balok beton bertulang dengan data-data sebagai berikut :


b =350 mm fc’ =35 MPa
d =540 mm fy =350 MPa
As =3300 mm2 Es =200000 MPa
φ =0,80
Diminta tentukan :
1. kuat lentur nominal, Mn
2. momen layan, Ms, jika komposisi beban adalah 60% beban mati dan 40%
beban hidup

Penyelesaian :
0,05 '
β1 = 0,85 − (fc − 30)
7
0,05
= 0,85 − (35 − 30) = 0,814
7
Cc = 0,85.fc’.b.a
T = As.fy
Keseimbangan gaya-gaya dalam
Cc = T
As .f y3300 × 350
a= '
= =110,924 mm
0,85.f .b 0,85 × 35.350
c

a 110,924
c= = =136,270 mm
β1 0,814
kontrol regangan tulangan tarik saat regangan beton desak εcu=0,003
fy 350
regangan leleh, ε y = = =0,00175
Es 200000

d −c  540 − 136,270 


εs =   . ε cu =   . 0,003
 c   136,270 
= 0,00889 〉 εy

anggapan tulangan tarik sudah leleh, benar.

31
Kuat lentur nominal, Mn

 a
M n = As × f y  d − 
 2

 110,924 
= 3300 × 350  540 −  Nmm
 2 
= 559,6414 kNm
Mu=1,2MD + 1,6ML
MD=0,6Ms , ML=0,4Ms
Maka :
Mu=1,2(0,6Ms) + 1,6(0,4Ms)
Mu=1,36Ms
Mu 1,36M s
Mn = = =1,7Ms
φ 0,8
M n 559,6414
Ms = = =329,2008 kNm
1,7 1,7

Contoh 4
Tentukan ukuran balok persegi dan tulangan yang dipakai dari balok yang ditumpu
sendi-rol dengan data-data sebagai berikut :
L = 12 m fc’ =30 MPa
qL = 18,5 kN/m fy =450 MPa
qD = 11,5 kN/m bj =23 kN/m3

Penyelesaian :
β1 = 0,85

0,85 × fc'  600 



ρb = β1 
fy  600 + f y 
0,85 × 30  600 
= × 0,85 ×   =0,0275
450  600 + 450 
ρmaks=0,75ρb = 0,0206
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0031
fy 450

32
untuk perencanaan, diambil ρ= 0,5ρmaks= 0,0103
fy 450
m= '
= =17,647
0,85 f c 0,85 × 30

 ρ×m
Rn = ρ × f y ×  1 − 
 2 

 0,0103 × 17,647 
R n = 0,0103 × 450 ×  1 −  =4,214 MPa
 2 

Momen terfaktor :
qbs = 6 kN/m (berat sendiri, ditaksir)
Mbs = 1/8×qbs×L2
= 1/8×6×122 = 108 kNm
MD = 1/8×qD×L2
= 1/8×11,5×122 = 207 kNm
ML = 1/8×qL×L2
= 1/8×18,5×122 = 333 kNm
Mu =1,2(Mbs+MD) + 1,6ML
Mu =1,2× (108+207) + (1,6×333) = 910,8 kNm
Mu 910,8
Mn = = = 1138,5 kNm
φ 0,8
M n 1138,5 × 10 6
bd = 2
= = 270170859 mm3
Rn 4,214

b 270170859
d= (mm)
( mm ) b
300 948,98
350 878,59
400 821,84
450 774,84

dipakai
b = 450 mm h = 900 mm ds =100 mm
d = h – ds = 800 mm

33
luas penampang beton, Ac
Ac = 0,45×0,90 = 0,405 m2
qbs = 0,405×23 = 9,315 kN/m lebih besar dari asumsi awal (6 kN/m)
Mbs = 1/8×9,315×122 = 167,67 kNm
Mu =1,2× (167,67+207) + (1,6×333) = 982,404 kNm
982,404
Mn = =1228,005 kNm
0,8
M n 1228,005 × 10 6
Rn baru = = =4,264 MPa
bd 2 450 × 800 2
Rn baru
ρ baru =ρ
Rn
4,264
= 0,0103 =0,0104
4,214
As =ρbaru×b×d
= 3744 mm2

dipakai tulangan diameter 25, dibutuhkan tulangan sebanyak :


3744
n= =7,6
0,25 × π × 25 2
dipakai tulangan 8D25

Periksa penempatan tulangan :

Sengkang
∅ 10

jbd

25 mm
ds
40 mm (penutup beton)

450 mm

34
Jarak bebas datar, jbd :
450 − (2 × 40) − (2 × 10) − (6 × 25)
jbd =
5
= 40 mm lebih besar dari 25 mm
diameter tulangan
1,33 ukuran agregat terbesar

Untuk keperluan analisis kapasitas penampangnya, perlu diketahui besaran ds , di


mana ds dihitung dari tepi bawah ke titik berat kelompok tulangan. Perhatikan
gambar kelompok tulangan berikut.

25 mm
x1

  25 25 
(6 × 0,25π × 25 2
× 0 ) + 2 × 0,25π × 25 2 ×  + 25 
  2 2 
x1 =
8 × 0,25π × 25 2
x1 = 12,5 mm
penutup beton, ds
ds = 40 + 10 + ½ 25 + 12,5
ds = 75 mm
d = h – ds = 800 – 75 = 825 mm

Periksa kapasitas penampang


Keseimbangan gaya-gaya dalam
Cc = T
8 × 0,25π × 25 2.450
a= = 154 mm
0,85.30.450
154
c= =181,176 mm
0,85
kontrol regangan tulangan tarik saat regangan beton desak εcu=0,003

35
450
regangan leleh, ε y = =0,00225
200000
 825 − 181,176 
εs =   . 0,003 = 0.01066 〉 εy
 181,176 
anggapan tulangan tarik sudah leleh, benar.

Kuat lentur nominal, Mn

 a
M n = As × f y  d − 
 2

 154 
= 8 × 0,25π × 25 2.450 825 −  Nmm
 2 
= 1321,83 kNm lebih besar dari momen akibat beban luar 1228,005 kNm

Contoh 5
Tentukan ukuran balok persegi dan tulangan yang dipakai dari balok yang ditumpu
sendi-rol dengan data-data sebagai berikut :
L =7m fc’ =25 MPa
qL = 24 kN/m fy =300 MPa
qD = 13 kN/m bj =23 kN/m3

Penyelesaian :
β1 = 0,85

0,85 × fc'  600 



ρb = β1 
fy  600 + f y 
0,85 × 25  600 
= × 0,85 ×   =0,0401
300  600 + 300 
ρmaks=0,75ρb = 0,0301
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0047
fy 300

untuk perencanaan, diambil ρ= 0,5ρmaks= 0,0151


fy 300
m= '
= =14,118
0,85 f c
0,85 × 25

36
 ρ×m
Rn = ρ × f y ×  1 − 
 2 
 0,0151 × 14,118 
R n = 0,0151 × 300 ×  1 −  =4,047 MPa
 2 

Momen terfaktor :
qbs = 6 kN/m (berat sendiri, ditaksir)
Mbs = 1/8×qbs×L2
= 1/8×6×72 = 36,75 kNm
MD = 1/8×qD×L2
= 1/8×13×72 = 79,625 kNm
ML = 1/8×qL×L2
= 1/8×24×72 = 147 kNm
Mu =1,2(Mbs+MD) + 1,6ML
Mu =1,2× (36,75+79,625) + (1,6×147) = 374,85 kNm
Mu 374,85
Mn = = = 468,5625 kNm
φ 0,8

M n 468,5625 × 10 6
bd 2 = = = 115780207,6 mm3
Rn 4,047

b 115780207, 6
d= (mm)
( mm ) b
250 680,5
300 621,2
350 575,2

dipakai
b = 350 mm h = 700 mm ds =100 mm
d = h – ds = 600 mm
luas penampang beton, Ac
Ac = 0,35×0,70 = 0,245 m2
qbs = 0,245×23 = 5,635 kN/m lebih besar dari asumsi awal (6 kN/m)
Mbs = 1/8×5,635×72 = 34,5144 kNm

37
Mu =1,2× (34,5144+79,625) + (1,6×147) = 372,1673 kNm
372,1673
Mn = =465,2091 kNm
0,8

M n 465,2091 × 10 6
Rn baru = = =3,692 MPa
bd 2 350 × 600 2
Rn baru
ρ baru =ρ
Rn
3,692
= 0,0151 =0,0138
4,047
As =ρbaru×b×d
= 2898 mm2

dipakai tulangan diameter 25, dibutuhkan tulangan sebanyak :


2898
n= =5,9
0,25 × π × 25 2
dipakai tulangan 6D25

Periksa penempatan tulangan :

Sengkang
∅ 10

jbd

25 mm
ds
40 mm (penutup beton)

350 mm

Jarak bebas datar, jbd :


350 − (2 × 40 ) − (2 × 10 ) − ( 4 × 25 )
jbd =
3
= 50 mm lebih besar dari 25 mm
diameter tulangan
1,33 ukuran agregat terbesar

38
Jika tulangan diganti dengan mutu 400 MPa, maka tulangan terpasang akan
menjadi 5D25.

Sengkang
∅ 10

jbd

ds
40 mm (penutup beton)

350 mm

Jarak bebas datar, jbd :


350 − (2 × 40) − (2 × 10) − (5 × 25 )
jbd =
4
= 31,25 mm lebih besar dari 25 mm

penutup beton, ds
ds = 40 + 10 + ½ 25
ds = 62,5 mm
d = h – ds = 600 – 62,5 = 637,5 mm

Periksa kapasitas penampang


Keseimbangan gaya-gaya dalam
Cc = T
5 × 0,25π × 25 2.400
a= = 132 mm
0,85.25.350
132
c= =155,294 mm
0,85
kontrol regangan tulangan tarik saat regangan beton desak εcu=0,003
400
regangan leleh, ε y = =0,002
200000
 637,5 − 155,294 
εs =   . 0,003 = 0.00932 〉 εy
 155,294 
anggapan tulangan tarik sudah leleh, benar.

