You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN MORBILI ( CAMPAK )

1. Definisi

Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu

stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan

dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991.

FKUI ).

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-

gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta

nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)

2. Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah

selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA

yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan

droplet infeksi.

3. Patofisiologi

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,

familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether,

dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan

lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui

saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.

Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar

limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant

cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial

paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan

penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough

and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin

lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan

sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.

Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala

klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan

menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi.

Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi

limfosit

4. Gejala Klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian

timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :

a. Stadium kataral (prodormal)

Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga

sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium

kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi

morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum

dan dikelilingi oleh eritema.

Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat

menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula
ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak

tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium

prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan

pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.

b. Stadium erupsi

Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah dipalatum durum dan

palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya

suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut

dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal,

muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah

leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.

Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan

pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

c. Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang

bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang

bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-

penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu

menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

5. Komplikasi
a. Otitis media akut
b. Pneumonia / bronkopneumoni
c. Encefalitis
d. Bronkiolitis
e. Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis
6. Pemeriksaan diagnostik
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada

komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk

memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2

hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada

hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu

setelah muncul rash.

Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat

dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan

sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat,

darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah

timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu

kamar.

7. Penatalaksanaan

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.

Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi

ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu

ruangan yang hangat.

Penatalaksanaan Teraupetik :

a. Pemberian vitamin A
b. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
c. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
d. Pemberian obat batuk dan sedativum
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas diri
b. Riwayat Imunisasi
c. Kontak dengan orang yang terinfeksi
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad

eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka,

lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).


6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum.
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
e. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah

a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi


b. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
c. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencernatau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan
g. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
3. Rencana keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
Hasil yang diharapkan :
1) Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
2) Infeksi tidak menyebar
3) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan dehidrasi.

Intervensi :

Identifikasi anak beresiko tinggi

Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan

1) Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.


Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.
2) Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.
3) Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi
4) Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau

lunak.
Rasional :
a) Untuk menjamin hidrasi yang adekuat
b) Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit
b. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
Hasil yang diharapkan :
1) Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.
2) Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.

Intervensi :

1) Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.


Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab
2) Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta
3) Jaga agar anak tetap dingin.
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
4) Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin
Rasional : untuk menurunkan rasa gatal
5) Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan ketentuan.

Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal
c. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
Hasil yang diharapkan :
1) Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
2) Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.

Intervensi :

1) Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.


Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
2) Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
3) Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi
4) Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.
5) Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik
Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi :
1) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
2) Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Rasional : untuk mencegah penggarukan
3) Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
4) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan
5) Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus.
6) Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
Rasional : menimbulkan ruam.
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut.
Hasil yang diharapkan :
1) Keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
2) Keluarga mencari dukungan yang dibutuhkan.

Intervensi :

1) Berikan informasi pada orang tua tentang pilihan pengobatan.


Rasional : untuk mencari dukungan yang dibutuhkan.
2) Tekankan upaya keluarga untuk melakukan rencana perawatan.
Rasional : untuk keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
3) Berikan kesadaran keluarga akan kemajuan anak.
Rasional : untuk mendorong sikap optimis.
4) Tekankan kecepatan pemulihan pada kebanyakan kasus.
Rasional : untuk menurunkan ansietas.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna

atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :
1) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
2) Tidak mengalami tanda malnutrisi.
3) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan

berat badan yang sesuai.

Intervensi :

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.


Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
3) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4) Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga

mencegah distensi gaster.


5) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
g. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Hasil yang diharapkan :
1) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
2) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal: batuk efektif dan

mengeluarkan sekret.

Intervensi :

1) Auskultasi bunyi napas


Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
2) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan

atau selama stress atau adanya proses infeksi akut.


3) Catat adanya atau derajat dipsnoe
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain

proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.


4) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan

dengan kondisi individu.


Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut.
5) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau

kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi
4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.

Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

5. Evaluasi
a. Perluasan infeksi tidak terjadi

b. Anak menunjukkan pola nafas efektif

c. Anak dapat mempertahankan integrasi kulit


d. Anak menunjukan terpenuhi tanda tanda kebutuhan nutrisi

e. Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan usia

6. Penkes
a. Imunisasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.

Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya

dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan

Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang

berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10

tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum

bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk

antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.Pada suatu komunitas dimana campak

terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

b. Imunisasi pasif (immunoglobulin)

Imunisasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium

penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan

dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat

dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan

selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

Indikasi :

1) Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi, kontak dengan

pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi


2) Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko yang

tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin

sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera

mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika :

Jakarta.

http://pediatricinfo.wordpress.com/2008/07/09/campak-morbili-measles-rubeola/

http://www.scribd.com/doc/22319650/asuhan-keperawatan-anak-morbili

You might also like