You are on page 1of 16

MAKALAH

HIPERAKTIF

Disusun untuk melengkapi tugas – tugas Pendidikan Luar Biasa


Oleh:

Wahyu S
Angkatan 32

LPGTK TADIKA PURI


SURAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah tentang hiperaktif pada anak
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat agar dapat mengikuti ujian
Pendidikan Luar Biasa
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak serta Ibu guru ,
3. Teman teman
4. semua pihak yang telah membantu

Atas bantuan dan dukungan dari semua pihak tersebut diatas penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harap kan

Surakarta, 28 januari 2011

Penulis
MOTTO

 no pain no gain
 never give up
 keep moving forward
DAFTAR ISI

Kata pengantar i
Motto ii
Daftar Isi iii
Pengertian hiperaktif 4
Ciri ciri anak hiper aktif 6
Sifat atau sikap anak-anak hiperaktif 7
Mendeteksi Anak hiperaktif 7
Penanganan untuk anak-anak Hiperaktif 10
HIPERAKTIF

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya lahir dengan selamat dan normal, baik
secara fisik, perilaku maupun mental. Namun, bagaimana jadinya jika pada kenyataannya bahwa
anak mereka harus mengalami ketidaknormalan. Tidak mudah ketika orang tua harus berhadapan
dengan kondisi anak yang seperti ini. Lazimnya seperti halnya gejala autis dan hiperaktif yang
sering terjadi pada anak-anak.

Gejala autis dan hiperaktif adalah termasuk gangguan yang disebabkan oleh
perkembangan otaknya yang tidak normal. Sehingga membuat pertumbuhan sang anak menjadi
tidak biasa. Pada awalnya gangguan seperti ini tidak tampak pada usia batita, baru dapat
dipastikan saat menjelang masuk sekolah atau di atas usia 4 atau 5 tahun.

Akan tetapi, tidak semua perhitungan umur seperti ini bisa dijadikan sebagai patokan
yang pasti. Karena batasan usia terkena gangguan semacam ini memang bervariasi. Bisa jadi
seorang anak justru mengalami gangguan ini pada usia batita. Oleh karena itu orang tua harus
selalu waspada dalam menghadapi setiap perkembangan anaknya.

Selama ini masih banyak orang tua yang tidak faham akan gejala-gejala gangguan
tersebut. Sampai-sampai melakukan kesalahan dalam menilai perkembangan anak. Misalnya,
terburu-buru melabeli (menjuluki) anaknya sebagai anak yang nakalyang suka bikin onar. Sikap
yang keliru seperti inilah yang hanya akan menambah parah perkembangan jiwa dan juga bahkan
fisiknya. Padahal, segala perilaku anak yang mengalami gangguan tersebut bukanlah keinginan
sang anak. Tetapi karena memang ada gangguan pada saraf dan otaknya.

Sekilas memang sulit untuk membedakan mana anak yang termasuk mengalami
gangguan, dan mana anak yang tidak termasuk mengalami gangguan. Pada dasarnya balita yang
aktif adalah wajar, karena inilah usia di mana anak sedang giat-giatnya mengeksplorasi
lingkungannya. “Dalam rentang usia itu balita berada dalam fase otonomi atau mencari rasa puas

1
melalui aktivitas geraknya. Tapi lain halnya kalau ia terlalu aktif atau malah hiperaktif, maka
tentu saja ini tidak wajar” tegas dr. Dwijo Saputro, psikiater anak dan pimpinan “SmartKid”,
klinik perkembangan anak dan kesulitan belajar di Jakarta.

Secara umum dapat diamati bahwa cirri-ciri anak hiperaktif adalah anak yang
cenderung selalu mengganggu teman, tidak bisa diam, kemampuan akademik tidak optimal,
kecerobohan dalam hubungan sosial, sikap melanggar tata tertib secara implusif, serta
mengalami kesulitan konsentrasi dalam belajar. Kemungkinan cirri-ciri perilaku seperti ni akan
mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa jika tidak segera diobati.

Gangguan hiperaktif ini secara luas di masyarakat dikenal sebagai turunan dari
“Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)”. Apabila gangguan ADHD/hiperaktif ini
tidak diobati, maka pada akhirnya akan menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan
kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah. Akibatnya perkembangan anak
menjadi tidak tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku dikemudian hari.

Pada dasarnya penanganan anak penderita hiperaktif (ADHD) dalam bentuk terapi
perilaku atau obat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak ditunjang oleh sikap
kedua orang tuanya. Sikap kasih sayang dan perhatian yang cukup, serta mampu memahami
kondisi si anak berdasarkan gangguan yang ia alami.

Berikut pemaparan Drs Arief Nurcahyo M Psi dari Asosiate Personal Growth Jakarta
tentang anak hiperaktif yang memang membutuhkan perhatian khusus bagi para orangtua.