39
Kuat lentur nominal, Mn

 a
M n = As × f y  d − 
 2
 132 
= 5 × 0,25π × 25 2.400 637,5 −  Nmm
 2 
= 561,07 kNm lebih besar dari momen akibat beban luar 465,2091 kNm
Berarti perubahan mutu baja tulangan menyebabkan beban yang dapat ditahan
oleh balok meningkat. Besar peningkatan :
Mu = 0,8 × 561,07 = 448,856 kNm
8 × Mu
qu = = 73,282 kN/m
L2
qu = 1,2(qbs + qD) + 1,6qL
73,282 − 1,2 × (5,635 + 13)
qL = =31,825 kN/m
1,6

40
2.6. Balok Lentur Bertulangan Rangkap

Untuk suatu penampang komponen struktur di mana momen tahanan MR


telah diketahui berdasarkan ρmaks, kemudian dikehendaki penampang tersebut
mampu menahan beban yang lebih besar dari kapasitasnya (balok persegi
bertulangan sebelah), atau karena pertimbangan teknis pelaksanaan dan
arsitektural membatasi dimensi, maka diperlukan usaha lain untuk memperbesar
kemampuan penampang tersebut.

SNI membolehkan penambahan tulangan tarik lebih dari batas nilai ρmaks
bersamaan dengan pemberian baja tulangan di daerah tekan. Penampang yang
demikian disebut balok dengan tulangan rangkap. Akan tetapi, umumnya
penggunaan tulangan tekan dengan tujuan meningkatkan kuat lentur penampang,
terbukti cara yang kurang efisien dan ekonomis. Usaha untuk mempertahankan
ukuran balok tetap kecil, umumnya mengakibatkan masalah lendutan dan geser.

2.6.1. Analisis Penampang

Analisis penampang bertulangan rangkap berupa penentuan Mn suatu


penampang dengan nilai-nilai dimensi penampang b, d, luas tulangan tarik As dan
luas tulangan tekan As’, serta mutu beton f’c dan mutu tulangan fy diketahui.
Masalah utama dalam menganalisis penampang bertulangan rangkap adalah
menentukan tinggi blok tekan beton a dan menilai apakah tulangan pada kondisi
ultimitnya telah mencapai regangan leleh nya atau belum. Prosedur analisis
penampang balok lentur dengan tulangan tarik dan tulangan tekan adalah sebagai
berikut :

a. Menetapkan asumsi-asumsi, misalnya


Pada kondisi ultimit :
− Garis netral c berada di antara tulangan tarik dan tulangan tekan.
− Tulangan tarik telah leleh
− Tulangan tekan telah leleh

41
0,85f’c
εc = 0,003
dc Cs
εs ’ c a Cc
As ’ Z1 Z2
d g.n
h
Z3
As
ds Ts
εs ≥ εy
b

Gambar 2.8 Penampang, diagram regangan dan gaya-gaya dalam balok


bertulangan rangkap

b. Menentukan tinggi blok tekan beton, a, dan tinggi garis netral c

Cc = 0,85 f 'c b a
C s = As ' f y
Ts = As f y

dalam keadaan seimbang, Cc + Cs = Ts


0,85 f ' c b a + As ' f y = As f y
As f y − As ' f y
a= (2-15)
0,85 f ' c b
a
c=
β1

c. Cek asumsi-asumsi
c − dc
εs'= ε cu ≥ ε y (2-16a)
c
d −c
εs = ε cu ≥ ε y (2-16b)
c
jika semua asumsi terpenuhi, lanjutkan ke langkah d. tetapi jika salah satu
asumsi tidak terpenuhi, maka kembali ke langkah a dengan mengganti salah
satu asumsi.

d. Hitung gaya tekan beton Cc, gaya tekan tulangan tekan Cs, dan gaya tarik
tulangan Ts

Cc = 0,85 f 'c b a
C s = As ' f y

42
Ts = As f y
apabila tulangan tekan belum leleh (εs’≤ εy), maka :
C s = A' s f s = A' s E s ε ' s

e. Hitung
z 1 = c − 21 a (2-17a)
z2 = c − d c (2-17b)
z3 = d − c (2-17c)

f. Hitung momen nominal


M n = C c z 1 + C s z 2 + Ts z 3 (2-18)
M R = φ M n ≥ MU

2.6.2. Perencanaan Penampang

Bila suatu penampang persegi dengan ukuran yang telah ditetapkan,


diinginkan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari kekuatan yang tersedia
dengan hanya menggunakan tulangan tarik saja, maka diperlukan tambahan
tulangan tarik dan pemberian tulangan tekan. Prosedur untuk perencanaan
penampang persegi dengan tulangan rangkap sebagai berikut:
a. Hitung kapasitas momen nominal (Mn1) akibat tulangan tarik saja, yaitu dengan
menggunakan tulangan tarik maksimum yang diizinkan untuk tampang dengan
tulangan sebelah pada kondisi seimbang.
Mn1
dc
As ’ c a=β1c Cc

d d – ½ a

As As1
T1
ds

Mn2

As ’ Cs

d – dc
+
As1
T2

Gambar 2.9 Penampang balok, gaya dalam akibat tulangan tarik saja dan gaya
dalam akibat tulangan tekan

43
MU
Mn =
φ
Kapasitas penampang : Mn1 〈 Mn
Dengan M n 1 = T1 (d − 21 a ) = As 1 f y (d − 21 a )
Dan luas tulangan yang diperlukan untuk memikul momen sebesar Mn1 :
As1 = ρmaks b d

b. Kelebihan momen sebesar Mn2 = Mn – Mn1, di tahan oleh tambahan tulangan


tarik bersama dengan tulangan tekan,di mana besar gaya tekan yang harus di
tahan oleh tulangan tekan :
M n2
Cs =
d − dc
luas tulangan tekan
Cs
As ' =
f s '−0,85 fc '
fs’ = fy bila εs’ ≥ εy
fs’ = Es εs’ bila εs’ < εy

c. Dari keseimbangan gaya dalam, C = T :


Karena T = T1 + T2 dan C = Cc + Cs, maka
Cc + Cs = T1 + T2,
jika Cc = T1, Cs = T2
sehingga tambahan tulangan tarik
T2
As 2 =
fy
luas tulangan tarik, As = As1 + As2

d. Untuk menjamin regangan tulangan tekan telah mencapai regangan leleh saat
penampang mencapai kekuatan nominal, haruslah dipenuhi :

 0,85 fc '   f ' d '   600 


ρ − ρ '  1 − ≥ 0,85 β 1  c  
 f y   f d   600 + f
 y  y

karena tulangan tekan bila εs’ ≥ εy , maka gaya-gaya dalam :


T = ρ b d fy
Cc = 0,85 f 'c b a
C s = (f y − 0,85 f 'c ) ρ ' b d
T = Cc + Cs

44
dan
fy d   0,85 fc ' 
c=  ρ − ρ '  1 − 
0,85 β 1 fc '   f y 

Contoh 6
Rencanakan balok persegi dengan menggunakan tulangan rangkap bila diket. :
L = 10 m fc’ =40 MPa
qL = 25 kN/m fy =400 MPa
qD = 15 kN/m bj =24,5 kN/m3

Penyelesaian :
0,05
β1 = 0,85 − (40 − 30 ) = 0,779
7
0,85 × 40  600 
ρb = 0,779  = 0,0397
400  600 + 400 
ρmaks=0,75ρb = 0,0298
1,4
ρ min = = 0,0035
400
untuk perencanaan, diambil ρ= ρmaks= 0,0298
400
m= =11,76
0,85 × 40

 0,0298 × 11,76 
R n = 0,0298 × 400 ×  1 −  = 9,83 MPa
 2 
Momen terfaktor :
qbs = 5 kN/m (berat sendiri, ditaksir)
Mbs = 1/8×5×102 = 62,5 kNm
MD = 1/8×15×102 = 187,5 kNm
ML = 1/8×25×102 = 312,5 kNm
Mu =1,2× (62,5+187,5) + (1,6×312,5) = 800 kNm
800
Mn = = 1000 kNm
0,8

45
1000 × 106
bd 2 = = 101729399,8 mm3
9,83

101729399,8
b d=
( mm ) b
(mm)
300 582,32
350 539,12
400 504,30

dipakai
b = 350 mm h = 600 mm ds =100 mm
d = h – ds = 500 mm lebih kecil dari 539,12 mm
luas penampang beton, Ac
Ac = 0,35×0,60 = 0,21 m2
qbs = 0,21×24,5 = 5,145 kN/m lebih besar dari asumsi awal (5 kN/m)
Mbs = 1/8×5,145×102 = 64,3125 kNm
Mu =1,2× (64,3125+187,5) + (1,6×312,5) = 802,175 kNm
802,175
Mn = =1002,719 kNm
0,8
letak garis netral, c
600 600
c= d = 500 =300 mm
600 + f y 600 + 400
a = β1c = 0,779×300
= 233,7 mm

Luas tulangan tarik, As1


As1 = ρbd = 0,0298×350×500 = 5215 mm2

Anggap tulangan tarik sudah leleh,

 a
M n1 = As 1 × f y ×  d − 
 2
 233,7 
= 5215 × 400 ×  500 −  Nmm
 2 
= 799,2509 kNm lebih kecil dari Mn = 1002,719 kNm

Kekurangan Mn harus ditahan oleh tambahan tulangan tarik dan tulangan tekan.

