Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan terdiri
atas beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga belakang bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan
berakhir di tepi ora serrata.1
2
6. Lapisan pleksiform luar, merupakan tempat sinaps sel fotoresptor dengan sel
bipolar dan sel horizontal.
7. Lapisan inti luar, merupakan lapisan inti sel kerucut dan sel batang.
8. Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.
9. Lapisan fotoreseptor, terdiri dari sel batang dan kerucut.
10. Lapisan epitel pigmen retina, merupakan batas antara retina dan koroid
3
2.2. Fisiologi Retina1
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu
transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu
mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh
lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan.
Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis,
terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat
saraf keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Macula terutama
digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan
bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan
terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada
retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan
proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rodopsin, yang
merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul
protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton cahaya diserap oleh
rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerisasi menjadi bentuk all-trans.
Rodopsin adalah suatu glikolipid membran yang separuhnya terbenam di lempeng
membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.
4
2.3. Ablasio Retina2
2.3.1. Definisi
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina
dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membrane Bruch. 2
2.3.2. Etiologi4
1. Robekan retina
2.3.3. Klasifikasi1,2
Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio
serosa atau hemoragik.
5
Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis : Robekan tapal kuda
sering terjadi pada kuadran superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal,dan
dialysis retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel
maka defek biasanya terletak 90 satu sama lain.
Gambar 5.
6
trauma mata. Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih
konkaf dan cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Pada ablasi
ini lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan
mengakibatkan ablasi retina, dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.
7
2.3.4. Diagnosis5
8
lapisan yang robek vitreoretinal pada uveitis
Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada Dapat keruh dan
perpindahan berpindah secara
cepat tergantung
pada perubahan
posisi kepala.
Pemeriksaan: 3
9
5. Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous
untuk mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini merupakan patognomonis
dari ablasio retina pada 75 % kasus.
2.3.5. Penatalaksanaan6
1. Scleral buckling : setelah defek pada retina ditandai pada luar sclera,
cryosurgery dilakukan disekitar lesi. Dilanjutkan dengan memperkirakan
bagian dari dinding bola mata yang retinanya terlepas, lalu dilakukan fiksasi
dengan buckle segmental atau circular band (terlingkari >360 derajat) pada
sclera. Keuntungan dari tehnik ini adalah menggunakan peralatan dasar,
waktu rehabilitasi pendek,resiko iatrogenic yang menyebabkan kekeruhan
lensa rendah, mencegah komplikasi intraocular seperti perdarahan dan
inflamasi.
10
Gambar 7. Skleral buckling
11
4. Pars Plana Vitrektomi : dibawah mikroskop, badan vitreus dan semua
komponen penarikan epiretinal dan subretinal dikeluarkan. Lalu retina
dilekatkan kembali dengan cairan perfluorocarbon. Defek pada retina ditutup
dengan endolaser atau aplikasi eksokrio.
Keuntungan PPV:
Kerugian PPV:
Gambar 9. Vitrektomi
12
2.3.6. Prognosis7
13