1. Terimalah apa adanya segala kelebihan dan kekurangan anak. Tetap tenang aat mendengar dan
mengetahui tentang apa yang telah ia lakukan agar objektif dalam memberi perlakuan (jangan
marah atau memukul karena perilaku hiperaktif bukan kesalahan anak tetapi memang kondisi
yang melekat pada anak).

2
2. Menanamkan disiplin dan kebiasaan positif pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur
dirinya dengan baik. Dilakukan terus menerus, mengulang hal-hal (sederhana) yang relatif
mudah, cepat diingat dan dipelajari oleh anak normal.

3. Mendampingi secara total karena seberapa banyak perhatian dan kasih sayang yang
ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah cukup. Tetap mewaspadai segala tindakan
yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.

4. Menjaga komunikasi yang disertai emosi positif (nuansa kasih sayang) namun tidak bersifat
memanjakan meskipun anak ini sangat membutuhkan perhatian khusus supaya tidak ”merasa
diganggu” lingkungan. Jika pada anak normal bisa berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada
anak hiperaktif kita harus berkomunikasi setiap saat.

5. Tanamkan kepada dirinya dan katakan pada orang lain bahwa dia adalah anak yang baik, dan
jangan mengomentari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya. Jangan melabel anak ini
dengan label negatif dan apabila melakukan kesalahan berilah sangsi yang proporsional dan
mendidik, kemudian memberi ’pemaknaan’ terhadap peristiwa tersebut pada saat yang
memungkinkan (bicara dari hati ke hati).

6. Memberikan kesibukan; membaca, menulis cerita, olah raga atau mendiskusikan hobi dan
berbagai kegiatan positif.

7. Jangan ragu-ragu untuk melibatkan pihak ketiga (guru atau psikolog) untuk membantu
pembimbingan terutama bila anak tersebut memang tetap melanggar dan melakukan secara
berulang-ulang.

3
Pengertian Hiperaktif

Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak
normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan
perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian.

Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga
rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya
dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa
juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau
pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah
mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang,
juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru
atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya

Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku
yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.

Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah


gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama
tidak mampu memusatkan perhatian.

4
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka
membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.


Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang
berada “di awang-awang”.

2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.


Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3. Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan
anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah
suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak
terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya).
Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau
mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian
mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa
henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak
normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan
perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian.

5
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga
rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya
dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa
juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau
pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Ciri-ciri Anak Hiperaktif


1. Tidak fokus,
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak
memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak
mampu melakukan sosialisasi dengan baik.

2. Sulit untuk dikendalikan


Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi.
Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
3. Impulsif,
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih
dan memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi
pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7tahun.
4. Menentang,
Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati.
Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek.
5. Destruktif,
Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung
menghancurkan sangat besar.
6. Tidak kenal lelah,
Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua
kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.

6
7. Tidak sabar dan usil,
Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula
mengusili teman-temannya tanpa alas an yang jelas.
8. Intelektualitas rendah,
Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-
rata anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu
sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Sifat atau sikap anak-anak hiperaktif


 Anak-anak hiperaktif biasanya akan bersikap degil.
 Mereka suka membantah.
 Suka melanggar peraturan terutama di sekolah.
 Lalai dan tidak memberi tumpuan.
 Sering merasa tidak puashati.
 Sering tertekan.
 Menghadapi masalah dalam pelajaran.
 Menghadapi masalah dalam hubungan sosial.
 Cepat takut dan risau.
 Suka berpeluh dan mengalami masalah sakit perut atau cirit birit.

Mendeteksi Anak hiperaktif

Sebelum kita mengklaim anak-anak hiperaktif, sebaiknya langkah-langkah yang perlu


dilakukan adalah sebagai berikut:
PERIKSALAH.
Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif.
Karena itu, perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus dilakukan
adalah mengkonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini
penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak,
7
serta kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk
mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa dilakukan di rumah.
Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap
agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para ahli akan
memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.

PAHAMILAH.
Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula jika anggota keluarga
mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap
dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual)
maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa mengerti
keinginannya, perasaannya, frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak
bisa tumbuh seperti anak-anak normal lainnya.

LATIH kefokusannya.
Jangan menekannya, terima kaadaannya. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar,
tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Jika anak tidak bisa diam di satu
tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam.
Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan
dengan nada yang lembuat, tanpa harus membenatak. Arahan ini penting sekali untuk melatih
anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Harus dilakukan dengan konsisten. Jika
meminta dia melakukan sesuatu, jangan memberikannya ancaman tapi pengertian, yang
membuatnya tahu kenapa harus melakukan itu.