46
Mn2 = Mn – Mn1
= 1002,719 – 799,2509 = 203,4681 kNm
Mn2 = Cs×(d-dc) atau Mn2 = T2×(d-dc)
Misal dc = 70 mm
M n2
T2 =
d − dc

203,4681 × 10 6
T2 = = 473181,6279 N
500 − 70
Cs = T 2
Periksa regangan tulangan tekan
c − dc
ε sc = × ε cu
c
εcu = 0,003
Es = 200000 MPa
400
εy = = 0,002
200000
300 − 70
ε sc = × 0,003 = 0,0023 lebih besar dari εy
300
berarti baja tekan telah leleh saat regangan desak beton mencapai regangan
hancur 0,003.
Luas tulangan tekan, Asc
C s 473181,627 9
Asc = = = 1182,9541 mm2
fy 400
tambahan luas tulangan tarik, As2
T2 473181,627 9
As 2 = = = 1182,9541 mm2
fy 400
luas tulangan tarik
As = As1 + As2
= 5215 + 1182,9541 = 6397,9541 mm2
Jika dipakai tulangan diameter 32
Kebutuhan tulangan tarik
6397,9541
n= =7,96
0,25π × 32 2

47
dipakai 8D32
Kebutuhan tulangan tekan
1182,9541
n= =1,47
0,25π × 32 2
dipakai 2D32
Periksa rasio tulangan
6397,9541 − 1182,9541
ρ= = 0,0298 sama dengan ρmaks
350 × 500

dsc

600 mm Sengkang
φ 10

jbd

25 mm
ds 40 mm

350 mm

Jarak bebas datar, jbd :


350 − (2 × 40) − (2 × 10) − (4 × 32)
jbd =
3
= 40,67 mm lebih besar dari 25 mm
diameter tulangan 32 mm
1,33 ukuran agregat terbesar
hitung titik berat kelompok tulangan tarik, statis momen terhadap titik berat
tulangan baris bawah :
  32 32 
(4 × 0,25π × 32 2
)
× 0 + 4 × 0,25π × 32 2 ×  + 25 + 
2 
  2
x1 =
8 × 0,25π × 32 2
x1 = 28,5 mm
penutup beton, ds
ds = 40 + 10 + ½ 32 + 28,5 = 94,5 mm
dc = 40 + 10 + ½ 32 = 66 mm
d = h – ds = 600 – 94,5 = 505,5 mm

48
Periksa kapasitas penampang

εcu = 0,003
66 mm εsc Cs
a Cc
c

600 mm

d - c

εs T
94,5 mm

350 mm

Menentukan tinggi garis netral, c


Anggap tulangan tarik dan tekan sudah leleh
Cc = 0,85 fc’ β1 c b
= 0,85×40×0,779×c×350 = 9270,1c N
Cs = Asc [ fy - (0,85 fc’)]
= 2×¼π×322 [400 – (0,85*40)] = 588709,33 N
Ts = As fy
= 8×¼π×322 ×400 = 2573592,7 N
Ts = Cc + Cs
2573592,7 - 588709,33
c= = 214,12 mm
9270,1

Periksa regangan yang terjadi :


Tulangan tarik
505,5 − 214,12
εs = × 0,003 = 0,004082 〉 εy
214,12
Tulangan tekan
214,12 − 66
εs = × 0,003 = 0,002075 〉 εy
214,12
anggapan benar bahwa tulangan tarik dan tulangan tekan telah leleh pada saat
beton mencapai regangan hancur.

49
a = 0,779×214,12 = 166,8 mm
Cc = 9270,1×214,12 = 1984913,81 N
Cs = 588709,33 N

 a
Mn aktual = Cc  d −  + C s (d − d c ) Nmm
 2

 166,8 
= 1984913,81 ×  505,5 −  + 588709,33 × (505,5 − 66 ) Nmm
 2 
= 1096,60 kNm 〉 Mn = 1002,719 kNm

Contoh 7
Rencanalan balok persegi bila diketahui :

ML = 350 kNm fy =400 MPa


MD = 250 kNm bj =23 kN/m3
fc’ =30 MPa

Penyelesaian :
β1 = 0,85
0,85 × 30  600 
ρb = 0,85  = 0,0325
400  600 + 400 
ρmaks=0,75ρb = 0,0244
1,4
ρ min = = 0,0035
400
Mu = 1,2MD + 1,6ML
= 860 kNm
860
Mn = = 1075 kNm
0,8

50
Direncanakan sebagai balok tulangan sebelah
untuk perencanaan, diambil ρ= ½ ρmaks= 0,0122
400
m= =15,69
0,85 × 30

 0,0122 × 15,69 
R n = 0,0122 × 400 ×  1 −  = 4,41 MPa
 2 
1075 × 10 6
bd 2 = = 243764172,3 mm3
4,41

243764172, 3
b d=
( mm ) b
(mm)
300 901,4
350 834,5
400 780,6
450 736,0

dipakai
b = 450 mm h = 850 mm ds =90 mm
d = h – ds = 760 mm lebih besar dari 736 mm
1075 × 10 6
Rn baru = = 4,14 MPa
450 × 760 2
Rn baru
ρ baru =ρ
Rn
4,14
= 0,0122 =0,0114
4,41
As =ρbaru×b×d
= 0,0114×450×760
= 3898,8 mm2
Jika dipakai tulangan diameter 25 mm, dibutuhkan tulangan sebanyak
3898,8
n=
0,25π × 25 2
= 7,9 ≈ 8 buah

51
Periksa penempatan baja tulangan

dsc

850 mm Sengkang
φ 10

jbd

25 mm
ds 40 mm

450 mm

Jarak bebas datar


450 − (2 × 40 ) − (2 × 10 ) − (6 × 25 )
jbd =
5
= 40 mm lebih besar dari 25 mm
diameter tulangan 32 mm
1,33 ukuran agregat terbesar

hitung titik berat kelompok tulangan tarik, statis momen terhadap titik berat
tulangan baris bawah :
  25 25 
(6 × 0,25π × 25 2
)
× 0 + 2 × 0,25π × 25 2 ×  + 25 + 
2 
  2
x1 =
8 × 0,25π × 25 2
x1 = 12,5 mm
penutup beton, ds
ds = 40 + 10 + ½ 25 + 12,5 = 75 mm
d = h – ds = 850 – 75 = 775 mm

Direncanakan sebagai balok tulangan rangkap


untuk perencanaan, diambil ρ= ρmaks= 0,0244
400
m= =15,69
0,85 × 30

 0,0244 × 15,69 
R n = 0,0244 × 400 ×  1 −  = 7,89 MPa
 2 

52
1075 × 10 6
bd 2 = = 136248415,7 mm3
7,89

136248415, 7
b d=
( mm ) b
(mm)
350 623,9
400 583,6

dicoba
b = 400 mm h = 650 mm ds =100 mm
dc = 70 mm d = h – ds = 550 mm
letak garis netral, c
600 600
c= d= 550 =330 mm
600 + f y 600 + 400
a = β1c = 0,85×330
= 280,5 mm

Luas tulangan tarik, As1


As1 = ρbd = 0,0244×400×550 = 5368 mm2

Anggap tulangan tarik sudah leleh,

 a
M n1 = As 1 × f y ×  d − 
 2
 280,5 
= 5368 × 400 ×  550 −  Nmm
 2 
= 879,8152 kNm lebih kecil dari Mn = 1075 kNm

Kekurangan Mn harus ditahan oleh tambahan tulangan tarik dan tulangan tekan.
Mn2 = Mn – Mn1
= 1075 – 879,8152 = 195,1848 kNm
Mn2 = Cs×(d-dc) atau Mn2 = T2×(d-dc)
dc = 70 mm
M n2
T2 =
d − dc

195,1848 × 10 6
T2 = = 406635 N
550 − 70
Cs = T 2

53
Periksa regangan tulangan tekan
c − dc
ε sc = × ε cu
c
εcu = 0,003
Es = 200000 MPa
400
εy = = 0,002
200000
330 − 70
ε sc = × 0,003 = 0,0024 lebih besar dari εy
330
berarti baja tekan telah leleh saat regangan desak beton mencapai regangan
hancur 0,003.
Luas tulangan tekan, Asc
C s 406635
Asc = = = 1016,5875 mm2
fy 400

tambahan luas tulangan tarik, As2


T2 406635
As 2 = = = 1016,5875 mm2
fy 400

luas tulangan tarik


As = As1 + As2
= 5368 + 1016,5875 = 6384,5875 mm2
Jika dipakai tulangan diameter 32
Kebutuhan tulangan tarik
6384,5875
n= =7,94
0,25π × 32 2
dipakai 8D32
Kebutuhan tulangan tekan
1016,5875
n= =1,26
0,25π × 32 2
dipakai 2D32
Periksa rasio tulangan
6433,9818 − 1608,4964
ρ= = 0,0219 kecil dari ρmaks
400 × 550

54
Periksa penempatan baja tulangan

dsc

650 mm Sengkang
φ 10

jbd

25 mm
ds 40 mm

400 mm

Jarak bebas datar, jbd :


400 − (2 × 40) − (2 × 10) − (5 × 32 )
jbd =
4
= 35 mm lebih besar dari 25 mm
diameter tulangan 32 mm
1,33 ukuran agregat terbesar

hitung titik berat kelompok tulangan tarik, statis momen terhadap titik berat
tulangan baris bawah :
  32 32 
(5 × 0,25π × 32 2
)
× 0 + 3 × 0,25π × 32 2 ×  + 25 + 
2 
  2
x1 =
8 × 0,25π × 32 2
x1 = 21,375 mm
penutup beton, ds
ds = 40 + 10 + ½ 32 + 21,375 = 87,375 mm
dc = 40 + 10 + ½ 32 = 66 mm
d = h – ds = 650 – 87,375 = 562,625 mm

55
2.7. Balok Tampang T

Komponen plat lantai atau plat atap suatu bangunan, umumnya dicor/dicetak
bersama-sama (monolit) dengan balok pendukungnya. Analisis dan perencanaan
balok yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit dengan plat, didasarkan pada
anggapan bahwa antara balok dan plat terjadi interaksi saat menahan momen
lentur positif yang bekerja pada balok. Karena itulah balok dinamakan sebagai
balok T, di mana plat akan berlaku sebagai sayap (flens) tekan dan balok sebagai
badan. Plat yang berfungsi sebagai sayap dari balok T akan berperilaku sebagai
komponen struktur yang bekerja dalam dua arah lenturan yang saling tegak lurus.