TELATENLAH.
Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih
koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau
huruf. Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka yang tidak baik dan
salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan
ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung
8
dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan
penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan
konsep angka 0 dengan benar. Jika empat fase di atas telah dapat dilewati, bersyukurlah, pasti
keaktifan anak sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat
membantu dalam menjaganya. Dan kini, memasuki tahap berikutnya, bagaimana harus
bekerjasama dengannya.

BANGKITKAN kepercayaan dirinya.


Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku,
seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan
tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan
selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan
bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila
suatu saat anak melanggarnya, orangtua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah
diberikan orang tua sebelumnya. Dalam tahap ini, usahakan emosi berada di titik stabil, sehingga
dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat, anak hiperaktif rata-rata juga
sangat sensitif.

KENALI arah minatnya.


Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana
sebenarnya tujuan dari keaktifannya. Jangan dilarang semuanya, nanti anak akan prustasi. Yang
paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini. Dengan
begitu, dapat memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan
kelebihan energinya. Misalnya, mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur atau
berenang, agar anak belajar bergaul dan disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus
mengikuti tatacara kelompoknya.

9
MINTA dia bicara.
Ini sangat penting diterapkan. Ingat, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi
dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi
agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya. Misalnya melakukan
aktivitas bersama, sehingga mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan
lingkungan. Ini memang butuh kesabaran dan kelembutan.
Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu. Terlebih
dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang rasa, saling memahami, dan
berempati, ujar Susan Barron, Ph.D, Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount
Sinai Medical Center di New York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.

SIAP bahu-membahu.
Jika dia telah mampu mengungkapkan pikirannya, segera membantunya mewujudkan
apa yang dia inginkan. Jangan ragu. Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar
guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu membentak,
menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan berdampak lebih buruk bagi kesehatan
mentalnya. Kerjasama ini juga penting karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran
dengan baik. Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.
Sesungguhnya anak hiperaktif tidak berbahaya, hanya saja butuh SENTUHAN dan
PERHATIAN LEBIH. Jika itu dia dapatkan, anak akan berubah jadi JENIUS yang bukan tak
mungkin, akan mengubah dunia.

Penanganan untuk anak-anak Hiperaktif

Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penanganan adalah menerima
dan memahami kondisi anak, ini didasari karena keterbatasan dan gangguan yang dialami. Selain
itu kerja sama tim yang terdiri dari dokter, dokter spesialis, psikolog, psikiater, guru dan orang
tua sangat diperlukan dalam proses identifikasi.

10
Pada beberapa kasus, anak-anak dengan gangguan ini membutuhkan terapi, seperti
terapi remedial, terapi integrasi sensori maupun terapi yang lain yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Stimulan
Sebagian besar anak-anak penderita hiperaktif mendapat perawatan medis berupa
obat-obatan stimulan. Stimulan dapat dipercaya dapat meningkatkan produksi dopamine dan
norepinephrine yaitu neurotransmitter otak yang penting untuk kemampuan memusatkan
perhatian dan mengontrol perilaku.
Mengkonsumsi stimulant, anak akan mengikuti terapi dan modifikasi perilaku.
Setelah terapi dan modifikasi perilaku membuahkan hasil, dosis stimulan akan dikurangi secara
bertahap sampai akhirnya lepas obat sama sekali.
Diet modifikasi
Anak-anak penderita hiperaktif melaksanakan diet tanpa makanan pencetus energi.
Yaitu makanan yang mengandung salisilat alami, seperti jeruk, apel, apricot, beri dan anggur.
Juga makanan yang mengandung zat tambahan buatan, seperti pengawet, pemanis, pewarna,
penyedap. Jelas diet ini memerlukan perhatian khusus saat orang tua menyajikan makanan.
Setelah menjalankan diet ketat selama beberpa lama, makanan yang dicurigai sebagai
pencetus alergi dapat diberikan kembali satu persatu ke dalam menu. Jika muncul perubahan
tingkah laku pada anak, misal menjadi hiperaktif kembali, makanan tersebut jangan diberikan.
Pemberian suplemen vitamin dan mineral akan sangat membantu kemajuan anak.
Rawatan Akupunktur dan Herba
Menurut kajian, mengkonsumsi obat secara tidak teratur dan keterlaluan semasa
hamil boleh menyumbang kepada permasalahan ini. Hasil kajian menunjukkan anak-anak ini
mempunyai tahap glukosa asli yang rendah berbanding anak-anak normal. Rawatan ini
mengambil masa selama 1 jam bagi setiap sesi dan menggunakan obat herba yang berbentuk
serbuk halus.Tempoh atau jangka masa rawatan yang perlu bergantung kepada setiap anak-anak
penderita hiperaktif. Namun apa yang dapat di lihat pada setiap kali sesi akupunktur ialah
perubahan kebiasaan anak-anak hiperaktif untuk mengecapi hidup yang lebih bermakna.

11

You might also like