Gambar 2.10 Plat lantai dan balok beton bertulang

Untuk perencanaan dan analisis, SNI menetapkan lebar efektif (bE) untuk
sayap (flens) :

bE bE
hf

bw bo bw bo bw

Balok tepi Balok tengah


L L
bE ≤ bE ≤
12 4
bE ≤ bw + 6hf bE ≤ bw + 16hf
b bE ≤ bw + bo
bE ≤ bw + o
2

56
Sedang untuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok tampang T, persyaratan
yang harus dipenuhi adalah :
bw
bE ≤ 4bw dan hf ≤
2

Gambar 2.11 Lebar efektif plat

Analisis Penampang balok T

Persyaratan daktilitas balok T sama dengan balok tampang persegi, di mana


rasio tulangan :
As
ρ ≤ 0,75 ρ b dan ρ =
bE d
1,4
ρ ≥ ρ min dan ρ min =
fy
Prinsip-prinsip dasar yang digunakan pada analisis penampang balok
persegi berlaku juga untuk balok bersayap atau berbentuk T. Perbedaan utama
adalah dalam perhitungan bagian beton desak Cc. Berdasarkan pada ketinggian
blok tekan beton a, maka dapat dibedakan dalam kondisi berikut.

57
Kondisi 1. Tinggi blok tekan beton kurang dari tebal sayap (a 〈 hf)

Analisis pada kondisi ini sama dengan analisis penampang segiempat di


mana tinggi blok tekan a kurang dari tebal sayap. Dalam analisis, tebal sayap
pada sisi tekan harus digunakan sebagai lebar balok.

bE 0,003
a = β1.c

hf c
Cc=0,85fc’bE a
h d
As
T = As fy
εs > εy
bw

Gambar 2.12 Distribusi tegangan-regangan pada kondisi a 〈 hf

Persamaan keseimbangan, ∑ H = 0
Cc = T
0,85.fc' .bE .a = As .f y

As .f y
a= (2-19)
0,85.fc' .bE

 a
M n = As .f y . d − 
 2

Kondisi 2. Tinggi blok tekan beton lebih besar dari tebal sayap ( a 〉 hf )

Jika a lebih besar dari hf, maka penampang dianalisis sebagai balok T.
Dalam analisisnya, kontribusi dari gaya tekan bagian sayap dianalogikan sebagai
tulangan tekan imajiner (imaginary compressive reinforcement). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

C n = 0,85.fc' .(bE − bw ).hf (2-20)

C n = Tn = Asf .f y

0,85.f c' .(bE − bw ).hf


Asf =
fy

58
As .f y As f y
a= ≥ hf , atau hf < 1,18.ϖ .d = a dengan ϖ =
0,85.f c' .bE b.d fc'

bE 0,003 a = β1 . c
Asf
hf C Cn =Asf.fy
+
d d – ½ hf
h d–½a
As Tn =Asf.fy
As
(As - As f). fy
εy
bw

Gambar 2. 13 Distribusi tegangan-regangan pada kondisi a 〉 hf

sehingga momen nominal dapat dihitung dengan


Mn = Mn1 + Mn2 (2-21)

 a  a
M n 1 = As 1 .f y . d −  = (As − Asf ).f y . d −  (2-22a)
 2  2
 h   h 
M n 2 = As 2 .f y . d − f  = Asf .f y . d − f  (2-22b)
 2   2 
  a  h 
M u = φ .(As − Asf ).f y . d −  + Asf .f y . d − f 
  2  2 
Khusus untuk balok tampang T dengan tulangan tarik dan tulangan desak
dan memperhitungkan kontribusi tulangan plat dalam menahan beban luar, maka
analisis kapasitas tampang balok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

bE
Cc
ts εs1 Ts1
εs2
Ts2

d h

εs3 Ts3

bw

Gambar 2.14 Distribusi tegangan-regangan pada penampang dengan tulangan


atas, tulangan bawah dan tulangan plat

59
Letak garis netral dihitung dengan cara coba-coba dengan langkah-langkah
berikut.

a. Menetapkan asumsi-asumsi, misalnya :


1) Garis netral berada di atas tulangan plat
2) Tulangan plat belum leleh
3) Tulangan atas balok belum leleh
4) Tulangan bawah balok sudah leleh

b. Mengitung gaya desak beton Cc & gaya tarik tulangan Ts


C c = 0,85.f c' .bE .β 1 .c
d1 − c
Ts1 = As1.fs1 = As 1 .E s .ε c .
c
d −c
Ts2 = As2.fs2 = A s 2 .E s .ε c . 2
c
Ts3 = As3.fy

c. Menghitung tinggi garis netral c


Persamaan kesetimbangan, ΣH = 0
Cc = Ts1 + Ts2 + Ts3
d1 − c d −c
0,85.f c' .bE .β 1 .c = As 1 .E s .ε c . + A s 2 .E s .ε c . 2 + A s 2 .f y
c c
didapat nilai c

d. cek asumsi-asumsi
asumsi 1, c 〈 d1

 d1 − c 
asumsi 2, ε s 1 = 0,003.  〈 εy
 c 
 d2 − c 
asumsi 3, ε s 2 = 0,003.  〈 εy
 c 
 d3 − c 
asumsi 4, ε s 3 = 0,003.  〉 εy
 c 
Jika salah satu dari asumsi-asumsi di atas tidak terpenuhi, maka
penghitungan letak garis netral diubah kembali ke langkah a.

60
e. Menghitung kapasitas tampang
C c = 0,85.f c' .bE .β 1 .c
d1 − c
Ts1 = As1.fs1 = As 1 .E s .ε c .
c
d2 − c
Ts2 = As2.fs2 = A s 2 .E s .ε c .
c
Ts3 = As3.fy
z1 = c – ½ a
z2 = d 1 – c
z3 = d 2 – c
z4 = d 3 – c
Mn = Cc.z1 + Ts1.z2 + Ts2.z3 + Ts3.z4

Contoh 8

1000

120

510

As
90

300

Diketahui balok beton bertulang tampang T dengan ukuran seperti tergambar,


dengan As = 3927 mm2 mutu beton fc’=25 Mpa dan tulangan fy=350 MPa.

Diminta :
1. Hitung kapasitas penampang
2. Bila balok tampang T tersebut merupakan tampang dari balok yang terletak
di atas dua tumpuan sederhana dengan L=8000 mm, dan diketahui bahwa
beban mati (tidak termasuk berat sendiri) wD= 20 kN/m, berapa besar
beban hidup wL yang masih dapat dipikul penampang tersebut.

61
Penyelesaian :

fc’= 25 MPa β1= 0,85


fy 350
εy = = = 0,00175
Es 200000

0,85fc'  600 
ρb = β 1  

fy  600 + f y 
0,85 × 25  600 
= 0,85   = 0,0326
350  600 + 350 
ρmaks = 0,75ρb = 0,0244
1,4 1,4
ρ min = = = 0,004
fy 350

Lebar efektif flens :


bE ≤ 4bw = 4 × 300 = 1200 mm
tersedia 1000 mm, maka dipakai bE = 1000 mm
bw 300
hf = 120 mm ≤ = = 150 mm
2 2

periksa rasio tulangan :


As 3927
ρ= = = 0,0077 ternyata ρmin 〈 ρ 〈 ρmaks
bE d 1000 × 510

1. Kapasitas tampang

bila a=hf=120 mm
keseimbangan gaya dalam T=C
As fy =0,85 fc’bE a
0,85 × fc' × bE × a
As = = 7285,7 mm2 〉 3927 mm2
fy
berarti a 〈 hf

Anggap baja tulangan tarik sudah leleh:


As × f y
a= = 64,68 mm
0,85 × fc' × bE
a
c= = 76,09 mm
β1

62
εcu
c a C

d–½ a
d

εy T

Regangan tulangan tarik


d −c 510 − 76,09
εs = ε cu = 0,003 = 0,0171 〉 εy ⇒ anggapan benar
c 76,09

Kapasitas tampang, Mn

 a
M n = A s ×f y  d − 
 2
 64,68 
= 3927 × 350  510 − 
 2 
= 656519787 Nmm = 656,52 kNm

2. Beban hidup, wL

Mu=φ Mn = 0,85×656,52 = 525,22 kNm


8 × M u 8 × 525,22
wu = = = 65,65 kN/m
L2 82

berat sendiri gelagar


wbs = [(1×0,12)+ (0,3×0,48)] × 23 = 6,072 kN/m
wu = (1,2×wD)+ (1,6×wL)
65,65 − 1,2(20 + 6,072 )
wL = = 21,48 kN/m
1,6

63
Contoh 9
φ 5,5 - 100
bE
ts

d
h

bw

H = 325 mm fc’ = 22,64 MPa


ts = 60 mm Ec = 22363,2833 MPa
bw = 175 mm
bE = 945 mm
φ tul = 9,72 mm fy = 410,4 MPa
φ skg = 5,5 mm fy = 314,03 MPa
pb = 20 mm Es = 200000 MPa

Diminta : hitung kapasitas penampang balok T di atas

Penyelesaian :

untuk fc’ ≤ 30 MPa, β1 = 0,85

Letak garis netral dihitung dengan cara coba-coba dengan mengambil asumsi-
asumsi sebagai berikut :
 Garis netral berada di atas tulangan plat
 Tulangan plat belum leleh
 Tulangan desak belum leleh
 Tulangan tarik sudah leleh

64
φ 5,5 - 100
bE
Cc
ts
Ts1
Ts2

d h

Ts3

bw

a=β1.c
C c = 0,85.f c' .bE .β 1 .c
= 0,85. 22,64.945.0,85.c = 15457,7430c
Ts1 = As1.fs1
28,25 − c 28,25 − c
= 190,0664.200000.0,003 = 114039,84
c c
Ts2 = As2.fs2
30,36 − c 30,36 − c
= 296,8126 .200000.0,003 = 178087,56
c c
Ts3 = As3.fy
= 296,8126. 410,4 = 121811,8910 N

persamaan kesetimbangan, ΣH = 0
Cc = Ts1 + Ts2 + Ts3
28,25 − c 30,36 − c
15457,7430c = 114039,84 + 178087,56 + 121811,8910
c c
15457,7430c2 +170315,5090c - 8628363,802 = 0
didapat nilai c = 18,7509 mm

a=β1.c = 0,85. 18,7509 = 15,9383 mm

65
cek asumsi-asumsi
asumsi 1 terpenuhi, c 〈 28,25 mm
asumsi 2

 28,25 − c   28,25 − 18,7509 


ε s 1 = 0,003.  = 0,003. 
 c   18,7509 O K
= 1,5198 × 10 −3 〈 ε y (1,57 × 10 −3 )

asumsi 3
 30,36 − c   30,36 − 18,7509 
ε s 2 = 0,003.  = 0,003. 
 c   18,7509 O K
= 1,8574 × 10 〈 ε y (2,052 × 10 )
−3 −3

ke empat asumsi di atas terpenuhi.

Hitung kapasitas tampang

Cc = 15457,7430.c = 15457,7430. 18,7509 = 289846,5932 N

28,25 − c 28,25 − 18,7509


Ts1 = 114039,84 = 114039,84 = 57771,9386 N
c 18,7509

30,36 − c 30,36 − 18,7509


Ts2 = 178087,56 = 178087,56 = 110257,9765 N
c 18,7509

Ts3 = 121811,8910 N

z1 = c – ½ a = 18,7509 – ½ 15,9383 = 10,7818 mm

z2 = 28,25 – c = 28,25 – 18,7509 = 9,4991 mm

z3 = 30,36 – c = 30,36 – 18,7509 = 11,6091 mm

z4 = 325-30,36 – c = 325-30,36 – 18,7509 = 275,8891 mm

Mn = Cc.z1 + Ts1.z2 + Ts2.z3 + Ts3.z4

= (289846,5932. 10,7818) + (57771,9386. 9,4991)

+ (110257,9765. 11,6091) + (121811,8910. 275,8891) N-mm

= 38,5604 KN-m

66
2.8. Plat

Plat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban-beban
transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan. Saat ini plat beton
bertulang merupakan suatu sistem lantai/atap yang paling banyak digunakan pada
bangunan. Bentuknya bervariasi, tidak hanya berupa panel segiempat, bentuk
panel yang tidak beraturanpun telah dibuat.

2.8.1. Tipe-tipe plat


a. Sistem flat slab

Gambar 2.15 Sistem flat slab

Flat slab adalah suatu sistem di mana plat beton bertulang langsung ditumpu
kolom-kolom (tanpa balok-balok). Bagian plat disekitar kolom merupakan bagian
yang kritis karena adanya gaya geser pons. Untuk mengatasinya dilakukan :
− Penebalan plat pada tempat kritis (drop panel)
− Membentuk kepala kolom (column capital)
Bila seluruh slab mempunyai ketebalan yang sama (tanpa drop panel atau column
capital) disebut flat plate.
Sistem flat slab tanpa balok ini memungkinkan ketinggian struktur yang
minimum, fleksibilitas pemasangan saluran AC dan alat-alat penerangan. Dengan

67
ketinggian antar lantai minimum, tinggi kolom-kolom dan pemakaian partisi relatif
berkurang. Untuk bangunan perumahan, plat tersebut juga dapat berfungsi
sebagai langit-langit.
Jika bangunan yang memakai sistim flat slab mengalami pembebanan
horizontal, bagian pertemuan kolom-slab dipaksa untuk menahan momen lentur
yang cukup besar sehingga titik tersebut dapat merupakan sumber kelemahan
struktur. Tebal lantai flat slab umumnya berkisar antara 125 hingga 250 mm untuk
bentangan 4,5 hingga 7,5 m.

b. Sistem lantai grid

Lantai grid (waffle system) merupakan sistem lantai yang mempunyai balok-
balok yang saling bersilangan dengan jarak relatif rapat, yang menumpu plat atas
yang tipis. Sistim ini dimaksudkan untuk mengurangi berat sendiri plat dan dapat
didisain sebagai flat slab atau plat dua arah, tergantung bentuk konfigurasinya.
Sistem ini dianggap efisien untuk bentangan antara 9 hingga 12 m.

Gambar 2.16 Sistem lantai grid

68
c. Sistem Plat-balok

Sistem plat balok merupakan sistem yang paling banyak digunakan, di sini
plat ditumpu oleh balok-balok dan balok-balok ditumpu oleh kolom-kolom.

Gambar 2.17 Sistem plat balok

2.8.2. Metode Jalur

Metode jalur adalah salah satu metode yang digunakan untuk analisis dan
perencanaan plat. Menurut metode ini plat dianggap sebagai dua jalur yang
bersilangan, yang secara proporsional menerima beban merata w yang
mengakibatkan defleksi pada titik silang sama besar.

Gambar 2.18 Distribusi beban dengan metode jalur

69
5 w x L4x
Lendutan arah x : δx = (2-23a)
384 EI
4
5 w y Ly
Lendutan arah y : δy = (2-23b)
384 EI

Pada sembarang titik, lendutan arah x sama besar dengan lendutan arah y,
maka :
4
5 w x L4x 5 w y Ly
=
δ = δx =δy ⇒ 384 EI 384 EI
4 4
w x Lx = w y Ly

karena w = wx + wy

maka :
L4y L4x
wx = w dan w y = w 4
L4x + L4y Lx + L4y
Dari penjabaran di atas, terlihat bahwa jalur pendek (Lx) akan menerima beban
yang lebih besar dari pada jalur bentang panjang (Ly).

70
2.8.3. Sistem plat satu arah (one way slab)

Plat satu arah adalah plat yang ditumpu pada dua sisi yang saling
berhadapan, atau pun plat yang ditumpu pada ke empat sisinya tetapi Ly/Lx 〉 2,
sehingga hampir seluruh beban dilimpahkan pada sisi yang lebih pendek.
Analisis dan perencanaan plat satu arah dapat dilakukan sebagaimana balok
persegi dengan tinggi balok adalah setebal plat dan lebar umumnya diambil satu
meter.

balok
Lx

1000
mm Lx

Ly

Gambar 2.19 Gambar Plat satu arah

Beban merata plat umumnya mempunyai satuan kN/m2, tetapi karena dalam
perhitungan ditinjau lebar b = 1 m, maka satuan beban menjadi kN/m.
Ketentuan-ketentuan berdasarkan SNI 03-2847-2002 :
1) Tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus
memenuhi ketentuan berikut:
Tebal
selimut
minimum,
(mm)
a) Beton yang dicor langsung di atas tanah
dan selalu berhubungan dengan
tanah ................................................................ 70

71
b) Beton yang berhubungan dengan tanah
atau cuaca:
batang D-19 hingga D-56................................. 50
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir
W16 dan yang lebih kecil ................................. 40
c) Beton yang tidak langsung berhubungan
dengan cuaca atau tanah:
Pelat, dinding, pelat berusuk:
batang D-44 dan D-56 .................................... 40
batang D-36 dan yang lebih kecil .................... 20

Komponen struktur cangkang, pelat lipat:


batang D-19 dan yang lebih besar. ................. . 20
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir
W16 dan yang lebih kecil... ............................ .. 15

2) Tebal minimum pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung harus memenuhi
ketentuan berikut:

Tebal Minimum, h

Dua tumpuan Satu ujung Kedua ujung Kantilever


sederhana menerus menerus
Komponen
Struktur Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan
partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak oleh
lendutan yang besar

Pelat L/20 L/24 L/28 L/10


masif
satu arah

Panjang bentang L dalam mm.


Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur
dengan beton normal (wc = 2400 kg/m3) dan tulangan BJTD 40. Untuk kondisi
lain, nilai di atas harus dimodifikasikan sebagai berikut:
(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis di antara 1500-2000 kg/m3,
nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65 - 0,0003 wc) tetapi tidak kurang dari
1,09, di mana wc adalah berat jenis dalam kg/m3.
(b) Untuk f y selain 400 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).

3) Tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan suhu harus paling
sedikit memiliki rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton
sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014 :

72
a) Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir mutu 300 0,0020
b) Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir atau jaring kawat las (polos
atau ulir) mutu 400
... ....................................................................................... 0,0018

c) Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh melebihi 400


MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar 0,35%...
…………………………………………………………………0,0018x400/fY
d) Spasi maksimum antar tulangan pokok tidak boleh melebihi nilai terkecil
dari tiga kali tebal pelat dan 500 mm.
e) Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari
lima kali tebal pelat, atau 500 mm.

Tulangan Tulangan
pokok susut

d
h
ds

s s s

Gambar 2.20 Gambar Penulangan plat satu arah

Contoh 10

Suatu plat di atas dua tumpuan sederhana dan terletak di tempat terlindung,
dengan data sebagai berikut :
L =3 QL = 4 kN/m2
fc’ =20 MPa fy = 300 MPa
bj =23 kN/m3

73
Penyelesian :

β1 = 0,85
0,85 × 20  600 
ρb = 0,85  = 0,0321
300  600 + 300 
ρmaks=0,75ρb = 0,0241
1,4
ρ min = = 0,004667
300
tebal minimum plat :

L  f 
hmin =  0,4 + y 
20  700 
3000  300 
=  0,4 +  = 124,286 mm
20  700 
dipakai h = 130 mm

beban mati adalah berat sendiri plat Qbs


Qbs = 0,13×23 = 2,99 kN/m2
Qu = 1,2Qbs + 1,6QL
= (1,2×2,99) + (1,6×4) = 9,988 kN/m2

ditinjau untuk plat selebar 1 m


qu = 9,988×1 = 9,988 kN/m
Mu = 1/8×9,988×32 = 11,2365 kNm

Dipakai tulangan polos diameter 10 (P10) dan penutup beton 20 mm, maka :
d = h – 20 – ½ 10
= 130 – 20 – ½ 10 = 105 mm
11,2365
Mn = = 14,0456 kNm
0,8
300
m= =17,6471
0,85 × 20
14,0456 × 10 6
Rn = = 1,2740 MPa
1000 × 105 2
1   2 m R n  
ρ perlu = 1 −  1 − 

m  f 
 y

74
1   2 × 17,6471 × 1,2740  
= 1 −  1 −   = 0,004419 〈 ρmin
17,6471   300  

dipakai ρ=1,33ρmin = 0,006207

luas tulangan pokok


As = ρ×b×d
= 0,006207×1000×105 = 651,7466 mm2
jarak tulangan pokok, s
0,25π × 10 2 × 1000
s= = 120,5 mm
651,7466
jarak maksimum = 3×130 = 390 mm
untuk tulangan pokok dipakai P10 – 100

luas tulangan susut


Asusut = 0,002×1000×130
= 260 mm2
dipakai tulangan diameter 8
jarak tulangan susut, s
0,25π × 8 2 × 1000
s= = 193,3288 mm
260
jarak maksimum = 5×130 = 650 mm
untuk tulangan susut dipakai P8 – 125

105 130
mm
25

P10-100 P8-125

75
Contoh 11

Suatu sistim plat tergambar :

3500
A A

3500

9000

QD = 1,2 kN/m2 QL = 8 kN/m2

fc’ =25 MPa fy = 300 MPa

bj =23 kN/m3

Diminta :

− Rencanakan plat lantai

− Rencanakan balok A – A

Penyelesaian :

Plat Lantai

fy =240 MPa
β1 = 0,85
0,85 × 25  600 
ρb = 0,85  = 0,0538
240  600 + 240 
ρmaks=0,75ρb = 0,0404

76
1,4
ρ min = = 0,0058
240
panjang bentang pendek, Lx = 3500 mm
panjang bentang panjang, Ly = 9000 mm
Ly 9000
= = 2,571 〉 2, didisain sebagai plat satu arah
Lx 3500

tebal minimum plat

satu tepi menerus

Lx  f  3500  240 
h1 =  0,4 + y  =  0,4 +  = 108,333 mm
24  700  24  700 

kedua tepi menerus

Lx  f  3500  240 
h2 =  0,4 + y  =  0,4 +  = 92,857 mm
28  700  28  700 

dipakai tebal plat, h = 120 mm

berat sendiri plat Qbs


Qbs = 0,12×23 = 2,76 kN/m2
Qu = 1,2(Qbs +QD)+ 1,6QL
= 1,2× (2,76 +1,2)+ (1,6×8) = 17,552 kN/m2

ditinjau untuk plat selebar 1 m


qu = 17,552×1 = 17,552 kN/m

ditaksir lebar balok, b = 300 mm


1 3 4
1/24 1/10 1/11 1/11 1/11

1/14 1/16
2 5

3500 3500

77
Bentang bersih plat, Ln
Ln = Lx – b
= 3500 – 300 = 3200 mm

Mu1 = 1
24 ×qu×Ln2 = 1
24 ×17,552×3,22 = 7,489 kNm

Mu2 = 1
14 ×qu×Ln2 = 1
14 ×17,552×3,22 = 12,838 kNm

Mu3 = 1
10 ×qu×Ln2 = 1
10 ×17,552×3,22 = 17,973 kNm

Mu4 = 1
11 ×qu×Ln2 = 1
11 ×17,552×3,22 = 16,339 kNm

Mu5 = 1
16 ×qu×Ln2 = 1
16 ×17,552×3,22 = 11,233 kNm

Dipakai tulangan polos diameter 12 (P12) dan penutup beton 20 mm, maka :

d = h – 20 – ½ 12

= 120 – 20 – ½ 12 = 94 mm

7,489
M n1 = = 9,3613 kNm
0,8
240
m= = 11,2941
0,85 × 25
9,3613 × 10 6
Rn = = 1,0594 MPa
1000 × 94 2
1   2 × 11,2941 × 1,0594  
ρ perlu = 1 −  1 − 
11,2941   240  
= 0,0045 〈 ρmin = 0,0058

dipakai ρ=ρmin = 0,0058

luas tulangan pokok

As = ρ×b×d

= 0,0058×1000×94 = 548,3333 mm2

jarak tulangan pokok, s

0,25π × 12 2 × 1000
s= = 206,2565 mm
548,3333

78
jarak maksimum = 3×120 = 360 mm

untuk tulangan pokok dipakai P12 – 200

luas tulangan susut

Asusut = 0,0018×1000×120
= 216 mm2
dipakai tulangan diameter 8
jarak tulangan susut, s
0,25π × 8 2 × 1000
s= = 232,7106 mm
216
jarak maksimum = 5×120 = 600 mm
untuk tulangan pokok dipakai P8 – 200

kebutuhan tulangan plat keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Mu Mn Rn ρ ρpakai As pokok Tulangan Tulangan


2
(kNm) (kNm) (MPa) (mm ) Pokok Susut
1 7,4889 9,3611 1,0594 0,004530 0,005833 548,3333 P12-200 P8-200
2 12,8380 16,0475 1,8162 0,007922 0,007922 744, 6380 P12-125 P8-200
3 17,9732 22,4666 2,5426 0,011318 0,011318 1063,8497 P12-100 P8-200
4 16,3393 20,4241 2,3115 0,010221 0,010221 960,7809 P12-100 P8-200
5 11,2333 14,0416 1,5891 0,006889 0,006889 647,6065 P12-100 P8-200

79
P12-200
P12-200

P12-100

P12-100

3500
P8-200

P12-100

P12-100
P8-200

3500
P8-200
P8-200

P8-200 P12-100

P12-100
P8-200
P12-100 P8-200

9000

Gambar 2.21 Detail penulangan plat contoh 11

80
Balok A – A

A A 1750

1750

9000

fc’ = 25 MPa
fy = 400 MPa
β1 = 0,85
0,85 × 25  600 
ρb = 0,85  = 0,0271
400  600 + 400 
ρmaks=0,75ρb = 0,0203
1,4
ρ min = = 0,0035
400

Balok A – A memikul plat selebar 3,5 m. Dengan demikian beban yang diterima
balok A – A adalah :

Dari plat
Beban hidup, qL = QL×3,5 = 8×3,5 = 28 kN/m
Beban mati, qD = QD×3,5 = 1,2×3,5 = 4,2 kN/m
Beban plat, qplat = Qplat×3,5 = 2,76×3,5 = 9,66 kN/m

Berat balok
Ditaksir ukuran balok, b = 300 mm h = 600 mm

qbalok = 0,3×(0,60 – 0,12)×23 = 3,312 kN/m

81
Beban rencana
qu = 1,2×( qD + qplat + qbalok) + 1,6×qL = 65,4064 kNm

1 3 4
1/16 1/10 1/11 1/11 1/11

1/14 1/16

Andai direncanakan kolom 400/400, maka bentang bersih balok :


Ln = 9 – 0,4 = 8,6 m

Mu1 = 1
16 ×qu×Ln2 = 1
16 ×65,4064×8,62 = 302,3411 kNm

Mu2 = 1
14 ×qu×Ln2 = 1
14 ×65,4064×8,62 = 345,5327 kNm

Mu3 = 1
10 ×qu×Ln2 = 1
10 ×65,4064×8,62 = 483,7457 kNm

Mu4 = 1
11 ×qu×Ln2 = 1
11 ×65,4064×8,62 = 439,7688 kNm

b = 300 mm ds = 90 mm
h = 600 mm dc = 70 mm
d = h – ds = 510 mm

Mu3 = 483,7457 kNm


483,7457
Mn = = 604,6821 kNm
0,8

Periksa kapasitas penampang pada kondisi seimbang :


600
c= × 510 = 306 mm
600 + 400
a = β1×c = 0,85×306 = 260,1 mm

Luas tulangan tarik, As1


As1 = ρmaksbd = 0,0203×300×510 = 3105,9 mm2

82
Anggap tulangan tarik sudah leleh,

 a
M n1 = As 1 × f y ×  d − 
 2
 260,1 
= 3105,9 × 400 ×  510 −  Nmm
 2 
= 472,0347 kNm lebih kecil dari Mn = 604,6821 kNm

Kekurangan Mn harus ditahan oleh tambahan tulangan tarik dan tulangan tekan.
Mn2 = Mn – Mn1
= 604,6821 – 472,0347 = 132,6474 kNm
Mn2 = Cs×(d-dc) atau Mn2 = T2×(d-dc)

Misal dc = 70 mm
M n2
T2 =
d − dc

132,6474 × 10 6
T2 = = 301471,3636 N
510 − 70
Cs = T 2
Periksa regangan tulangan tekan
c − dc
ε sc = × ε cu
c
εcu = 0,003
Es = 200000 MPa
400
εy = = 0,002
200000
306 − 70
ε sc = × 0,003 = 0,0023 lebih besar dari εy
306
Periksa regangan tulangan tarik
510 − 306
ε sc = × 0,003 = 0,0020 sama dengan εy
306
berarti baja tekan dan tarik telah leleh saat regangan desak beton mencapai
regangan hancur 0,003.

83
Luas tulangan tekan, Asc
C s 301471,3636
Asc = = = 753,6784 mm2
fy 400
tambahan luas tulangan tarik, As2
T2 301471,3636
As 2 = = = 753,6784 mm2
fy 400
luas tulangan tarik
As = As1 + As2
= 3105,9 + 753,6784 = 3859,5784 mm2
Jika dipakai tulangan diameter 25
Kebutuhan tulangan tarik
3859,5784
n= = 7,8627
0,25π × 25 2
dipakai 8D25
Kebutuhan tulangan tekan
753,6784
n= = 1,5354
0,25π × 25 2

dipakai 2D25

Jarak bebas datar, jbd :


300 − (2 × 40) − (2 × 10) − (4 × 25)
jbd =
3
= 33,33 mm
ds
lebih besar dari 25 mm 25 mm

diameter tulangan 25 mm jbd

1,33 ukuran agregat terbesar 600 mm


Sengkang
φ 10

dc 40 mm

300 mm

84
2.8.4. Sistem plat dua arah (two ways slab)

Sistem plat yang ditumpu ke empat sisinya dan mempunyai perbandingan


antara bentang panjang terhadap bentang pendek tidak lebih dari 2 (Ly/Lx ≤ 2),
harus dianalisis sebagai plat dua arah. Karena akibat beban vertikal akan
menyebabkan terjadinya aksi dua arah, berarti pada sembarang titik pada plat
tersebut akan melengkung pada dua arah utamanya.
Karena besar momen lentur sebanding dengan kelengkungannya, maka
pada kedua arah terdapat momen lentur dan kelengkungan pada bentang pendek
lebih besar dari bentang panjang, berarti momen lentur yang terjadi pada bentang
pendek lebih besar. Sehingga untuk ke dua arah tersebut harus diberi tulangan
untuk memikul momen lentur. Penempatan tulangan pada sistem plat dua arah
harus memenuhi ketentuan :
a. Luas tulangan pelat pada setiap arah dari sistem pelat dua arah
ditentukan dengan meninjau momen-momen pada penampang kritis tapi
tidak boleh kurang dari kebutuhan tulangan untuk menahan susut atau
suhu.
b. Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih daripada dua kali
tebal pelat kecuali untuk bagian pelat yang berada pada daerah rongga
atau rusuk.
c. Tulangan momen positif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus
diteruskan hingga mencapai tepi pelat dan ditanam, dapat dengan
bengkokan, minimum sepanjang 150 mm kedalam balok tepi, kolom, atau
dinding.
d. Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus
dibengkokan atau diangkur pada balok tepi, kolom, atau dinding, sesuai
dengan ketentuan mengenai panjang penanaman tulangan.

Perencanaan dan analisis pelat dua arah untuk beban gravitasi dapat
dilakukan menggunakan :
a. Metode koefisien momen
b. Metode perencanaan langsung
c. Metode portal ekivalen
d. Metode garis leleh

85
METODE KOEFISIEN MOMEN

Metode koefisien momen merupakan salah satu cara perhitungan yang


dapat dipergunakan untuk perencanaan pelat dua arah. Metode ini menggunakan
besaran koefisien momen yang tergantung perbandingan Ly dan Lx dan
didasarkan pada analisis elastis dengan memperhitungkan pengaruh dari
redistribusi yang tidak elastis.

Besar momen yang bekerja pada plat dua arah dengan berbagai kondisi
perletakan dan kontinuitas tepi secara matematis sukar diperoleh secara tepat.
Untuk penyederhanaan beberapa peraturan beton menetapkan koefisien momen
untuk berbagai kondisi. Besar momen lentur dalam arah bentang pendek dan
bentang panjang :

M = 0,001.x.w u.Lx2 (2-24)

Dengan

x : koefisien momen, tergantung pada kondisi tumpuan dan rasio Ly/Lx

wu : beban merata

Kondisi tepi dapat dianggap terletak bebas, terjepit elastis atau terjepit
penuh.
− Jepit penuh terjadi bila plat merupakan satu kesatuan monolit dengan balok
pemikul yang relatif sangat kaku, sehingga plat tidak dapat berputar akibat
pembebanan.
− Jepit elastis terjadi bila plat merupakan satu kesatuan monolit dengan balok
yang tidak terlalu kaku, sesuai dengan kekakuannya memungkinkan plat
mengalami rotasi.
− Bila plat menumpu di atas balok atau tembok atau tertanam dalam tembok,
harus dianggap sebagai tepi yang terletak bebas.

86
3 9 9 5 7 1

8 2 8
balok kolom

4 6

Gambar 2.22 Gambar Berbagai keadaan tumpuan plat dua arah

Panel 1 merupakan panel yang ke empat tepinya tidak menerus, ke empat


sisi panel 2 menerus, sedang dua sisi panel 3 tidak menerus, ke dua sisi pendek
panel 4 menerus, dan seterusnya.

Nilai koefisien momen dapat diperoleh dari Peraturan Beton Bertulang


Indonesia NI-2 1971, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel Koefisien momen PBI 1971

Ly/Lx 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0

Mlx 44 52 59 66 73 78 84 88 93 97 100
Mly 44 45 45 44 44 43 41 40 39 38 37

Mlx = -Mtx 36 42 46 50 53 56 58 59 60 61 62
Mly 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35
-Mty 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35

Mlx = -Mtx 48 55 61 67 71 76 79 82 84 86 88
Mly 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49
-Mty 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49

87
Mlx 22 28 34 41 48 55 62 68 74 80 85
Mly 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79
-Mty 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79

Mlx = -Mtx 51 54 57 59 60 61 62 62 63 63 63
Mly 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10

Mlx 31 38 45 53 59 66 72 78 83 88 92
Mly 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80
-Mty 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80

Mlx = -Mtx 60 66 71 76 79 82 85 87 88 89 90
Mly 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18

Mlx=-Mtx 38 46 53 59 65 69 73 77 80 85 86
Mly 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 49
-Mty 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 49

Mlx=-Mtx 13 48 51 55 57 58 60 61 62 62 62
Mly 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34
-Mty 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34

Catatan :
Terletak bebas
Menerus atau terjepit elastis

Ly/Lx 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
Mlx 21 25 28 31 34 36 37 38 40 40 41
Mly 21 21 20 19 18 17 16 14 13 12 12
Mtx 52 59 64 69 73 76 79 81 82 83 83
Mty 52 54 56 57 57 57 57 57 57 57 57
Mlx 28 33 38 42 45 48 51 53 55 57 58
Mly 28 28 28 27 26 25 23 23 22 21 19
Mtx 68 77 85 92 98 103 107 111 113 116 118
Mty 68 72 74 76 77 77 78 78 78 78 79

Mlx 22 28 34 42 49 55 62 68 74 80 85
Mly 32 35 37 39 40 41 41 41 41 40 39
-Mtx 70 79 87 94 100 105 109 112 115 117 119

Mlx 32 34 36 38 39 40 41 41 42 42 42
Mly 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10
-Mtx 70 74 77 79 81 82 83 84 84 84 84

88
Mlx 31 38 45 53 60 66 72 78 83 88 92
Mly 37 39 41 41 42 42 41 41 40 39 38
-Mty 84 92 99 104 109 112 115 117 119 121 122

Mlx 37 41 45 48 51 53 55 56 56 59 60
Mly 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18
-Mtx 84 92 98 103 108 111 114 117 119 120 121

Mlx 21 26 31 36 40 43 46 49 51 53 55
Mly 26 27 28 28 27 26 25 23 22 21 21
-Mtx 55 65 74 82 89 94 99 103 106 110 114
-Mty 60 65 69 72 74 76 77 78 78 78 78
Mlx 26 29 32 35 36 38 39 40 40 41 41
Mly 21 20 19 18 17 15 14 13 12 12 11
-Mtx 60 66 71 74 77 79 80 82 83 83 83
-Mty 55 57 57 57 58 57 57 57 57 57 57
Catatan :
Terletak bebas
Menerus atau terjepit penuh

Pada plat dua arah, tulangan momen positif untuk ke dua arah dipasang
saling tegak lurus. Karena momen positif arah bentang pendek (arah X) lebih
besar dari arah bentang panjang (arah Y), maka tulangan bentang pendek
diletakkan pada lapis bawah agar memberikan d (tinggi efektif) yang besar.

Tulangan Tulangan
arah Y arah X

d1 d2
h
ds1 ds2

Gambar 2.23 Gambar Tulangan plat dua arah

Sedang untuk tulangan tumpuan (tulangan momen negatif), karena tulangan


untuk arah bentang panjang terletak satu bidang dengan tulangan arah bentang
pendek, berarti d untuk ke dua arah tersebut sama besar.

Pada tumpuan yang terletak bebas, maka momen negatif/tumpuan sama


dengan nol, dalam perencanaan direncanakan menerima momen tak terduga
sebesar 1/3 momen lapangan arah yang bersangkutan.

89
Distribusi beban plat ke balok tumpuan

balok

½ Lx

½ Lx

45°

½ Lx Ly - Lx ½ Lx
Ly

Gambar 2.24 Distribusi beban plat ke balok

Bentang pendek

½ Lx
D= 1
2 [ 1
2 . 21 Lx .Lx .w u ] = 81 .w u .Lx
2
wu
M maks = D. 21 Lx − D[31 . 21 Lx ]
2 ½ Lx ½ Lx
M maks = 31 .D.Lx = 31 . 81 .w u .L x .Lx
3 3
= 1
24 .w u .Lx = 0,0417.w u .L x

Bentang panjang

½ Lx
D1 D2 D1

½ Lx Ly - Lx ½ Lx

D1 = 1
2 [ 1
2 . 21 Lx .Lx .w u ] = 81 .w u .Lx
2

90
D2 = 21 L x .[Ly − Lx ].w u

D = 21 .[D1 + D1 + D2 ]

M maks = D. 21 Ly − D1 .[21 Ly − 23 . 21 Lx ] − 21 .D2 . 41 [Ly − Lx ]


= D. 21 Ly − 61 D1 .[3Ly − 2Lx ] − 81 .D2 .[Ly − Lx ]

Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada


semua sisinya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
− Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2, 120 mm
− Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0, ketebalan pelat minimum
harus memenuhi
 fy 
l n  0,8 + 
 1500 
• h= (2-25)
36 + 5 β (α m − 0,2 )

• dan tidak boleh kurang dari 120 mm

− Untuk αm lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang
dari:
 fy 
l n  0,8 + 
 1500 
• h= (2-26)
36 + 9 β
• dan tidak boleh kurang dari 90 mm

91
Contoh 12
Suatu sistim plat lantai tergambar terdiri dari panel-panel dengan ukuran 3800 mm
× 6300 mm (jarak pusat ke pusat balok) dan bagian kantilever yang diujungnya
terdapat sandaran. Lantai direncanakan menerima beban mati 1,2 kN/m2 dan
beban hidup 3 kN/m2. Bila digunakan beton mutu 20 MPa dan tulangan mutu 300
MPa, rencanakan plat lantai tersebut.

1500

(1) ( 2) 6300

3800 3800

Penyelesaian

β1 = 0,85

0,85 × 20  600 
ρb = 0,85  = 0,0321
300  600 + 300 
ρmaks=0,75ρb = 0,0241
1,4
ρ min = = 0,0047
300

92
Bagian kantilever
60
Berat sandaran + beban
(ditinjau selebar 1 m)
900
PD = 0,06×0,9×1×23
= 1,2420 kN
PL = 1,5 kN

1500 PU = (1,2×1,2420)+(1,6×1,5)
= 3,8904 kN
PU
1500
wU
tebal plat = = 150 mm
10
berat plat + beban mati
QD = (0,15×23) +1,2
= 4,65 kN/m2

untuk plat selebar 1 mm


qD = 4,65×1 = 4,65 kN/m
wu = (1,2×4,65)+(1,6×3×1) = 10,38 kN/m

Mu = (½×10,38×1,52) +(3,8904×1,5) = 17,5131 kNm


17,5131
Mn = = 21,8914 kNm
0,8

Dipakai tulangan polos diameter 10 (P10) dan penutup beton 20 mm, maka :
d = h – 20 – ½ 10
= 150 – 20 – ½ 10 = 125 mm

300
m= =17,6471
0,85 × 20
21,8914 × 10 6
Rn = = 1,4010 MPa
1000 × 125 2
  
ρ perlu =
1
1 −  1 − 2 m Rn 
m   fy 
  

93
1   2 × 17,6471 × 1,4010  
= 1 −  1 −   = 0,0049
17,6471   300  

ρmin (=0,0047) 〈 0,0049 〈 ρmaks (=0,0241)

dipakai ρ= 0,0049

luas tulangan pokok


As = ρ×b×d
= 0,0049×1000×125 = 612,5 mm2
jarak tulangan pokok, s
0,25π × 10 2 × 1000
s= = 128,2283 mm
612,5
jarak maksimum = 3×130 = 390 mm
untuk tulangan pokok dipakai P10 – 125

luas tulangan susut


Asusut = 0,002×1000×150
= 300 mm2
dipakai tulangan diameter 8
jarak tulangan susut, s
0,25π × 8 2 × 1000
s= = 167,5516 mm
300
jarak maksimum = 5×130 = 650 mm
untuk tulangan susut dipakai P8 – 125

Panel 1

Panjang bentang pendek, Lx = 3800 mm


Panjang bentang panjang, Ly = 6300 mm

Ly 6300
6300 = =1,6579 〈 2, didisain sebagai plat dua arah
Lx 3800

3800

94
Koefisien momen (PBI 1971)
1,60 1,70 1,658
Mlx=-Mtx 73,00 77,00 75,320
Mly 51,00 51,00 51,000

-Mty 51,00 51,00 51,000

Menentukan tebal plat :


Diperkirakan balok mempunyai ukuran b = 300 mm
Bentang bersih arah x, Lnx = 3800 – 300 = 3500 mm
Bentang bersih arah y, Lny = 6300 – 300 = 6000 mm
Dipakai Ln = 6000 mm

Lny 6000
β = = = 1,7143
Lnx 3500

 fy 
Ln  0,8 + 
 1500 
h=
36 + 9 β
 300 
6000 ×  0,8 + 
=  1500 
=116,6664 mm
36 + (9 × 1,7143 )

dipakai plat tebal h = 120 mm

berat sendiri plat


Qplat = 0,12×23 = 2,76 kN/m2

Qu = (1,2×(2,76+1,2))+(1,6×3) = 9,552 kN/m2


Ditinjau untuk plat selebar 1 m
qu = 9,552×1 = 9,552 kN/m

95
Penulangan plat arah X

Mlx = - Mtx
clx = 75,32

Mlx = 0,001 × clx × qu × Lx2


= 0,001 × 75,32 × 9,552 × 3,82 = 10,3890 kNm

Dipakai tulangan polos diameter 10 (P10) dan penutup beton 20 mm, maka :

dlx = h – 20 – ½ 10

= 120 – 20 – ½ 10 = 95 mm

10,3890
M nlx = = 12,9863 kNm
0,8

300
m= =17,6471
0,85 × 20
12,9863 × 10 6
Rn = = 1,4389 MPa
1000 × 95 2
1   2 m R n  
ρ perlu = 1 −  1 − 

m  f 
 y

1   2 × 17,6471 × 1,4389  
= 1 −  1 −   = 0,0050
17,6471   300  
ρmin (=0,0047) 〈 0,0050 〈 ρmaks (=0,0241)

dipakai ρ= 0,0050

luas tulangan pokok


As = ρ×b×d
= 0,0050×1000×95 = 475 mm2
jarak tulangan pokok, s
0,25π × 10 2 × 1000
s= = 165,3470 mm
475
untuk tulangan pokok dipakai P10 – 125

96
luas tulangan susut tumpuan arah X
Asusut = 0,0020×1000×120
= 240 mm2
dipakai tulangan diameter 8
jarak tulangan susut, s
0,25π × 8 2 × 1000
s= = 209,4395 mm
240
untuk tulangan pokok dipakai P8 – 200

Penulangan plat arah Y

Tulangan lapangan
cly = 51

Mly = 0,001 × cly × qu × Lx2


= 0,001 × 51 × 9,552 × 3,82 = 7,0345 kNm

Dipakai tulangan polos diameter 10 (P10) dan penutup beton 20 mm, maka :
dly = h – 20 – 10 – ½ 10
= 120 – 20 – 10 – ½ 10 = 85 mm
7,0345
M nly = = 8,7931 kNm
0,8

300
m= =17,6471
0,85 × 20
8,7931× 10 6
Rn = = 1,2170 MPa
1000 × 85 2

1   2 m Rn 
ρ perlu = 1 −  1 − 
m  fy 
  

1   2 × 17,6471 × 1,2170  
= 1 −  1 −   = 0,0042 〈 ρmin (=0,0047)
17,6471   300  

97
dipakai ρ= 1,33ρmin = 0,0063

luas tulangan pokok


As = ρ×b×d
= 0,0063×1000×85 = 535,5 mm2
jarak tulangan pokok, s
0,25π × 10 2 × 1000
s= = 146,6663 mm
535,5
untuk tulangan pokok dipakai P10 – 125

Tulangan tumpuan
cty = 51

Mly = 0,001 × cty × qu × Lx2


= 0,001 × 51 × 9,552 × 3,82 = 7,0345 kNm

Dipakai tulangan polos diameter 10 (P10) dan penutup beton 20 mm, maka :
dly = h – 20 – 10 – ½ 10
= 120 – 20 – ½ 10 = 95 mm
7,0345
M nly = = 8,7931 kNm
0,8

300
m= =17,6471
0,85 × 20

8,7931× 10 6
Rn = = 0,9743 MPa
1000 × 95 2

1   2 m Rn 
ρ perlu = 1 −  1 − 
m  fy 
  

1   2 × 17,6471 × 0,9743  
= 1 −  1 −   = 0,0033 〈 ρmin (=0,0047)
17,6471   300  

dipakai ρ= 1,33ρmin = 0,0063

98
luas tulangan pokok

As = ρ×b×d

= 0,0063×1000×95 = 598,5 mm2


jarak tulangan pokok, s

0,25π × 10 2 × 1000
s= = 131,2278 mm
598,5

untuk tulangan pokok dipakai P10 – 125

luas tulangan susut tumpuan arah Y


Asusut = 0,0020×1000×120
= 240 mm2
dipakai tulangan diameter 8
jarak tulangan susut, s
0,25π × 8 2 × 1000
s= = 209,4395 mm
240
untuk tulangan pokok dipakai P8 – 200

Kebutuhan tulangan plat dapat dilihat pada tabel berikut :


As
Mu Mn d Rn ρ ρpakai pokok Pokok Susut
Mlx 10,3890 12,9862 95 1,4389 0,005019 0,005019 476,7680 P10-125

Mtx 10,3890 12,9862 95 1,4389 0,005019 0,005019 476,7680 P10-125 P8-200

Mly 7,0345 8,7931 85 1,2170 0,004213 0,006207 527,5667 P10-125

Mty 7,0345 8,7931 95 0,9743 0,003346 0,006207 589,6333 P10-125 P8-200

99

You might also like